2.6.1 Pendanaan Recourse dan Non-Recourse
Karena sebagian besar pembiayaan proyek energi menggunakan sumber dana pinjaman, maka akan dibahas berbagai skema pendanaan dengan tata cara pinjaman
yang   biasa   digunakan   proyek   energi.   Bila   pembiayaan   proyek   energi   dilakukan dengan   pinjaman,   maka   pemilik   dana   akan   melihat   sumber   utama   pembayaran
pinjaman   dari   pendapatan   proyek   dan   aset   sebagai   jaminan   pinjaman.   Dari   segi tanggung jawab yang dibebankan, bila pemilik proyek menjamin penuh pembiayaan
kembali   pinjaman,   maka   itu   merupakan   pembiayaan   dengan   cara   full   recourse. Pemilik   proyek   terlibat   langsung   dalam   perjanjian   pemberian   pinjaman   atau
pembiayaan   dengan   pemilik   dana   tanpa   syarat.   Pemilik   proyek   wajib   membayar pinjaman proyek secara penuh.
Gambar 1.5 Skema Pendanaan sebrang hulu
24
Skema   pembiayaan   BOT  mirip   dengan  Trustee   dalam   arti   pemilik   proyek bukan pihak yang terlibat langsung dalam pembiayaan proyek. Pemilik proyek dalam
skema BOT merupakan pihak yang pasif terlibat dalam pembiayaan. Gambar 9.16 adalah skema pembiayaan yang menggunakan BOT. Skema ini merupakan tata cara
pembiayaan yang relatif baru. Skema ini biasanya di gunakan dalam pembiayaan proyek infrastruktur energi yang besar. Dalam hal ini pemilik proyek mengandalkan
pihak tertentu yang telah berpengalaman membangun dan mengoperasikan fasilitas proyek   energi   Project   Company.   Ikatan   antara   pemilik   proyek   dengan   Vehicle
Company dapat dengan perjanjian BOT atau pemilik proyek membayar hasil produk proyeknya dengan sistem toll atau through put free. Pemilik proyek membeli hasil
produk   proyeknya,   maka   disini   pemilik   proyek   juga   bertindak   sebagai   offtaker. Vehicle Company mengusahakan pinjaman,membuat kontrak EFC, dan mengadakan
perjanjian   penjualan   hasil   produk   dengan   Offtaker.   Pemilik   proyek   secara   tidak langsung   menyampaikan   kepada   pemberi   pinjaman   penugasan   Vehicle   Company.
Proyek tersebut akhirnya dialihkan kepada pemilik proyek pada waktu tertentu sesuai dengan perjanjian yang telah disebut.
Pembiayaan BOT secara teoritis mirip dengan sistem Trustee karena terdapat pihak lain yang berperan sebagai perantara pemberi pinjaman dan pemilik proyek.
Vehicle Company yang melaksanakan proyek atas nama pemilik proyek biasanya berbentuk   konsorsium,   terdiri   dari   perusahaan   multinasional   yang   mempunyai
reputasi   di   bidang   masing-masing.   Seperti   halnya   Trustee,   perusahaan   yang mengelola   proyek   memiliki   asset   terbatas.   Berbeda   dengan   tanggung   jawab
pembiayaan   Trustee   yang   terbatas,  Vehicle   Company   yang   melaksanakan   proyek berperan aktif menentukan pembiayaan. Para investor pun mengharapkan hasil yang
besar dari investasi modal mereka. Disini dapat terjadi pemilik proyek melaksanakan proyek sendiri melalui kontrak EPC, sedangkan Vehicle Company tetap melakukan
pinjaman untuk pembiayaan proyek. Sampai dengan tahap ini struktur BOT sama dengan Trustee.
25
Ada juga pendanaan proyek dengan pola Buit Operate Oum BOO. Proyek dalam   pola   BOT   diserahkan   kepad   pemilik   pada   waktu   tertentu   sesuai   dengan
perjanjian, tetapi proyek dalam pola BOO secara teoritis tetap demiliki selamanya oleh Vehicle Company. Praktik pola BOO pad proyek energi mengacu ikatan kontrak
dengan   pemilik   proyek   selama   30   tahun.   Disamping   itu   dikenal   pula   pola   Built Transfer   BT  yang  mirip  dengan   pola  BOT.  Asset  proyek  akan   diserahkan   pada
waktu tertentu sesuai dengan perjanjian pola BOT, sedangkan dalam pola BT asset akan diserahkan langsung begitu pembangunan proyek selesai. Asset yang diserahkan
dalam pola BOT biasanya sudah tidak memiliki nilai. Sebaliknya dengan pola BT, asset belum mengalami penyusutan dan nilainya belum berkurang.
2.7. Beberapa Kasus Pendanaan dan Aliran Keuangan Proyek Energi