Fisiologi Pendengaran Patofisiologi Gangguan Pendengaran Pada Neonatus BBLR

2.3 Fisiologi Pendengaran

Mekanisme pendengaran normal manusia dapat berfungsi apabila telinga luar, telinga tengah dan telinga luar dan jalur persyarafan auditori berada dalam keadaan yang normal. Apabila getaran suara melalui membrane timpani, getaran tersebut terkonduksi ke rantai osikel di telinga tengah dan seterusnya ke koklea. Di dalam koklea, organ Corti yang terdiri dari epitel sensori akan mentrasduksi getaran suara yang mekanik ke sinyal listrik. Kemudian, saraf aferen koklea menghantarkan sinyal listrik tersebut ke kortex auditori. R Cristobal, J S Oghalai Skala timpani dan skala vestibula mengandungi perilymph manakala skala media mengandungi endolymph. Potensi endokoklea +90mV dipelihara oleh stria vascularis SV. Apabila getaran yang mengenai stapes akan menyebabkan bergetarnya cairan perilymph juga. Membrana Basilar BM akan menghasilkan frekeunsi dari stimulus getaran suara dari stapes. R Cristobal, J S Oghalai Hal ini akan mengakibatkan membengkoknya stereosilia oleh kerja pemberat membrane tektoria, dengan demikian menimbulkan depolarasasi sel rambut dan menghasilkan potensial aksi pada serabut-serabut saraf pendengaran yang melekat padanya. Seterusnya sinyal tersebut akan diinterpretasi di lobus temporal melewati saraf auditori AN dan batang otak. R Cristobal, J S Oghalai Gambar 2.3.1 Gambaran skematik fisiologi pendengaran Universitas Sumatera Utara

2.4 Patofisiologi Gangguan Pendengaran Pada Neonatus BBLR

Berat Badan Bayi Lahir Rendah BBLR adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memendang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam satu jam setelah lahir. BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat lahir kurang dari 2500 gram. WHO Menurut Joint Committee of Infant Hearing neonatus dengan berat badan lahir rendah mempunyai kompliskasi gangguan pendengaran. Hasil ‘refer’ pada pemeriksaan emisi otoakustik neonatus terjadi dikarenakan gangguan pendengaran konduktif.Berikut merupakan patofisiologi yang bisa menyebabkan gangguan pendengaran sementara ini. Rober HM, Mary B.T 1. Resopsi mesenkim. Mesenkim merupakan tisu konektif yang terbentuk pada waktu perkembangan dan diresopsi secara penuh di akhir perkembangan janin. Menurut Desa et al mesenkim bisa terlihat pada tulang temporal bayi.Mesenkim ini akan mengganggu masukan impeden pada transmisi maju dan mundur yang berlangsung di koklea. Mesenkim pada tulang temporal ini akan menggangu fungsi vibrasi tulang osikel dan membrane timpani. 2. Pneumatisasi tulang temporal akibat dari resopsi mesenchyme dan erosi osteoklatik tulang menyebabkan rongga udara pada sel. Pada neonatus yang mempunyai defek perkembangan ini akan terjadi gangguan pada densitas mastoid dimana rongga udara yang berada dekat gendang telinga kurang dari yang sepatutnya. Ini akan menyebabkan gangguan pada transmisi emisi akustik. 3. Perubahan posisi dan struktur gendang telinga pada tahun pertama posnatal. Pada mula kelahiran bayi gendang telinga akan tampak horizontal dan kelihatan ektensi dari dinding superior gendang telinga. Apabila perkembangan telinga makin sempurna makin vertikel posisi gendang telinga Eby dan Nadol, 1986. Seperti pada rongga pertengahan telinga, gendang neonatus juga berisi tisu mesenkim yang akan diresopsi Universitas Sumatera Utara kemudiannya. Di periode perubahan ini hasil pemeriksaan emisi otoakustik bisa ‘refer’ oleh karena gangguan pada gendang telinga yang sementara. 4. Hanya separuh dari bagian tulang saluran telinga terbentuk waktu kelahiran bayi. Perkembangan yang tidak sempurna ini juga bisa menyebabkan gangguan pendengaran pada neonatus karena gangguan transmisi getaran suara ke koklea. Berdasarkan penerangan diatas neonatus yang baru lahir dengan berat badan yang rendah berisiko mengalami gangguan pendengaran konduktif pada skrining pertama. Untuk memastikan tipe gangguan pendengaran pada neonatus ddengan benar harus dilakukan pemeriksaan follow-up sehingga usia neonatus 3 tahun setiap 6 bulan.

2.5 Angka Kejadian