Ketentuan Pidana Mati Dalam Hukum Pidana

yang berisi ancaman pidana mati, seperti makar pembunuhan terhadap Presiden sebagaimana diatur dalam Pasal 104 KUHP, pembunuhan berencana sebagaimana diatur dalam Pasal 340 KUHP. Bahkan beberapa pasal dalam KUHP mengatur tindak pidana yang diancam pidana mati, misalnya: 1. Makar membunuh kepala negara sebagaimana diatur dalam Pasal 104 KUHP; 2. Mengajak negara asing guna menyerang Indonesia sebagaimana diatur dalam Pasal 111 ayat 2 KUHP; 3. Memberi pertolongan kepada musuh waktu Indonesia dalam perang sebagaimana diatur dalam Pasal 124 ayat 3 KUHP; 4. Membunuh kepala negara sahabat, sebagaimana diatur dalam Pasal 140 ayat 1 KUHP; 5. Pembunuhan dengan direncanakan lebih dulu sebagaimana diatur dalam Pasal 140 ayat 3 KUHP; 6. Pencurian dengan kekerasan oleh dua orang atau lebih berkawan, pada waktu malam atau dengan jalan membongkar dan sebagainya, yang menjadikan ada orang berluka berat atau mati sebagaimana diatur dalam Pasal 365 ayat 4 KUHP; 7. Pembajakan di laut, di pesisir, di pantai, dan kali sehingga ada orang mati sebagaimana diatur dalam Pasal 444 KUHP; 8. Dalam waktu perang menganjurkan huru-hara, pemberontakan, dan sebagainya antara pekerja-pekerja dalam perusahaan pertahanan negara sebagaimana diatur dalam Pasal 124 bis KUHP; 9. Dalam waktu perang menipu waktu menyampaikan keperluan angkatan perang sebagaimana diatur dalam Pasal 127 dan Pasal 129 KUHP; dan 10. Pemerasan dengan pemberatan sebagaimana diatur dalam Pasal 368 ayat 2 KUHP. Pidana mati dalam peraturan perundang-undangan di luar KUHP dapat dijatuhkan terhadap pelaku tindak pidana subversi, pelaku tindak pidana narkotika dan pelaku tindak pidana terorisme. Tujuan utama diterapkannya pidana mati di Indonesia adalah untuk menimbulkan efek jera dan demi menjamin keadilan serta rasa aman bagi masyarakat. Mengenai efektifitas hukuman mati dalam menimbulkan efek jera telah lama menjadi perdebatan di antara para ahli hukum serta pengiat hak asasi manusia. III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Peneliti dalam melakukan penelitian ini mengunakan metode pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. Pendekatan yuridis normatif dilakukan dengan mempelajari dan menelaah teori-teori, konsep-konsep serta peraturan yang berkaitan dengan pokok bahasan, yaitu penerapan pidana mati terhadap pelaku tindak pidana narkotika. Pendekatan yuridis empiris dilakukan dengan mempelajari hukum dalam kenyataan baik berupa penilaian prilaku, pendapat dan sikap yang berkaitan dengan dasar pertimbangan hakim dalam menerapkan pidana mati terhadap pelaku tindak pidana narkotika.

B. Sumber dan Jenis Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder, sebagai berikut: 1. Data primer, yaitu data yang diperoleh dari studi lapangan. Data primer dalam penelitian ini, diperoleh dengan mengadakan wawancara kepada hakim yang memeriksa dan memutus perkara tindak pidana narkotika pada Pengadilan Tinggi Tanjung Karang. 2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan. Data sekunder diperoleh dengan mempelajari dan mengkaji literatur-literatur dan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan dasar pertimbangan hakim dalam menerapkan pidana mati terhadap pelaku tindak pidana narkotika. Data sekunder dalam penelitian ini terdiri dari: a. Bahan hukum Primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mempunyai kekuatan hukum mengikat, antara lain: 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP; 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana KUHAP; 3 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika; 4 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman. b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang erat hubungannya dengan bahan hukum primer, seperti rancangan undang-undang, hasil-hasil penelitian, dan petunjuk pelaksanaan maupun teknis yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini. Bahan hukum sekunder dalam penelitian ini, yaitu: 1 Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana; 2 Putusan Pengadilan Tinggi Tanjung Karang No. 138PID2012PT. TK. c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum penunjang yang mencakup bahan- bahan yang memberi petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti makalah, jurnal hukum, ensiklopedi, kamus dan bahan yang didapat dari internet yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti dalam skripsi ini.

C. Penentuan Nara Sumber

Nara sumber dalam penelitian ini adalah hakim pada Pengadilan Tinggi Tanjung Karang, Jaksa pada Kejaksaan Tinggi Lampung dan Dosen Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung. Jumlah nara sumber dalam penelitian ini adalah: 1. Hakim pada Pengadilan Tinggi Tanjung Karang : 2 dua orang 2. Jaksa pada Kejaksaan Tinggi Lampung : 1 satu orang 3. Dosen Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Unila : 2 dua orang + Jumlah: 5 lima orang

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Prosedur Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Studi Kepustakaan Library Research Studi kepustakaan dilakukan untuk memperoleh data sekunder dengan melalui serangkaian kegiatan membaca, mencatat, mengutip dan menelaah bahan-bahan pustaka yaitu berupa karya tulis dari para ahli yang tersusun dalam literatur dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta ada kaitannya dengan permasalahan yang berkaitan dalam penulisan skripsi ini. b. Studi Lapangan Field Research Studi lapangan merupakan usaha yang dilakukan untuk memperoleh data primer. Kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh data primer tersebut dengan mengajukan pertanyaan dan meminta penjelasan kepada beberapa pihak yang dianggap mengetahui masalah yang berhubungan dengan penelitian ini.

2. Prosedur Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari penelitian kemudian akan diolah dengan langkah- langkah sebagai berikut: a. Editing, yaitu data yang diperoleh kemudian diperiksa untuk diketahui apakah masih terdapat kekurangan dan kesalahan-kesalahan serta apakah data tersebut sesuai dengan permasalahan yang dibahas; b. Interpretasi, yaitu menghubungkan, membandingkan dan menguraikan data serta mendeskripsikan data dalam bentuk uraian untuk kemudian ditarik kesimpulan; c. Sistematisasi, yaitu penyusunan data secara sistematis sesuai dengan pokok bahasannya sehingga memudahkan analisis data.

E. Analisis Data

Data yang telah diolah kemudian dianalisis secara kualitatif, yaitu dengan cara mendeskripsikan data dalam bentuk uraian kalimat. Peneliti dalam mengambil kesimpulan menggunakan metode induktif, yaitu suatu cara berfikir yang didasarkan pada fakta-fakta yang bersifat khusus, untuk kemudian ditarik kesimpulan guna menjawab permasalahan yang telah dikemukakan.