Analisis Pengaruh Jenis Kelamin, Umur, Tingkat Pendidikan, Tingkat Upah terhadap Kesempatan Kerja di Kota Medan

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH JENIS KELAMIN, UMUR, TINGKAT PENDIDIKAN, TINGKAT UPAH TERHADAP KESEMPATAN KERJA DI

KOTA MEDAN

OLEH :

Sarma Uli Sianturi

100501025

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

Permasalahan tenaga kerja di Kota Medan saat ini sampai beberapa tahun kedepan adalah terbatasnya kesempatan kerja, hal ini disebabkan karena pertambahan jumlah angkatan kerja baru tidak diiringi dengan penciptaan lapangan pekerjaan. Akibatnya adalah lapangan pekerjaan yang terbatas tersebut harus diperebut oleh warga Kota Medan sekitarnya. Pembangunan dibidang ketenaga kerjaan mencakup perluasan kesempatan kerja secara menyeluruh melalui peningkatan usaha produktif dan terpadu untk mengurangi tingkat pengangguran serta diarahkan pada kompetitif, kemandirian, peningkatan produktivitas, peningkatan pengupahan, perlindungan pekerjaan, dan kebebasan berserikat.

Penulis membatasi masalah yang dibahas hanya pada tentang pengaruh jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, tingkat upah terhadap kesempatan kerja di Kota Medan. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu data sekunder tahun 1990-2012 dan pemecahan masalah dilakukan melalui regresi liner berganda mengunakan metode OLS ( uji t, uji F, uji Determinan dan Uji asumsi Klasik).

Berdasarkan hasil analisa dan evaluasi maka penulis menyimpulkan bahwa hubungna jenis kelamin (X1) terhadap Kesempatan Kerja (Y) diketahui sebesar 0,00 bahwa jenis kelamin berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kesempatan kerja. Sedangkan umur berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesempatan kerja sebesar 0,001. Sedangkan Tingkat pendidikan berpengaruh secara positif dan signifikan dan Tingkat upah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kesempatan kerja sebesar 0,000.

Kata kunci : Jumlah penduduk, Umur, Tingkat Pendidikan, Tingkat Upah, dan Kesempatan Kerja


(3)

ABSTRACT

Labor problem in Medan this until the next few years are limited employment opportunities, for this caused by the increase of the labor force is not accompainted by the creation of new jobs. The result is of labor force is not cuptured by resident of the surrounding field. Development in the field of employment includes employment expansion a whole through increased productive effort and integrated remedy reduce the level of unemployment and directed and directed at a competitive, selfreliance, increased productivity increased wages, job protection, and freedom of a ssociation.

Authors limit only on the issues discussed on the influence of gender, age, level of education, level of wages on employment in the city of Medan. Data collection techniques used are secondary data years 1990-2012 and solving problems carried through multiple linear regression method, OLS (t test, F test, test and test assumptions Determinants Classic).

Based on the analysis and evaluation, the authors conclude that gender hubungna (X1) of the Employment (Y) of 0.00 is known that sex is a positive and significant effect on employment. While age and a significant positive effect on employment of 0.001. While the level of education in a positive and significant effect and the wage rate is negative and significant effect on employment of 0,000.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-nya sehingga saya mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan memperoleh gelar Strata-1 (S-1) Sarjana Ekonomi.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ayah saya Hatorangan Sianturi dan Ibu Lamina Purba yang telah memberikan dukungan, moril, material, nasehat dan doa yang merupakan semangat yang tiada habisnya bagi saya. Semoga Tuhan senantiasa menyayangi Ayah dan Ibu dan diberi umur panjang. Dan buat adek-adek saya tersayang Boike, Donri, Hotma, Adi, Nikodemus,Opprin terima kasih atas dukungan dan doa kepada saya.

Pada kesempatan yang berbahagia ini, tidak lupa penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac,Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Bapak Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas sumatera Utara.


(5)

3. Bapak Dr. Irsyad, SE, M.Soc.Sc, Ph.D selaku Ketua Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan 4. Bapak Paidi Hidayat, SE. M.Si selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi

Pembangunan Universitas sumatera Utara.

5. Bapak selaku Kasyful Mahalli, SE,M.SE M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulisan selama masa pendidikan.

6. Bapak Dr. Hasan Basri Tarmizi,SU selaku Dosen Penguji I yang telah bersedia meluangkan waktu dalam memberikan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.

7. Ibu Dra. Raina Linda Sari, M.Si selaku Penguji II yang telah bersedia meluangkan waktu dalam memberikan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.

8. Seluruh mahasiswa Program Studi Ekonomi Pembangunan stambuk 2010. Terima kasih, saya banyak mendapat arti persahabatan bersama teman semua.


(6)

Akhir kata penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penelitian lainnya, khususnya mahasiswa Fakultas Ekonomi Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara. Semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan rahmat dan karunia-nya serta memberikan balasan kepada setiap pihak yang telah bersedia membantu penyelesaian skripsi ini.

Medan,

Sarma Uli Sianturi


(7)

DAFTAR ISI

Halaman ABSTRAK

KATA PENGANTAR……… i

DAFTAR ISI………... iii

DAFTAR GAMBAR……….…………... vi

DAFTAR LAMPIRAN...……….... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Masalah………... 1

1.2 Perumusan Masalah ………... 4

1.3 Tujuan Masalah……….. 5

1.4 Manfaat penelitian……….. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Tenaga Kerja………... 6

2.2 Teori dan Struktur Ketenaga kerjaan……… 7

2.2.1 Konsep Ketenagakerjaan………. 7

2.2.2 Struktur Ketenagakerjaan……… 8

2.2.3 Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja……… 9

2.3 Tingkat Partisipasi Kerja……… 13

2.4 Pasar kerja……… 14

2.5 Hubungan antara Jenis Kelamin, Umur, Tingkat Pendidikan, Tingkat Upah terhadap Kesempatan kerja………... 16

2.5.1 Hubungan Jenis Kelamin Dengan Kesempatan Kerja.16 2.5.2 Hubungan umur dan Kesempatan Kerja………… 16

2.5.2 Hubungan Pendidikan dan Kesempatan Kerja…… 16

2.6 Kesempatan Kerja……… 17

2.7 Penelitian Terdahulu……… 18

2.8 Kerangaka Berpikir……… 19

2.9 Hipotesis……… 19

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup penelitian……… 21

3.2 Jenis dan Sumber Data……… 21

3.3 Identifikasi Variabel dan Operasional Variabel………… 22

3.4 Metode Analisis……… 22

3.4.1 Koefisien Determinan (R-Square)……….. 23

3.4.2 Uji Signifikani Simultan (Uji F)……… 24

3.4.3 Uji Signifikan Parsial (Uji T)……….. 25

3.5 Uji Asumsi Klasik……… 26

3.5.1 Multikolonieritas……… 26


(8)

3.5.3 Autokolrelasi……… 27

BAB III PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kota Medan……… 29

4.1.1 Letak Geografis……… 29

4.1.2 Komposisi Penduduk…………...……….. 31

4.1.3 Jumlah penduduk Kota Medan Berdasarkan Jenis kelamin……… 33

4.1.4 Tingkat Umur………..……….………… 35

4.1.5 Tingkat Upah………..……….………… 36

4.2 Hasil Model Estimasi……… 38

4.2.1 Uji Signifikan Parsial (uji t)……… 37

4.2.2 Uji Signifikan Simultan (uji F)……….…. 40

4.2.3 Koefisien Determinan (R2 )……….. 41

4.3 Asumsi Klasik……….……….. 42

4.3.1 Multikolonieritas……… …..………... 42

4.3.2 Heterokedasititas……… 43

4.3.3 Autokolerasi………... 46

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan………..……… 51


(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Kurva keseimbangan Permintaan dan Penawaran

Tenaga Kerja.……… 10

2.2 Kurva Ketidakseimbangan Antara Permintaan

dan Penawaran Tenaga Kerja ……….. 11 2.3 Kurva Ketidakseimbangan Antara Permintaan

dan Penawaran Terhadap Tenaga Kerja……….. 12 2.4 Kerangka Berpikir……… 20 4.1 Hasil Uji Heterokedastisitas………. 43


(10)

DAFTAR TABEL

No.tabel Judul Halaman

1.1 Data Penduduk Kota Medan menurut Jenis kelamin……... 2

1.2 Data tingkat pendidikan kota medan Tahun 2010-2012…….. 3

4.1 Luas wilayah Kota Medan berdasarkan kecamatan………… 30

4.2 Komposisi penduduk Kota Medan Berdasarkan Kecamatan dan Jenis kelamin……… 32

4.3 Perkembangan jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kota Medan tahun 1990-2012………. 34

4.4 Perkembangan Penduduk Berdasarkan Umur di Kota Medan Tahun1990-2012……….. 36

4.5 Perkembangan Tingkat Upah Kota Medan Tahun 1990-2012……….. … 37

4.6 Hasil estimasi uji Parsial………. 38

4.7 Hasil estimasi uji Simultan……….. 41

4.8 Hasil estimasi uji Determinan……… … 41

4.9 Hasil estimasi uji Multikolonieritas……….. … 42

4.0 Hasil estimasi Heterokedassititas……….. … 44


(11)

ABSTRAK

Permasalahan tenaga kerja di Kota Medan saat ini sampai beberapa tahun kedepan adalah terbatasnya kesempatan kerja, hal ini disebabkan karena pertambahan jumlah angkatan kerja baru tidak diiringi dengan penciptaan lapangan pekerjaan. Akibatnya adalah lapangan pekerjaan yang terbatas tersebut harus diperebut oleh warga Kota Medan sekitarnya. Pembangunan dibidang ketenaga kerjaan mencakup perluasan kesempatan kerja secara menyeluruh melalui peningkatan usaha produktif dan terpadu untk mengurangi tingkat pengangguran serta diarahkan pada kompetitif, kemandirian, peningkatan produktivitas, peningkatan pengupahan, perlindungan pekerjaan, dan kebebasan berserikat.

Penulis membatasi masalah yang dibahas hanya pada tentang pengaruh jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, tingkat upah terhadap kesempatan kerja di Kota Medan. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu data sekunder tahun 1990-2012 dan pemecahan masalah dilakukan melalui regresi liner berganda mengunakan metode OLS ( uji t, uji F, uji Determinan dan Uji asumsi Klasik).

Berdasarkan hasil analisa dan evaluasi maka penulis menyimpulkan bahwa hubungna jenis kelamin (X1) terhadap Kesempatan Kerja (Y) diketahui sebesar 0,00 bahwa jenis kelamin berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kesempatan kerja. Sedangkan umur berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesempatan kerja sebesar 0,001. Sedangkan Tingkat pendidikan berpengaruh secara positif dan signifikan dan Tingkat upah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kesempatan kerja sebesar 0,000.

Kata kunci : Jumlah penduduk, Umur, Tingkat Pendidikan, Tingkat Upah, dan Kesempatan Kerja


(12)

ABSTRACT

Labor problem in Medan this until the next few years are limited employment opportunities, for this caused by the increase of the labor force is not accompainted by the creation of new jobs. The result is of labor force is not cuptured by resident of the surrounding field. Development in the field of employment includes employment expansion a whole through increased productive effort and integrated remedy reduce the level of unemployment and directed and directed at a competitive, selfreliance, increased productivity increased wages, job protection, and freedom of a ssociation.

Authors limit only on the issues discussed on the influence of gender, age, level of education, level of wages on employment in the city of Medan. Data collection techniques used are secondary data years 1990-2012 and solving problems carried through multiple linear regression method, OLS (t test, F test, test and test assumptions Determinants Classic).

Based on the analysis and evaluation, the authors conclude that gender hubungna (X1) of the Employment (Y) of 0.00 is known that sex is a positive and significant effect on employment. While age and a significant positive effect on employment of 0.001. While the level of education in a positive and significant effect and the wage rate is negative and significant effect on employment of 0,000.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan ekonomi selain bertujuan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi, juga menciptakan lapangan kerja dan mengurangi kemiskinan. Keberhasilan pembangunan ekonomi dapat dilihat dari keberhasilan dalam menciptakan lapangan kerja atau kesempatan kerja. Kesempatan kerja merupakan peluang bagi angkatan kerja untuk memperoleh pekerjaan. Kesempatan kerja di Indonesia masih cenderung kurang, hal ini dilihat dari jumlah pengangguran tahun 2012 di Indonesia mencapai 7,39 juta jiwa dari 118,19 juta jiwa angkatan kerja, sedangkan orang yang bekerja mencapai 110,80 juta jiwa (BPS 2012).

Kesempatan kerja merupakan suatu keadaan yang menggambarkan ketersediaan pekerjaan untuk diisi oleh para pencari kerja dan merupakan kebutuhan pokok manusia yang tidak ada bedanya dengan sandang, pangan dan papan serta merupakan salah satu indikator ekonomi yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan perekonomian suatu daerah. Selain itu indikator ini dapat digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan pemerintah dalam menjalankan kebijakan ekonominya.

Kota Medan sebagai salah satu daerah otonom yang berstatus kota, yang memiliki jumlah penduduk yang tinggi, yaitu sebesar 2,1 juta jiwa. dengan jumlah angkatan kerja sebesar 6,45 juta jiwa, dan jumlah pengangguran sebesar 0,39 juta jiwa. Kesempatan kerja dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur dan tingkat


(14)

pendidikan, serta tingkat upah, yang pada akhirnya mempengaruhi tingkat pengangguran. Penambahan penduduk usia kerja setiap tahunnya dan masih banyaknya jumlah pengangguran mengakibatkan masalah ketenaga kerjaan di Kota Medan. Berikut ini data kependudukan Kota Medan berdasarkan jenis kelamin dan umur.

Tabel 1.1

Data Penduduk Kota Medan Menurut Jenis Kelamin dan Umur Tahun 2010-2012

Tahun 2010 2011 2012

Umur

Jenis kelamin Jenis kelamin Jenis kelamin

Laki-Laki Perempuan laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan

0-4 98.437 92.857 96.545 91.044 99.365 94.516

5-9 99.961 93.532 99.946 93.487 93.989 89.238

10-14 97.514 91.828 97.101 91.411 107.151 90.745

15-19 102.566 107.423 102.913 107.751 114.763 111.075 20-24 112.86 123.092 115.983 126.476 95.927 123.788 25-29 100.935 103.459 98.368 10.788 86.896 99.767

30-34 85.609 87.265 87.666 89.331 78.118 89.404

35-39 77.344 80.795 78.091 81.543 70.535 81.688

40-44 69.238 71.727 70.080 72.575 70.535 73.299

45-49 57.718 59.997 59.180 61.495 59.847 62.115

50-54 48.163 49.244 49.206 50.291 49.928 51.970

55-59 34.548 34.282 36.707 36.411 38.483 39.156

60-64 20.373 22.555 22.310 24.687 24.422 25.508

65-69 14.573 17.556 14.373 17.311 14.9788 17.588

70-74 9.596 12.384 11.337 14.627 9.978 12.746

75+ 7.491 12.688 6.754 11.436 7.312 12.328

Total 1.076.926 1.060.684 1.046.560 1.070.664 1.047.875 1.074.929 Sumber :BPS,Provinsi Sumatra Utara,2010

Berdasarkan data di atas, pada tahun 2010 jumlah penduduk laki-laki lebih tinggi daripada jumlah penduduk perempuan. Sedangkan pada tahun 2011 jumlah penduduk laki-laki mengalami penurunan, akan tetapi jumlah perempuan mengalami peningkatan. Tahun 2012 jumlah penduduk laki-laki dan perempuan


(15)

mengalami peningkatan.Jumlah penduduk laki-laki pada tahun 2012 sebesar 1.407.875 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebesar 1.074.929 jiwa.Sementara jumlah penduduk laki-laki pada usia produktif yaitu usia 25-29 tahun mencapai 100.935 jiwa, dan jumlah perempuan pada usia produktif mencapai 103.459 jiwa pada tahun 2010. Sedangkan pada tahun 2012 jumlah penduduk laki-laki usia produktif mencapai 86.896 jiwa dan jumlah perempuan sebesar 99.767 jiwa.

Selain jenis kelamin dan umur tingkat pendidikan juga mempengaruhi kesempatan kerja.Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka kesempatan kerja yang dimiliki semakin tinggi. Berikut jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Kota Medan.

Tabel 1.2

Tingkat Pendidikan Kota Medan Tahun 2010-2012 Tingkat

Pendidikan

2010 2011 2012

Laki-laki Perempuan

Laki-laki Perempuan

Laki-laki Perempuan

SD 0 0

SLTP 389 2.222 58 979 35 358

SLTA 1.968 725 1.145 1.315 1.445

Sarjana/Diploma 2.720 4.491 511 607 2.071 2.761 Sumber : BPS,Provinsi Sumatra utara,2012

Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa tingkat pendidikan merupakan hal yang paling utama dalam meningkatkan tenaga kerja yang dibutuhkan dalam mengembangkan kualitas lingkungan pekerjaan atau meningkatkan kesempatan kerja yang lebih baik dikedepannya. Tingkat pendidikan kota Medan yang lebih tinggi pada tahun 2010 dan paling tinggi mendapatkan pendidikan perempuan


(16)

yang memiliki peluang banyak terhadap kesempatan kerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Seseorang memiliki pendidikan yang lebih tinggi dan dibarengi dengan keahlian-keahlian dibidangnya masing-masing, maka peluang untuk mendapatkan pekerjaan akan lebih mudah.

Dengan pendidikan yang lebih tinggi juga akan mempengaruhi tingkat upah yang diterima. Tingkat upah kota Medan tiap tahunnya mengalami kenaikan dalam tiga tahun terakhir (2010,2011,2013). Besar upah pada tahun 2010 sebesar Rp. 1.100.000, tahun 2011 sebesar Rp. 1.197.000 dan pada tahun 2012 sebesar 1.200.000 (BPS 2012 Sumatera Utara).

Seiring dengan tuntunan kemajuan pertumbuhan yang pesat di Indonesia pada umumnya, Kota Medan khususnya sangat dibutuhkan angkatan kerja yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, Karena kesempatan kerja sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, umur jenis kelamin dan upah. Dari latar belakang di atas, menjadi dasar dari penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dengan judul “Analisis Pengaruh Jenis Kelamin, Umur, Tingkat pendidikan, Tingkat Upah Terhadap Kesempatan Kerja di Kota Medan”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas permasalan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh jenis kelamin terhadap kesempatan kerja? 2. Bagaimana pengaruh umur terhadap kesempatan kerja?

3. Bagaimana pengaruh tingkat pendidikan terhadap kesempatan kerja? 4. Bagaimana pengaruh tingkat upah terhadap kesempatan kerja?


(17)

1.3 Tujuan penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui pengaruh jenis kelamin terhadap kesempatan kerja. 2. Untuk mengetahui pengaruh umur terhadap kesempatan kerja.

3. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan terhadap kesempatan kerja. 4. Untuk mengetahui pengaruh tingkat upah terhadap kesempatan kerja.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan studi dan literature tambahan bagi mahasiswa yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.

2. Sebagai penambahan wawasan bagi peneliti yang berkaitan dengan hubungan jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan dan tingkat upah terhadap kesempatan kerja.

               


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan modal bagi geraknya roda pembangunan. Jumlah dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan seiring dengan berlangsungnya proses demografi. Tenaga kerja merupakan penduduk dengan batas umur minimal 10 tahun tanpa batas maksimal.Pembangunan ketenagakerjaan mempunyai banyak dimensi dan saling berkaitan. Keterkaitan itu mencakup tenga kerja dengan pengusaha, pemerintah dan masyarakat. Menurut Undang-undang Pokok Ketenagakerjaan No 13 Tahun 2003 yang dimaksud dengan ketenagakerjaan adalah Setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.

Sedangkan menurut Depnakertrans Tahun 2006 pengertian ketenagakerjaan ada 2 yaitu:

1. Setiap orang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat.

2. Setiap orang laki-laki atau perempuan yang berumur 15 tahun keatas yang sedang dalam melakukan pekerjaan baik di dalam maupun diluar hubungan kerja, guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Permasalahan pokok dalam pengembagan kebijakkan ketenagakerjaan nasional adalah prestasi full employment dan perbaikan struktur hidup


(19)

masyarakat. Dipihak lain alat kebijakan ekonomi belanja dimaksudkan untuk membantu dalam menentukan jumlah permintaan tenaga kerja. Sementara kebijaksanaan makro ekonomi menentukan tingkat jumlah kesempatan kerja, maka kebijakan ketenagakerjaan dapat menambah efektifnya penggunaan kebijaksanaan fiskal, moneter dan anggaran belanja dengan menyediakan secara tepat guna sumber daya untuk kesempatan kerja yang maksimum maupun untuk menyelesaikan masalah struktur. Program-program ketenagakerjaan jika digunakan bersama dengan kebijakan fiskal dan moneter dapat mengurangi masalah struktur yang bercirikan adanya pengangguran yang tinggi (Basir Barthos, 2004).

2.2 Teori Dan Struktur Ketenagakerjaan 2.2.1 Teori Ketenagakerjaan

Ada dua teori penting dalam kosep ketenagakerjaan yaitu teori Lewis dalam (Mulyadi, 2003) yang mengemukakan bahwa kelebihan pekerja merupakan kesempatan dan bukan suatu masalah. Kelebihan pekerja pada satu sektor akan memberikan andilterhadap pertumbuhan output dan penyediaan pekerja di sektor lain. Teori kedua adalah Fei-Ranis dalam (Mulyady, 2003) yang berkaiatn dengan negara berkembang yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: kelebihan buruh, sumber daya alam yang belum dapat diolah, sebagian besar penduduknya bergerak di sektor pertanian, banyak pengangguran, dan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi.Menurut Fei Rans ada tiga tahap pembangunan ekonomi dalam kondisi kelebihan buruh. Pertama, dimana para


(20)

penganngur semu (yang tidak menambah out put pertanian) di alihkan ke sektor industri dengan upah institusional yang sama. Kedua, tahap dimana pekerja pertanian menambah out put tetapi memproduksi lebih kecil dari upah institusional yang mereka peroleh, dialihkan pula ke sektor industri. Ketiga, tahap ditandai awal pertumbuhan swasembada pada saat buruh pertanian menghasilkan out put lebih besar daripada perolehan upah institusional.

2.2.2 Struktur Ketenagakerjaan

Struktur perekonomian suatu Negara dapat dicerminkan dengan struktur lapangan pekerjaan utama, struktur jenis pekerjaan utama dan status pekerjaan utama dari para pekerjaannya (Mulyadi, 2006). Lapangan pekerjaan utama seseorang adalah bidang kegiatan utama pekerja tersebut. Lapangan pekerjaan utama biasanya digolongkan atas:

1. Pertanian, perburuan, kehutanan, perikanan 2. Pertambangan dan penggalian

3. Industri pengolahan 4. Listrik, gas, dan air 5. Bangunan

6. Perdangangan besar, eceran dan rumah makan 7. Angkutan, usaha pergudangan dan komunikasi

8. Keuangan, asuransi, persewaan bangunan dan tanah serta jasa perusahaan 9. Jasa masyarakat


(21)

Jenis pekerjaan utama seseorang adalah macam pekerjaan yang dilakukan pekerja tersebut. Jenis pekerjaan utama biasanya digolongkan atas:

1. Tenaga professional, teknisi dan sejenisnya 2. Tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan 3. Tenaga tata usaha dan tenaga yang sejenis 4. Tenaga usaha penjualan

5. Tenaga usaha jasa

6. Tenaga usaha pertanian, perkebunan dan perikanan

7. Tenaga produksi, operator alat-alat angkutan dan pekerja kasar

2.2.3 Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja

Permintaan tenaga kerja berhubungan dengan fungsi tingkat upah. Semakin tinggi tingkat upah, maka semakin rendah permintaan pengusaha akan tenaga kerja. Penawaran tenaga kerja merupakan hubungan antara tingkat upah dengan jumlah satuan pekerja yang disetujui oleh penawar untuk ditawarkan. Jumlah satuan pekerja yang ditawarkan tergantung pada: (1) besarnya penduduk, (2) persentase penduduk yang memilih berada pada angkatan kerja, (3) jam kerja yang ditawarkan, dimana komponen tersebut tergantung pada tingkat upah.

Berikut gambar 2.1 yang menunjukkan adanya keseimbangan antara permintaan dan penawaran kerja.

     


(22)

W   

 

SL

We 

DL

0  Ne N 

Sumber: Mulyadi Subri, 2006

Gambar 2.1

Kurva Keseimbangan Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja

Keterangan:

SL : Penawaran tenaga kerja (Supply of Labor) DL : Permintaan tenaga kerja (demand for Labor) W : Upah rill

N : Jumlah tenaga kerja

Ne : Jumlah tenaga kerja yang diminta We : Tingkat Upah

E : Keseimbangan Permintaan dan Penawaran

Dari gambar di atas, dapat diketahui bahwa jumlah orang yang menawarkan tenaganya untuk bekerja adalah sama dengan jumlah tenaga kerja yang diminta, yaitu masing-masing sebesar Ne pada tingkat Upah keseimbangan We. Dengan demikian titik-titik keseimbangan adalah titik E. Disini ada tidak ada exses supply of labor maupun exses demand for labor. Pada tingkat upah keseimbangan We maka semua orang yang ingin bekerja telah dapat bekerja,


(23)

berarti tidak ada orang yang menganggur. Secara ideal keadaan ini disebut dengan full employment pada tingkat We tersebut.

Salah satu masalah yang biasa muncul dalam bidang angkatan kerja adalah ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran angkatan kerja pada suatu tingkat upah. Ketidakseimbangan tersebut dapat terlihat dalam gambar 2.2 seperti di bawah. Pada tingkat upah W1 penawaran tenaga kerja (SL) lebih besar daripada permintaan tenaga kerja (DL). Jumlah tenaga kerja yang menawarkan dirinya untuk bekerja adalah sebanyak N2 sedangkan yang diminta hanya N1. Dengan demikian ada orang yang menganggur pada tingkat upah W1 ini sebanyak N1 N2.

 

SL  Excess SL 

W1 

DL 

0  N1  N2

Sumber: Mulyadi Subri, 2006

Gambar 2.2

Kurva Ketidakseimbangan Antara Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja (Excess Supply Of Labour)

Keterangan gambar:

W    : Tingkat Upah N : Jumlah tenaga kerja


(24)

Pada gambar 2.3 terlihat adanya excess demand supplyfor Labor. Pada tingkat upah w2 permintaan akan tenaga kerja (DL) lebih besar daripada penawaran tenaga kerja (SL). Jumlah orang yang menawarkan dirinya, untuk bekerja pada tingkat upah W2 adalah sebanyak N3 tenaga kerja sedangkan yang diminta adalahsebanyak N4 tenaga kerja.

W   

 

SL

W2 

Excess 

DL  DL

0  N1  N2 N 

Sumber : Mulyadi Subri, 2006

Gambar 2.3

Kurva Ketidakseimbangan Antara Permintaan dan Penawaran Terhadap Tenaga Kerja (Excess Demand For Labour).  

2.3 Tingkat Partisipasi Kerja

Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPK) atau Labour Force Participation (LPFR) suatu kelompok penduduk tertentu merupakan perbandingan antara jumlah angkatan kerja dengan penduduk dalam usia kerja dalam kelompok yang sama.


(25)

TPK= %

Menurut Sony Sumarsono (2003), ada beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya TPK yaitu:

1. Jumlah penduduk yang masih bersekolah

Semakin besar jumlah penduduk yang bersekolah, semakin kecil jumlah angkatan kerja dan semakin kecil TPK.

2. Jumlah penduduk yang mengurus rumah tangga

Semakin banyak anggota dalam tiap-tiap keluarga yang mengurus rumah tangga, semakin kecil TPK.

3. Tingkat pendapatan dan jumlah tanggungan keluarga

Keluarga berpendapatan besar relatif terhadap biaya hidup, cenderung memperkecil anggota keluarga untuk bekerja, jadi TPK relatif rendah. Dan sebaliknya keluarga yang biaya hidupnya sangat besar relatif kepada penghasilannya cenderung untuk memperbanyak jumlah anggota keluarga untuk bekerja, jadi TPK relatif tinggi.

4. Umur

Penduduk berumur muda umumnyatidak mempunyai tanggung jawab begitu besar, sebagai pencari nafkah untuk keluarga, bahkan mereka umumnya bersekolah. Penduduk dalam kelompok umur 22-55 tahun, terutama laki-laki umumnya dituntut untuk ikut mencari nafkah, oleh sebab itu TPK relatif besar. Sedangkan penduduk di atas usia 55 tahun kemampuan bekerja sudah menurun dan TPK umumnya rendah.


(26)

5. Tingkat upah

Semakin tinggi tingkat upah dalam masyarakat, semakin banyak anggota keluarga yang tertarik masuk pasar kerja atau dengan kata lain semakin tinggi TPK.

6. Tingkat pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin banyak waktu yang disediakan untuk bekerja. Terutama bagi para wanita, dengan semakin tinggi pendidikan kecenderungan untuk bekerja semakin besar dan TPK semakin besar.

7. Kegiatan ekonomi

Program pembangunan di sutu pihak menuntut keterlibatan lebih banyak orang. Di lain pihak program pembangunan menumbuhkan harapan-harapan baru. Harapan untuk dapat ikut menikmati hasil pembangunan tersebut dinyatakan dalam peningkatan partisipasi kerja.Jadi semakin bertambah kegiatan ekonomi semakin besar TPK.

2.4 Pasar Kerja

Pasar kerja merupakan keseluruhan aktivitas-aktivitas dari pelaku-pelaku yang mempertemukan para pencari kerja dan lowongan pekerjaan.Pelaku ini terdiri dari pengusaha, pencari kerja, serta perantara atau pihak ketiga yang memberikan kemudahan bagi pengusaha dan pencari kerja untuk saling berhubungan. Penggolongan pasar kerja menurut pasar kerja utama dan biasa hanya menekankan aspek atau keadaan lingkungan pekerjaan dan orang yang


(27)

sudah bekerja di dalamnya dan sebaliknya penggolongan pasar kerja menurut pasar kerja intern dan ekstern menekankan proses pengisian lowongan kerja.

Penyaluran keseluruhan persediaan tenaga kerja ini sangat tergantung pada permintaan dan penawaran. Permintaan dipengaruhi oleh kekuatan pasar kerja. Penawaran kerja mencakup yang sudah bekerja dan pencari pekerja. Tingkat partisipasi tenaga kerja terdidik biasanya lebih tinggi daripada tingkat partisipasi tenaga kerja tidak terdidik. Tenaga kerja terdidik mempunyai produktivitas kerja yang lebih tinggi dari tenaga kerja tidak terdidik. Penyediaan tenaga kerja terdidik harus melalui sistem sekolah yang memerlukan waktu yang lama, oleh karena itu elastisitas penyediaan tenaga kerja terdidik lebih kecil daripada penyediaan tenaga kerja tidak terdidik. Tenaga tidak terdidik biasanya berasal dari keluarga miskin, yang umumnya tidak mampu meneruskan pendidikan, sehingga terpaksa mencari pekerjaan. Sedangkan teanga kerja terdidik umumnya berasal dari keluarga yang lebih kaya, yang mampu menyekolahkan anak-anaknya ke pendidikan yang lebih tinggi.

2.5 Hubungan Antara Jenis Kelamin, Umur, Tingkat Pendidikan, Tingkat Upah Terhadap Kesempatan Kerja

2.5.1 Hubungan Jenis Kelamin dengan Kesempatan Kerja

Tingkat partisipasi kerja (TPK) laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat partisipasi kerja perempuan karena dianggap laki-laki merupakan tulang punggung keluarga atau dianggap pencari nafkah bagi keluarga, sehingga pekerja


(28)

laki-laki sangat selektif dalam mencari pekerjaan agar mendapat pendapatan yang lebih tinggi (Payaman Simanjuntak, 2001).

2.5.2 Hubungan Umur dengan Kesempatan Kerja

Faktor umur seseorang ikut menentukan tingkat partisipasi kerjanya dalam mencarai nafkah, Makin bertambah usia seseorang makin bertambah pula partisipasi dalam bekerja. Penduduk yang berusia 0-20 tahun umumnya tidak mempunyai tanggung jawab yang tidak begitu besar sebagai pencari nafkah untuk keluarga. Namun, umumya mereka dituntut untuk bersekolah. Penduduk dalam kelompok umur 22-25 tahun, terutama laki-laki, umumnya dituntut untuk mencari nafkah dan oleh sebab itu TPK relatif besar. Sedangkan penduduk usia diatas 55 tahun kemampuan bekerja sudah menurun dan TPK umumnya menurun.

2.5.3 Hubungan Pendidikan dengan Kesempatan Kerja

Modal manusia adalah pengetahuan dan kemampuan yang diperoleh melalui pendidikan, mulai dari pendidikan anak-anak, sampai pada pelatihan dalam pekerjaan. Jumlah tamatan pendidikan masyarakat menggambarkan tingkat ketersediaan pendidikan terdidik atau sumber daya manusia pada suatu daerah. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka kesempatan kerja yang diperoleh juga semakin tinggi dan tingkat partisipasi kerjanya juga semakin tinggi dan sebaliknya, semakin rendah tingkat pendidikan seseorang maka kesempatan untuk bekerja semakin rendah juga dan tingkat partisipasi kerja semakin rendah.


(29)

2.6 Kesempatan Kerja

Istilah employment dalam bahasa Inggris berasal dari kata kerja to employ yang berarti menggunakan dalam suatu proses atau usaha memberikan pekerjaan atau disertai sumber penghidupan. Jadi employment berarti keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan atau keadaan penggunaan tenaga kerja (Yos Merizal: 2008). Menurut Sadono Sukirno (2000) kesempatan kerja sebagai sesuatu yang keadaan dimana semua pekerja ingin bekerja pada suatu tingkat upah tertentu akan dengan mudah mendapat pekerjaan. Sedangkan menurut Sulityaningsih (1993) kesempatan kerja termasuk lapangan pekerjaan yang sudah diduduki dan lowongan (vacancy).

Dari defenisi tersebut, maka kesempatan kerja dapat dibedakan menjadi golongan yaitu:

1. Kesempatan kerja permanen yaitu kesempatan kerja yang memungkinkan orang bekerja terus-menerus sampai mereka pensiun atau tidak mampu lagi untuk bekerja. Misalnya seseorang yang bekerja pada instansi pemerintah atau swasta yang memiliki jaminan sosial hingga hari tua dan tidak bekerja di tempat lain.

2. Kesempatan kerja temporer, yaitu kesempatan kerja yang memungkinan seseorang bekerja dalam waktu yang relatif singkat, kemudian menganggur untuk menunggu kesempatan kerja baru.

Kesempatan kerja adalah suatu keadaan yang menggambarkan ketersediaan pekerjaan untuk diisi oleh para pencari kerja. Kesempatan kerja yang luas dapat memaksimalkan para pekerja dan meningkatkan pendapatan


(30)

nasional, melalui meningkatnya tingkat pendapatan perkapita (Mulyadi Subri, 2003).

2.7 Penelitian Terdahulu

Analisis pengaruh jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, tingkat upah terhadap kesempatan kerja di kota medan selalu menarik untuk diteliti. Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Indra Oloan Nainggolan (2009) dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi kesempatan Kerja pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara dengan menggunakan metode Generaliezed Least Square (GLS). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel PDRB berpengaruh negatif dan signifikan, Upah Minimum (UMK) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kesempatan Kerja, sementara Tingkat Bunga Kredit berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Kesempatan Kerja pada Kabupaten/Kota di Sumatera Utara.

Penelitian lainnya dilakukan oleh Furukh Bashir, Shahid Farooq, Shabaz Nawaz, Munwar Bagum, Muhamad Asif Sandila, dan Muhamad Ramzan Arshad (2012) dengan judul Education, Health, Employment in Pakistan dengan metode analisis kointegrasi dengan menggunakan data tahun 1972-2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam konteks jangka panjang, pengeluaran pendidikan, total rumah sakit, dan pengeluaran kesehatan sangat penting terhadap kesempatan kerja di Pakistan.

Penelitian lainnya dilakukan oleh Tuminajati Budi Utami (2009) dengan judul Pengaruh Upah Minimum Kabupaten, Produk Domestik Regional Bruto,


(31)

Angkatan Kerja dan Investasi Terhadap Kesempatan Kerja di Kabupaten Jember. Dengan menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square) dengan menggunakan data tahun 1980-2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Upah minimum berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kesempatan kerja, PDRB berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesempatan kerja, angkatan kerja dan investasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesempatan kerja.

2.8 Kerangka Berpikir

Adanya kecenderungan dalam meningkatnya jumlah tenaga kerja yang menganggur dan tidak tertampung dalam pasar kerja merupakan masalah sistem ketenagakerjaan di Indonesia termasuk Kota Medan khususnya banyaknya jumlah penduduk yang mengalami pengangguran dan Kesempatan kerja yang rendah sehingga peluang penduduk yang ingin mendapatkan pekerjaan menjadi bertambah tinggi. Dengan terciptanya kesempatan kerja di Kota Medan akan mengurangi pengangguran sehingga peluang pencari kerja mendapatkan kesempatan untuk memiliki pekerjaan. Berkurangnya jumlah penganngguran berarti kesejaterahan hidup masyarakat sudah tercapai.

Kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, tingkat upah sebagai variabel independen dan Kesempatan kerja sebagai variabel dependen yang di ukur dari jumlah orang yang bekerja di Kota Medan. Untuk mengetahui hubungan dari variabel independen dan variabel dependen tersebut dapat dilihat dalam gambar sebagai berikut:


(32)

 

     

   

Gambar 2.4

Kerangka Berpikir

Berdasarkan bangan di atas bahwa hubungan antara jenis kelamin dengan kesempatan kerja yaitu bagaimana mengetahui tingkat partisipasi kerja (TPK) laki-laki lebih berpengaruh lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat partisipasi kerja (TPK) perempuan dalam mendapatkan kesempatan kerja, sedangkan umur berpengaruh terhadap kesempatan kerja yaitu bagaimana kita mengetahui tingkat umur yang lebih selektif dalam mendapatkan kesempatan kerja.

2.9  Hipotesis

Berdasarkan kerangka berpikir teoritis dan untuk menjawab tujuan peneliti dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh positif antara jenis kelamin dengan kesempatan kerja. 2. Terdapat pengaruh positif antara umur dengan Kesempatan kerja.

3. Terdapat pengaruh positif antara Tingkat pendidikan dengan Kesempatan kerja.

4. Terdapat pengaruh positif antara Tingkat Upah dengan Kesempatan kerja. Jenis Kelamin

Umur

Tingkat Pendidikan Tingkat Upah

Kesempatan Kerja


(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah peraturan kegiatan atau prosedur yang akan dilakukan dengan mengumpulkan data guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian, metodologi penelitian juga merupakan analisis teoritis mengenai suatu cara atau metode. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mengkaji Analisis Pengaruh Jenis Kelamin, Umur, Tingkat Pendidikan, tingkat Upah terhadap Kesempatan kerja di Kota Medan. Ruang lingkup penelitian ini dilakukan di kota Medan.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini seluruhnya adalah data sekunder yang diperoleh dari buku-buku, jurnal, catatan-catatan, internet, serta sumber-sumber lainnya yang berhubungan dengan masalah penelitian. Sumber data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS) berupa data jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, tingkat upah dan kesempatan kerja yang diukur berdasarkan jumlah penduduk yang bekerja di kota Medan.Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini dalam runtun waktu (time series) yaitu selama periode 1990-2012.


(34)

3.3Identifikasi variabel dan Operasionalisasi Variabel

Dalam penelitian ini indentifikasi variabel adalah satu variabel dependen yaitu kesempatan kerja (Y) dan variabel independen yaitu jenis kelamin (X1),umur (X2),Tingkat pendidikan (X3), Tingkat upah (X4).

1. Jenis kelamin (X1) adalah jumlah penduduk laki-laki dan perempuan dalam mendapatkan kesempatan kerja. Diukur dengan skala dummy variabel.

1 = Jika jenis kelamin laki-laki ; 0 = Jika jenis kelamin perempuan

2. Umur (X2) adalah Jumlah penduduk yang produktif 15 tahun ke atas dalam memperoleh kesempatan kerja.

3. Tingkat pendidikan (X3) adalah Persentasi jumlah tingkat pendidikan di kota medan. Diukur berdasarkan angka Melek Huruf.

4. Tingkat Upah (X4) adalah jumlah tingkat upah minimum tiap tahunnya. Diukur dalam satuan rupiah.

5. Kesempatan kerja (Y) adalah jumlah penduduk yang bekerja di kota Medan.

3.4Metode Analisis Data

Metode analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif.dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS), Untuk menganalisis data penelitidengan menggunakan Model persamaan yang dirumuskan sebagai berikut :


(35)

Y= β0+β1D1X1+β2X2+β3X3+β4X4+µ Keterangan :

Y = kesempatan kerja X1 = jenis kelamin

D1 merupakan Variabel Dummy jenis kelamin, dimana ; D1 = 1 Laki- laki

D1 = 0 Perempuan

X2 = Umur

X3 = Tingkat pendidikan X4 = Tingkat upah minimum β1β2β3β4 = Koefisien regresi

β0 = Konstanta

µ = Residu

  Selain peneliti menggunakan metode OLS sebagai alat analisis, peneliti juga menggunakan uji signifikan Parsial (Uji t), Uji signifikan Simultan (Uji F) Koefisien determinan (R2), dan Uji asumsi klasik.

3.4.1 Uji Signifikan Parsial (Uji t)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah suatu parameter (bi) sama dengan nol, atau :

H0 : bi = 0

Artinya apakah suatu variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (H1) parameter suatu variabel tidak sama dengan nol, atau:


(36)

Artinya, variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.

Cara melakukan uji t adalah sebagai berikut:

Quicklook: bila jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau lebih, dan derajat kepercayaan sebesar 5%, maka H0 yang menyatakan bi = 0 dapat ditolak bila nilai t lebih besar dari 2 (dalam nilai absolut). Dengan kata lain kita menerima hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen.

 Membandingkan nilai statistik t dengan titik kritis menurut tabel. Apabila nilai statistik t hasil perhitungan lebih tinggi dibandingkan nilai t tabel, kita menerima hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen.

3.4.2 UJi Signifikan Simultan (Uji F)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat. Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah semua parameter dalam model sama dengan nol, atau:

H0 : b1 = b2 = ... =bk = 0

Artinya, apakah semua variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (H1) tidak semua parameter secara simultan sama dengan nol, atau:


(37)

Artinya semua variabel independen secara simultan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.

Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik F dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut:

Quicklook: bila nilai F lebih besar daripada 4 maka H0 dapat ditolak pada derajat kepercayaan 5%., Dengan kata lain kita menerima hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa semua variabel independen secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen.

 Membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F menurut tabel. Bila nilai F hitung lebih besar dari nilai F tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima. 3.4.3 Koefisien Determinan (R2)

Koefisien determinan (R2) Pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dengan menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinan adalah antara nol atau satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen yang terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.Secara umum koefisien determinasi untuk data silang (crossection) relative rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-masing pengamatan sedangkan untuk data runtun waktu (timeseries) biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi.

Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap


(38)

tambahan jumlah variabel independen, maka R2 pasti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai adjustedR2 pada saat mengevaluasi mana model regresi terbaik. Tidak seperti R2, nilai adjusted R2 dapat naik atau turun satu variabel independen ditambahkan kedalam model.

Dalam kenyataan nilai adjusted R2 dapat bernilai negatif, walaupun yang dikehendaki harus bernilai positif. Menurut Gujarati (2003) jika dalam uji emperis didapat nilai adjusted R2 negatif, maka nilai adjusted R2 dianggap bernilai nol. Secara matematis jika nilai R2 = 1, maka nilai adjusted R2= R2 = 1 sedangkan jika R2 = 0, makaadjusted R2 = (1-k)/(n-k). jika K>1 maka adjusted R2 akan bernilai negatif.

3.5Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan pengujian, terhaap hipotesis akan dilakukan pengujian penyimpangan klasik. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah model yang digunakan dalam penelitian ini dinyatakan bebas dari penyimpanagn asumsi klasik. Uji asumsi klasik tersebut antara lain sebagai berikut:

3.5.1 Multikolinieritas

Salah satu model asumsi klasik adalah tidak terdapat multikolinearitas diantara variable dependen dan variabel independen dalam model regresi. Menurut Gujarati (2003) multikolinearitas berarti adanya hubungan sempurna


(39)

atau pasti antara variabel independen dalam model regresi. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas di dalam model yaitu dengan:

1. Nilai R square ( R2) yang dihasilkan oleh sutu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individu variabel-variabel independen banyak yang tidak signifikan mempengaruhi varaibel dependen.

2. Menganalisis matrik korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas 9,0),s maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas.

3. Melihat nilai tolerance dan nilai variance inflation factor (VIF). Suatu regresi bebas dari masalah multikolinearitas apabila nilai tolerance kurang dari 10 dan nilai VIF lebih dari 10.

3.5.2 Heteroskedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi tidak terjadi kesamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedasitisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Untuk mendeteksi adanya gejala heterokedastisitas dalam model persamaan regresi digunakan metode gleyser. Metode ini melakukan regresi antara nilai absolut dari tiap variabel independen. Apabila koefisien regresi tersebut signifikan maka terdapat heterokedastisitas di dalam data. (Gujarati Damondar, 2003).


(40)

3.5.3 Autokorelasi

Autokorelasi adalah terjadinya korelasi antara variabel error dengan variabel error yang lain. Autokorelasi seringkkali terjadi pada data time series dan dapat juga terjadi pada data cross section tetapi jarang (Widarjono,2007). Adapun dampak dari adanya autokorelasi dalam regresi adalah sama dengan dampak dari heteroskedastisitas yang telah diuraikan diatas yaitu walaupun estimator OLS masih linier dan tidak bias, tetapi tidak lagi mempunyai variansi yang minimum dan menyebabkan perhitungan standar error metode OLS tidak bias dipercaya kebenarannya.

Menurut Imam Ghozali (2002) uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya), dimana jika terjadi korelasi, maka indikasi masalah autokorelasi. Salah satu cara yang digunakan untuk mendeteksi autokorelasi adalah dengan uji Breusch-Godfrey (BG Test) (Gujarati 2003). Dimana koefisien autoregressive secara keseluruhan sama dengan nol, menunjukkan tidak terdapat autokorelasi pada setiap orde. Secara manual apabila X2 tabel lebih besar dibandingkan nilai R-Square, maka model tersebut bebas autokorelasi.

     


(41)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Kota Medan 4.1.1 Letak Geografis

Kotamadya Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Kota ini merupakan wilayah yang subur di wilayah dataran tendah timur dari provinsi Sumatera utara dengan ketinggian berada di 22,5 meter dibawah permukaan laut. Kota ini dilalui oleh dua sungai yaitu sungai Babura yang bermuara di Selat Malaka.

Secara geografis, Medan terletak pada 3,3º -3,43º LU dan 95,35º -98,44º BT dengan topografi cenderung miring ke utara. Sebelah barat dan timur Kota Medan berbatasan dengan Kabupaten Deli dan Serdang.Di sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka. Letak yang strategis ini menyebabkan Medan berkembang menjadi pintu gerbang kegiatan perdagangan barang dan jasa baik itu domestik maupun internasional.Kota Medan beriklim tropis basah dengan curah hujan rata-rata 2000-2500 mm per tahun. Suhu udara di Kota medan berada pada maksimum 32,4ºC dan minimum 24ºC.

Kotamadya Medan memiliki 21 kecamatan dari 158 kelurahan. Adapun luas wilayah masing-masing kecamatan dapat dilihat dalam tabel berikut ini.


(42)

Tabel 4.1

Luas Wilayah KotaMedan Berdasarkan Kecamatan Tahun 2010

No Kecamatan Luas (Ha) Persentase (%)

1 Medan Tuntungan 2.068 7,80

2 Medan Johor 1.458 5,50

3 Medan Amplas 1.119 4,22

4 Medan Denai 905 3,41

5 Medan Area 552 2,08

6 Medan Kota 584 2,20

7 Medan Maimun 298 1,12

8 Medan Polonia 901 3,40

9 Medan Baru 584 2,20

10 Medan Selayang 1.281 4,83

11 Medan Sunggal 1.54 5,82

12 Medan Helvetia 1.316 4,96

13 Medan Petisah 533 2,01

14 Medan Barat 682 2,57

15 Medan Timur 776 2,93

16 Medan Perjuangan 409 1,54

17 Medan Tembung 799 3,01

18 Medan Deli 2.084 7,86

19 Medan Labuhan 3.667 13,83

20 Medan Marelan 2.382 8,99

21 Medan Belawan 2.625 9,90

Sumber :BPS Medan Dalam Angka Tahun 2010

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kecamatan yang terluas di Kota Medan adalah Kecamatan Medan Labuhan 3.667 Ha, sedangkan Kecamatan Kota Medan yang memiliki luas wilayah tersempit dibandingkan denga wilayah lainnya adalah Kecamatan Medan Maimun sebesar 298 Ha. Berdasarkan Tabel 4.1 juga dapat disimpulkan bahwa luas Kota Medan secara Keseluruhan adalah sebesar 25.177 Ha.


(43)

4.1.2 Komposisi Penduduk

Komposisi penduduk Kota Medan tentunya memberikan pengaruh terhadapa kebijakan pembangunan kota, baik sebagai subjek maupun objek pembangunan. Namun dengan pertumbuhan yang pesat sulit untuk meningkatkan mutu kehidupan dan kesejaterahan secara layak dan merata. Hal ini berarti bahwa penduduk yang besar dengan kualitas yang tinggi tidak akan mudah untuk dicapai.

Progran kependudukan di Kota Medan seperti hanya di daerah Indonesia lainnya meliputi : pengendalian kelahiran, penurunan tingkat kematian bayi dan anak, perpanjangan usia harapan hidup, penyebaran penduduk yang seimbang serta pengembangan potensi penduduk sebagai modal pembangunan yang terus di tingkatkan.

Penduduk Kota Medan terdiri dari berbagai suku dan etnis. Sebelum kedatangan bangsa asing ke wilayah Medan yang merupakan bagian dari wilayah Sumatera Timur pada saat itu, penduduk Medan masih dihuni oleh suku-suku asli, seperti: Melayu, Simalungun, dan Karo. Namun, seiring dengan hadir dan berkembangnya perkebunan tembakau di Sumatera Timur maka demografi penduduk Medan berubah dengan hadirnya pendatang-pendatang seperti : Jawa, Batak Toba, Cina, Dan India. Suku-suku pendatang itu tinggal menetap dan telah bercampur dengan penduduk asli sehingga Kota Medan sampai saat ini dihuni oleh berbagai macam etnis Seperti: Melayu, Simalungun, Batak Toba, Mandailing, Cina, Angkola, Karo, Tamil, Benggali, Jawa dan lain sebagainya. Suku-suku yang ada di Kota Medan ini hidup secara harmonis dan toleran antara satu suku dengan suku yang lain.


(44)

Komposisi penduduk Kota Medan tidak hanya dilihat berdasarkan suku, tetapi juga berdasarkan jenis kelamin, umur tingkat pendidikan dan tingkat upah. Adapun Komposisi penduduk Kota Medan berdasarkan Jenis kelamin dapat dilihat dalam tabel 4.2 berikut ini.

Tabel 4.2

Komposisi Penduduk Kota Medan Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2010

NO Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 Medan

Tuntungan 32.839 33.839 66.745

2 Medan Johor 51.567 53.452 105.109

3 Medan Amplas 44.983 49.029 94.012

4 Medan Denai 67.084 62.765 129.847

5 Medan Area 55.704 45.754 101.458

6 Medan Kota 42.43 40.056 82.486

7 Medan Maimun 24.522 23.807 48.329

8 Medan Polonia 23.443 24.399 47.842

9 Medan Baru 20.949 24.565 43.514

10 Medan Selayang 39.318 39.658 78.976

11 Medan Sunggal 52.369 53.148 105.517

12 Medan Helvetia 65.548 65.053 130.581

13 Medan Petisah 34.407 35.957 70.364

14 Medan Barat 43.165 43.375 86.64

15 Medan Timur 57.072 57.52 114.992

16 Medan

Perjuangan 48.961 50.385 99.346

17 Medan

Tembung 68.418 68.225 136.643

18 Medan Deli 66.807 70.668 137.496

19 Medan Labuhan 45.72 49.914 95.639

20 Medan Marelan 46.038 49.905 95.943

21 Medan Belawan 47.572 45.309 92.881

Total 979.106 984.749 1.963.855


(45)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk terbanyak berada pada kecamatan Medan Deli dengan jumlah 137.496 orang yang dihuni oleh 66.807 orang laki-laki dan 70.688 orang perempuan.Sementara itu, Medan Deli juga lebih banyak di dominasi oleh jumlah penduduk perempuan yang berjumlah 70.688 dan jumlah penduduk laki-laki paling terbanyak adalah Kecamatan Medan Denai berjumlah 67.984 orang. Dari data tabel tersebut dapat di simpulkan bahwa jumlah penduduk Kota Medan pada tahun 2002 bila dirinci dari jenis kelaminnya Jumlah penduduk Perempuan sebesar 984.749 orang lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah penduduk laki-laki 979.106 orang. Dengan demikian jumlah penduduk kota Medan secara keseluruhan 1.963.855 orang.

4.1.3 Jumlah Penduduk Kota Medan Berdasarkan Jenis Kelamin.

Kotamedan adalah ibu kota provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini merupakan kota terbesar di pulau Sumatera Kota Medan merupakan pintu gerbang wilayah Indonesia bagian barat dan juga sebagai pintu gerbang bagi para wisatawan untuk menuju objek wisata Brastagi di daerah daratan tinggi Karo.

Jumlah penduduk merupakan salah satu indikator dalam pembangunan dan pertumbuhan perekonomian suatu daerah atau wilayah. Dengan semakin tingginya jumlah penduduk yang ada di kota Medan maka kepadatan penduduk semakin tinggi dan jumlah orang yang ingin mendapatkan pekerjaan juga semakin tinggi. Jumah penduduk kota Medan lebih tinggi pada tahun 2009 yaitu dengan jumlah 3.605.686 jiwa, 2.117.224 jiwa untuk jumlah penduduk laki-laki dan 1.488.462 jiwa untuk jumlah penduduk perempuan. Sedangkan jumlah penduduk yang


(46)

terendah pada tahun 1992 sebesar 180.970 dengan jumlah penduduk laki-laki sebesar 90.760 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebesar 90.210 jiwa.

Tabel 4.3

Perkembangan Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kota Medan Tahun 1990-2012

Tahun Jenis kelamin Total Laki-Laki (%) Perempuan (%)

Laki-Laki Perempun

1990 866.241 864.511 1.730.752 50,04 49,98

1991 884.618 882.852 1767.47 50,10 49,95

1992 90.76 90.21 180.97 50,15 49,84

1993 91.96 92.27 184.23 49,91 50,08

1994 93.58 94.03 187.61 49,88 50,11

1995 939.549 948.756 1.888.305 49,75 50,24

1996 942.427 952.888 1.895.315 49,72 50,27

1997 943.594 955.434 1.899.028 49,68 50,31

1998 944.379 965.688 1.910.067 49,44 50,55

1999 944.379 957.609 1.901.988 49,65 50,34

2000 945.847 958.426 1.904.273 49,66 50,33

2001 960.477 966.043 1.926.52 49,85 50,16

2002 979.106 984.776 1.963.882 49,86 50,14

2003 990.216 1.003.386 1.993.602 49,52 50,18

2004 995.968 1.010.174 2.006.142 49,64 50,35

2005 1.012.040 1.024.145 2.036.185 49,69 50,30

2006 1.027.607 1.039.681 2.067.288 49,70 50,29

2007 1.034.607 1.048.460 2.083.067 49,54 50,20

2008 1.039.707 1.062.398 2.102.105 49,46 50,53

2009 1.049.457 1.071.596 2.121.053 49,47 50,52

2010 1.409.559 1.374.129 2.783.688 50,63 49,36

2011 2.117.224 1.488.462 3.605.686 58,19 41,28

2012 1.047.875 1.074.929 2122804 49.362 50,63

Total 11.613.101 9.713.493 597.409.604 311,79 409,84 Sumber: BPS Medan Dalam Angka (Data Diolah)

Berdasarkan tabel diatas jumlah keseluruhan dari penduduk laki-laki sebesar 11.613.101 sedangkan jumlah keseluruhan penduduk perempuan sebesar 9.713.493. Artinya jumlah penduduk laki-laki Kota Medan lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan. Sedangkan presentasi dari


(47)

jumlah laki-laki dengan perempuan adalah sebesar 318 % dan 410 % (angka dibulatkan dari total penjumlahan penduduk laki-laki dengan perempuan).

4.1.4 Tingkat Umur

Faktor umur seseorang ikut menentukan tingkat partisipasi kerjanya dalam mencarai nafkah, Makin bertambah usia seseorang makin bertambah pula partisipasi dalam bekerja. Penduduk yang berusia 0-20 tahun umumnya tidak mempunyai tanggung jawab yang tidak begitu besar sebagai pencari nafkah untuk keluarga. Namun, umumya mereka dituntut untuk bersekolah. Penduduk dalam kelompok umur 22-25 tahun, terutama laki-laki, umumnya dituntut untuk mencari nafkah dan oleh sebab itu tingkat partisipasi kerja (TPK) relatif besar. Sedangkan penduduk usia diatas 55 tahun kemampuan bekerja sudah menurun dan tingkat partisipasi kerja (TPK) umumnya menurun.

Tingkat partisipasi umur yang bekerja di Kota Medan merupakan orang– orang yang bekerja yang usia produktif (umur 15 tahun keatas). Perkembangan penduduk kota medan yang aktif bekerja atau sedang bekerja serta mencari pekerjaan paling tinggi pada tahun 2012 sebesar 1.516.220 jiwa sedangkan umur yang paling rendah pada tahun 1994 sebesar 829.135 jiwa.


(48)

Tabel 4.4

Perkembangan Penduduk Berdasarkan Umur di Kota Medan Tahun 1990-2012

Tahun Jumlah Umur yang Produktif (15-45) Tahun 1990 1.138.928 1991 1.163.090 1992 1.052.477 1993 1.164.371 1994 1.829.135 1995 1.282.170 1996 1.303.942 1997 1.325.904 1998 1.338.005 1999 1.331.925 2000 1.315.043 2001 1.325.165 2002 1.337.178 2003 1.338.189 2004 1.418.632 2005 1.439.855 2006 1.469.674 2007 1.473.205 2008 1.501.254 2009 1.515.370 2010 1.481.322 2011 1.503.538 2012 15.16.220

Sumber: BPS Kota Medan dalam Angka (data diolah) 4.1.5 Tingkat Upah

Definisi Upah berdasarkan Undang-undang No. 25 Tahun 1997 tentang ketenaga kerjaan, hak pekerja yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha kepada pekerja atas suatu jasa yang telah atau akan dilakukan, ditetapkan, dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undang termasuk tunjangan bagi pekerja dan keluarganya.


(49)

Besarnya UMR (Upah Minimum Regional) yang sekarang lazim dikenal dengan Upah Minimum Provinsi (UMP) tiap tahunnya terus mengalami peningkatan dan penurunan. Hal ini didasarkan pada kebutuhan fisik/hidup minimum, indeks harga konsumen, perluasan kesempatan kerja, upah pada umumnya yang berlaku secara regional, kelangsungan perusahaan, dan tingkat perkembangan ekonomi regional atau pun nasional.

Tabel 4.5

Perkembangan Tingkat Upah Kota Medan Tahun 1990-2012

Tahun Tingkat Upah

1990 16.340 1991 18.200 1992 20.330 1993 23.930 1994 31.290 1995 36.820 1996 40.740 1997 135.353 1998 153.971 1999 179.528 2000 213.700 2001 340.000 2002 464.000 2003 505.000 2004 537.000 2005 600.000 2006 750.000 2007 820.000 2008 918.000 2009 997.000 2010 1.100.000 2011 1.970.000 2012 1.200.000 Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara


(50)

4.2 Hasil Model Estimasi dengan Analisis Regresi Berganda

Dari data yang diperlukan didalam model estimasi diperoleh dan dianalisis melalui persamaan linier berganda dan melalui perhitungan komputer (lampiran) dan menggunakan program SPSS dapat diperoleh koefisien dan besaran statistik sebagai berikut:

Y= β0 + β1D1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + µ

Y = 65.175 + 17.120(1) X1 + 1.825 X2 + 0,014 X3 + (-0,007)

Y= β0 + β1D1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + µ

Y = 65.175 + 17.120(0) X1 + 1.825 X2 + 0,014 X3 + (-0,007)

  

Berdasarkan model dan hasil estimasi dengan menggunakan SPSS untuk melihat bagaimana hubungan atau pengaruh antara variabel bebas yaitu jenis kelamin, umur, tinngkat pendidikan dan tingkat upah terhadap variabel terikatnya yaitu kesempatan kerja Kota Medan. Berikut ini adalah hasil pengujian regresi linier berganda:

Tabel 4.6

Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda Variabel

Koefisien

estimasi t-tabel Sig Keterangan

Constant 65,173

Jenis kelamin (X1) 17,210 1,714 0,000 Signifikan

Umur (X2) 1,825 1,714 0,001 Signifikan

Pendidikan (X3) 0,14 1,714 0,000 Signifikan Tingkat upah (X4) -0.007 1,714 0,000 Signifikan


(51)

4.2.1 UJi Signifikan Parsial (Uji t)

Uji signifiknsi parameter parsial (Uji t) dilakukan untuk melihat signifikansi dari pengaruh independen terhadap variabel dependen secara individual dan menganggap variabel lain konstan.bila jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau lebih, dan derajat kepercayaan sebesar 5%, maka H0 yang menyatakan bi = 0 dapat ditolak bila nilai t lebih besar dari 2 (dalam nilai absolut). Dengan kata lain kita menerima hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa suatu variabel independensecara individual mempengaruhi variabel dependen.

Dengan dilakukan melakukan uji-t yang mana untk melihat signifikansi dari masing masing parameter secara individual atau untuk mengetahui pengaruh variabel independen sercara parsial terhadap variabel dependen. Apabila

t

hitung <

t

tabel maka terima Ho (tidak signifikan).

Berdasarkan hasil pengujian estimasi maka dapat disimpulkan bahwa variabel dependen berpengaruh signifikan secara positif terhadap variabel independen. Adapun variabel – variabel yang dilakukan dengan tingkat kepercayaan 95% dengan alpa 5 %.

Berdasarkan analisis regresi linier berganda diatas menunjukkan bahwa kesempatan kerja kesempatan kerja dipengaruhi oleh jenis kelamin dengan koefisien 17,21 yang berarti bahwa jenis kelamin laki-laki lebih berpeluang terhadap kesempatan kerja dibanding dengan jenis kelamin perempuan.

Tingkat umur berpengaruh signifikan secara positif terhadap kesempatan kerja, dengan dengan nilai t-hitung (1,825) lebih besar dari t-tabel (1,714).


(52)

Koefisien umur sebesar 1,825 yang menunjukkan bahwa setiap penambahan 1 tahun umur mempengaruhi kesempatan kerja.

Tingkat pendidikan berpengaruh signifikan secara positif terhadap kesempatan kerja dengan nilai t-hitung (7,264) lebih besar dari t-tabel (1,714), koefisien tingkat pendidikan sebesar 0,14 yang menunjukkan bahwa setiap penambahan 1 jenjang pendidikan akan mempengaruhi kesempatan kerja sebesar 1,4 %.

Tingkat upah berpengaruh signifikan secara negatif terhadap kesempatan kerja dengan nilai t-hitung (2,430) lebih besar t-tabel (1,714) koefisien -0,007 setiap penambahan nilai 1 rupiah maka mempengaruhi tingkat upah sebesar 7 % terhadap kesempatan kerja.

4.2.2 Uji Signifikan Simultan (Uji F)

Uji F digunakan untuk membuktikan apakah variabel independen (jenis kelamin, umur, Tingkat pendidikan, Tingkat upah) secara bersama-sama (simultan) mempuyai pengaruh yang signifikan baik positif maupun negatif terhadap variabel dependennya (Kesempatan kerja).

Dari uji ANOVA atau F hitug sebesar 30.669 dengan probabilitas 0,000. Karena probabilitas jauh lebih kecil dari 0,05 maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi kesempatan kerja atau apat dikatakan bahwa jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, dan tingkat upah secara bersama-sama berpengaruh terhadap kesempatan kerja.


(53)

Tabel 4.8

Hasil Estimasi Uji Simultan

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 3413.420 4 853.355 30.669 .000a

Residual 500.838 18 27.824 Total 3914.258 22

a. Predictors: (Constant), tingkat upah, umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan

4.2.1 Koefisien Determinan (R2)

Koefisien determinasi ini digunakan untuk menjelaskan seberapa besar pengaruh variabel-variabel bebas memiliki pengaruh terhadap varibel terkaitnya. Nilai koefisien determinasi digunakan adjusted R square. Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa koefisien determinasi (adjusted R2) yang diperoleh sebesar 0.872, yang berarti bahwa 87,2 %. Hal ini menunjukkan bahwa variabel jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, dan tingkat upah dapat menerangkan 87,2 % variabel kesempatan kerja di kota Medan. Sedangkan sisanya sebesar 22,8 % kesempatan kerja dapat dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model analisis dalam penelitian ini.

Tabel 4.7

Uji Koefisien Determinasi

Model

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 3413.420 4 853.355 30.669 .000a

Residual 500.838 18 27.824

Total 3914.258 22


(54)

4.3 Uji Asumsi Klasik 4.3.1 Multikolonieritas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal (Ghozali,2007). Untuk mendeteksi adanya multikolonieritas dapat dilihat dari Value Inflation Factor (VIF). Apabila nilai VIF > 10 maka terjadi multikolonieritas dan sebaliknya jika VIF < 10 tidak terjadi multikolonieritas (Wijaya, 2009).

Untuk analisinya dapat kita lihat dalam output hasil estimasi pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.10

Hasil Estimasi Multikolonietritas

Model Unstandardized Coefficients Standared Coefficien ts

T Sig.

Correlations

Collinearity Statistics B

Std.

Error Beta

Zero-order Partial Part

Toleran ce VIF 1 (Consta

nt) 65.173 16.383

-3.978 .001 jenis

kelamin 17.210 3.100 .544 5.551 .000 .258 .795 .468 .740 1.352 Umur 1.825 .444 .394 4.112 .001 .534 .696 .347 .774 1.292 tingkat

pendidik an

.014 .002 .848 7.264 .000 .619 .864 .612 .522 1.916 tingkat

upah -007 .005 -178 2.430 .000 .020 .319 .121 .458 2.181 a. Dependent Variabel:


(55)

Berdasarkan hasil estimasi yang dilakukan dalam variabel- variabel yang digunakan maka pemenuhan asumsi dari model statistika regresi berganda adalah bahwa variabel-variabel bebas dalam persamaan tersebut tidak saling berkorelasi. Pengujian ada tidaknya multikolonieritas yaitu dengan melihat nilai hasil tolerance VIF apakah koefisien korelasi antar variabel bebas lebih besar atau lebih kecil dari 10.

Dari hasil estimasi dilihat dari nilai tolerance VIF diatas bahwa nilai X1 (jenis kelamin) 0,740 < 10 maka tidak ada gejala multikolonieritas dalam variabel tersebut, Variabel X2 (umur) dilihat dari hasil estimasi nilai tolerance VIF sebesar 0,774 < 10 artinya tidak terdapat gejala multikolonieritas di dalam variabel X2 (umur). Variabel X3 (tingkat pendidikan) dari hasil estimasi nilai tolerance sebesar 0,522 < 10 artinya tidak terdapat gejala multikolonieritas dalam variabel X3 (tingkat pendidikan). Kemudian variabel X4 (tingkat upah) dari hasil estimasi nilai tolerance sebesar 0,458 < 10 artinya tidak terdapat gejala multikolonieritas dalam variabel X4 (tingkat upah).

Dan dapat disimpulkan secara keseluruhan bahwa di dalam hasil estimasi yang dilakukan di atas semua variabel-variabel tidak mengalami gejala multikoloneritas atau hasil estimasi tersebut multikolonieritas terpenuhi.

4.3.2 Heterokedasititas

Pengujian ini digunakan untuk melihat apakah variabel penganggu mempunyai varian yang sama atau tidak. Heteroskedasititas mempunyai suatu keadaan bahwa varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain berbeda. Salah satu metode yang digunakan untuk menguji heterokedasititas


(56)

akan mengakibatkan penaksiran koefisien-koefisien regresi menjadi tidak efisien. Hasil penafsiran akan menjadi kurang dari semestinya. Heteroskedasititas bertentangan dengan salah satu asumsi dasar regresi linier, yaitu bahwa variasi residual sama untuk semua pengamatan atau disebut homokedastisitas.Untuk mendeteksi adanya gejala heterokedastisitas dalam model persamaan regresi digunakan metode glejser. Metode ini melakukan regresi antara nilai absolut dari tiap variabel independen. Apabila koefisien regresi tersebut signifikan maka terdapat heterokedastisitas di dalam data (Gujarati Damondar,2003). Selain metode glejser digunakan untuk mendeteksi ada atau tidak adanya heterokedasititas dapat juga di gunakan dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada atau tidaknya heterokedasititas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residual ( Y prediksi - Y sesungguhnya) yang telah di studentized.

Dasar analisisnya adalah sebagai berikut :

1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit).

2. Jika ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedasititas.


(57)

Gambar 4.1 Hasil Uji Heteroskedasititas 

Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa tidak terjadi heteroskedasititas sebab tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Sehingga dapat dikatakan uji ini heteroskedastitas terpenuhi.

Uji heteroskedassititas dengan menggunakan metode glejser, uji glejser dengan cara meregresikan antara variabel independen dengan nilai absolute residualnya. Jika nilai signifikan antara variabel independen dengan absolute residual lebih dari 0,05 maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas. Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilihat dari tabel sebagai berikut.


(58)

Tabel 4.11

Hasil Estimasi Heterokedastisitas

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -3.650 9.104 -.401 .693

tingkat upah -.007 .003 -.704 -2.597 .018 jenis kelamin .185 1.766 .023 .105 .918

Umur -.470 .249 -.398 -1.890 .045

tingkat pendidikan .114 .104 .278 1.089 .290 a. Dependent Variable: RES2

Berdasarkan output diatas dapat diketahui bahwa nilai signifikasi variabel jenis kelamin (X1) sebesar 0,918 lebih besar dari 0,05 artinya tidak ada gejala heteroskedastisitas pada variabel jenis kelamin. Sementara itu, diketahui nilai signifikansi variabel umur (X2) sebesar 0,45 lebih besar dari 0,05 artinya terjadi gejala heteroskedastisitas pada variabel tersebut, nilai signifikansi pada variabel tingkat pendidikan (X3) sebesar 0,290 lebih kecil dari 0,05, artinya tidak ada gejala heteroskedassititas pada variabel tingkat pendidikan, Sementara itu pada nilai signifikansi tingkat upah (X4) sebesar 0,18 lebih besar dari 0,05, artinya tidak ada gejala masalah heteroskedatisitas pada variabel tingkat upah.

4.3.3 Autokorelasi

Uji autokorelasi merupakan pengujian asumsi dalam regresi dimana variabel dependen tidak berkorelasi dengan dirinya sendiri. Maksud korelasi dengan diri sendiri adalah bahwa nilai variabel dependen tidak berhubungan dengan nilai variabel itu sendiri, baik nilai variabel sebelumnya atau nilai periode


(59)

sesungguhnya. Salah satu cara yang digunakan untuk mendeteksi autokorelasi adalah dengan uji Breusch-Godfrey (BG Test) (Gujarati 2003). koefisienautoregressive secara keseluruhan sama dengan nol, menunjukkan tidak terdapat autokorelasi pada setiap orde. Secara manual apabila X2 tabel lebih besar dibandingkan nilai R-Square, maka model tersebut bebas autokorelasi.

Dari hasil estimasi model summaryb bahwa nilai X2 (Tabel Chi kuadrat) sebesar 35.89 lebih besar dari nilai R-square sebesar 0,872 sehingga dari hasil estimasi secara keseluruhan terdapat disimpulkan bahwa di dalam data tidak terdapat masalah autokorelasi.

Dasar pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:

Hipotesis Keputusan Jika

Tidak ada

autokorelasi positif Tolak 0 < dl < du

Tidak ada

autokorelasi positif No Decisien dl - ≤ d ≤ du

Tidak ada

autokorelasi negatif Tolak

4 - dl < d < 4

Tidak ada

autokorelasi negatif no Decisien 4 – du ≤ d ≤ 4 - dl

Tidak ada

autokorelasi Tidak ditolak du – d – 4-du


(60)

Untuk analisisnya dapat dilihat dari hasil output Model summary sebagai berikut:

Tabel 5.1

Hasil Estimasi Uji Autokorelasi

Durbin-Watson 1.107

Sig. F Change 0,000

 

Berdasarkan hasil estimasi diperoleh nilai Durbin-Watson sebesar 1.107 Pada tingkat signifikan = 5 %, dilihat berdasarkan DW-tabel menunjukkan bahwa nilai dl = 0,9864 dan du = 1.67855 ; k = 4, dan hasil estimasi didapat yaitu 0 < 1,107 ≤ 0.9864 di dalam hasil estimasi tersebut. Karena DW hitung lebih kecil dari dl atau 0 < d < dl, maka dapat dinyatakan bahwa model terkena masalah autokorelasi.

Secara umum penelitian ini menunjukkan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan. Penjelasan kemaknaan dari masing-masing independen terhadap variabel dependen dijelaskan sebagai berikut:

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel jenis kelamin memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kesempatan kerja. Hasil ini memberikan bukti emperis bahwa jenis kelamin penduduk laki-laki lebih tinggi dibandingkan jumlah penduduk perempuan dalam mendapatkan kesempatan kerja/ peluang kerja (Payamant Simanjuntak).

Berdasarkan penelitian bahwa variabel umur memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kesempatan kerja. Hasil ini memberikan bukti emperis


(61)

bahwa umur yang semakin tua (jumlah penduduk yang tidak produktif) akan semakin sulit dalam mendapatkan kesempatan kerja. Koefisien regresi umur sebesar 1,825 menyatakan bahwa setiap pertambahan umur sebesar 1 tahun akan menyebabkan kesempatan kerja bertambah sebesar 1,825%. Kondisi demikian secara umum dikaitkan dengan tingkat produktivitas yang lebih baik dari golongan usia muda dibanding dengan golongan usia tua. Dalam hal ini pemberi pekerja akan mempertimbangkan produktivitas kerja yang akan diberikan kepada orang yang bekerja. Dengan kondisi persaingan kerja yang semakin besar, pemberikerja akan berperan aktif dalam menyeleksi tenaga kerja yang akan diperkerjakannya. Salah satu pertimbangan yaitu umur pencari kerja. Dalam hal ini perusahaantentu akan mencaritenaga kerja yang masih cenderung produktif. Pada usia yang relatife tua, meskipun sudah memiliki pengalaman dalam bekerja yang lebih banyak, namun kondisi fisik yang semakin tua maka produktifitasnya juga akan mengalami penurunan. Sehingga dalam persaingan tenaga kerja pada usia yang relatif tua cenderung kurang memiliki peluang untuk mendapatkan kesempatan kerja.

Berdasarkan penelitian bahwa variabel tingkat pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesempatan kerja. Hasil ini memberikan bukti yang emperis bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka peluang untuk bekerja akan semakin tinggi juga untuk memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan return biaya pendidikannya. Koefisien regresi pendidikan adalah 0,14 menyatakan bahwa setiap peningkatan pendidikan sebesar 1 tahun akan menyebabkan kesempatan kerja meningkat sebesar 14 %. Alasan utama atas diperolehnya


(62)

pengaruh positif dan signifikan ini terkait dengan pertimbangan bahwa seseorang yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi akan cenderung mempengaruhi informasi di pasar kerja, dengan begitu pencari kerja lebih leluasa dalam memilih pekerjaan yang sesuai dengan mencari kerja yang cocok dalam mendapatkan pekerjaan.

Berdasarkan penelitian ini bahwa variabel tingkat upah memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap kesempatan kerja. Hasil ini memberikan bukti yang emperis bahwa semakin tinggi tingkat upah maka dalam peluang untuk mendapatkan kesempatan kerja akan semakin rendah.


(63)

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Dari hasil analisis data yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Variabel jenis kelamin memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kesempatan kerja. Melalui estimasi kesempatan kerja dapat di ketahui bahwa kesempatan kerja yang di Kota Medan, Penduduk laki-laki memiliki kesempatan kerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan penduduk perempuan.

2. Variabel umur memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kesempatan kerja. Setiap penambahan 1 tahun umur maka mempengaruhi kesempatan kerja.

3. Variabel tingkat pendidikan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kesempatan kerja. Artinya bahwa semakin tinggi pendidikan yang di ditempuh maka kesempatan kerja untuk memiliki pekerjaannya akan semakin tinggi.

4. Variabel tingkat upah memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap kesempatan kerja. Setiap penambahan tingkat upah sebesar 1 Rupiah maka akan mempengaruhi kesempatan kerja.

   


(64)

 

5.2 Saran

Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian ini dapat dikemukakan beberapa saran sebagai upaya untuk membantu mengatasi masalah kesempatan kerja khususnya kesempatan kerja yang ada di Kota Medan sebagai berikut :

1. Pada usia tertentu para pencari kerja diharapkan lebih aktif dalam mencari informasi tentang lowongan pekerjaan yang sesuai dengan tingkat pendidikan dan keahlian yang dimilikinya, sebab sebagian besar perusahaan lebih mengutamakan pencari kerja dengan usia muda, mereka beranggapan bahwa seseorang yang berusia muda merupakan usia yang masih produktif.

2. Perlunya menanamkan jiwa kewirausahaan bagi kelompok pencari kerja dengan pendidikan yang tinggi. Dalam hal ini memberi implikasi bahwa jiwa kewirausahaan akan menjadi solusi dalam menciptakan pekerjaan, sehingga pencari kerja memiliki kesempatan kerja dengan pendidikan tinggi dituntut lebih kreatif dan inovatif.

3. Diharapkan pencari kerja mempunyai bekal pengetahuan serta pengalaman kerja. Dengan mimiliki pengalaman kerja tenaga kerja akan mempunyai lebih banyak kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan, dengan kata lain tenaga kerja yang berpengalaman lebih siap untuk memasuki dunia kerja dibanding dengan tenaga kerja yang tidak berpengalaman.


(65)

DAFTAR PUSTAKA

BPS. 2014. Data Jumlah penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin, dan Umur 2010-2012. Medan: BPS Profinsi Sumatera Utara.

BPS 2014.Data Pendidikan Provinsi Sumatera Utara 2010-2012. Medan: BPS Profinsi Sumatera Utara.

Barthos Basir.2004.Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Basri, Furukh,dkk. 2012. “Education,Health, and Employment in Pakistan: A Co-integration Analysis”, Research on Humanities and Social Sciences, Vol. 2 No. 5, hal 1-12.

Damondar,Gujarati. 2003. Basic Economic. New York : Mc Graw Hill.

Imam, Ghozali. 2002. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Universitas Diponegoro.

Merizal, Yos. 2008. Analisis Pengaruh pendidikan, Tingkat Upah Minimum Kabupaten, dan Kesempatan Kerja Rehadap Pengangguran Terdidik di Kabupaten Semarang. Semarang. UNDIP Press.

Mulyadi. 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia.Jakarta: PT Grafindo Parsada. Nainggolan, Indra Oloan. 2009. Analisis Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi

Kesempatan Kerja Pada Kabupaten/Kota di Provinsi Suamtera Utara.Skripsi; Medan:Program Sarjana Universitas sumatera Utara.

Nasri Bachtiar, dan Elfindri.2004. Ekonomi Ketenagakerjaan. : Universitas Andalas.

Setiawan, Satrio Adi. 2010. Pengaruh Umur, Pendidikan, Pendapatan, Pengalaman Kerja Dan Jenis Kelamin Terhadap Lama mencari Kerja Bagi Tenaga Kerja Terdidik Di Kota Magelang. Semarang: UNDIP Press.

Siagian, Sondang P. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.

Simanjuntak, Payaman J. 2001. Manajemen Dan Evaluasi Kinerja. Jakarta: FE UI Press.


(1)

 

5.2 Saran

Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian ini dapat dikemukakan beberapa saran sebagai upaya untuk membantu mengatasi masalah kesempatan kerja khususnya kesempatan kerja yang ada di Kota Medan sebagai berikut :

1. Pada usia tertentu para pencari kerja diharapkan lebih aktif dalam mencari informasi tentang lowongan pekerjaan yang sesuai dengan tingkat pendidikan dan keahlian yang dimilikinya, sebab sebagian besar perusahaan lebih mengutamakan pencari kerja dengan usia muda, mereka beranggapan bahwa seseorang yang berusia muda merupakan usia yang masih produktif.

2. Perlunya menanamkan jiwa kewirausahaan bagi kelompok pencari kerja dengan pendidikan yang tinggi. Dalam hal ini memberi implikasi bahwa jiwa kewirausahaan akan menjadi solusi dalam menciptakan pekerjaan, sehingga pencari kerja memiliki kesempatan kerja dengan pendidikan tinggi dituntut lebih kreatif dan inovatif.

3. Diharapkan pencari kerja mempunyai bekal pengetahuan serta pengalaman kerja. Dengan mimiliki pengalaman kerja tenaga kerja akan mempunyai lebih banyak kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan, dengan kata lain tenaga kerja yang berpengalaman lebih siap untuk memasuki dunia kerja dibanding dengan tenaga kerja yang tidak berpengalaman.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

BPS. 2014. Data Jumlah penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin, dan Umur 2010-2012. Medan: BPS Profinsi Sumatera Utara.

BPS 2014.Data Pendidikan Provinsi Sumatera Utara 2010-2012. Medan: BPS Profinsi Sumatera Utara.

Barthos Basir.2004.Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Basri, Furukh,dkk. 2012. “Education,Health, and Employment in Pakistan: A Co-integration Analysis”, Research on Humanities and Social Sciences, Vol. 2 No. 5, hal 1-12.

Damondar,Gujarati. 2003. Basic Economic. New York : Mc Graw Hill.

Imam, Ghozali. 2002. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Universitas Diponegoro.

Merizal, Yos. 2008. Analisis Pengaruh pendidikan, Tingkat Upah Minimum Kabupaten, dan Kesempatan Kerja Rehadap Pengangguran Terdidik di Kabupaten Semarang. Semarang. UNDIP Press.

Mulyadi. 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia.Jakarta: PT Grafindo Parsada. Nainggolan, Indra Oloan. 2009. Analisis Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi

Kesempatan Kerja Pada Kabupaten/Kota di Provinsi Suamtera Utara.Skripsi; Medan:Program Sarjana Universitas sumatera Utara.

Nasri Bachtiar, dan Elfindri.2004. Ekonomi Ketenagakerjaan. : Universitas Andalas.

Setiawan, Satrio Adi. 2010. Pengaruh Umur, Pendidikan, Pendapatan, Pengalaman Kerja Dan Jenis Kelamin Terhadap Lama mencari Kerja Bagi Tenaga Kerja Terdidik Di Kota Magelang. Semarang: UNDIP Press.


(3)

Sumarsono.Sony.2003. Manajemen Sumber Daya Manusia dan Ketenagakerjaan. Jakarta: Graha Ilmu.

Suryanto Dwi. 2011. Analisis Pengaruh Tenaga Kerja, Tingkat Pendidikan, dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Subosukawoosraten Tahun 2004-2008. Tesis program PascaSarjana. Yogyakarta UNDIP Press.

Sulistyaningsih, E. 1993.Dampak Perubahan Struktur Ekonomi, Pada Struktur Kebutuhan Kualitas Tenaga Kerja Di Indonesia, 1980-1990: Pendekatan Input-Output.Disertasi Program Doktor PascaSarjana. Bogor: IPB Press. Suroto. 1992. Strategi Pembangunan dan Perencanaan Kesempatan

Kerja.Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Todaro,Michael.2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga.Jakarta: Erlangga Widarjono, A. 2007. Ekonometrika: Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan

Bisnis, Edisi kedua, Yogyakarta: Ekononisia Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia.

Undang-Undang No.13 Tahun 2003.Ketenagakerjaan.

Utami, Tuminajati Budi. 2009. “Pengaruh Upah Minimum Kabupaten, Produk Domestik Regional Bruto, Angkatan Kerja dan Investasi Terhadap Kesempatan Kerja di Kabupaten Jember”. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Pembangunan, Vol 1 No.1.hal 1-20


(4)

LAMPIRAN 1

Hasil Estimasi uji t

Model Summaryb

Mo del R

R Squar e Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Change Statistics Durbin-Watson R Square Change F Chang

e df1 df2

Sig. F Change 1

.934a .872 .844 5.27488 .872 30.66

9 4 18 .000 1.107

a. Predictors: (Constant), tingkat upah, umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan

b. Dependent Variable: kesempatan kerja

ANOVAb

Model

Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 3413.420 4 853.355 30.669 .000a

Residual 500.838 18 27.824

Total 3914.258 22

a. Predictors: (Constant), tingkat upah, umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan b. Dependent Variable: kesempatan kerja


(5)

Hasil Estimasi uji Multikolonieritas Model Unstandardized Coefficients Standard ized Coefficie nts

t Sig.

Correlations Collinearity Statistics B Std. Error Beta Zero-order Partia l Part

Tolera nce VIF 1 (Con

stant) 65.173 16.383

-3.978 .001 jenis

kela min

17.210 3.100 .544 5.551 .000 .258 .795 .468 .740 1.352 Umu

r 1.825 .444 .394 4.112 .001 .534 .696 .347 .774 1.292

tingk at pendi dikan

.014 .002 .848 7.264 .000 .619 .864 .612 .522 1.916

tingk at upah

-007 .005 -178 2.430 .000 .020 .319 .121 .458 2.181 a. Dependent Variable:


(6)

Hasil Uji Heteroskedastisitas Dengan Menggunakan Metode Gejser

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -3.650 9.104 -.401 .693

tingkat upah -.007 .003 -.704 -2.597 .018

jenis kelamin .185 1.766 .023 .105 .918

umur -.470 .249 -.398 -1.890 .045

tingkat

pendidikan .114 .104 .278 1.089 .290