PENGARUH ROE (RETURN ON EQUITY), ROA (RETURN ON ASSETS) DAN EPS (EARNING PER SHARE) TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN ROKOK YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA.

(1)

SKRIPSI

Diajukan oleh: Dewi Arum Citrawati

0913215038/FE/EA

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


(2)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Diajukan oleh: Dewi Arum Citrawati

0913215038/FE/EA

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


(3)

PERUSAHAAN ROKOK YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA

Disusun oleh : Dewi Arum Citrawati

0913215038/FE/AK

Telah Dipertahankan Dihadapan dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal 30 Maret 2012

Pembimbing : Tim Penguji

Pembimbing Utama Ketua

Dra. Ec. Anik Yuliati, MAks Dra. Ec. Siti Sundari, MSi Sekretaris

Dra. Ec. Anik Yuliati, MAks

Anggota

Drs. Ec. Muslimin, MSi

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Dr. H. Dhani Ichsanuddin Nur, SE, MM NIP. 196309241989031001


(4)

INDONESIA

yang diajukan Dewi Arum Citrawati

0913215038/FE/EA

disetujui untuk Ujian Lisan oleh

Pembimbing Utama

Dra. Ec. Anik Yuliati.MAks Tanggal : 26 – 3 – 2012 NIP. 030 217 155

Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi

Drs. Ec. H. Rahman A. Suwaidi, MSi NIP. 196003301986031003


(5)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT atas rahmat, hidayah, dan karunia-Nya yang tak terhingga saya berkesempatan menimba ilmu hingga jenjang Perguruan Tinggi. Berkat rahmat-Nya pula memungkinkan saya untuk menyelesaikan skripsi dengan judul “PENGARUH ROE (RETURN ON

EQUITY), ROA (RETURN ON ASSETS) DAN EPS (EARNING PER SHARE) TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN ROKOK YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA”.

Sebagaimana diketahui bahwa penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE). Walaupun dalam penulisan skripsi ini penulis telah mencurahkan segenap kemampuan yang dimiliki, tetapi penulis yakin tanpa adanya saran, dan bantuan maupun dorongan dari beberapa pihak, maka skripsi ini tidak akan mungkin dapat tersusun sebagaimana mestinya.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin N., MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs. Ec. H. Rahman A. Suwaidi, MSi selaku Wakil Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan “Veteran” Jawa Timur.


(6)

4. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, SE, MSi selaku Ketua Progdi Akuntansi Universitas Pembangunan “Veteran” Jawa Timur.

5. Ibu Dra. Ec Anik Yuliati, MAks selaku Dosen Pembimbing yang dengan kesabaran dan kerelaan telah membimbing dan memberi petunjuk yang sangat berguna, sehingga terselesaikannya skripsi ini.

6. Bapak Drs. Ec. Siti Sundari, MAks selaku Dosen Wali yang telah memberi bantuan dan nasihat.

7. Segenap tenaga kerja, karyawan, dan rekan-rekan mahasiswa/i terutama Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan “Veteran” Jawa Timur.

8. Bapak, Ibu dan saudara – saudari saya serta orang - orang tersayang, yang telah memberikan doa, kasih sayang, dukungan, dan bantuannya secara moril maupun materiil yang telah diberikan selama ini, sehingga mampu menghantarkan penulis menyelesaikan studinya.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam penulisan skripsi ini, oleh karenanya penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran bagi perbaikan di masa mendatang. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca.

Surabaya, Maret 2012


(7)

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Penelitian Terdahulu ... 7

2.2. Landasan Teori... 9

2.2.1. Pasar Modal ... 9

2.2.1.1. Pengertian Pasar Modal ... 9

2.2.1.2. Fungsi Pasar Modal... 10

2.2.1.3. Peranan Pasar Modal... 12

2.2.1.4. Manfaat Pasar Modal ... 12

2.2.1.5. Jenis – Jenis Pasar Modal ... 14

2.2.2. Saham... 15

2.2.2.1. Pengertian Saham... 15

2.2.2.2. Jenis – Jenis Saham... 16

2.2.3.2. Jenis harga saham ... 18

2.2.3.3. Penilaian Harga Saham ... 20

2.2.4. Rasio Keuangan ... 20


(8)

2.2.5. Pengaruh ROE, ROA dan EPS Terhadap Harga Saham... 29

2.2.5.1. Pengaruh ROE Terhadap Harga Saham... 29

2.2.5.2. Pengaruh ROA Terhadap Harga Saham ... 30

2.2.5.3. Pengaruh EPS Terhadap Harga Saham... 30

2.3. Kerangka Pikir ... 31

2.4. Hipotesis ... 31

BAB III METODE PENELITIAN... 32

3.1. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel... 32

3.2. Teknik Penentuan Sampel... 34

3.2.1. Populasi... 34

3.2.2. Sampel... 34

3.3. Teknik Pengumpulan Data... 35

3.3.1. Jenis Data ... 35

3.3.2. Sumber Data... 35

3.3.3. Pengumpulan Data ... 35

3.4. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis ... 35

3.4.1. Uji Normalitas... 35

3.4.2. Uji Asumsi Klasik... 36

3.4.3. Teknik Analisis ... 38


(9)

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian... 42

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian... 47

4.2.1. Deskripsi Return On Equity (ROE) ... 47

4.2.2. Diskripsi Return On Equity (ROA) ... 50

4.2.3. Deskripsi Earning Per Share (EPS)... 52

4.2.4. Deskripsi Tentang Harga Saham (Y) ... 54

4.3. Analisis dan Pengujian Hipotesis... 56

4.3.1. Uji Normalitas... 56

4.2.2. Uji Asumsi Klasik... 56

4.2.2.1. Uji Autokorelasi... 57

4.2.2.2. Uji Multikolinieritas... 58

4.2.2.3. Uji Heteroskedastisitas... 60

4.3.3. Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda... 60

4.3.4. Hasil Pengujian Hipotesis ... 62

4.3.3.1. Uji t ... 62

4.3.3.2. Uji Signifikansi Persamaan Regresi... 63

4.4. Pembahasan Hasil Penelitian ... 64

4.4.1.Implikasi Penelitian ... 64

4.4.2.Perbedaan Penelitian Sekarang dengan Penelitian Terdahulu ... 66


(10)

(11)

tahun 2006 – 2010... 3

Tabel 4.1 : Return On Equity (ROE) (X1) Tahun 2006 – 2010 (dalam %)... 48

Tabel 4.2 : Return On Assets (ROA) (X2) Tahun 2006 – 2010 (dalam %) ... 50

Tabel 4.3 : Earning Per Share (EPS) (X3) Tahun 2006 – 2010 (dalam jutaan rupiah) ... 52

Tabel 4.4 : Harga Saham (Y) Tahun 2006 – 2010 (dalam rupiah) ... 54

Tabel 4.5 : Hasil Uji Normalitas ... 56

Tabel 4.6 : Nilai VIF ... 58

Tabel 4.7 : Nilai VIF Setelah Pengujian Ulang ... 59

Tabel 4.8 : Hasil Korelasi Rank Spearman ... 60

Tabel 4.9 : Persamaan Regresi Linier Berganda... 61

Tabel 4.11 : Hasil Uji t... 62

Tabel 4.10 : Hasil Uji Signifikansi Persamaan Regresi ... 63 Tabel 4.12 : Perbedaan-Perbedaan Penelitian Ini Dengan Penelitian Terdahulu . 66  


(12)

Gambar 4.1 : Kurva Return On Equity (ROE) Tahun 2006 – 2010 (dalam %).. 48 Gambar 4.2 : Kurva Return On Assets (ROA) Tahun 2006 – 2010 (dalam %) . 51 Gambar 4.3 : Kurva Earning Per Share (EPS) Tahun 2006 – 2010... 53 Gambar 4.4 : Kurva Harga Saham Tahun 2006 – 2010... 55 Gambar 4.5 : Distribusi Daerah Keputusan Autokorelasi... 57


(13)

Oleh :

Dewi Arum Citrawati Abstraksi

Tolak ukur peningkatan nilai perusahaanan adalah dengan harga saham, tinggi rendahnya harga saham dipengaruhi oleh faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor yang dapat diamati adalah faktor internal seperti rasio perusahaan tersebut, khususnya yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Atas dasar tersebut penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang pengaruh ROE (Return On Equity), ROA (Return

On Assets) dan EPS (Earning Per Share) dalam penentuan harga saham.

Penelitian kuantitatif ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) untuk perusahaan rokok yang go public di Bursa Efek Indonesia dengan purposive sampling maka sampel penelitian ini berjumlah 3 perusahaan dengan tahun pengamatan 5 tahun yaitu selama periode 2006-2010. Penelitian ini diuji menggunakan regresi linier berganda untuk mengetahui pengaruh rasio ROE (Return On Equity), ROA (Return On Assets) dan EPS (Earning Per Share) terhadap harga saham.

Pengujian dilakukan dua kali dikarenakan pada mulanya ditemui adanya variabel yang tidak memenuhi asumsi klasik dimana nilai VIF yang lebih besar dari 10, dan untuk mengatasinya adalah dengan mengeliminasi variabel yang memiliki nilai multikolinieritas tertinggi yaitu variabel ROA (Return On Assets) yang kemudian diuji kembali. Dari pengujian yang kedua dapat disimpulkan bahwa : secara parsial ROE (Return On Equity) tidak berpengaruh terhadap harga saham dan EPS (Earning Per Share) berpengaruh terhadap harga saham.

Kata kunci : ROE (Return On Equity), ROA (Return On Assets), EPS (Earning Per Share), Harga Saham


(14)

1.1. Latar Belakang

Pasar modal memiliki peran penting dalam kegiatan ekonomi terutama di negara yang menganut sistem ekonomi pasar, sehingga sering dijadikan tolak ukur kemajuan ekonomi negara yang bersangkutan, karena dapat menjadi sumber dan alternatif pembiayaan bagi perusahaan selain bank. Sesuai dengan fungsinya, pasar modal sebagai sarana untuk mobilisasi dana yang bersumber dari masyarakat keberbagai sektor yang melaksanakan investasi.

Perusahaan harus cukup mempunyai alat-alat likuid dalam jangka pendek dan mempunyai keuntungan yang memadai dalam jangka panjang. Bagi pemegang saham, disamping memperhatikan tingkat likuiditas dan profitabilitas, juga berkepentingan dengan kebijaksanaan perusahaan yang mempengaruhi harga saham perusahaan di pasaran, disamping memperhatikan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban yang segera harus dipenuhi, kemampuan perusahaan untuk melunasi semua utang-utangnya, kemampuan untuk memperoleh laba, juga berkepentingan untuk mengetahui efisiensi penggunaan modal dengan sumber-sumbernya (Jumingan, 2006:121)

Salah satu sumber dana perusahaan berasal dari modal saham yang ditanamkan oleh para investor, maka secara otomatis modal saham merupakan bagian dari laporan manajemen perusahaan kepada para pemegang saham atau investor. Dalam perekonomian modern, laporan keuangan sudah merupakan


(15)

media penting dalam proses pengambilan keputusan ekonomis. Laporan keuangan ini sudah menjadi kebutuhan para pengusaha, investor, bank, manajemen, pemerintah maupun perilaku pasar modal (Harahap, 2001:7)

Dalam berinvestasi, seorang investor memerlukan informasi tentang perusahaan mana yang dapat memberikan keuntungan dikemudian hari. Analisis investasi saham merupakan hal yang mendasar untuk diketahui para pemodal, mengingat tanpa analisis yang baik dan rasional para pemodal akan mengalami kerugian. Keputusan membeli saham terjadi bila nilai perkiraan suatu saham diatas harga saham. Sebaliknya keputusan menjual saham terjadi bila nilai perkiraan suatu saham dibawah harga pasar yang dapat timbul dari adanya fluktuasi pertumbuhan dan perkembangan perusahaan yang bersangkutan.

Tolak ukur peningkatan nilai perusahaan adalah dengan peningkatan harga saham. Tinggi rendahnya harga saham merupakan penilaian sesaat yang dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu faktor internal dan faktor ekternal. (Nirawati, 2003). Harga saham suatu perusahaan mencerminkan nilai perusahaan dimata investor, apabila harga saham suatu perusahaan tinggi, maka nilai perusahaan dimata investor juga baik dan begitu juga sebaliknya, oleh karena itu harga saham merupakan hal yang penting bagi perusahaan.

Peneliti mengambil sampel perusahaan yang tercatat di BEI. Yaitu perusahaan rokok yang go public di Indonesia antara tahun 2006 hingga tahun 2010. Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa harga saham perusahaan rokok yang terdaftar di BEI mengalami fluktuatif dari tahun 2006 hingga 2010.


(16)

Tabel 1.1 : Harga Saham Perusahaan Rokok yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2006 – 2010.

Tahun

No NAMA PERUSAHAAN

2006 2007 2008 2009 2010

1 PT. GUDANG GARAM, TBK 10,200 8,500 4,250 21,550 40,000

2 H.M. SAMPOERNA TBK 9,700 14,300 8,100 10,400 28,150

3 BENTOEL INTERNASIONAL

INVESTAMA TBK 310 560 520 650 800

Sumber : www.duniainvestasi.com/bei/summaries

Harga saham PT. Gudang Garam Tbk pada tahun 2006 senilai 10,200 dua tahun berikutnya mengalami penurunan yaitu 8,500 pada tahun 2007 dan 4,250 pada tahun 2008 namun pada pada dua tahun kemudian mengalami peningkatan yang drastis yaitu 21,550 pada tahun 2009 dan 40,000 pada tahun 2010. Harga saham PT. H.M. Sampoerna Tbk pada tahun 2006 senilai 9,700 tahun berikutnya mengalami peningkatan menjadi 14,300, namun menurun lagi menjadi 8,100 pada tahun 2008, dua tahun berikutnya berangsur mengikat sebesar 10,400 pada tahun 2009 dan 28,150 pada tahun 2010. Sedangkan harga saham Bentoel Internasional Investama Tbk pada tahun 2006 sebesar 310 meningkat menjadi 560 pada tahun 2007, namun pada tahun 2008 mengalami penurunan menjadi 520. dua tahun berikutnya berangsur – angsur meningkat dari 650 pada tahun 2009 menjadi 800 pada tahun 2010.

Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba disebut juga Operating Ratio. Rasio profitabilitas yang diuji dalam penelitian ini yaitu: ROE (Retrurn on Equity), ROA (Return on Assets), dan EPS (Earning per Share). Return on equity mengukur kemampuan


(17)

perusahaan dalam menciptakan laba yang tersedia bagi pemegang saham. Dalam perhitungannya, ROE merupakan perbandingan antara Earning After

Taxes dengan Modal sendiri. Rasio ini juga dipengaruhi oleh besar kecilnya

utang perusahaan, jika proporsi utang semakin besar maka rasio ini juga akan makin besar. Return on assets atau return on investment menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. ROA diperoleh dari rasio antara Earning After Taxes dengan total aktiva. Sedangkan EPS (Earning per Share) menunjukan kemampuan setiap lembar saham dalam menciptakan laba dalam satu periode pelaporan keuangan.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH ROE (RETURN ON EQUITY), ROA (RETURN ON

ASSETS) DAN EPS (EARNING PER SHARE) TERHADAP HARGA

SAHAM PERUSAHAAN ROKOK YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA”.

1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat disusun suatu perumusan masalah yang akan diteliti yaitu: Apakah ROE (Return On Equity), ROA (Return On Asset) dan EPS (Earning Per Share) berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan rokok yang go public di Bursa Efek Indonesia?

1.3.Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah yang dikemukakan pada bagian sebelumnya, tujuan utama penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis pengaruh


(18)

ROE (Return On Equity), ROA (Return On Asset) dan EPS (Earning Per

Share) terhadap harga saham pada perusahaan rokok yang go public di Bursa

Efek Indonesia. 1.4.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat. Adapun manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini:

1. Manfaat Bagi Perusahaan

Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan manajemen dalam menilai kondisi keuangan dan kinerja perusahaannya, agar dapat menarik investor serta sebagai perbandingan kierja antara perusahaan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

2. Manfaat Bagi Investor

Dapat memberikan informasi kepada investor dan pihak lain yang membutuhkan informasi mengenai kinerja keuangan perusahaan perusahaan yang dapat digunakan dalam rangka pengambilan keputusan investasi pada perusahaan yang terdaftar di BEI.

3. Manfaat Bagi Peneliti

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai sarana untuk menerapkan teori yang diperoleh selama perkuliahan pada kondisi yang sebenarnya serta menjadi bahan perbandingan untuk penelitian lebih lanjut.


(19)

4. Manfaat Bagi Civitas Akademika

Diharapkan menjadi sumber informasi yang dapat memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan serta menambah koleksi kepustakaan dan agar dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi penelitian berikutnya di masa yang akan datang.


(20)

2.1. Penelitian Terdahulu

Hadianto (2008) menguji tentang “Pengaruh Earnings Per Share (EPS) Dan Price Earnings Ratio (PER) Terhadap Harga Saham Sektor Perdagangan Besar Dan Ritel Pada Periode 2000-2005 Di Bursa Efek Indonesia”, hasil penelitian menunjukkan bahwa EPS dan PER secara simultan berpengaruh terhadap harga saham sektor perdagangan besar dan ritel di Bursa Efek Indonesia.

Pasaribu (2008) dengan judul penelitian “Pengaruh Variabel Fundamental Terhadap Harga Saham Perusahaan Go Publik di BEI”, malakukan penelitian untuk menguji pengaruh Rasio Pertumbuhan Perusahaan, Rasio Profitabilitas, Rasio Leverage, Rasio Likuiditas, dan Rasio Efisiensi terhadap harga saham perusahaan yang tergabung di delapan kelompok industri dalam BEI periode 2002 – 2006. Hasil penelitian menunjukkan secara stimultan dan parsial berpengaruh signifikan terhadap harga saham,

Mukhtaruddin dan Romalo (2007) dengan judul penelitian “Pengaruh

Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Return On Investment

(ROI), Debt to Equity Ratio (DER) dan Book Value (BV) Per Share Terhadap Harga Saham Properti di BEJ”. Melakukan penelitian untuk menguji pengaruh


(21)

(ROI), Debt to Equity Ratio (DER) dan Book Value (BV) Per Share Terhadap Harga Saham Properti di BEJ periode 1999 – 2003, hasil penelitian menunjukkan ROA, ROE, ROI, DER dan BV secara simultan mempengaruhi harga saham.

Sasongko dan Wulandari (2006) dengan judul penelitian “Pengaruh EVA Dan Rasio-Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham”. Melakukan penelitian untuk menguji pengaruh EVA (Economic Value Added) dan rasio-rasio profitabilitas yang diukur dengan ROA (Return On Asset), ROE (Return

On Equitment), ROS (Return on Sale), EPS (Earning Per Share) dan BEP

(Basic Earning Power) terhadap harga saham perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta untuk periode 2001 – 2002. Berdasarkan hasil analisis, menunjukkan bahwa return on asset, return on equity, return on sale, basic

earning power dan economic value added tidak berpengaruh terhadap harga

saham.

Nirawati (2003) dengan judul penelitian “Pengaruh Debt To Equity

Ratio, Current Ratio, Earning Per Share Dan Return On Asset Terhadap

Harga Saham Pada Perusahaan Properti Yang Go Publik Di Bursa Efek Jakarta”. Melakukan penelitian untuk menguji pengaruh DER (Debt to Equity

Ratio), Current Ratio, EPS (Earning Per Share) dan ROA (Return On Asset)

terhadap harga saham perusahaan property di Bursa Efek Jakarta untuk periode 1997 – 2001. Berdasarkan hasil analisis, menunjukkan bahwa Debt to

Equity Ratio, Current Ratio, Earning Per Share dan Return On Asset


(22)

Berdasarkan penelitian terdahulu yang diuraikan diatas, maka terdapat beberapa persamaan dan perbedaan dengan penelitian saat ini. Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu kesamaan variable independen yaitu harga saham dan variable dependennya yaitu ROE, ROA dan EPS, Sedangkan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini adalah terletak pada objek penelitian dan dimensi waktu penelitian, dimana objek penelitian saat ini adalah perusahaan rokok dan periode yang digunakan adalah tahun 2006 – 2010 di Bursa Efek Indonesia.

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Pasar Modal

2.2.1.1. Pengertian Pasar Modal

Pengertian pasar modal secara umum menurut Keputusan Mentri Keuangan RI No. 1548/KMK/1990 tentang peraturan pasar modal. Pasar modal adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk di dalamnya adalah bank – bank komersial dan semua lembaga perantara di bidang keuangan, serta keseluruan surat – surat berharga yang beredar. Sedangkan dalam arti sempit pasar modal adalah suatu tempat dalam pengertian fisik yang mengorganisasikan transaksi penjualan efek atau disebut sebagai bursa efek. (Sutrisno: 2001, 341)

Menurut Sunariyah (2003:5) pasar modal (Capital market) adalah tempat pertemuan antara penawaran dengan permintaan surat berharga. Di tempat inilah para pelaku pasar yang mempunyai kelebihan dana melakukan investasi dalam surat berharga yang ditawarkan oleh emiten.


(23)

Di tempat ini pula perusahaan yang membutuhkan dana menawarkan surat berharga dengan cara listing terlebih dahulu pada badan otoritas di pasar modal sebagai emiten.

Menurut Husnan (1994:3) secara formal pasar modal bisa didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrument keuangan (sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjual belikan baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri yang diterbitkan pemerintah, public

authorities maupun perusahaan swasta.

Sedangkan menurut Anoraga dan Widiyanti (1995:20) pasar modal adalah sarana yang mempertemukan antara pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus funds) dengan pihak yang kekurangan dana (defisit fund), dimana dana yang diperdagangkan merupakan dana jangka panjang.

2.2.1.2. Fungsi Pasar Modal

Menurut Sutrisno (2001:342-343) Pasar modal memiliki beberapa fungsi strategis yang menyebabkan lembaga ini mempunyai daya tarik baik bagi pihak yang membutuhkan dana, pihak yang memiliki dana, maupun pemerintah. Fungsi tersebut antara lain:

1. Sebagai Sumber Penghimpun Dana

Kebutuhan dana perusahaan bisa dipenuhi dari berbagai sumber pembiayaan. Salah satu sumber dana yang bisa dimanfaatkan oleh perusahaan adalah pasar modal selain sistem perbankan yang selama ini dikenal sebagai media perantara keuangan secara konvensional.


(24)

2. Sebagai Sarana Investasi

Pada umumnya perusahaan yang menjual surat berharga ke pasar modal adalah perusahaan yang sudah mempunyai reputasi bisnis yang baik dan kredibel, sehingga efek-efek yang dikeluarkan akan laku dijualbelikan di bursa. Sementara, pemilik dana atau investor jika tidak ada pilihan lain mereka akan menginvestasikan pada perbankan yang notabene mempunyai tingkat keuntungan yang relative kecil. Dengan adanya surat berharga yang mudah dijualbelikan, maka bagi investor merupakan alternative instrument investasi. Investasi di pasar modal lebih fleksibel, sebab setiap invetor bisa dengan mudah memindahkan dananya dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya atau dari satu industri ke industri lainnya. Oleh karena itu pasar modal sebagai salah satu alternative instrument penempatan dana bagi investor selain di perbankan atau investasi langsung lainnya.

3. Pemerataan Pendapatan

Perusahaan yang go public memberikan kesempatan kepada masyarakat luas untuk ikut serta memiliki perusahaan tersebut. Dengan demikian akan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk ikut menikmati keuntungan dari perusahaan berupa bagian keuntungan atau deviden, sehingga semula hanya dinikmati oleh beberapa orang pemilik, akhirnya bisa dinikmati oleh beberapa orang pemilik, akhirnya bisa dinikmati oleh masyarakat artinya ada pemerataan pendapatan kepada masyarakat.


(25)

4. Sebagai Pendorong Investasi

Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan memajukan pembangunan suatu negara dibutuhkan investasi besar. Pemerintah tidak akan mampu untuk melakukan investasi sendiri tanpa dibantu oleh pihak swasta nasional dan asing. Untuk mendorong agar pihak swasta dan asing mau melakukan investasi baik secara langsung maupun tidak langsung, pemerintah harus mampu menciptakan iklim investasi yang kondusif bagi mereka dengan likuidnya pasar modal.

2.2.1.3. Peranan Pasar Modal

Menurut Jogiyanto (2000:11-12) pasar modal merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan obligasi. Pasar modal juga mempunyai fungsi sarana alokasi dana yang produktif untuk memindahkan dana dari pemberi penjaman ke peminjam.

2.2.1.4. Manfaat Pasar Modal

Menurut Anoraga dan Widiyanti (1995:29) manfaat pasar modal adalah: a. Bagi Emiten/ Perusahaan:

1. Jumlah dana yang dihimpun bisa berjumlah besar

2. Dana tersebut dapat diterima sekaligus pada saat pasar perdana selesai

3. Solvabilitas perusahaan tinggi sehingga memeperbaiki citra perusahaan


(26)

5. Cash flow hasil penjualan saham bisaanya lebih besar dari harga

nominal perusahaan

6. Emisi saham cocok untuk membiayai perusahaan yang beresiko tinggi

7. Tidak ada beban finansial

8. Jangka waktu penggunaan dana tidak terbatas 9. Tidak dikatikan dengan kekayaan penjamin tertentu 10.Profesionalisme dalam manajemen meningkat b. Bagi Investor

1. Nilai investasi berkembang mengikuti pertumbuhan ekonomi. peningkatan tersebut tercermin pada mengingkatnya harga saham yang menjadi capital gain.

2. Memperoleh deviden bagi mereka yang memiliki atau memegang saham dan bunga tetap atau bunga yang mengambang bagi pemegang obligasi.

3. Mempunyai hak suara dalam RUPS bagi pemegang saham, mempunyai hak suara dama RUPS bila diadakan bagi pemegang obligasi.

4. Dapat dengan mudah mengganti instrument investasi, misal dari saham A ke saham B sehingga dapat meningkatkan atau mengurangi resiko.

c. Bagi Pemerintah


(27)

2. Mendorong investasi 3. Penciptaan lapangan kerja

4. Memperkecil Debt Service Ratio (DSR)

5. Mengurangi beban anggaran bagi BUMN (Badan Usaha Milik Negara)

d. Bagi Lembaga Penunjang

1. Menuju kearah professional di dalam memberikan pelayanan sesuai dengan bidang tugas masing – masing

2. Sebagai pembentuk harga dalam bursa pararel 3. Semakin bervariasinya jenis lembaga penunjang 4. Likuiditas efek semakin tinggi

2.2.1.5. Jenis – Jenis Pasar Modal 1. Pasar Perdana (Primary Market)

Adalah penawaran saham dari perusahaan yang menerbitkan saham atau emiten kepada investor selama waktu yang ditentukan oleh pihak yang menerbitkan sebelum saham tersebut diperdagangkan di pasar sekunder. Pada saat pertama kali menjual sahamnya, perusahaan tidak bisa menjual secara langsung sahamnya ke bursa, melainkan harus menjual kepada masyarakat. Setelah jangka waktu yang ditentukan oleh emiten, maka saham yang telah dijual kepada masyarakat lewat pasar perdana didaftarkan ke bursa dan setelah saham didaftarkan ke bursa, maka masyarakat bisa melakukan jual beli saham perusahaan tersebut di lantai bursa.


(28)

2. Pasar Sekunder (Secondary Market)

Merupakan jual beli surat berharga yang dilakukan di lantai bursa. Bila pada pasar perdana harga saham ditentukan bersama antara emiten dan penjamin emisi, maka pada pasar sekunder harga yang terjadi tergantung dari permintaan dan penawaran oleh pembeli dan penjual efek. Besar kecilnya permintaan dipengaruhi oleh pembeli dan penjual efek. Besar kecilnya permintaan dipengaruhi oleh faktor internal perusahaan yang mengeluarkan saham dan faktor eksternal yang merupakan faktor di luar kemampuan perusahaan.

3. Bursa Pararel (Over the Counter Market)

Merupakan suatu sistem perdagangan efek yang terorganisasi di luar bursa efek resmi, dalam bentuk pasar sekunder yang diatur dan dilaksanakan oleh Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek dengan diawasi dan dibina oleh BAPEPAM. Bursa parerel ini untuk menampung perusahaan – perusahaan yang tidak bisa masuk ke bursa efek karena persyaratannya tidak terpenuhi.

2.2.2. Saham

2.2.2.1. Pengertian Saham

Saham dapat didefinisikan sebagai surat berharga sebagai bukti pernyertaan atau pemilikan individu maupun institusi dalam suatu perusahaan. Apabila seorang investor membeli saham, maka ia akan menjadi pemilik dan disebut sebagai pemegang saham perusahaan tersebut. (Anoraga dan Pakarti, 2001:58).


(29)

Menurut Darmaji, dkk (2001:5) saham dapat didefinisikan sebagai tanah penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau suatu perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut.

2.2.2.2. Jenis – Jenis Saham

Menurut Keown (1999:281) ada beberapa jenis saham yaitu: a. Saham Biasa (Common Stock)

Saham biasa menunjukkan kepemilikan dalam perusahaan, pemegang obligasi dapat dipandang sebagai kreditor, sedangkan pemilik saham biasa merupakan pemilik sebenarnya dari perusahaan, saham tidak memiliki jangka waktu jatuh tempo, tetapi sebagai pemilik selama sebuah perusahaan berdiri, saham tersebut juga tidak memiliki batas pembayaran deviden

b. Saham Preferent (Preffered Stock)

Saham preferen sering disebut sebagai sekuritas hibrida/ sekuritas campuran (hybrid security) karena ia memiliki banyak karakteristik baik dari saham bisaa ataupun obligasi. Saham preferen sama dengan saham biasa karena ia tidak memiliki jatuh tempo yang ditetapkan, deviden yang tidak dibayarkan tidak akan menyebabkan kebangkrutan bagi perusahaan dan deviden tidak dapat mengurangi pembayaran pajak. Dilain pihak saham preferen sama dengan obligasi karena jumlah devidennya memiliki batas tuntutan.


(30)

Menurut Gitosudarmo (2002:265-266) ada 7 jenis saham, yaitu: 1. Saham Biasa

Saham biasa adalah saham yang tidak memperoleh hak istimewa. Pemegang saham biasa mempunyai hak untuk memperoleh deviden sepanjang perseroan memperoleh keuntungan. Pemilik saham mempunyai hak suara pada rapat umum pemegang saham dan pada likuidasi perseroan pemilik saham memiliki hak memperoleh sebagian dari kekayaan perseroan setelah tagihan kreditur dan saham preferen dilunasi

2. Saham Bonus

Diciptakan dari pos cadangan perseroan yang terbentuk dari uang kontan yang tidak dibagikan kepada para pemegang saham. Penyerahan saham bonus kepada kepada pemegang saham, kekayaan perseroan tidak mengalami perubahan karena tidak ada kekayaan yang bertambah dan tidak ada modal yang dibayarkan. Perubahannya adalah pergeseran struktur permodalan perseroan saja.

3. Saham Pegawai

Saham yang dapat dimiliki oleh para pegawai, dengan syarat tertentu dapat membeli saham perusahaan dengan kurs di bawah kurs bursa. 4. Saham Preferen Perseroan

Para pendiri perseroan, bisaanya dihargai dengan diberikan jasa yaitu dapat berupa saham yang disebut saham peniri.


(31)

5. Saham Preferen

Saham yang memberikan hak untuk mendapat deviden dan atau bagian kekayaan pada saat perubahan lebih dahulu dari saham bisaa dan disamping itu mempunyai preferen untuk mengajukan usal pencalonan direksi/ komisaris.

6. Saham Preferen Kumulatif

Saham preferen yang memberikan hak untuk mendapatkan deviden yang belum dibayarkan pada tahun – tahun yang lalu secara kumulatif. 7. Saham Preferen Partisipasi

Saham yang disamping hak prioritasnya masih dapat turut serta dalam pembagian deviden selanjutnya.

2.2.3.2. Jenis harga saham

Menurut Halim (2003:11) jenis – jenis harga saham adalah: a. Harga Nominal

Merupakan nilai yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkannya. harga nominal itu tercantum dalam lembar saham tersebut

b. Harga Perdana

Merupakan harga sebelum saham tersebut dicantumkan di Bursa Efek. besarnya harga perdana ini tergantung dari persetujuan antara emiten (perusahaan penerbit saham) dan penjamin emisi (underwriter)


(32)

c. Harga Pasar

Merupakan harga jual investor yang satu ke investor yang lain. harga saham terjadi setelah saham tersebut dicatatkan ke bursa Efek atau disebut harga pasar sekunder. harga ini yang benar – benar mewakili perusahaan penerbitnya, karena kecil sekali kemungkinan terjadi negosiasi antara investor dan perusahaan penerbit. Harga yang diterbitkan setiap hari adalah harga pasar ini.

d. Harga Pembukaan

Merupakan harga yang diminta oleh penjual dari pembeli pada saat jam bursa dibuka.

e. Harga Penutupan

Merupakan harga yang diminta oleh penjual dari pembeli pada saat akhir bursa.

f. Harga Tertinggi

Transaksi saham tidak hanya sekali atau dua kali dalam satu hari, tetapi bisa berkali – kali dan tidak terjadi pada harga yang sama. dari harga – harga yang terjadi tentu ada harga yang paling tinggi pada satu hari bursa tersebut, harga ini disebut harga tertinggi.

g. Harga Terendah

Merupakan harga yang paling rendah pada satu hari bursa h. Harga Rata – Rata

Merupakan harga tertinggi dan harga terendah. harga ini bisa dicatat untuk transaksi harian, bulanan dan tahunan.


(33)

i. Indeks Harga Saham

Mencerminkan situasi umum bursa efek, yang merupakan ringkasan atas berbagai faktor yang berpengaruh, terutama fenomena – fenomena ekonomi, social dan politik. indeks harga saham adalah angka Indeks Harga Saham yang telah disusun dan dihitung sedemikian rupa sehingga diharapkan bisa menghasilkan trend.

2.2.3.3. Penilaian Harga Saham

Menurut Arifin (1999:169) terdapat 2 macam harga saham yang digunakan pada saat jual beli saham di Bursa Efek, yaitu:

1. Harga saham pembukaan (opening price) yaitu harga saham yang diminta oleh penjual atau pembeli pada awal jam buka bursa

2. Harga saham penutupan (closing price) yaitu harga saham yang diminta oleh penjual atau pembeli saat akhir hari bursa.

2.2.4. Rasio Keuangan

2.2.4.1. Definisi Rasio Keuangan

Rasio dalam analisis laporan keuangan adalah angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan. hubungan antara unsur – unsur laporan keuangan dinyatakan dalam bentuk matematis yang sederhana. secara individual rasio itu kecil artinya, kecuali jika dibandingkan dengan suatu standar yang dipakai sebagai dasar pembanding dari penafsiran rasio-rasio suatu perusahaan (Jumingan, 2006:118)


(34)

Menurut Harahap (2009:297) rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Rasio keuangan hanya menyederhanakan inoformasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. Dengan penyederhanaan ini kita dapat menilai secara cepat hubungan antara pos tadi dan dapat membandingkannya dengan rasio lain sehingga kita dapat memperoleh informasi dan memberikan penilaian.

2.2.4.2. Keunggulan Rasio Keuangan

Menurut Harahap (2009:298) analisis rasio memiliki keunggulan dibanding teknik analisis lainnya. Keunggulan tersebut adalah:

1. Rasio merupakan angka – angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan

2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit

3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industry lain

4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model – model pengambilankeputusan dan model prediksi (Z-score)

5. Menstandarisir size perusahaan

6. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodic atau “time


(35)

7. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang.

2.2.4.3. Keterbatasan Analisa Rasio

Menurut Harahap (2009:298-299) keterbatasan analisis rasio adalah: 1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk

kepentingan pemakainya

2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik ini.

3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio.

4. Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron

5. Dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak sama. Oleh karenanya jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan.

2.2.4.4. Jenis Rasio Keuangan

Menurut Hanafi (2005:77) Analisis rasio dikelompokkan ke dalam lima macam kategori, yaitu :

b. Rasio Likuiditas

Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya

c. Rasio Aktivitas

Rasio yang mengukur sejauh mana efektivitas penggunaan asset dengan melihat tingkat aktivitas aset


(36)

d. Rasio Solvabilitas

Rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjangnya

e. Rasio Profitabilitas

Rasio yang melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba f. Rasio Pasar

Rasio yang melihat perkembangan nilai perusahaan relative terhadap nilai buku perusahaan

Menurut Sutrisno (2001:247-256), jenis – jenis rasio yang sering digunakan dalam bisnis adalah:

a. Rasio Likuiditas

Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban – kewajibannya yang segera harus dipenuhi yaitu hutang jangka pendek, oleh karena itu rasio ini bisa digunakan untuk mengukur tingkat keamanan kreditor jangka pendek, serta mengukur apakah operasi perusahaan tidak akan tergangu bila kewajiban jangka pendek ini segera ditagih. Ukuran rasio likuiditas terdiri dari tiga alat ukur:

1. Current Ratio

Adalah rasio yang membandingkan antara aktiva lancar yang dimiliki perusahaan dengan jangka pendek. Aktiva lancar disini meliputi kas, piutang dagang, efek, persediaan, dan aktiva lancar lainnya. sedangkan hutang jangka pendek meliputi hutang wesel,


(37)

hutang bank, hutang gaji dan hutang lainnya yang harus segera dibayar. Rumusnya:

Aktiva Lancar

Current Ratio =

Hutang Lancar

semakin tinggi current ratio semakin besar kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang – hutangnya.

2. Quick Ratio atau Acid Test Ratio

Merupakan rasio antar aktivitas lancar sesudah dikurangi persediaan dengan hutang lancar. rasio ini menunjukkan besarnya alat likuid yang paling cepat yang bisa digunakan untuk melunasi hutang lancar, sebab untuk menjadi uang tunai (kas) memerlukan dua langkah yakni menjadi piutang terlebih dahulu sebelum menjadi kas. Formulasi untuk menghitung Quick Ratio adalah :

Aktiva Lancar - Persediaan Quick Ratio =

Hutang Lancar

3. Cash Ratio

Adalah rasio yang membandingkan antara kas dan aktiva lancar yang bisa segera menjadi uang kas dengan hutang lancar. aktiva lancar yang bisa segera menjadi uang kas adalah efek atau surat berharga. dengan demikian rumus untuk menghitung cash ratio adalah sebagai berikut:

Kas + Efek Cash Ratio =


(38)

b. Rasio Laverage

Rasio – rasio yang digunakan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan utang atau dibiayai oleh pihak luar. Ada tiga rasio leverage yang bisa dimanfaatkan oleh perusahaan yaitu:

1. Total Debt to Total Asset Ratio

Rasio total hutang dengan total aktiva yang bisaa disebut rasio total hutang (debt ratio), mengukur prosentase besarnya dana yang berasal dari hutang. Yang dimaksud dengan hutang adalah semua hutang yang dimiliki oleh perusahaan baik yang berjangka pendek maupun yang berjangka panjang. untuk mengukur besarnya debt

ratio bisa dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Total Hutang Debt Ratio =

Total Aktiva x 100%

2. Debt to Equity Ratio

Rasio hutang dengan modal sendiri (debt to equity ratio) merupakan imbangan antara hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini berarti modal sendiri semakin sedikit dibanding dengan hutangnya. Bagi perusahaan, sebaliknya besar hutang tidak boleh melebihi modal sendiri agar beban tetapnya tidak terlalu tinggi. Untuk pendekatan konservatif besarnya hutang maksimal sama dengan modal sendiri, artinya debt to equitynya maksimal 100%. Untuk menghitung debt


(39)

Total Hutang Debt To Equity Ratio =

Modal Sendiri x 100%

3. Time Interest Earned Ratio

Sering disebut sebagai coverage ratio merupakan rasio antara laba sebelum bunga dan pajak dengan beban bunga. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi beban tetapnya berupa bunga dengan laba yang diperolehnya, atau mengukur berapa kali besarnya laba bisa menutup beban bunganya. Rumus yang digunakan adalah:

Laba sebelum bunga & pajak Time Interest Earned Ratio =

Beban bunga c. Rasio Aktivitas

Mengukur seberapa besar efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber dananya. Rasio ini dinyatakan sebagai perbandingan penjualan dengan berbagai elemen aktiva. Elemen aktiva sebagai penggunaan dana seharusnya bisa dikendalikan agar bisa dimanfaatkan secara optimal. Semakin efektif dalam memanfaatkan dana semakin cepat perputaran dana tersebut, karena rasio ativitas umumnya diukur dari perputaran masing – masing elemen aktiva. rasio aktivitas meliputi:

1. Perputaran Persediaan

Persediaan merupakan komponen utama dari barang yang dijual, oleh karena itu semakin tinggi persediaan berputar semakin efektif perusahaan dalam mengelola persediaan. Perputaran persediaan


(40)

Harga Pokok Penjualan Perputaran Persediaan =

Rata - rata persediaan

2. Perputaran Piutang

Merupakan ukuran efektivitas pengelolaan piutang. semakin cepat perputaran piutang, semakin efektif perusahaan dalam mengelola piutangnya. piutang berkaitan dengan penjualan kredit, sehingga rumus untuk menghitung perputaran adalah:

Penjualan Kredit Perputaran Piutang =

Rata - rata piutang 3. Perputaran Aktiva Tetap

Merupakan perbandingan antara penjualan dengan total aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. Rasio ini digunakan untuk mengukur efektivitas penggunaan aktiva tetap dalam mendapatkan penghasilan.

Penjualan Perputaran Aktiva Tetap =

Aktiva Tetap 4. Perputaran Aktiva

Seperti halnya perputaran aktiva tetap, perputaran aktiva atau

assets turnover merupakan ukuran efektivitas pemanfaatan aktiva

dalam menghasilkan penjualan. semakin besar perputaran aktiva semakin efektif perusahaan mengelola aktiva.

Penjualan Perputaran Aktiva =


(41)

d. Rasio Keuntungan atau Profitability Ratio

Keuntungan merupakan hasil dari kebijaksanaan yang diambil oleh manajemen. Rasio keuntungan untuk mengukur seberapa besar tingkat keuntungan menunjukkan semakin baik manajemen dalam mengelola perusahaan. Rasio keuntungan dapat diukur dengan beberapa indikator yakni:

1. Profit Margin

Merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dibandingkan dengan penjualan yang dicapai. Rumus yang digunakan adalah:

Laba Kotor

Gross Profit Margin =

Penjualan x 100% EBIT

Profit Margin =

Penjualan x 100% EAT

Net Profit Margin =

Penjualan x 100%

2. Return On Assets

Return on assets juga sering disebut dengan rentabilitas ekonomis

merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan.

EAT Return On Assets =

Total Aktiva x 100%

3. Return On Equity

Sering disebut dengan rate of return on net worth yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki, sehingga ROE ini ada yang menyebut


(42)

adalah laba bersih setelah dipotong pajak atau EAT. Dengan demikian rumus yang digunakan adalah:

EAT Return On Equity =

Modal Sendiri x 100%

4. Earning Per Share

Merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan per lembar saham pemilik. Laba yang digunakan sebagai ukuran adalah laba bagi pemilik atau EAT.

EAT Earning Per Share =

Jumlah Lembar Saham

2.2.5. Pengaruh ROE, ROA dan EPS Terhadap Harga Saham 2.2.5.1. Pengaruh ROE Terhadap Harga Saham

Menurut Sutrisno (2001:255) ROE memberi ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham. semakin tinggi ROE maka keuntungan yang diperoleh bagi pemegang saham tinggi dan saham perusahaan tersebut akan diminati oleh investor sehingga harga saham akan naik. Begitu sebaliknya, apabila ROE rendah maka keuntungan yang diperolehpun semakin rendah, sehingga harga saham turun.

Menurut Fakhruddin dan Hadianto (2001:65) Return On Equity (ROE) mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. Apabila ROE rendah maka keuntungan yang diperoleh semakin rendah sehingga harga saham turun. Begitu sebaliknya, semakin tinggi tingkat ROE maka keuntungan yang diperoleh


(43)

bagi pemegang saham tinggi dan saham perusahaan tersebut akan diminati oleh investor sehingga harga saham akan naik.

2.2.5.2. Pengaruh ROA Terhadap Harga Saham

ROA adalah salah satu bentuk dari rasio profitabiliatas yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan dalam operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan (Mukhtaruddin, 2007:71).

Return On Asset yang semakin meningkat menunjukkan kinerja

perusahaan yang semakin baik dan para pemegang saham akan memperoleh keuntungan dari deviden yang diterima semakin meningkat. Dengan semakin meningkatnya deviden yang akan diterima oleh para pemegang saham, merupakan daya tarik bagi para investor dan atau calon investor untuk menanamkan dananya ke perusahaan tersebut. Dengan semakin besarnya daya tarik tersebut maka banyak investor yang menginginkan saham perusahaan tersebut. Jika permintaan atas saham suatu perusahaan semakin banyak maka harga sahamnya akan meningkat. 2.2.5.3. Pengaruh EPS Terhadap Harga Saham

Menurut Tandelilin (2001:241) Informasi laba per lembar saham atau lebih dikenal dengan Earning Per Share (EPS) suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan. Besarnya EPS suatu perusahaan bisa diketahui dari informasi laporan keuangan perusahaan seperti laporan neraca dan laporan laba rugi perusahaan. Semakin tinggi nilai EPS tentu


(44)

saja menggembirakan pemegang saham karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang saham.

Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2001:139) EPS merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan (return) yang diperoleh investor atau pemegang saham. semakin tinggi nilai EPS tentu saja menggembirakan pemegang saham, maka pemegang saham akan tertarik untuk membeli saham perusahaan sehingga dapat menguatkan harga saham.

2.3. Kerangka Pikir

Regresi Linier Berganda Gambar 2.1 : Kerangka Pikir.

2.4. Hipotesis

Diduga bahwa ROE (Return On Equity), ROA (Return On Asset) dan EPS (Earning Per Share) berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham pada perusahaan rokok yang go public di BEI tahun 2006 – 2010.

Return On Equity

(X1)

Return On Asset

(X2)

Earning Per Share

(X3)

Harga Saham (Y)


(45)

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variable atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur kontrak atau variable tersebut. (Nazir, 2009:126).

Penelitian ini menggunakan harga saham sebagai variable dependen/ variable terikat (Y) sedangkan variable independen/ variable bebasnya adalah Return On Equity (X1), Return On Assets (X2) dan Earning Per Share (X3). Setelah

semua data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah pengolahan data yang diawali dengan menghitung variable – variable yang digunakan dalam penelitian ini, Definisi operasional dari masing – masing variable tersebut adalah sebagai berikut:

a. Variabel Terikat (Y) : Harga Saham

Merupakan harga dari suatu saham yang terbentuk dari pasar modal sebagai akibat dari permintaan dan penawaran dari penjual dan pembeli saham yang dinyatakan dalam bentuk per lembar saham dan skala yang digunakan adalah skala rasio. Harga saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga saham pada akhir periode (closing price).


(46)

b. Variabel Bebas (X) 1). ROE (X1)

Mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. Return On Equity merupakan prosentase laba bersih setelah pajak (EAT) terhadap modal sendiri dari perusahaan. Satuan ukur dari variable ini adalah persen (%) dan skala datanya adalah skala rasio. Return On Equity diformulasikan sebagai berikut : % 100 Sendiri Modal bersih Laba

ROE 

2). ROA (X2)

Mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. Rasio ini juga dipengaruhi oleh besar kecilnya utang perusahaan, apabila proporsi utang makin besar maka rasio ini juga akan semakin besar. Skala pengukuran rasio dengan satuan ukurannya adalah (%).

Aktiva Total

bersih Laba ROA  3). EPS (X3)

Earning per share adalah laba per lembar saham dari suatu perusahaan, rasio ini menunjukkan berapa besar kemampuan per lembar saham menghasilkan laba. Saham Lembar Jumlah bersih Laba EPS


(47)

3.2. Teknik Penentuan Sampel 3.2.1. Populasi

Populasi menurut Sugiyono dalam Riduwan (2004;54) adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah perusahaan rokok yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang berjumlah 3 perusahaan.

3.2.2. Sampel

Sample adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Teknik penentuan sample menggunakan purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang dilakukan karena peneliti mempunyai tujuan atau target dalam memilih sampel berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu. Kriteria pemilihan sampel yang ditentukan adalah:

1. Perusahaan rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun 2006 – 2010.

2. Perusahaan rokok di Bursa Efek Indonesia yang memberikan laporan keuangan secara periodik per 31 Desember tiap tahunnya selama periode tahun 2006 – 2010.

Berdasarkan kriteria tersebut diatas, maka sampel yang digunakan dalam penelitian adalah:


(48)

2. PT. H.M. Sampoerna Tbk

3. PT. Bentoel Internasional Investama Tbk. 3.3. Teknik Pengumpulan Data

3.3.1. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diambil untuk memperoleh bahan atau keterangan data dengan cara mempelajari serta mencatat dari data dokumen dan laporan keuangan dari masing – masing perusahaan.

3.3.2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan rokok tahun 2006 – 2010 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan ICMD (Indonesian Capital Margin Directory).

3.3.3. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi yaitu pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen – dokumen dengan mengambil data – data yang sudah dipublikasikan oleh pemerintah, industri atau sumber – sumber individual. dan studi pustaka.

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti sebaran normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data tersebut mengikuti sebaran normal atau tidak dapat dilakukan dengan


(49)

berbagai metode diantaranya metode Kolmogorov Smirnov (Sumarsono, 2002:40). Nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 maka distribusi adalah tidak normal (simetris). Dan nilai signifikasi atau nilai probabilitas > 0,05 maka distribusi adalah normal (simetris).

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variable terkait dan variable bebas keduannya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.

3.4.2. Uji Asumsi Klasik

Persamaan regresi harus bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), artinya pengambilan keputusan uji F tidak boleh bias. Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE maka harus dipenuhi tiga asumsi dasar yang tidak boleh dilanggar oleh regresi linier, yaitu:

1. tidak boleh ada autokorelasi 2. tidak boleh ada multikolinearitas 3. tidak boleh ada heterokedastisitas

Apabila salah satu dari tiga asumsi dasar tersebut di langgar maka persamaan regersi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE sehingga pengambilan keputusan melalui uji t menjadi bias (Gujarati, 1999:153) 1. Autokorelasi

Autokorelasi merupakan korelasi (hubungan) yang terjadi antara anggota – anggota dari serangkaian pengamatan (observasi) yang tersusun dalam rangkaian waktu atau rangkaian ruang. Adanya gejala


(50)

autokorelasi menggambarkan varians populasinya dan hasil regresi tidak dapat digunakan untuk menaksir nilai variable dependen pada nilai variable independent tertentu.

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara korelasi pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Identifikasi ada tidaknya gejala autokorelasi dapat dilihat dari table Watson dengan jumlah variable bebas (k) dan jumlah data (n) sehingga dL dan dU dapat diperoleh distribusi daerah keputusan ada atau tidaknya korelasi (Gujarati, 1999:201)

2. Multikolinearitas

Multikolinearitas merupakan satu keadaan dimana satu atau lebih variable independent terdapat korelasi atau hubungan dengan variable independent lainnya. (Prasetyo, tt:28)

Model regresi berganda yang baik adalah model regresi yang variable – variable bebasnya tidak memiliki korelasi yang tinggi atau bebas dari multikolinieritas (Sulistyoningsih, 2006:38). Dari diagnosis atau dugaan adanya multikolinearitas tersebut maka perlu adanya pembuktian atau identifikasi secara statistik ada tidaknya gejala multikolinearitas yang dapat dilakukan dengan cara menghitung Variance Inflaction Factor (VIF). VIF menyatakan tingkat “pembengkakan” variance, apabila nilai VIF lebih besar dari 10, hal itu berarti terdapat multikolinearitas pada persamaan. (Gujarati, 1999:200)


(51)

3. Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual atau pengamatan ke pengamatan lainnya. Kebanyakan data cross section mengandung situasi heterokedastisitas, karena ini menghimpun data yang terwakili berbagai ukuran (kecil, sedang dan besar).

Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas adalah dengan cara menggunakan uji Rank Spearman yaitu dengan membandingkan antara residual dengan seluruh variable bebas. Menurut Gujarati (1999:177) mendeteksi adanya heterokedastisitas adalah sebagai berikut:

a. Nilai probabilitas > 0,05 berarti bebas dari heterokedastisitas b. Nilai probabilitas < 0,05 berarti terkena heterokedastisitas 3.4.3. Teknik Analisis

Teknik analisa yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Dikarenakan dalam analisis pemilihan regresi linier berganda dapat menerangkan ketergantungan satu variable terkait (Y) dengan satu atau lebih lebih variable bebas (X).

Sesuai dengan tujuan dan hipotesis yang diajukan peneliti, maka keterkaitan antara variable penelitian dapat digunakan ke dalam model sebagai berikut :


(52)

Keterangan :

Y : Harga Saham

X1 : Return On Equity (ROE)

X2 :Return On Assets (ROA)

X3 : Earning Per Share (EPS)

β : Konstanta

β1, β2, β3 : Koefisien Regresi

ei : Variabel Pengganggu

3.4.4.Uji Hipotesis 3.4.4.1. Uji T

Digunakan untuk melihat pengaruh masing – masing variable bebas secara parsial terhadap variable terkait dengan prosedur sebagai berikut : 1) H0 : β1, β2, β3 = 0 (tidak ada pengaruh yang signifikan X1, X2, X3

terhadap Y)

H1 : β1,β2, β3≠ 0 (ada pengaruh yang signifikan X1, X2, X3 terhadap Y)

2) Tingkat signifikan = 10% dengan derajat bebas = (n-k), dimana n : jumlah data dan k : jumlah variable bebas.

3) t hitung

 

i i Se

 

Keterangan :

t hitung : t hasil perhitungan

βi : Koefisien regresi


(53)

4) Menentukan daerah kritis H0 melalui kurva distribusi t student dua sisi :

- Jika nilai probabilitas (tingkat signifikan) < 0,05, maka H0 ditolak

dan H1 diterima

- Jika nilai probabilitas (tingkat signifikan) ≥ 0,05, maka H0 diterima

dan H1 ditolak

3.4.4.2 Uji Kecocokan Model

Uji kecocokan model dipakai untuk menguji cocok atau tidaknya model regresi yang dihasilkan guna untuk mengetahui pengaruh variabel bebas yaitu ROE (Return On Equity) (X1), ROA (Return On Assets) (X2) dan EPS (Earning Per Share) (X3) terhadap variabel terikat (Y) yaitu harga saham. Sedangkan untuk pengaruh stimulant digunakan uji F dengan prosedur sebagai berikut:

1) H0 : bj = 0 (tidak terdapat kecocokan model)

H1 : bj ≠ 0 (terdapat kecocokan model)

Dimana j = 1, 2, k : Variabel ke J sampai ke k.

2) Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 0,05 dengan derajat bebas [n-k], dimana n : jumlah pengamatan dan k : jumlah variable. 3) Dengan F hitung sebesar :

 

 

R

n k

k R

    2

2

1

1 hit

F

Keterangan :

F hit : F hasil perhitungan R2 : koefiien regresi


(54)

k : jumlah variabel n : jumlah sampel

4) Kriteria pengujian sebagai berikut :

- Jika nilai probabilitas (tingkat signifikan) < 0,05, maka H0 ditolak

dan H1 diterima

- Jika nilai probabilitas (tingkat signifikan) ≥ 0,05, maka H0 diterima


(55)

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah perusahaan rokok yang terdaftar di BEI, yaitu PT. Gudang Garam, PT. HM Sampoerna dan PT. Bentoel International. Gambaran umum mengenai ketiga perusahaan diuraikan sebagai berikut:

1. PT. Gudang Garam Tbk

Perseroan yang semula bernama PT. Perusahaan Rokok Tjap Gudang “Garam Kediri” (PT. Gudang Garam) didirikan dengan Akta Suroso SH, sebagai wakil Notaris sementara di Kediri, tanggal 30 Juni 1971 No.10 diubah dengan Akta Notaris yang sama tanggal 13 Oktober 1971 No.13 dan Akta – Akta ini disetujui oleh Menteri Kehakiman dengan No. J.A.5/197/7 tanggal 17 November 1971, didaftarkan di Pengadilan Negeri Kediri dengan No. 31/1971 dan No. 32/1971 tanggal 26 November 1971, dan diumumkan dalam Tambahan No.586 pada Berita Negara No. 104 tanggal 28 Desember 1971.

Perseroan merupakan kelanjutan dari perusahaan perorangan yang didirikan tahun 1958. Pada tahun 1969 berubah status menjadi Firma dan pada tahun 1971 menjadi perseroan terbatas. Operasi komersial dimulai tahun 1958.


(56)

Anggaran dasar perseroan telah mengalami beberapa kali perubahan dan perubahan yang terakhir dilakukan dengan akte notaris Dyah Ambarwaty Setyoso, SH tanggal 18 Desember 2008 No. 27 untuk memenuhi ketentuan Undang-undang No. 40/2007 tentang Perseroan Terbatas.

Perseroan berdomisili di Indonesia dengan kantor pusat di Jl. Semampir II/1, Kediri, Jawa Timur, serta memiliki pabrik yan berlokasi di Kediri dan Gempol. Kantor perwakilan berada di Jakarta Jl. Jendral A. Yani 79, yang di Surabaya beralamat di Jl. Pengenal 7-15. Sesuai dengan pasal 3 Angaran Dasarnya, Perseroan bergerak di bidang industri rokok dan yang terkait dengan industri rokok.

Mayoritas saham perseroan dimiliki secara langsung maupun tidak langsung oleh keluarga Wonowidjojo, yang juga memiliki secara langsung maupun tidak langsung, beberapa perusahaan di Indonesia dan luar negeri.

Dengan ijin Menteri Keuangan No. SI-126/SHM/KMK.10/1990 tanggal 17 Juli 1990, perseroan telah melakukan penawaran umum kepada masyarakat melalui pasar modal dengan jumlah 57.807.800 saham yang memiliki nominal Rp. 1.000 (rupiah) per saham. Dengan surat PT. Bursa Efek Surabaya No.372/D-129/BES/VIII/90 tanggal 21 Agustus 1990 telah disetujui untuk dicatatkan di Bursa Efek Surabaya sebanyak 96.204.400 saham perseroan sejak 27 Agustus 1990. Dengan surat PT. Bursa Efek Jakarta No. S-204/BEJ/VI/92 tanggal 24 Juni 1992


(57)

telah disetujui untuk dicatatkan di Bursa Efek Jakarta sejumlah saham yang sama. Dengan surat PT. Bursa Efek Surabaya NO. 48/EMT/LIST/BES/V/94 tanggal 26 Mei 1994 dan surat PT Bursa Efak Jakarta No. S-359/BEJ.l.1/V/1994 tanggal 27 Mei 1994 telah dicatatkan lagi sejumlah 384.817.600 saham Perseroan di kedua Bursa tersebut sehingga seluruh saham Perseroan yang beredar saat itu te1ah dicatatkan, yaitu 481.022.000 saham.

Terhitung sejak tanggal 30 Nopember 2007, BES telah efektif digabung ke dalam BEJ dan selanjutnya BEJ berubah nama menjadi PT Bursa Efek Indonesia, sesuai dengan surat PT Bursa Efek Surabaya NO. JKT-026/LIST-EMITEN/BES/XI/2007 tanggal 30 Nopember 2007 saham Perseroan yang sebelumnya tercatat di BES dan BEJ sebanyak 1.924.008.000 saham, efektif tercatat dan diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia terhitung sejak tanggal 3 Desember 2007. Per akhir 2010, Perseroan dan anak perusahaan memperkerjakan 46.189 karyawan.

2. PT. HM Sampoerna, Tbk

Perusahaan didirikan di Indonesia pada tanggal 19 Oktober 1963 berdasarkan Akta Notaris Anwar Muhajudin, SH No.69. Akta pendirian perusahaan disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam surat keputusan No. J.A.5/95/15 tanggal 30 April 1964 serta diumumkan dalam lembaran berita Negara Republik Indonesia No.94 Tanggal 24 November 1964, Tambahan No.357. Anggaran dasar perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, yang terakhir dengan Akta Notaris


(58)

Aulia Taufani, SH No.107 tanggal 15 Desember 2009 dalam rangka menyesuaikan dengan peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. Perubahan Anggaran Dasar ini sudah memperoleh persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak ASasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. AHU-0006503.AH.01.09.Th 2010 tanggal 26 Januari 2010.

Ruang lingkup kegiatan perusahaan meliputi industri perdagangan rokok serta investasi saham pada perusahaan – perusahaan lain. Kegiatan produksi rokok secara komersial telah dimulai pada tahun 1913, di Surabaya sebagai industri rumah tangga. Pada tahun 1930, industri rumah tangga ini diresmikan dengan dibentuknya NVBM Handel Maatschapij Sampoerna.

Perusahaan berkedudukan di Surabaya dengan lokasi kantor pusat di Jl. Rungkut Industri Raya No.18, serta memiliki pabrik yang berlokasi di Surabaya, Pandaan, Malang dan Karawang. Perusahaan juga memiliki kantor perwakilan korporasi di Jakarta.

Per akhir 2010, PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk dan anak perusahaan (bersama-sama disebut Group) memiliki kurang lebih 27.600 orang karyawan tetap. Pada tahun 1990, perusahaan melakukan penawaran umum saham sebanyak 27.000.000 lembar dengan nilai nominal sebesar Rp. 1.000 (rupiah penuh) per saham melalui Bursa Efek Indonesia dengan harga penawaran sebesar Rp. 12.600 (rupiah penuh) per saham.


(59)

3. PT. Bentoel International Investama, Tbk

Perseroan atau BINI didirikan pada tahun 1987 dengan nama PT.Rimba Niaga Idola. Pada tahun 2000, perseroan mengubah namanya menjadi PT Bentoel Internasional Investama Tbk.

Perseroan berdomisili di Jakarta dengan kantor pusat beralamat di Plaza Bapindo, Jl. Jend. Sudirman Kav. 54-55. Fasilitas manufaktur perseroan terdapat di Malang. Perseroan mulai beropersi secara komersial pada tahun 1989 dan pada saat itu bergerak dalam bidang industri rotan. Saat ini ruang lingkup kegiatan perseroan adalh perdagangan umum, industria dan jasa, kecuali jasa di bidang hukum dan pajak.

Sejak diakuisisi oleh British American Tobacco (BAT) pada tanggal 30 Juni 2009, perusahaan induk perseroan adalah BAT yang berdomisili di Inggris, sehingga perseroan menjadi entitas sepengendali dengan PT BAT Indonesia Tbk (BATI). Namun sejak tanggal 1 Januari 2010, perseroan melakukan penggabungan usaha dengan BATI. Dan Sehubungan dengan penggabungan usaha dengan PT BAT Indonesia Tbk, Perseroan menerbitkan saham baru sejumlah 506.880.000 lembar saham sehingga saham yang beredar menjadi 7.240.005.000 saham

Anggaran dasar perseroan telah mengalami beberapa kali perubahan. Perubahan terakhir dibuat dengan Akta Notaris Aulia Taufani, SH, notaris pengganti dari Sutjipto, SH, No.28 tanggal 4 Desember 2009 sehubungan dengan penggabungan usaha dengan PT


(60)

BAT Indonesia Tbk. Akta perubahan tersebut telah mendapatkan persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia berdasarkan Surat Keputusan No.AHU-6-718.AH.01.02 Th 2009 tanggal 11 Desember 2009.

Pada tanggal 31 Desember 2010, Perseroan dan anak perusahaan memiliki 6.989 orang karyawan, termasuk 5.748 orang karyawan tetap dan pada tahun 2009 berjumlah 7.043 orang karyawan, termasuk 6.092 orang karyawan tetap.

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian

4.2.1. Deskripsi Return On Equity (ROE)

Return On Equity mengukur kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. Return On Equity merupakan prosentase laba bersih setelah pajak (EAT) terhadap modal sendiri dari perusahaan. Satuan ukur dari variable ini adalah persen (%) dan skala datanya adalah skala rasio. Return On Equity diformulasikan sebagai berikut :

100%

Sendiri Modal

bersih Laba

ROE 

Berikut ini akan disajikan data hasil penelitian yang berkaitan dengan

Return On Equity (ROE) sejak tahun 2006 hingga tahun 2010 laporan


(61)

Tabel 4.1 : Return On Equity (ROE) (X1) Tahun 2006 – 2010 (dalam %)

Tahun GGRM HMSP RMBA

2006 7.66 62 12.22

2007 10.22 44.94 15.76

2008 12.12 48.4 13.82

2009 18.88 48.63 1.43

2010 19.56 62.87 10.27

Rata-rata 13.69 53.37 10.70

Keterangan :

GGRM : PT. Gudang Garam, Tbk HMSP : PT. H.M. Sampoerna Tbk

RMBA : PT. Bentoel Internasional Investama, Tbk Sumber : Lampiran 1 (ICMD)

Gambar 4.1 : Kurva Return On Equity (ROE) Tahun 2006 – 2010 (dalam %)

Sumber : Tabel 4.1

Berdasarkan tabel 4.1 dan gambar 4.1 di atas dapat diketahui bahwa nilai Return On Equity (ROE) pada PT. Gudang Garam, Tbk selama tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 cenderung mengalami kenaikan, dimana ROE tahun 2006 sebesar 7,66% terus naik menjadi 19,56% di tahun 2010.


(62)

Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan PT. Gudang Garam, Tbk dalam menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu mengalami peningkatan.

Nilai Return On Equity (ROE) pada PT. H.M. Sampoerna Tbk selama tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 cenderung mengalami penurunan, dimana ROE tahun 2006 sebesar 62% terus turun menjadi 48,63% di tahun 2009, hal ini menunjukkan bahwa kemampuan PT. H.M. Sampoerna Tbk dalam menghasilkan laba mengalami penurunan selama rentang waktu tersebut. Sedangkan pada tahun 2010 ROE PT. H.M. Sampoerna Tbk mengalami peningkatan menjadi 62,87%.

Nilai Return On Equity (ROE) pada PT. Bentoel Internasional

Investama, Tbk selama tahun 2006 sebesar 12,22% dan meningkat pada tahun 2007 menjadi 15,76%, namun sampai dengan tahun 2009 cenderung mengalami penurunan menjadi 1,43%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan PT. Bentoel Internasional Investama, Tbk dalam menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu mengalami penurunan. Pada tahun 2010 ROE PT. Bentoel Internasional Investama, Tbk meningkat menjadi 10,27%.


(63)

4.2.2. Diskripsi Return On Equity (ROA)

ROA mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. Rasio ini juga dipengaruhi oleh besar kecilnya utang perusahaan, apabila proporsi utang makin besar maka rasio ini juga akan semakin besar. Skala pengukuran rasio dengan satuan ukurannya adalah (%).

Aktiva Total

bersih Laba

ROA 

Berikut ini akan disajikan data hasil penelitian yang berkaitan dengan

Return On Assets (ROA) sejak tahun 2006 hingga tahun 2010 laporan

keuangan perusahaan rokok yang go publik di Bursa Efek Indonesia (BEI) : Tabel 4.2 : Return On Assets (ROA) (X2) Tahun 2006 – 2010 (dalam %)

Tahun GGRM HMSP RMBA

2006 4.64 27.89 6.2

2007 6.03 23.11 6.29

2008 7.81 24.14 5.37

2009 12.69 28.72 0.58

2010 13.49 31.29 4.46

Rata-rata 8.93 27.03 4.58

Keterangan :

GGRM : PT. Gudang Garam, Tbk HMSP : PT. H.M. Sampoerna Tbk

RMBA : PT. Bentoel Internasional Investama, Tbk Sumber : Lampiran 1 (ICMD)


(64)

Gambar 4.2 : Kurva Return On Assets (ROA) Tahun 2006 – 2010 (dalam %)

Sumber : Tabel 4.2

Berdasarkan tabel 4.2 dan gambar 4.2 di atas dapat diketahui bahwa nilai Return On Assets (ROA) pada PT. Gudang Garam, Tbk selama tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 cenderung mengalami kenaikan, dimana ROA tahun 2006 sebesar 4,64% terus naik menjadi 13,49% di tahun 2010. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan PT. Gudang Garam, Tbk dalam menghasilkan laba mengalami peningkatan.

Nilai Return On Assets (ROA) pada PT. H.M. Sampoerna Tbk selama tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 cenderung mengalami penurunan, dimana ROA tahun 2006 sebesar 27,69% terus turun menjadi 24,14% di tahun 2008, hal ini menunjukkan bahwa kemampuan PT. H.M. Sampoerna Tbk dalam menghasilkan laba mengalami penurunan selama rentang waktu tersebut. Pada tahun 2009 dan 2010 meningat menjadi 31,29%.


(65)

Nilai Return On Assets (ROA) pada PT. Bentoel Internasional

Investama, Tbk selama tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 cenderung mengalami penurunan, dimana ROA tahun 2007 sebesar 6,2% terus turun menjadi 0,58% di tahun 2009. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan PT. Bentoel Internasional Investama, Tbk dalam menghasilkan laba mengalami penurunan. Pada tahun 2010 utang PT. Bentoel Internasional Investama, Tbk meningkat menjadi 4,46%.

4.2.3. Deskripsi Earning Per Share (EPS)

Earning Per Share adalah laba per lembar saham dari suatu

perusahaan, rasio ini menunjukkan berapa besar kemampuan per lembar saham menghasilkan laba.

Saham Lembar Jumlah

bersih Laba

EPS

Berikut ini akan disajikan data hasil penelitian yang berkaitan dengan

Earning Per Share (EPS) sejak tahun 2006 hingga tahun 2010 laporan

keuangan perusahaan rokok yang go publik di Bursa Efek Indonesia (BEI) : Tabel 4.3 : Earning Per Share (EPS) (X3) Tahun 2006 – 2010 (dalam jutaan

rupiah)

Tahun GGRM HMSP RMBA

2006 524 805 22

2007 750 827 36

2008 977 889 36

2009 1796 1161 4

2010 2155 1465 30

Rata-rata 1240 1029 25 Keterangan :

GGRM : PT. Gudang Garam, Tbk HMSP : PT. H.M. Sampoerna Tbk


(66)

Gambar 4.3 : Kurva Earning Per Share (EPS) Tahun 2006 – 2010

Sumber : Tabel 4.3

Berdasarkan tabel 4.3 dan gambar 4.3 di atas dapat diketahui bahwa nilai Earning Per Share (EPS) pada PT. Gudang Garam, Tbk selama tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 cenderung mengalami kenaikan, dimana EPS tahun 2006 sebesar Rp. 524 terus naik menjadi Rp. 2155 di tahun 2010. Begitu juga dengan Earning Per Share (EPS) PT. H.M. Sampoerna Tbk selama tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 cenderung mengalami peningkatan, dimana EPS tahun 2006 sebesar Rp. 805 terus naik menjadi Rp. 1465 di tahun 2010.

Berbeda dengan Earning Per Share (EPS) PT. Bentoel Internasional

Investama, Tbk selama tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 cenderung fluktuatif, dimana EPS tahun 2006 sebesar Rp. 22 naik menjadi Rp. 36 di tahun 2007. Sedangkan tahun 2008 - 2009 mengalami penurunan menjadi Rp. 3,74, dan tahun 2010 meningkat menjadi Rp. 30,2.


(67)

4.2.4. Deskripsi Tentang Harga Saham (Y)

Harga saham merupakan harga dari suatu saham yang terbentuk dari pasar modal sebagai akibat dari permintaan dan penawaran dari penjual dan pembeli saham yang dinyatakan dalam bentuk per lembar saham dan skala yang digunakan adalah skala rasio. Harga saham yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga saham pada akhir periode (closing price)

Berikut ini akan disajikan data hasil penelitian yang berkaitan dengan harga saham sejak tahun 2006 hingga tahun 2010 laporan keuangan perusahaan rokok yang go publik di Bursa Efek Indonesia (BEI) :

Tabel 4.4 : Harga Saham (Y) Tahun 2006 – 2010 (dalam rupiah)

Tahun GGRM HMSP RMBA

2006 10200 9700 310

2007 8500 14300 560

2008 4250 8100 520

2009 21550 10400 650

2010 40000 28150 800

Rata-rata 16900 14130 568

Keterangan :

GGRM : PT. Gudang Garam, Tbk HMSP : PT. H.M. Sampoerna Tbk

RMBA : PT. Bentoel Internasional Investama, Tbk Sumber : Lampiran 1 (ICMD)


(68)

Gambar 4.4 : Kurva Harga Saham Tahun 2006 – 2010

Sumber : Tabel 4.4

Berdasarkan tabel 4.4 dan gambar 4.4 di atas dapat diketahui bahwa harga saham PT. Gudang Garam, Tbk selama tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 cenderung mengalami penurunan, dan tahun 2009 sampai 2010 mengalami kenaikan, dimana harga saham tahun 2006 sebesar Rp. 10.200 turun menjadi Rp. 4250 di tahun 2008, tahun 2009 naik menjadi Rp. 21.550 dan Rp. 40.000 di tahun 2010.

Harga saham PT. H.M. Sampoerna Tbk selama tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 cenderung fluktuatif, tahun 2007 mengalami kenaikan dan tahun 2008 mengalami penurunan. Sedangkan tahun 2009 dan tahun 2010 mengalami kenaikan. Harga saham terendah Rp. 8.100 di tahun 2008 dan harga saham tertinggi Rp. 28.150 di tahun 2010.

Begitu juga dengan harga saham PT. Bentoel Internasional Investama, Tbk selama tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 cenderung naik turun,


(69)

dimana harga saham terendah Rp. 310 di tahun 2006 dan harga saham tertinggi Rp. 800 di tahun 2010.

4.3. Analisis dan Pengujian Hipotesis 4.3.1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti sebaran normal atau tidak (Sumarsono, 2002:40). Dalam penelitian ini uji normalitas menggunakan metode Kolmogorov Smirnov. Adapun hasil dari pengujian normalitas adalah :

Tabel 4.5 : Hasil Uji Normalitas

No. Variabel Penelitian Kolmogorov

Smirnov Tingkat Signifikan 1 2 3 4

Return On Equity (X1)

Return On Assets (X2)

Earning Per Share (X3) Harga saham (Y)

1.106 0,928 0,740 0, 921 0, 173 0, 355 0, 644 0, 364 Sumber : Lampiran 3

Berdasarkan tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa distribusi data pada variabel Return On Equity (X1), Return On Assets (X2), Earning Per Share (X3) dan harga saham (Y) telah mengikuti distribusi normal, karena tingkat signifikan yang dihasilkan variabel tersebut lebih dari 0,05 (sig > 5%). 4.3.2. Uji Asumsi Klasik

Model regresi yang diperoleh dengan metode Kuadrat Terkecil Biasa (Ordinary Least Square atau OLS) merupakan model regresi yang menghasilkan estimasi linier tidak bias yang terbaik (Best Linier Unbias


(70)

linier dan tidak bias (Gujarati, 1999:153). Kondisi ini akan terjadi jika dipenuhi beberapa asumsi, yang disebut dengan asumsi klasik, sebagai berikut :

4.3.2.1. Uji Autokorelasi

Untuk mengetahui ada tidaknya gejala autokorelasi maka perlu dilihat tabel Watson dengan jumlah variabel bebas (k) dan jumlah data (n) sehingga diketahui dL dan dU maka dapat diperoleh distribusi daerah keputusan ada tidaknya autokorelasi. (Gujarati, 1999:201)

k = 2 n = 15

dL = 0,9455 dU = 1,5432 (Lampiran 7) d = 2.002 (Lampiran 5)

Gambar 4.5 : Distribusi Daerah Keputusan Autokorelasi

Sumber : Gujarati

Pada Kurva ini di atas menunjukkan bahwa nilai d yang dihasilkan berada diantara dU (1,5432) dengan 4-dU (2,4568) atau berada pada daerah tidak autokorelasi sehingga asumsi autokorelasi terpenuhi.

Ada autokore lasi positif Daerah keragu-raguan Daerah keragu-raguan Ada autokore lasi negatif

Tidak ada autokorelasi positif dan tidak ada autokorelasi negatif

0 0,945

dL 1,543 dU 2,456 4-dU 3,054 4-dL 4 2,002


(71)

4.3.2.2. Uji Multikolinieritas

Multikolinearitas merupakan satu keadaan dimana satu atau lebih variable independent terdapat korelasi atau hubungan dengan variable independent lainnya. (Prasetyo, tt:28). Tujuan pengujian ini adalah untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independent. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem multikolinieritas. Model regresi yang seharusnya tidak terjadi pada korelasi diantara variabel independen. Deteksi adanya multikolinearitas dapat dilihat dari besaran VIF yaitu :

a. Jika besaran VIF > 10 maka terjadi multikolinearitas b. Jika besaran VIF < 10 maka tidak terjadi multikolinearitas.

Adapun nilai VIF yang dihasilkan oleh ketiga variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Tabel 4.6 : Nilai VIF

No. Variabel Bebas VIF

1. 2. 3.

Return On Equity (X1)

Return On Assets (X2)

Earning Per Share (X3)

56,671 66,572 3,032 Sumber : Lampiran 4

Pada tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa nilai VIF pada variabel

Return On Equity (X1) dan Return On Assets (X2) lebih dari 10, maka dapat dikatakan bahwa antar variabel tersebut terjadi multikolinieritas. Menurut Gujarati (1999:210) Ada beberapa cara untuk mengatasi

kolinearitas ganda (Multicollinearity) yaitu :


(72)

b. Menggabungkan data cross section dengan berkala (time series)

c. Mengeluarkan satu variabel atau lebih dan kesalahan spesifikasi. Salah satu cara yang paling mudah untuk dilakukan ialah mengeluarkan salah satu variabel yang berkorelasi dengan variabel lainnya.

d. Transformasi variabel-variabel

Model transformasi yang digunakan adalah model regresi dalam bentuk perbedaan pertama. Transformasi atau perubahan bentuk menjadi perbedaan pertama menimbulkan persoalan misalnya tidak memenuhi salah satu asumsi daripada model regresi linear.

e. Penambahan data baru

Kadang dengan hanya sekedar meningkatkan ukuran sampel , bisa mengurangi masalah kolinearitas.

Pada penelitian ini, cara yang digunakan untuk mengatasi multikolinieritas adalah mengeluarkan salah satu variabel yang berkorelasi dengan variabel lainnya, dan variabel yang dikeluarkan adalah Return On Assets (X2) dengan nilai VIF tertinggi yaitu sebesar 66,572.

Tabel 4.7 : Nilai VIF Setelah Pengujian Ulang

No. Variabel Bebas VIF

1. 2.

Return On Equity (X1)

Earning Per Share (X3)

1.203 1.203 Sumber : Lampiran 5

Pada tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa nilai VIF pada variabel


(1)

3 Mukhtaruddin dan Desmoon King Romalo (2007)

Pengaruh Return On

Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Return On Investment

(ROI), Debt to Equity

Ratio (DER) dan Book Value (BV) Per Share

Terhadap Harga Saham Properti di BEJ

X1= Return On Assets (ROA)

X2= Return On Equity (ROE)

X3 = Return On

Investment (ROI)

X4 = Debt to Equity

Ratio (DER)

X5 = Book Value (BV)

Per Share

Y= Harga Saham

ROA, ROE, ROI, DER dan BV secara simultan mempengaruhi harga saham 4 Noer Sasongko dan Nila Wulandari (2006)

Pengaruh EVA Dan Rasio-Rasio

Profitabilitas Terhadap Harga Saham

X1= Return On Assets (ROA)

X2= Return On Equity (ROE)

X3 = Return On

Investment (ROI)

X4 = Debt to Equity

Ratio (DER)

X5 = Book Value (BV)

Per Share

Y= Harga Saham

Return On Asset, Return On Equity, Return On Sale, Basic Earning Power dan Economic Value Added tidak

berpengaruh terhadap harga saham

5 Lia Nirawati (2003)

Pengaruh Debt To Equity

Ratio, Current Ratio, Earning Per Share Dan Return On Asset

Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Properti Yang Go Publik Di Bursa Efek Jakarta

X1= Debt To Equity

Ratio

X2= Current Ratio X3 =

Earning Per Share

X4 = Return On Asset Y= Harga Saham

Debt to Equity Ratio, Current Ratio, Earning Per Share dan Return On Asset berpengaruh

terhadap harga saham

6 Dewi Arum Citrawati (2012)

Pengaruh ROE (Return

On Equity), ROA

(Return On Asset) dan EPS (Earning Per

Share) terhadap harga

saham pada perusahaan rokok yang go public di Bursa Efek Indonesia

X1= Return On Equity X2= Return On Asset X3 = Earning Per Share Y= Harga Saham

Return On Asset

dieliminasi dari model karena tidak memenuhi uji asumsi klasik,

Earning Per Share

berpengaruh terhadap harga saham, sedangkan

Return On Equity tidak

berpengaruh terhadap harga saham,

Sumber : Peneliti

4.4.3. Keterbatasan Hasil Penelitian

Beberapa keterbatasan yang ada dalam penelitian adalah :

1. Pemilihan sampel yang hanya terbatas pada perusahaan rokok sehingga hasil penelitian tidak dapat digeneralisir.

2. Periode pengamatan yang digunakan relatif singkat yaitu tahun 2006 – tahun 2010 sehingga tidak mampu mencover perubahan fluktuasi data penelitian.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(2)

68

3. Jumlah sampel yang sangat kecil yaitu 15, dimana terdiri dari 3 perusahaan dengan 5 tahun pengamatan sehingga n = 15, jumlah sampel yang sangat kecil mungkinkan adanya ketidakakuratan dalam estimasi populasi.


(3)

68

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Model yang dihasilkan sesuai untuk mengetahui variabel Return On Equity (ROE) dan Earning Per Share (EPS) terhadap harga saham. 2. Secara parsial Return On Equity (ROE) tidak memberikan kontribusi

terhadap harga saham, sedangkan Earning Per Share (EPS) memberikan kontribusi terhadap harga saham.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka beberapa saran yang dapat diajukan adalah :

1. Bagi investor, sebaiknya menggunakan EPS (Earning Per Share) dalam pengambilan keputusan dalam melakukan suatu investasi karena berdasarkan hasil penelitian variabel tersebut yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

2. Bagi penelitian selanjutnya, hendaknya memperluas jangkauan populasi, memperpanjang tahun pengamatan atau menambah variabel bebas.

3. Bagi perusahaan, sebaiknya perusahaan meningkatkan kinerjanya sehingga nilai EPS (Earning Per Share) semakin meningkat dan harga

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(4)

69

saham ikut meningkat, karena menurut hasil penelitian EPS (Earning Per Share) memberikan kontribusi terhadap harga saham.


(5)

Anonim, Indonesian Capital Market Directory (ICMD), Bursa Efek Indonesia

Anoraga dan Widiyanti, 1995, Pasar Modal Keberadaan dan Manfaatnya Bagi Pembangunan, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.

Arifin dan Fakhrudin, 1999, Kamus Istilah Pasar Modal, Akuntansi Keuangan &Perbankan, Elex Media Komputindo, Jakarta

Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhruddin, 2001, Pasar Modal di Indonesia Pendekatan Tanya Jawab, penerbit Salemba Empat, Jakarta

Fakhruddin dan Sopian Hadianto 2001, Perangkat dan Modal Analisis Investasi di Pasar Modal. Buku Satu, Penerbit PT Elex Media Komputindo, Jakarta.

Gitosudarmo, 2002, Manajemen Keuangan edisi empat, BPFE, Yogyakarta

Gujarati, D, 1999, Ekonometrika Dasar, Cetakan keenam, Penerbit Erlangga, Jakarta. Halim, Abdul, 2003, Analisis Investasi. Edisi Pertama. Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Hanafi, Mamduh, 2005, Analisis Laporan Keuangan Edisi Kedua, UPP AMP YKPN,

Yogyakarta

Harahap, Soyan Syafri, 2009, Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, Penerbit Rajawali Pers, Jakarta.

Jogiyanto, 2000, Teori Portofolio Dan Analisis Investasi . Edisi kedua, BPFE, Yogyakarta Jumingan, 2006, Analisis Laporan Keuangan Edisi kedua, Penerbit PT. BUMI AKSARA,

Jakarta

Nazir, Mohammad, 2005, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Bogor. Riduwan, 2004, Metode & Teknik Menyusun Tesis, Alfabeta, Bandung

Sulaiman, Wahid, 2004, Analisis Regresi Menggunakan SPSS, Andi, Yogyakarta

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :


(6)

Sunariyah, 2003, Pengetahuan pasar Modal, Edisi Ketiga, UPP AMP YKPN, Yogyakarta Sutrisno, 2001, Manajemen Keuangan Edisi Pertama, Penerbit Ekonisia, Yogyakarta.

Tandelilin, Eduardus, 2001, Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Jurnal :

Hadianto, Bram, 2008, “Pengaruh Earnings Per Share (EPS) Dan Price Earnings Ratio (PER) Terhadap Harga Saham Sektor Perdagangan Besar Dan Ritel Pada Periode 2000-2005 Di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Ilmiah Akuntansi Vol. 7, No.2, November 2008, hal. 162-173.

Mukhtaruddin dan Romalo, Desmoon King, 2007, “Pengaruh Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Return On Investment (ROI), Debt To Equity Ratio (DER) dan Book Value (BV) Per Share Terhadap Harga Saham Properti di BEJ”, Akuntabilitas: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Akuntansi Vol. 1, No. 1, Januari 2007, hal. 69-71.

Nirawati, Lia, 2003, “Pengaruh Debt To Equity Ratio, Current Ratio, Earning Per Share dan Return On Asset Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Properti Yang Go Publik Di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi, Vol. 3, No. 6, Maret 2003, hal. 104-108.

Pasaribu, Rowland Bismark Fernando, 2008, “Pengaruh Variabel Fundamental Terhadap Harga Saham Perusahaan Go Public Di BEI”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol 2, No. 2, Juli 2008, hal. 101-113.

Wulandari, Nila dan Noer Sasongko, 2006, “Pengaruh EVA dan Rasio – Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham”, Empirika Vol. 19, No.1, Juni 2006, hal. 64-80.

Website : www.idx.co.id


Dokumen yang terkait

Pengaruh Return on Equity (ROE), Return on Asset (ROA) dan Earning Per Share (EPS) terhadap Return saham Pada perusahaan Otomotif dan Komponen yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

10 166 91

Analisis Pengaruh Return on Asset (ROA), Earning per Share (EPS), Financial Leverage, dan Proceed Terhadap Initial Return Pada Perusahaan Non Keuangan Yang Melakukan Initial Public Offering (IPO) yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 57 118

Pengaruh Return on Asset (ROA), Earning per Share (EPS) dan Debt to Equity Ratio terhadap Harga Saham : Studi Empiris di Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2012

0 35 85

Analisis Pengaruh Financial Leverage Terhadap Return on Equity dan Earning per Share Pada Perusahaan Perkebunan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

6 49 98

Pengaruh Return On Assets, Earning Per Share dan Debt to Equity Ratio terhadap Harga Saham dengan Dividen Tunai Sebagai Variabel Moderating Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 42 137

Analisis Pengaruh Laba Bersih Akuntansi, Return On Equity (ROE), Return On Asset (ROA) Dan Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)

1 33 86

Pengaruh Faktor-faktor Fundamental Terhadap Harga Saham Syariah Sektor Consumer Goods di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013

0 9 124

Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham Syariah Sektor Consumer Goods di Bursa Efek Indonesia PEriode 2011-2013

0 3 124

Pengaruh Faktor-Faktor Fundamental Terhadap Harga Saham Syariah Sektor Consumer Goods Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013

0 7 124

PENGARUH ROE (RETURN ON EQUITY), ROA (RETURN ON ASSETS) DAN EPS (EARNING PER SHARE) TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN ROKOK YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI

0 0 19