Alasan Sosiologis perlunya Undang-Undang Tentang PRT

2. Alasan Sosiologis perlunya Undang-Undang Tentang PRT

Persoalan PRT di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari sistem budaya yang berlaku dalam masyarakat. Hubungan paternalistik yang ada saat ini lebih mengedepankan pandangan bahwa PRT merupakan bagian dari sebuah keluarga, sehingga Hubungan Kerja yang terjadi adalah hubungan kekerabatan. Salah satu penyebab ketiadaan peraturan perundang-undangan yang secara khusus melindungi PRT adalah karena jasa pekerjaan rumah tangga di Indonesia tidak dianggap sebagai Hubungan Kerja formal, melainkan hanya sebagai Hubungan Kerja informal antara PRT dan Pemberi Kerja. Profesi PRT mempunyai karakteristik tersendiri, baik wilayah kerjanya yang berada dalam ruang privat rumah tangga, jenis pekerjaan, waktu kerja, maupun hubungan kerja dengan pemberi kerja. Di masyarakat tertentu, hubungan PRT dengan pemberi kerja lebih bersifat kekeluargaan. Pada beberapa kasus, PRT yang ditemui umumnya masih memiliki hubungan keluarga dengan pemberi kerja, sehingga upah yang diterima tidak selalu dalam bentuk uang, melainkan bentuk lain seperti biaya sekolah. Selain itu, dalam tradisi Jawa terdapat konsep budaya ngenger, dimana sebuah keluarga dapat mengajak kerabatnya yang tidak mampu secara ekonomi untuk tinggal di rumahnya. Dalam tradisi ini, anak laki-laki dan perempuan yang masih muda meninggalkan desa-desa mereka untuk tinggal dengan paman, bibi atau kerabat lainnya yang kaya dengan harapan bahwa anak-anak tersebut akan disekolahkan dan dirawat dengan baik. Sebagai balasannya, anak-anak ini diharapkan dapat membantu melakukan pekerjaan rumah tangga. Kondisi seperti ini memang membuat mereka merasa nyaman untuk bekerja dan dilakukan Universitas Sumatera Utara dengan rasa suka cita, namun di sisi lain, mereka tidak menyadari bahwa situasi seperti ini membuat mereka mudah untuk dieksploitasi. Budaya ngenger juga terdapat di daerah lain di luar Pulau Jawa, 39 dimana seseorang yang bekerja di rumah kerabat atau kenalan tidak dibayar dengan uang, melainkan dengan biaya sekolah dan pemenuhan kebutuhan hidup lain. Praktek ngenger ini juga dilakukan karena balas jasa pihak lain dengan cara mempekerjakan memberi seseorang secara cuma-cuma kepada pemberi kerja. 40 39 Misalnya di beberapa daerah di Nusa Tenggara Barat dan Sumatera Utara, dengan istilah yang berbeda-beda. Di sisi lain, perkembangan yang terjadi dalam masyarakat menunjukkan semakin banyaknya perempuan yang bekerja di luar rumah, baik karena alasan ekonomi maupun sebagai salah satu cara untuk mengaktualisasikan diri. Peran PRT yang pada awalnya hanya bersifat membantu pekerjaan rumah tangga, pada akhirnya bergeser menjadi pelaku utama dalam mengerjakan segala tugas kerumahtanggaan yang sebelumnya dilakukan oleh ibu rumah tangga. Peningkatan jumlah PRT yang terjadi dalam masyarakat, turut memberikan kontribusi terhadap meningkatnya jumlah kekerasan dan kasus lain yang dihadapi oleh PRT. Oleh karena itu, diperlukan sebuah undang-undang yang khusus mengatur mengenai perlindungan PRT. Dalam menjawab permasalahan tersebut, diperlukan pemahaman yang komprehensif mengenai cara pandang dan hubungan warga negara lain terhadap PRT secara sosiologis berdasarkan nilai kemanusiaan yang terangkum dalam Pembukaan UUD NRI 1945. Dalam menjalankan pekerjaan 40 Hal ini misalnya terlihat dalam kasus PRT bernama Kamrah yang saat ini sedang ditangani oleh Polres Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. Kamrah melarikan diri dari rumah majikanpemberi kerja karena disekap dan tidak dibayar upahnya selama 10 bulan. Diindikasikan hal itu disebabkan majikan beranggapan bahwa Kamrah merupakan hasil balas jasa dari kerabat jauh Kamrah yang berhasil dikirim sebagai TKI. Universitas Sumatera Utara sebagai PRT, seorang pekerja akan berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung dengan berbagai pihak, antara lain: a. Hubungan PRT dengan Pemberi Kerja Hubungan kerja yang terjadi dalam rumah tangga memiliki pola yang berbeda dengan hubungan kerja yang berlangsung di ruang publik. Hubungan kerja dalam rumah tangga memungkinkan terjadinya hubungan yang bersifat personal, dimana aturan kerja diimplementasikan berdasarkan hubungan kekerabatan. Untuk itu, dibutuhkan kejelasan kesepakatan antara PRT dengan pemberi kerja guna meminimalisasi kesalahpahaman di antara kedua pihak. b. Hubungan PRT dengan Penyedia Jasa PRT Hubungan antara PRT dengan Penyedia Jasa PRT merupakan hubungan jangka pendek. Hubungan ini berlangsung ketika calon PRT membutuhkan jasa penyalur yang mencarikan dan menyalurkan calon PRT kepada pemberi kerja. c. Hubungan PRT dengan Keluarga Keluarga merupakan pihak terdekat yang mengetahui keberadaan PRT sebelum, selama, dan sesudah bekerja. Keluarga berperan dalam menentukan pekerjaan yang akan dilakukan oleh seseorangcalon PRT. Pada dasarnya, peran keluarga dapat dioptimalkan dalam mengawasi keberadaan dan keselamatan PRT. d. Hubungan dengan Aparat Lingkungan Rukun TetanggaRukun Warga Keberadaan PRT di rumah pemberi kerja seringkali di luar pengetahuan dan pengawasan pihak RTRT. Padahal, pihak-pihak ini memiliki wewenang dalam hal pendataan warga yang berdomisili di wilayahnya. Universitas Sumatera Utara e. Hubungan PRT dengan Pemerintah Daerah Sebagai kelompok masyarakat yang bekerja di sektor informal, seharusnya Pemda memberikan perhatian yang lebih khusus kepada PRT, dengan melakukan pendataan dan pendidikan. Hubungan ini dapat meminimalisasi kasus-kasus yang selama ini dihadapi oleh PRT, termasuk tindak kekerasan.

3. Alasan Yuridis perlunya Undang-Undang Tentang PRT