Risiko Politik dan Peraturan Risiko Force Majeure

kedua lebih kepada masalah sisi permintaan, dengan harga biasanya tergantung kepada peraturan atau masalah politik.

e. Risiko Pihak Lawan

Seperti dibahas sebelumnya, proyek melibatkan sejumlah pihak yang terikat dengan struktur kontrak. Oleh karena itu, evaluasi kekuatan dan kehandalan partisipan dalam proyek tersebut penting dalam memastikan kualitas kredit proyek. Pihak lawan proyek biasanya meliputi pemasok bahan baku, offtakers utama, dan kontraktor EPC. Bahkan sponsor bisa menjadi sumber risiko karena kebutuhan untuk menyediakan modal selama tahap konstruksi. Karena proyek pada dasarnya memiliki struktur yang kompleks, masalah di pihak lawan dapat menempatkan kelayakan proyek dalam posisi berisiko. Risiko pihak lawan biasanya ditangani melalui jaminan kinerja, letter of credit dan mekanisme keamanan pembayaran seperti penggunaan escrow, paling umum terlihat dalam kasus proyek pembangkit listrik. Namun, telah diamati bahwa upaya pengendalian risiko melalui kontrak, seberapapun kuatnya, mungkin tidak efektif dalam mengisolasikan proyek dari risiko ini, kecuali proyek secara fundamental kompetitif dalam hal biaya dan masuk akal secara komersial untuk semua peserta proyek.

f. Risiko Politik dan Peraturan

Risiko politik dan peraturan akan memainkan peran penting dalam perkembangan bisnis pembiayaan proyek di Indonesia. Kebanyakan transaksi pembiayaan proyek membawa unsur risiko politik berdasarkan fakta bahwa mereka sering berhubungan dengan pembangunan infrastruktur yang padat modal dan barangjasa yang dihasilkan akan dikonsumsi oleh masyarakat luas, baik langsung maupun tidak langsung. Risiko politik dan peraturan bisa datang dalam berbagai bentuk, dan sangat mempengaruhi ekonomi proyek, misalnya: - Kurangnya transparansi dan prediktabilitas di badan regulasi yang biasanya 12 terlibat dalam pemberian izin, menetapkan syarat dan kondisi untuk penggunaan infrastruktur dalam basis “common carrier” dan pemberlakuan tarif. - Resistensi terhadap kenaikan retribusi untuk utilitas umum seperti biaya air, tarif tol dan biaya energi, meskipun klausul kenaikan tarif ada di proyek. - Perubahan dalam norma lingkungan, yang dapat mempengaruhi proyek pembangkit listrik dan kilang dengan mengharuskan untuk berinvestasi secara substansial dalam memenuhi norma-norma tersebut. - Permasalahan dalam pembebasan dan akuisisi lahan, hal yang tipikal dalam kasus proyek jalan.

g. Risiko Force Majeure

Transaksi pembiayaan proyek berbeda dari corporate finance atau structured finance karena ketergantungan mereka pada aset tunggal untuk menghasilkan arus kas berpotensi rentan terhadap risiko force majeure. Doktrin hukum force majeure mengecualikan pihak-pihak terkait dari tanggung jawabnya ketika mereka dihadapkan oleh kejadian tak terduga di luar kendali mereka. Sebuah analisis yang cermat dari peristiwa force majeure sangat penting dalam pembiayaan proyek karena kejadian seperti itu, jika tidak ditanggulangi dengan baik, bisa mencederai alokasi risiko di mana pembiayaan proyek ini bergantung. Bencana alam seperti banjir dan gempa bumi, gangguan sipil dan pemogokan dapat berpotensi mengganggu operasi proyek dan akhirnya arus kas. Selain itu, kegagalan mekanis yang fatalkatastrofik, baik karena kesalahan manusia atau kegagalan mesin dapat menjadi bentuk force majeure yang dapat mengecualikan proyek dari kewajiban kontraknya.

2.4 Struktur Modal