selisisih -4.109
8.049 -.066
-.510 .012
a. Dependent Variable: selisishapop Dari Tabel 5.6 dapat dibuat persamaan regresi liniernya, sebagai berikut:
Hasil Analisis regresi linier antara kadar
mRNA caspase-3
dengan Indeks
apoptosis
terdapat korelasi dengan nilai
r
= 0,012. Data ini menunjukkan bahwa penurunan Indeks
apoptosis
pasca pemberian neoajuvan kemoterapi siklus
pertama berhubungan linier dengan penurunan kadar
mRNA caspase-3
pasca pemberian neoajuvan kemoterapi siklus pertama pada LABC ditunjukkan dengan
nilai
r =
0, 012. Berdasarkan data analisis regresi linier tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa, penurunan
mRNA caspase-3
berkorelasi dengan penurunan
caspase-3
atau dapat dikatakan berkorelasi dengan penurunan
apoptosis
Indeks
apoptosis
.
5. PEMBAHASAN
5.1 Data Deskriptif
Data sampel penelitian ini menunjukkan kisaran umur antara 24 tahun sampai dengan 70 tahun dengan rata
– rata umur 46,16 ± 10,42 tahun. Rentangan umur kurang dari 35 tahun 12,90, umur antara 35 - 40 tahun 19,35, umur 41
– 50 tahun 32,25, umur 51 - 60 tahun 17,74 dan diatas 60 tahun 17,74, data di
atas menunjukkan bahwa, rentangan usia antara 35 tahun sampai dengan 50 tahun berkisar 51,40 dan menempati prosentase relatif tinggi. Kalau ditinjau dari
ukuran tumor pada sampel penelitian ini berkisar antara 3 cm sampai dengan 20 cm dengan rata
– rata ukuran tumor sebesar 8,66 cm. Melihat data tersebut antara umur 35 tahun sampai dengan 50 tahun merupakan insiden tertinggi dengan status
menstruasi yaitu premenopause 69,35 dan posmenopause 30,64 itu menandakan angka kejadian pasien LABC pada usia lebih muda pada penelitian
ini. Dikonfirmasi dengan laporan hasil penelitian dari Tewari,
et al.,
2010, menunjukkan angka tidak jauh berbeda dimana rata - rata umur pasien LABC
kisaran 47,8 tahun dengan rata - rata ukuran tumor 6,8 cm, 2 cm relatif lebih kecil dibandingkan dengan data penelitian ini yaitu 8,66 cm. Kalau merujuk dari data
dilaporkan Sharma,
et al
., 2009, melaporkan rata – rata umur 51±8.4 tahun,
maka data umur pada penelitian ini menunjukkan usia relative lebih muda dengan ukuran tumor relative lebih besar.
5.2 Respon LABC Terhadap Neoajuvan Kemoterapi NAC
Pengamatan tentang respon kemoterapi pada penelitian ini menunjukkan angka 29,03 pasien memberikan respon positif terhadap NAC dan angka ini
lebih rendah dibandingkan dengan penelitian dilakukan Manuaba, 2006, bahwa hasil penelitiannya dengan respon kemoterapi positif 39,4 terhadap NAC pada
pasien LABC dan itu berarti respon NAC
untuk tujuan memperkecil ukuran tumor serta mengeradikasi sel tumor pada penelitian ini hanya terjadi 29,03 dari
jumlah pasien diterapi, 10 lebih rendah dari hasil didapat pada kepustakaan
Penurunan Indeks Apoptosis = 38,674 – Kadar mRNA Caspase-3
dilaporkan Manuaba 2006, sedangkan 70,96 pasien lain tidak respon terhadap NAC dengan ukuran tumor tetap atau tidak berubah
stable disease
, bahkan bertambah besar
progressive disease
dan hal ini menjadi masalah besar dalam penanganan LABC, dimana akan terjadi sebagian pasien mendapatkan terapi
berlebihan
overtreatment
dan sebagain pasien lainnya mendapatkan terapi dibawah standar
undertreatment
dan bahkan terjadi keterlambatan serta kehilangan kesempatan dalam pemilihan terapi lanjutan. Dilihat dari aspek
ekonomi dan psiko - somatososial, maka permasalahan tersebut di atas berdampak buruk terhadap pasien dan dapat menyebabkan kepatuhan pasien terhadap aturan
terapi berkurang. Kondisi seperti ini seyogyanya bisa dicegah dengan penemuan faktor
– faktor dapat memprediksi respon neoajuvan kemoterapi lebih awal. Melihat data hasil penelitian dari sumber kepustakaan lain, seperti apa
dilaporkan oleh Hortobagyi,
et al
., 2010, menunjukkan kisaran angka antara 60 sampai dengan 90 pasien LABC memberikan respon kemoterapi positif
terhadap NAC sedangkan dikonfirmasi dengan hasil penelitian dilaporkan Tewari,
et al
., 2010, mengatakan bahwa, dengan pemberian NAC pada pasien LABC menunjukkan angka 78 pasien memberikan respon kemoterapi positif terdiri
atas 64 parsial respon PR dan 14 komplit respon klinis cCR. Gianni,
et al
., 2010, meneliti tentang respon terhadap kemoterapi pada pasien LABC
memperlihatkan hasil, dimana respon terhadap NAC pada pasien LABC sekitar 74 pasien memberikan respon kemoterapi positif sedangkan penelitian Torrisi,
et al
., 2010, melaporkan hasil 77,5 pasien memberikan respon kemoterapi positif.
Data di atas menunjukkan rentangan perbedaan respon kemoterapi dengan data penelitian ini kisaran 20
– 30 sedangkan tipe respon neoajuvan kemoterapi pada penelitian ini dari 18 pasien dijumpai parsial respon PR
sebanyak 16 pasien 25,80 dan respon komplit secara klinis cCR
complete clinical respone
dijumpai sebanyak 2 3,23 pasien, termasuk respon komplit secara histopatologi pCR
complete pathological respone
. Data pada penelitian ini, khususnya mengenai respon komplit secara histopatologi didapatkan 3,23,
itu menunjukkan angka relative lebih rendah dibandingkan dengan data didapat pada penelitian dilakukan oleh Alvarado-Cabrero,
et al
., 2009 yaitu 8 respon komplit secara histopatologi pCR sedangkan peneliti lain melaporkan kisaran
14 respon komplit secara patologi pCR Tewari,
et al.,
2010. Data tentang respon kemoterapi pada Gambar 5.1 penelitian ini,
memperlihatkan perbedaan angka cukup tinggi bila dibandingkan dengan data respon kemoterapi dari sumber kepustakaan lain. Perbedaan respon kemoterapi
pada penanganan LABC sangat mungkin berhubungan dengan ukuran tumor relatif besar dan usia lebih muda dengan prilaku sel tumor khususnya pada LABC
sampai saat ini belum sepenuhnya dapat diprediksi
unpredictable
Viale, 2011. Pada kepustakaan mengatakan bahwa, pengaruh ukuran tumor terhadap respon
kemoterapi belum ada kata sepakat atau masih merupakan pro dan kontra, namun demikian Tewari,
et a.l,
2008, telah melaporkan hasil dari data
review
penelitian menjelaskan, bahwa semakin besar ukuran tumor semakin kurang respon terhadap
kemoterapi bila dibandingkan dengan ukuran tumor lebih kecil. Berdasarkan data dari hasil penelitian Manuaba, 2006, hubungan volume atau diameter tumor dan
respon terhadap neoajuvan kemoterapi tidak menunjukkan adanya hubungan bermakna atau tidak dapat menunjukkan pengaruh volume tumor terhadap respon
kemoterapi.
Berbagai laporan penelitian tentang petanda biologi pada usia muda menjelaskan bahwa, petanda biologi pada usia muda relative sama bila
dibandingkan dengan pada usia tua, tetapi sifat dan petanda biologi molekular kanker payudara pada usia muda lebih agresif dan memiliki status reseptor
estrogen negative lebih tinggi dan grading histologi tinggi. Beberapa status petanda biologi molekular unik ditampilkan pada usia muda seperti : BRCA-1, -2
mutasi, tumor supresor gen p53 mutasi, Her-2 overekpresi, reseptor estrogen ERPR negative, LVI
lymphovascular invasion
meningkat dan
Ki-67
overekpresi, kondisi ini sering dihubungkan dengan respon kurang terhadap kemoterapi DeMore, 2006; Evans,
et al
., 2006.
5.3 Penurunan Kadar