Alasan Filosofis perluny Undang-Undang Tentang PRT Alasan Sosiologis perlunya Undang-Undang Tentang PRT

Relasi kerja yang dibangun atas hubungan kekuasaan yang timpang, penghargaan yang rendah terhadap status PRT dan lingkup kerja yang spesifik membuat PRT rentan dengan beragam bentuk kekerasan. Dengan demikian, pertimbangan yuridis pembentukan UU ini adalah bahwa Indonesia belum memiliki perangkat hukum yang memadai secara komprehensif dan integratif yang mengatur mengenai perlindungan PRT.

C. Rancangan Undang-Undang Pekerja Rumah Tangga Versi Lembaga Swadaya Masyarakat LSM

1. Alasan Filosofis perluny Undang-Undang Tentang PRT

Bahwa bekerja adalah merupakan perwujudan dari keberadaan dan nilai pribadi dalam kehidupan bermasyarakat sebagai pemenuhan hak-hak asasi manusia yang dilindungi oleh undang-undang berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam melakukan pekerjaan, Pekerja Rumah Tangga berhak mendapatkan pengakuan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan. untuk mencegah terjadinya diskriminasi dan kekerasan terhadap Pekerja Rumah Tangga diperlukan sistem yang menjamin dan melindungi Pekerja Rumah Tangga. Perlindungan terhadap Pekerja Rumah Tangga ditujukan untuk menjamin pemenuhan hak-hak dasar Pekerja Rumah Tangga dan kesejahteraan Pekerja Rumah Tangga beserta keluarganya. dalam rangka menjamin perlindungan dan meningkatkan kualitas hidup, Pekerja Rumah Tangga berhak atas pendidikan dan pelatihan. karakteristik Universitas Sumatera Utara pekerjaan Pekerja Rumah Tangga berbeda dengan pekerja lainnya oleh karena itu memerlukan perlindungan hukum tersendiri.

2. Alasan Sosiologis perlunya Undang-Undang Tentang PRT

Sebagai pekerja, apapun jenis kelaminnya dan latar belakang kelas sosial, ekonomi, pendidikan, asal, ras, etnisbangsa, agama dan kepercayaan, wilayah kerjanya, pilihan profesi dan bidangnya, sudah seharusnya mendapat penghormatan, perlindungan akan hak-hak asasinya, hak-haknya sebagai pekerja, hak-haknya sebagai warga negara, sebagaimana prinsip-prinsip universal hak asasi manusia, Undang-Undang Dasar Republik Tahun 1945, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Ratifikasi Konvensi Penghapusan Segala bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Namun penghormatan, penegakan - perlindungan yang demikian seharusnya melekat pada Pekerja Rumah Tangga PRT, tidak terjadi pada kelompok pekerja ini. Keberadaan PRT dan Kontribusi Sosial Ekonomi PRT terhadap Berbagai Aspek Kehidupan Keberadaan PRT telah dirasakan manfaatnya bagi banyak rumah tangga, namun pekerjaan mereka belum dianggap sebagai profesi yang layak dihargai. Hal tersebut berkait dengan konstruksi sosial yang patriarkis tidak menghargai pekerjaan kerumahtanggaan sektor domestik. Dalam budaya patriarkis, pekerjaan domestik dianggap sebagai pekerjaan kodrati perempuan sebagai Ibu Rumah Tangga. Karena dianggap sebagai hal yang melekat pada kodrat perempuan sebagai ibu, anak perempuan, maka pekerjaan tersebut tidak diberi nilai ekonomis. Akibatnya, ketika pekerjaan tersebut Universitas Sumatera Utara dikerjakan oleh orang lain maka cukup diberi upah yang rendah. Terlebih dalam sistem yang feodal, bias kelas, jika dilihat bahwa PRT berasal dari keluarga miskin, maka upah yang rendah juga dianggap cukup untuk menghargai mereka. Pandangan yang bias gender dan dikotomis antara pekerjaan publik versus domestik, publik versus privat; produksi versus reproduksi, dan mendiskriminasi kerja domestik, privat, reproduksi tersebut sudah saatnya dirombak. Sesungguhnya, realitasnya jenis atau fungsi diantaranya tidak bisa berjalan kalau fungsi lainnya tidak berjalan. Kerja publik tidak bisa berjalan tanpa kerja domestik, kerja produksi tidak bisa berjalan tanpa kerja reproduksi. Demikian sesungguhnya, aktivitas publik tidak bisa berjalan apabila tidak ada yang melakukan kerja di sektor domestik, yang ini dikerjakan oleh jutaan PRT. Terlebih jika dilihat dari perkembangannya bahwa pekerjaan PRT sangat signifikan bagi keluarga. Bahkan dengan posisinya itu, secara tak langsung indirect PRT telah memberikan andilnya bagi perputaran roda ekonomi. Sebuah “keluarga karier” kedua pasangan, salah satu pasangan bahkan pemberi kerja tunggal yang bekerja di sektor publik mampu menyelesaikan pekerjaannya secara profesional karena pekerjaan rumah tangganya telah dikerjakan oleh PRT. Tanpa PRT di rumahnya belum tentu keluarga tersebut bisa mencapai sukses sebagai bagian kelompok profesional ataupun sebagai orang yang bisa mendapatkan, menikmati berbagai akses kehidupan untuk pengembangan dirinya sebagai manusia, warga negara dalam berbagai aspek. Jika profesi di sektor publik tersebut merupakan bagian dari perputaran roda perekonomian, maka secara tak langsung profesi PRT telah berperan secara vital, mendasar “menjalankannya”. Universitas Sumatera Utara Dari kelompok terkecil keluarga, rumah tangga, warga negara dapat berperan dalam roda pembangunan negara, sekali lagi peran PRT adalah vital. Negara adalah pihak yang bertanggung jawab sesungguhnya dan juga sebagi pihak yang selama ini ditopang oleh keberadaan PRT. Oleh karenanya Negara harus bertanggungjawab secara benar dan sungguh-sungguh untuk melakukan intervensi dan memberikan perlindungan terhadap PRT sebagai bagian pekerja, sebagai warga negara, ataupun dalam konteksnya yang terkait dengan keberadaan dirinya, dan menjamin untuk pemenuhan kesejahteraannya. Selain itu pula bahwa sebetulnya pekerjaan kerumahtanggaan tidak hanya berkaitan “rumah tangga secara sempit” seperti yang selama ini dipahami oleh masyarakat namun juga pekerjaan “rumah tangga secara luas” dalam arti pekerjaan yang masih dalam lingkup untuk kepentingan mobilitas pun untuk suatu rumah tangga merupakan pekerjaan rumah tangga. Sementara itu sebutan “pembantu” yang selama ini diberikan oleh pemberi kerja maupun masyarakat pada umumnya cenderung mengaburkan keberadaan PRT sebagai pekerja, yang lebih lanjut dijadikan legitimasi untuk mengabaikan hak-hak yang dimiliki PRT sebagai pekerja. Sebutan “pembantu” tersebut juga mengakibatkan PRT tidak tersentuh perangkat hukum ketenagakerjaan. Oleh karena itu perubahan sebutan “pembantu” menjadi “pekerja” diperlukan untuk menekankan PRT sebagai pekerja. PRT mermpunyai karakteristik yang berbeda dengan buruhpekerja pabrikmanufaktur, buruhpekerja bangunan, atau buruhpekerja lepas lainnya. Namun demikian, kekhasan karakteristik pekerjaan ini tidak ada relevansi, tidak Universitas Sumatera Utara bisa dan tidak boleh menjadi alasan untuk mengecualikannya bahwa kebutuhan dan hak-hak pekerja di sektor ini adalah kebutuhan dan hak-hak pekerja dan manusia yang berbeda dengan manusia pekerja lainnya. Sektor pekerjaan PRT yang memiliki ciri khas sendiri yang membedakan dengan pekerjaan-pekerjaan lainnya, justru memerlukan perhatian dan dukungan untuk pengakuan, penghormatan dan penghargaan atas pekerjaan dan pekerjanya. Perjanjian Kerja yang mereka lakukan lebih menunjuk pada bentuk hubungan perikatan langsung antara calon PRT dengan calon pemberi kerja. Dengan demikian maka bentuk hubungan kerja yang terjadi lebih menunjukkan bentuk hubungan kerja antar personal. Hubungan ini membedakan dengan hubungan perburuhan yang lain, adalah bahwa dalam hubungan perburuhan yang lain seperti di sektor manufaktir kontrak kerja dilakukan antara pengusaha dengan para pekerjaburuhnya secara kolektif. Demikian pun, karakteristik kerja PRT berbeda dengan buruh lainnya, baik dari pola kerja, jam kerja, volume kerja, situasi kerja yang berada dan mayoritas PRT tinggal di dalam rumah pemberi kerja. Lingkup pekerjaan PRT adalah pekerjaan kerumahtanggaan. Kategori pekerjaan kerumahtanggaan ini sebetulnya tidak sama dengan pengertian yang selama dipahami atau diakui oleh masyarakat. Pekerjaan PRT adalah pekerjaan di sektor kerumah tanggaan, yang sama dengan pekerjaan lainnya, tidak berjenis kelamin dari siapa pelaku profesi ini dan pekerjaannya dalam lingkup keperluan rumah tangga keluarga atau kelompok orang yang membentuk rumah tangga. Universitas Sumatera Utara Kategori pekerjaan kerumahtanggaan yang dimaksud dalam peraturan perundangan ini adalah sebagai berikut. a. Kelompok pekerjaan memasak untuk rumah tangga yaitu berbelanja, memasak, mengatur, menyiapkan, menyajikan makanan untuk seluruh rumah tangga pemberi kerja, membersihkan peralatan dapur dan peralatan makan; b. kelompok pekerjaan mencuci pakaian yaitu mencuci, menyeterika pakaian seluruh anggota keluarga danatau rumah tangga pemberi kerja, menata dan menyimpan pakaian di tempat yang telah ditentukan pemberi kerja; c. kelompok pekerjaan membersihkan rumah bagian dalam yaitu membersihkan lantai, merawat, merapikan perabotan rumah tangga, merapikan kamar tidur, merawat tanaman dalam rumah; d. kelompok pekerjaan membersihkan rumah bagian luar yaitu membersihkan halaman, merawat kebun danatau taman dan tanaman; e. kelompok pekerjaan merawat dan menjaga anak yaitu merawat, menjaga bayi atau balita dan mengasuh anak pemberi kerja; f. kelompok pekerjaan merawat orang sakit, danatau orang yang mempunyai kemampuan berbeda yaitu merawat, menjaga orang sakit danatau orang yang mempunyai kemampuan berbeda, di dalam rumah tangga pemberi kerja; dan g. kelompok pekerjaan mengemudi yaitu menyupir kendaraan keluarga rumah tangga untuk keperluan rumah tangga pemberi kerja. Universitas Sumatera Utara

3. Alasan Yuridis perlunya Undang-Undang Tentang PRT