Hukum yang Hidup dan Berkembang di Masyarakat Teori Pidana dan Pemidanaan

pada pembeli. 2. Tentang keadaan, sifat atau banyaknya barang yang diserahkan dengan memakai tipu muslihat. Peristiwa ini diancam dengan hukuman penjara, selama 1 tahun dan 4 bulan. Tetapi dengan harga dari pada keuntungan yang diperoleh tidak lebih dari pada 25 rupiah, maka ada kejahatan ringan. Menurut pasal 384, yang diancam hukuman penjara selama-lamanya 3 bulan atau denda 60 rupiah. Keuntungan yang diperoleh, seperti dijelaskan selalu dapat diukur dengan uang karena yang dimaksud ialah perbedaan harga antara barang yang diserahkan dan barang yang seharusnya diserahkan.

2.7 LANDASAN TEORI

Pendapatteori yang dijadikan landasan dalam membedah dan menganalisis permasalahan dalam menganalisis permasalahan dalam penelitian ini adalah teori hukum hidup dan berkembang dimasyarakat dan teori pidana dan pemidanaan. Kedua permasalahan akan dibedah dengan kedua teori tersebut.

2.7.1 Hukum yang Hidup dan Berkembang di Masyarakat

Hukum dipahami sebagai buatan masyarakat, hasil kontruksi sosial masyarakat, dan oleh karena itu ia harus dipahami dari sudut pandang si pembuatnya yaitu masyarakat. 44 Menentukan batas nilai kerugian pada tindak pidana ringan, kita tidak hanya terpaku pada teks peraturan perundangan saja. Satjipto Rahardjo 45 mengatakan, apabila hukum dilihat sebagai suatu proses, maka ia tak mungkin berjalan bagaikan menarik garis dari satu titik ke 44 Ali Masyhar, 2015, Op.Cit., hlm. 100. 45 Satjipto Rahardjo, 2003, Sisi-sisi Lain Dari Hukum di Indonesia, Kompas, Jakarta, hlm. 55. titik yang lain. Kebudayaan, aspirasi, cita-cita, dunia nilai-nilai tetap merupakan variabel bebas yang turut menentukan penampilan akhir dari hukum. Bangsa Indonesia telah lama ada sebelum penjajah datang ke Negara ini, sudah ada peraturan dan nilai-nilai yang ada di masyarakat yang menjadi pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Di bawah term volkgeist, Savigny 46 mengkontruksikan teorinya tentang hukum. Menurut Savigny, terdapat hubungan organik antara hukum dengan watak atau karakter suatu bangsa. Hukum hanyalah cerminan dari volkgeist. Oleh karena itu, „hukum adat‟ yang tumbuh dan berkembang dalam rahim volkgeist, harus dipandang sebagai hukum kehidupan yang sejati. Hukum sejati itu, tidak dibuat. Ia harus ditemukan. Legislasi hanya penting selama ia memiliki sifat deklaratif terhadap hukum sejati itu.

2.7.2 Teori Pidana dan Pemidanaan

Secara tradisional teori-teori pemidanaan pada umumnya dapat dibagi dalam dua kelompok teori, yaitu teori absolut atau teori pembalasan dan teori relatif atau tujuan. Menurut teori absolut, pidana dijatuhkan semata-mata karena orang telah melakukan suatu kejahatan atau tindak pidana quia peccatum est. 47 Teori absolut hanya menekankan pada pembasalan dan memberikan efek jera kepada pelaku yang melakukan tindak pidana. Sedangkan menurut teori relatif bahwa 46 Bernard L. Tanya, dkk, Teori Hukum Strategi Tertib Manusia Lintas Ruang dan Generasi, Cetakan III. Genta Publishing. 2010, hlm. 103. 47 Muladi dan Barda Nawawi Arief, 2010, Teori-teori dan kebijakan pidana, PT. Alumni Bandung, hlm. 10. memidana bukanlah untuk memuaskan tuntutan absolut dari keadilan. 48 Oleh karena itu, menurut J. Andenaes, teori ini dapat disebut sebagai “teori perlindungan masyarakat”. Teori relatif lebih melihat kepada tujuan dari pemidanaan tersebut. Dua masalah sentral dalam kebijakan kriminal dengan menggunakan sarana penal hukum pidana ialah masalah penentuan 49 : 1. Perbuatan yang seharusnya dijadikan tindak pidana; dan 2. Sanksi apa yang sebaiknya digunakan atau dikenakan kepada si pelanggar. Pada pengenaan sanksi pidana, hukum seharusnya bisa lebih bijak dan menggali budaya bangsa. Pidana bukanlah semata-mata untuk balas dendam. Menurut Socrates 50 , hukum merupakan tatanan kebijakan. Tatanan yang mengutamakan kebajikan dan keadilan bagi umum. Hukum bukanlah aturan yang dibuat untuk melanggengkan nafsu orang kuat kontra filsuf Ionia, bukan pula aturan yang memenuhi naluri hedonisme diri kontra kaum Sofis. Hukum, sejatinya adalah tatanan obyektif untuk mencapai kebajikan dan keadilan umum.

2.7.3 Basis Sosial Hukum