Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Produksi Kelapa Sawit Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

HASIL PRODUKSI KELAPA SAWIT

PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III

(PERSERO) MEDAN

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

NOVE MARIA SIHOMBING

060501088

EKONOMI PEMBANGUNAN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Medan 2010


(2)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Produksi Kelapa Sawit Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh luas lahan, tenaga kerja dan pupuk terhadap hasil produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series (data berkala) dari tahun 2005-2009 dalam bentuk triwulan. Variabel independennya adalah luas lahan, tenaga kerja dan pupuk. Variabel dependennya adalah jumlah produksi. Metode yang digunakan adalah metode Ordinary Least Square (OLS) yaitu dengan model ekonometrika. Dari hasil regresi, variabel luas lahan dan tenaga kerja berpengaruh positif dan secara statistik signifikan terhadap hasil produksi kelapa sawit dan variabel pupuk berpengaruh positif dan secara statistik tidak signifikan terhadap hasil produksi kelapa sawit.

Hasil uji koefisien determinasi (R2) menunjukkan bahwa variabel hasil produksi kelapa sawit sebagai variabel mampu dijelaskan oleh variabel-variabel independen yaitu luas lahan, tenaga kerja dan pupuk sebesar 51,28 % dan sisanya 48.72% dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model. Pengujian secara keseluruhan menggunakan uji F dimana F-hitung>F-tabel (5.614951>3.24), artinya variabel luas lahan, tenaga kerja dan pupuk berpengaruh secara signifikan terhadap hasil produksi kelapa sawit.


(3)

ABSTRACT

This research is entitled “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Produksi Kelapa Sawit Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan”. The objective of this research is to find out how are the effects of the width of land, employees and fertilizer towards of palm production in PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan.

Data used for this research is time series data from 2005-2009 in quarterly. Independent variables are width of land, employees and fertilizer. Dependent variable in this research is CPO production in PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan. The method used is OLS (Ordinary Least Square) by using econometric model. The regression result shows that the variables the width of land, employees has positive effect and is statistically significant towards of palm production, and the variable of fertilizer usage is positively effective but is not statistically significant towards the palm production.

The coefficient determining (R2) test result shows that the variables of the CPO production as dependent variable can be described by the independent variables, the width of land, employees and fertilizer for 51,28 % and rest is 48.72% described by the other variables out of model. The over all tests use F where F-sums which F-hitung>F-tabel (5.614951>3.24), means that the variables the width of land, employees and fertilizer significantly effective towards the CPO production.


(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan anugerahNya yang luar biasa kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan guna memenuhi salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam mencapai gelar sarjana di program strata I Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Produksi Kelapa Sawit Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan”.

Dalam kesempatan ini penulis menyadari banyaknya dukungan doa dan bantuan secara moril maupun materil dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, S.E, M.Ec, selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Irsyad Lubis, Ph.D, selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Raina Linda Sari, S.E, M.Si, selaku Dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan mulai dari awal pengerjaan skripsi sampai dengan selesainya skripsi ini.

5. Bapak Prof. Ramli, M.Si, selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan petunjuk, saran dan kritik yang membangun dalam pembuatan skripsi ini.


(5)

6. Bapak Drs. Rakhmad Sumanjaya, M.Si selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan petunjuk, saran dan kritik yang membangun dalam pembuatan skripsi ini.

7. Ibu Dra. T. Diana Bakti, M.Si selaku Dosen Wali yang telah memberikan bantuan selama masa perkuliahan.

8. Seluruh staf pengajar dan staf administrasi Fakultas Ekonomi USU yang selama ini telah mendidik dan membimbing penulis dengan baik.

9. Bapak-bapak karyawan di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan yang banyak memberikan bantuan selama penggumpulan data.

10. Teristimewa kepada kedua orang tuaku Ayahanda M. Sihombing dan Ibunda St. R. Br. Tampubolon atas doa dan bimbingannya selama ini, semoga cita-cita yang kalian dambakan bisa aku wujudkan untuk menjadi manusia yang takut akan Tuhan dan menjadi berkat bagi sesama.

11. Abang-abangku dan adikku (Horas Ronald Sihombing, Patar Herbert Sihombing, dan Irma Debora Sihombing) buat doa, perhatian dan dukungan kalian.

12. Kelompok PA-ku “Vinoleta” (K’Elvina, Nora, Lena, Octa) dan KK Noel Charis (Patar, Aprizon, Yandi, Arah, Morinta) buat doa dan dukungan kalian yang membuat kita semakin mengenal dan bertumbuh di dalam Tuhan.

13. Komponen pelayanan PD/PA Filipi (AKK, PKK, Senioran, Jemaat dan Pengurus) buat doa dan dukungan kalian semua, yang terus mengingatkanku dan memperhatikanku.


(6)

14. Kepengurusan koordinasi PD/PA Filipi periode 2006/2007, periode 2007/2008, periode 2008/2009, periode 2009/2010 buat kebersamaan yang dilalui bersama-sama dan pengenalan serta pertumbuhan di dalam Tuhan. 15. Sahabat yang terkasih Fransisca Dewi Siregar, Amd. buat persahabatan yang

kita bina dan kasih serta doa yang senantiasa diberikan.

16. Teman-teman di Departemen Ekonomi Pembangunan khususnya angkatan 2006 (Merinda, Dina, Enny, Nova, Erlina, Hafnida, Citra, Rini, Ratih, Asniari, Rosma, Siska, dan yang tidak dapat disebutkan satu per satu) yang telah memberikan perhatian dan semangat selama masa perkuliahan.

17. Teman-teman satu kos (K’Helpina, K’Ria, K’Lina, K’Juni, Nita, Masni, Moletta, Rani, Dea, Gusti, Christin, Menda, dan yang tidak dapat disebutkan satu per satu) buat doa, kasih dan dukungan kalian semua.

18. Teman-teman yang secara langsung membantu dalam pengerjaan skripsi ini (Hendro, Lisber, Yanti, Tiur, Nicky, Alex, Ray dan yang tidak dapat disebutkan satu per satu) buat waktu, tenaga dan fasilitas yang kalian berikan. Akhir kata penulis menyadari keterbatasannya dalam menyajikan skripsi ini, baik dalam segi isi maupun teknik-teknik penulisannya. Namun besar harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2010 Penulis,


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ...i

ABSTRACT ...ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI ……… vi

DAFTAR TABEL ………..x

DAFTAR GAMBAR...xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ………. 1

1.2 Perumusan Masalah ……….. 4

1.3 Hipotesis... 5

1.4 Tujuan Penelitian ……… 5

1.5 Manfaat Penelitian ………. 6

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Definisi Ekonomi Pertanian ……… 7

2.1.1 Sejarah Ekonomi Pertanian ……….. 8

2.1.2 Fungsi Ekonomi Pertanian ………..8

2.2 Pengertian Perkebunan ...9

2.2.1 Manajemen Perkebunan ...12

2.3 Sejarah Kelapa Sawit ……… 14


(8)

2.3.2 Tipe Kelapa Sawit ... 16

2.3.3 Hasil Tanaman Kelapa Sawit……… 17

2.3.4 Sejarah Perkebunan Kelapa Sawit ……… 18

2.4 Aspek-Aspek Produksi...20

2.4.1 Pengertian Produksi………... 20

2.4.2 Prinsip Ekonomi Dalam Proses Produksi……… 21

2.4.3 Konsep Produksi……… 21

2.4.4 Tahapan Produksi………... 24

2.4.5 Production Possibility Curve……… 25

2.4.6 Fungsi Produksi……… 26

2.4.7 Beberapa Bentuk Fungsi Produksi……… 29

2.4.8 Fungsi Produksi Cobb Douglass ……… 29

2.5 Faktor-Faktor Produksi………. 31

2.6 Biaya Produksi……….. 34

2.6.1 Fungsi Biaya Total……… 35

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian37 3.2. Jenis Data dan Sumber Data37 3.3. Teknik Pengumpulan Data………38

3.4. Pengolahan Data 38 3.5. Model Analisis Data 38 3.6. Uji Kesesuaian ……… 40

3.6.1 Koefisien Determinasi ... 40


(9)

3.6.3 Uji F-statistik……… 42

3.7. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik……… 43

3.7.1 Multikolinearitas……… 43

3.7.2 Autokorelasi……… 44

3.8. Definisi Opersional Variabel …...46

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Umum Perusahaan ...47

4.1.1 Sejarah Singkat PT. Perkebunan Nusantara III………….47

4.1.2 Struktur Organisasi ………48

4.1.3 Organisasi dan Manajemen ...52

4.2 Profil Perusahaan ...53

4.2.1 Maksud dan Tujuan PT. Perkebunan Nusantara III ...53

4.2.2 Visi dan Misi PT. Perkebunan Nusantara III ………… .. 53

4.2.3 Wilayah Kerja dan Komposisi Usaha ………. 54

4.2.4 Sarana Pengolahan Produksi ……….57

4.2.5 Sumber Daya Manusia ………..57

4.2.6 Fasilitas Sosial dan Pendidikan ……….58

4.2.7 Anak Perusahaan ……….. 58

4.3 Tenaga Kerja ...59

4.4 Luas Areal...60

4.5 Pemupukan ...62

4.5.1 Jenis Pupuk dan Dosis Pupuk ...63

4.6 Uraian Proses Produksi ……… 65


(10)

4.7.1 Interprestasi Model ………. 68

4.8 Test Goodness Fit ………..68

4.8.1 Koefisien Determinasi………68

4.8.2 Uji t-statistik ………. 69

4.8.3 Uji F-statistik ……….73

4.8.4 Uji Penyimpangan Klasik ………..74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ……….. 78

5.2 Saran ...79

DAFTAR PUSTAKA


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman 4. 1. Unit Kebun PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan...55 4.2 Pabrik Kelapa Sawit, Pabrik Pengolahan Karet dan Pabrik Kakao

PT. Perkebunan Nusantara III (Persero)...57 4.3 Anak Perusahaan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero)...58 4.4 Jumlah Tenaga Kerja PT. Perkebunan III (Persero) Medan

(2005-2009)...59 4.5 Luas Areal Tanaman menghasilkan (TM) PT. Perkebunan III

(Persero) Medan (2005-2009)...61 4.6 Jumlah Pupuk PT. Perkebunan III (Persero) Medan

(2005-2009)...64 4.7 Jumlah Produksi Kelapa Sawit dalam bentuk Tandan

Buah Segar (TBS) PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan (20052009)...66 4.8 Hasil Regresi...67


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

2.1 Kurva Tahapan Produksi ...24

3.1 Kurva Uji t-statistik...42

3.2 Kurva Uji F- statistik...43

3.4 Kurva Durbin-Watson...45

4.1 Uji t-statistik luas lahan...70

4.2 Uji t-statistik tenaga kerja...71

4.3 Uji t-statistik pupuk...72

4.4 Uji F-Statistik...74


(13)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Produksi Kelapa Sawit Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh luas lahan, tenaga kerja dan pupuk terhadap hasil produksi kelapa sawit pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series (data berkala) dari tahun 2005-2009 dalam bentuk triwulan. Variabel independennya adalah luas lahan, tenaga kerja dan pupuk. Variabel dependennya adalah jumlah produksi. Metode yang digunakan adalah metode Ordinary Least Square (OLS) yaitu dengan model ekonometrika. Dari hasil regresi, variabel luas lahan dan tenaga kerja berpengaruh positif dan secara statistik signifikan terhadap hasil produksi kelapa sawit dan variabel pupuk berpengaruh positif dan secara statistik tidak signifikan terhadap hasil produksi kelapa sawit.

Hasil uji koefisien determinasi (R2) menunjukkan bahwa variabel hasil produksi kelapa sawit sebagai variabel mampu dijelaskan oleh variabel-variabel independen yaitu luas lahan, tenaga kerja dan pupuk sebesar 51,28 % dan sisanya 48.72% dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model. Pengujian secara keseluruhan menggunakan uji F dimana F-hitung>F-tabel (5.614951>3.24), artinya variabel luas lahan, tenaga kerja dan pupuk berpengaruh secara signifikan terhadap hasil produksi kelapa sawit.


(14)

ABSTRACT

This research is entitled “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Produksi Kelapa Sawit Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan”. The objective of this research is to find out how are the effects of the width of land, employees and fertilizer towards of palm production in PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan.

Data used for this research is time series data from 2005-2009 in quarterly. Independent variables are width of land, employees and fertilizer. Dependent variable in this research is CPO production in PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan. The method used is OLS (Ordinary Least Square) by using econometric model. The regression result shows that the variables the width of land, employees has positive effect and is statistically significant towards of palm production, and the variable of fertilizer usage is positively effective but is not statistically significant towards the palm production.

The coefficient determining (R2) test result shows that the variables of the CPO production as dependent variable can be described by the independent variables, the width of land, employees and fertilizer for 51,28 % and rest is 48.72% described by the other variables out of model. The over all tests use F where F-sums which F-hitung>F-tabel (5.614951>3.24), means that the variables the width of land, employees and fertilizer significantly effective towards the CPO production.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Sebagai salah satu subsektor yang penting dalam sektor pertanian, subsektor perkebunan secara tradisional mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Dimana sektor ini mampu memberi kontribusi penyediaaan lapangan pekerjaan yang cukup signifikan. Bukan hanya itu, subsektor perkebunan juga merupakan salah satu subsektor yang mempunyai kontribusi penting dalam hal penciptaan nilai tambah yang tercermin dan kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Industri/perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu sektor unggulan Indonesia dan kontribusinya terhadap ekspor non migas nasional cukup besar. Dalam enam tahun terakhir rata-rata share per tahun adalah 6,17% dan setiap tahun cenderung terus mengalami peningkatan. Ekspor Crude Palm Oil (CPO) Indonesia setiap tahunnya juga menunjukkan tren meningkat dengan rata-rata peningkatan adalah 12,97%.

Sampai dengan tahun 2005 luas perkebunan kelapa sawit yang tertanam di Indonesia adalah 5,6 juta ha, yang terdiri dari: perkebunan rakyat 1,9 juta ha, perkebunan pemerintah 0,7 juta ha, dan perkebunan swasta 3, 0 juta ha. Rata-rata pertumbuhan lahan per tahun sebesar 15% atau 200.000 ha per tahun. Sementara itu, produksi kelapa sawit Indonesia di tahun 2005 telah mencapai 17 juta ton meningkat 63,7% dibandingkan tahun 2003 yang mencapai 10,4 juta ton.


(16)

Sebagian besar lahan perkebunan kelapa sawit di Indonesia terletak di Pulau Sumatera (69%) disusul Pulau Kalimantan (26%). Dengan adanya rencana pemerintah membangun 850 km perkebunan kelapa sawit di sepanjang perbatasan Indonesia dan Malaysia di Pulau Kalimantan maka pada tahun 2020 diprediksikan luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia akan menjadi 9 juta ha sehingga share lahan kelapa sawit di Kalimantan naik menjadi 35% sebaliknya Sumatera turun menjadi 56%. (Economic Review ● No. 206 ● Desember 2006)

Berdasarkan data tahun 2006, Indonesia telah menjadi Negara penghasil CPO terbesar di dunia dengan total produksi sekitar 16 juta ton. Sementara Negara Malaysia yang selama ini berada pada posisi nomor 1. Yang menarik dari data ini adalah ternyata Indonesia mampu menjadi Negara penghasil CPO nomor 1 di dunia, 4 tahun lebih cepat dari prediksi sebelumnya, dimana Indonesia diperkirakan baru akan menjadi produsen terbesar di dunia pada tahun 2010.

Demikian halnya dengan PT. Perkebunan Nusantara III disingkat PTPN III (Persero), merupakan salah satu dari 14 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Perkebunan yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan, pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan. PT Perkebunan Nusantara III (Persero) menjadikan minyak dan inti sawit sebagai komoditi utama yang memberikan konstribusi besar bagi pendapatan perusahaan. Mutu produk minyak dan inti sawit yang dihasilkan Perusahaan sudah dikenal di pasar lokal dan internasional dengan pasokan yang tepat waktu kepada pembeli. Kegiatan usaha Perseroan mencakup usaha budidaya dan pengolahan tanaman kelapa sawit dan karet. Produk utama Perseroan adalah Minyak Sawit (CPO) dan Inti Sawit (Kernel) dan produk hilir karet. (www.ptpn3.indosat.net.id)


(17)

Dalam melakukan produksi, tentunya perusahaan dihadapkan dengan berbagai masalah produksi. Masalah utama yakni berkaitan dengan faktor-faktor produksinya. Dalam proses produksi yang bertujuan untuk menghasilkan output harus menggunakan dari berbagai faktor-faktor seperti tenaga kerja, tanah, teknologi dan sebagainya. Namun pada dasarnya faktor produksi dapat dibagi ke dalam dua jenis yaitu:

1. Fixed Input yaitu faktor-faktor yang tidak dapat dirubah dengan segera untuk memenuhi faktor-faktor produksi yang diminta oleh pasar. Misalnya: tanah, gedung, mesin dan sebagainya

2. Variable Input yaitu faktor-faktor yang dapat dirubah dengan segera sesuai dengan perubahan produksi yang diminta oleh pasar. Misalnya: bahan mentah, tenaga kerja dan lain-lain (Simbolon, 2007; 90)

Dalam prakteknya, faktor-faktor produksi yang mempunyai peranan penting terhadap produksi kelapa sawit adalah tenaga kerja, luas lahan dan penggunaan pupuk.

Faktor tenaga kerja memiliki peranan yang sangat penting sebagai pelaksana kegiatan produksi. Peranannya sangat ditentukan terutama oleh kualitas (mutu) disamping kuantitas (jumlah) yang tersedia. Semakin besar perusahaan, biasanya akan mempergunakan tenaga kerja dalam jumlah yang relatif banyak bila dibandingkan dengan perusahaan skala kecil.

Sementara itu masalah lahan (tanah) terutama ditinjau dari sudut luas dan tingkat kesuburannya. Namun, yang paling utama dianalisis adalah mengenai luasnya yang sangat berpengaruh terhadap produksi yang dihasilkan. Dimana,


(18)

semakin luas lahan yang dimiliki akan memberikan hasil yang semakin tinggi pula.

Selanjutnya faktor produksi juga tidak kalah pentingnya dibanding kedua faktor produksi yang telah disebutkan terlebih dahulu. Pemupukan pada dasarnya ditujukan untuk meningkatkan produksi, karena pupuk dianggap vitamin bagi tanah sehingga akan mempengaruhi hasil yang diperoleh. Penggunaan pupuk secara tepat dan teratur akan dapat mempertinggi hasil produksi baik secara kualitas maupun kuantitasnya.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Produksi Kelapa

Sawit Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan”

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang diatas, maka permasalahan pokok yang akan diteliti adalah:

1. Bagaimanakah pengaruh luas lahan terhadap hasil produksi kelapa sawit di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan?

2. Bagaimanakah pengaruh tenaga kerja terhadap hasil produksi kelapa sawit di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan?

3. Bagaimanakah pengaruh pupuk terhadap hasil produksi kelapa sawit di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan?


(19)

1.3 Hipotesis

Hipotesis adalah kondisi atau proporsi, atau prinsip untuk sementara waktu dianggap benar dan barangkali tanpa keyakinan supaya bisa ditarik suatu konsekuensi logis dan dengan cara ini kemudian diadakan pengujian tentang kebenarannya dengan menggunakan data empiris dari hasil penelitian.

Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini:

1) Luas Lahan mempunyai pengaruh positif terhadap peningkatan hasil produksi, ceteris paribus

2) Tenaga Kerja mempunyai pengaruh positif terhadap peningkatan hasil produksi, ceteris paribus

3) Penggunaan pupuk mempunyai pengaruh positif terhadap peningkatan hasil produksi, ceteris paribus

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh luas lahan terhadap hasil produksi kelapa sawit di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

2. Untuk mengetahui pengaruh tenaga kerja terhadap hasil produksi kelapa sawit di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

3. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan pupuk terhadap hasil produksi kelapa sawit di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan


(20)

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai bahan studi dan tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa FE USU, terutama bagi mahasiswa Departemen Ekonomi Pembangunan yang ingin melakukan penelitian selanjutnya.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi, khususnya mahasiswa Ekonomi Pembangunan. 3. Sebagai bahan masukan bagi pihak PT. Perkebunan Nusantara III (Persero)


(21)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Definisi Ekonomi Pertanian

Ekonomi pertanian merupakan gabungan dari ilmu ekonomi dengan ilmu pertanian yang memberikan arti sebagai berikut. Suatu ilmu yang mempelajari dan membahas serta menganalisis pertanian secara ekonomi, atau ilmu ekonomi yang diterapkan pada pertanian. (Daniel, 2002; 9)

Dengan pengertian ekonomi pertanian yang demikian, ilmu pertanian bukan hanya mempelajari tentang bercocok tanam tetapi suatu ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang pertanian, baik mengenai subsektor tanaman pangan dan hortikultura, subsektor perkebunan, subsektor peternakan, maupun subsektor perikanan.

Ilmu ekonomi pertanian menjadi satu ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses pembangunan dan memacu pertumbuhan ekonomi suatu negara. Ekonomi pertanian mencakup analisis ekonomi dari proses (teknis) produksi dan hubungan-hubungan sosial dalam produksi pertanian, hubungan antar faktor produksi, serta hubungan antara faktor produksi dan produksi itu sendiri. Dalam kebijakan pembangunan nasional, pembangunan pertanian merupakan langkah awal dan mendasar bagi pertumbuhan industri. Salah satu subsektor pertanian yang berkembang adalah subsektor perkebunan.


(22)

2.1.1 Sejarah Ekonomi Pertanian

Ilmu ekonomi pertanian merupakan cabang ilmu yang masih sangat muda. Kalau ilmu ekonomi moderen dianggap lahir dengan penerbitan buku Adam Smith yang berjudul Wealth of nations pada tahun 1776 di Inggris, maka ilmu ekonomi pertanian dilahirkan awal abad ke-20 atau akhir abad ke-19 dengan terjadinya depresi pertanian pada tahun 1890.

Di Amerika Serikat mata pelajaran Rural Economic pertama-tama diajarkan pada tahun 1892 di Universitas Ohio. Mata pelajaran Economic of Agriculture mulai diberikan di Universitas Cornell pada tahun 1901 dan Farm Management pada tahun 1903. Pada tahun1910 beberapa universitas di Amerika Serikat sudah memberikan kuliah-kuliah yang teratur dalam Agricultural Economics.

Di Indonesia, ilmu ekonomi pertanian baru dikembangkan mulai tahun 1950-an yang di pelopori oleh Prof. Iso Reksohadiprodjo dan Prof. Ir. Teko Sumodiwirjo, masing-masing dosen di Universitas Indonesia dan Universitas Gajah Mada. (Mubyarto, 1984; 1)

2.1.2 Fungsi Ekonomi Pertanian

Ekonomi pertanian mempunyai fungsi yang tidak kalah pentingnya dari ilmu ekonomi maupun ilmu pertanian itu sendiri. Dia bisa berada di awal atau sebelum ilmu pertanian, bisa seiring dan bisa juga sesudah. Semua fungsinya amat menentukan akan kemajuan pertanian. Ekonomi pertanian bukan sekedar gabungan antara ilmu ekonomi dengan ilmu pertanian, tetapi mempunyai arti yang sangat penting bagi pertanian dan juga bagi ekonomi.


(23)

Ilmu ekonomi pertanian mempelajari faktor sumber daya atau faktor produksi dilengkapi dengan permasalahan, potensi dan kebijakan serta kemitraan, kelembagaan dan faktor pendukung lainnya. Sebelum proses produksi atau usaha tani dijalankan (baik dalam subsektor tanaman pangan dan hortikultura, subsektor perkebunan, subsektor peternakan, maupun subsektor perikanan) perlu dilakukan perencanaan yang matang.

Dalam pelaksanaan di lapangan, pertanian juga membutuhkan ilmu ekonomi pertanian. Kalau pupuk diberikan sekian banyak, berapa hasil yang akan diterima, bila pupuk dikurangi atau ditambah berapa keuntungan yang akan diperoleh. Begitu juga dengan pengaturan tenaga kerja dan obat-obatan. Dalam ekonomi pertanian, semua itu akan diperhitungkan dan dipelajari secara mendalam. (Daniel, 2002;6)

2.2 Pengertian Perkebunan

Pengertian perkebunan sudah lama dikenal, sejak pemerintahan kolonial Belanda. Pada tahun 1938 di Indonesia terdapat 243 perkebunan besar. Pada tahun 1870 dengan keluarnya undang-undang agraria pengaturan perkebunan-perkebunan swasta di Indonesia lebih tegas dan jelas. Keluarnya undang-undang agraria mempunyai tujuan utama mengundang penanaman modal swasta ke Indonesia untuk berusaha mengembangkan produk-produk pertanian yang diperlukan pasaran dunia, terutama Eropa. Setelah merdeka, pemerintah Indonesia mengambil alih perkebunan-perkebunan yang dikelola oleh Belanda, tepatnya sejak tahun 1957. (Syamsulbahri, 1996;1)


(24)

Perkembangan perkebunan setelah orde baru dengan program lima tahunan (Pelita) tahap demi tahap telah memfokuskan program pembangunannya terutama dalam sektor tanaman pangan, sedangkan sektor perkebunan memberikan kerangka landasan peningkatan produksi dan diversifikasi tanaman ekspor. Pada tahun 1992 pemerintah telah berhasil membuat Undang-Undang Nomor 12 tentang budidaya tanaman. Dengan adanya undang-undang tersebut pemerintah telah memberikan kebebasan kepada petani untuk menentukan pilihan jenis tanaman dan pembudidayaannya, serta kewajiban pemerintah dalam menjamin penghasilan petani. (Syamsulbahri, 1996; 1).

Sejarah perkebunan sebelum penjajahan Belanda di Indonesia, perkebunan belum terorganisir secara struktural. Selama dekade penjajahan Belanda, Inggris dan Jepang pengelolaan perkebunan beralih ke penguasa, dalam hal ini penjajah. Pada zaman Belanda dikenal “sistem tanam paksa”. Setelah merdeka pengelolaan perkebunan masih seperti zaman Belanda, barulah tahun 1957 terjadi perubahan pengelolaan perkebunan. Pada tahun tersebut terjadi pengambilalihan perkebunan dari orang-orang asing oleh pemerintah Republik Indonesia. Dambaan petani untuk menjadi tuan di tanahnya sendiri sangat diharapkan, karena manejer-manejer perkebunan telah diisi oleh putera-puteri Indonesia. Pada kenyataannya tersebut tidak bisa terwujud, karena didalam negeri sudah terlalu lama mengalami peperangan untuk merebut kemerdekaan.

Pada tahap dicanangkannya program-program Pelita, pada subsektor perkebunan mulai dilakukan pembenahan-pembenahan oleh pemerintah. Pada Pelita III hingga V dilaksanakan serangkaian usaha-usaha intensifikasi, rehabilitasi dan diversifikasi perkebunan. Pada Pelita III perkembangan sektor


(25)

perkebunan amat mencolok, terutama ditinjau dari perluasan areal perkebunan baik di Jawa maupun diluar Jawa. (Syamsulbahri, 1996; 3).

Sebelum mempelajari lebih jauh tentang perkebunan perlu kesatuan pengertian dari perkebunan itu sendiri. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam pemahaman selanjutnya, terutama tanaman perkebunan tahunan. Perkebunan dapat diartikan berdasarkan fungsi, pengelolaan, jenis tanaman dan produk yang dihasilkan.

Perkebunan berdasarkan fungsinya dapat diartikan sebagai usaha untuk menciptakan lapangan pekerjaan, peningkatan pendapatan dan devisa negara dan pemeliharaan kelestaria sumber daya alam (SDA).

Perkebunan berdasarkan pengelolaannya dibagi menjadi 4, yaitu: 1. Perkebunan rakyat

2. Perkebunan besar

3. Perkebunan perusahaan inti rakyat 4. Perkebunan unit pelaksana proyek

Perkebunan berdasarkan jenis tanamannya dapat diartikan sebagai usaha budidaya tanaman yang dilakukan oleh rakyat, pemerintah, maupun swasta selain tanaman pangan dan hortikultura.

Perkebunan berdasarkan produknya dapat diartikan sebai usaha budidaya tanaman yang ditujukan untuk menghasilkan bahan industri (misalnya karet, tembakau, cengkeh, kapas), bahan industri makanan (misalnya kelapa, kelapa sawit dan kakao) dan makanan (misalnya, tebu, teh, kopi dan kayu manis).

Dari pengertian-pengertian tersebut perkebunan dapat diartikan sebagai: “usaha budidaya tanaman baik oleh pemerintah, swasta, rakyat maupun secara


(26)

bersama-sama dalam skala luas maupun sempit areal lahan yang digunakan namun bertujuan untuk mendapatkan peningkatan pendapatan dan devisa negara, tanpa mengabaikan penyerapan tenaga kerja dan pelestarian sumber daya alam” (Syamsulbahri, 1996; 15).

2.2.1 Manajemen Perkebunan

Manajemen dapat diartikan sebagai usaha pengelolaan sumber-sumber daya untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien, dimana sifatnya universal yang berarti dapat berlaku secara umum untuk berbagai organisasi. Dalam perkembangannya, perkebunan dijadikan sebagai satu subsektor dari sektor pertanian. Dimana subsektor perkebunan dijadikan andalan dalam memasukkan devisa negara dari sektor non migas. Pengelolaannya ada yang dilakukan oleh pemerintah, swasta mupun oleh rakyat. Sistem pengelolaan perkebunan di Indonesia ada keterpaduan antara unsur-unsur yang membentuk subsektor perkebunan yang meliputi pemerintah, swasta dan masyarakat (Syamsulbahri, 1996; 16).

1. Perkebunan Rakyat

Perkebunan rakyat yang sering disebut juga pola swadaya menduduki hampir 80% dari total areal perkebunan yang ada di Indonesia. Pengelolaannya masih terbatas, dalam artian belum ada pembagian pengelolaan untuk masing-masing sistem. Untuk itu seorang petani tanaman perkebunan dapat berfungsi dan bertindak sebagai pelaksana setiap kegiatan usahanya.


(27)

2. Perkebunan Besar

Perkebunan besar swasta dan perkebunan milik negara sering disebut sebagai satu plantation atau estate dimana pengelolaannya jelas untuk masing-masing sub-sistem, akan tetapi merupakan satu kesatuan manajemen. Manajemen perkebunan yang meliputi manajemen tanaman, manajemen pengolahan hasil dan manajemen pemasaran komoditi perkebunan.

Beberapa ciri dari perkebunan besar, antara lain: hamparan lahan relatif luas, tanaman dan tata tanam yang seragam, pemakaian bibit unggul dan teknologi relatif maju, perencanaan terperinci dan pengawasan yang ketat, standarisasi (prosedur, prestasi, hasil, mutu dan biaya), penggunaan tenaga kerja terampil atau terlatih, disiplin dalam berbagai bidang, akomodasi pekerja di sekitar unit kerja, wadah organisasi dan mekanisme koordinasi.

Pola organisasi perusahaan perkebunan umumnya dapat digambarkan sebagai organisasi intern yang mengatur hubungan antara kantor direksi dengan kebun atau pabrik. Atas dasar laporan-laporan harian, bulanan serta tugas-tugas pengawasan dilakukan oleh aparat direksi. Seluruh kegiatan administrasi kebun/pabrik dikoordinir oleh kantor direksi.

3. Perusahaan Perkebunan Inti Rakyat

Perusahaan Inti Rakyat Perkebunan (PIR-BUN) Direktorat Jenderal Perkebunan mengartikan sebagai usaha pengembangan perkebunan dengan menggunakan perkebunan besar inti yang membantu dan membimbing perkebunan rakyat sekitarnya sebagai plasma dalam suatu sistem kerjasama yang saling menguntungkan, utuh dan berkesinambungan. Perusahaan inti merupakan perusahaan perkebunan besar baik milik swasta maupun milik negara, sedangkan


(28)

kebun plasma merupakan areal wilayah plasma yang dibangun oleh perusahaan inti dengan tanaman perkebunan yang diperuntukkan bagi petani peserta.

4. Perkebunan Unit Pelaksana Proyek

Unit pelaksana proyek merupakan salah satu pendekatan yang dilakukan dalam pembinaan dan pelaksanaan proyek perkebunan, setiap unit pelaksanaan proyek perkebunan ditentukan oleh luas areal perkebunan rakyat yang dibina, dimana pembinaannya dilaksanakan mulai dari pembibitan, penanaman sampai dengan pengolahan dan pemasaran hasil. Pembinaan dilakukan secara menyeluruh termasuk juga peningkatan keterampilan para petani dengan mengadakan kursus-kursus, latihan-latihan dan bimbingan di dalam inti proyek.

2.3 Sejarah Kelapa Sawit

2.3.1 Deskripsi Tanaman Kelapa Sawit

Pohon Kelapa Sawit terdiri daripada dua spesies Arecaceae atau famili palma yang digunakan untuk pertanian komersil dalam pengeluaran minyak kelapa sawit. Pohon Kelapa Sawit Afrika, Elaeis guineensis, berasal dari Afrika barat di antara Angola dan Gambia, manakala Pohon Kelapa Sawit Amerika, Elaeis oleifera, berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan.

Kelapa sawit termasuk tumbuhan pohon. Tingginya dapat mencapai 24 meter. Bungadan buahnya berupa tandan, serta bercabang banyak. Buahnya kecil dan apabila masak, berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat. Daging dan kulit buahnya mengandungi minyak. Minyaknya itu digunakan sebagai bahan minyak goreng, sabun, dan lilin. Hampasnya dimanfaatkan untuk makanan ternak,


(29)

khususnya sebagai salah satu bahan pembuatan makanan ayam. Tempurungnya digunakan sebagai bahan bakar dan arang.

Adapun yang menadi ciri-ciri fisiologi tanaman kelapa sawit, adalah sebagai berikut:

a. Daun

Daunnya merupakan daun majemuk. Daun berwarna hijau tua dan pelapah berwarna sedikit lebih muda. Penampilannya sangat mirip dengan tanaman salak, hanya saja dengan duri yang tidak terlalu keras dan tajam.

b. Batang

Batang tanaman diselimuti bekas pelapah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelapah yang mengering akan terlepas sehingga menjadi mirip dengan tanaman kelapa.

c. Akar

Akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu juga terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk mendapatkan tambahan aerasi.

d. Bunga

Bunga jantan dan betina terpisah dan memiliki waktu pematangan berbeda sehinggasangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar.

e. Buah

Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelapah.


(30)

Buah terdiri dari tiga lapisan:

a) Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin. b) Mesoskarp, serabut buah

c) Endoskarp, cangkang pelindung inti

Inti sawit merupakan endosperm dan embrio dengan kandungan minyak inti berkua litas tinggi.

2.3.2 Tipe Kelapa Sawit

Kelapa sawit berkembang biak dengan cara generatif. Buah sawit matang pada kondisi tertentu embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas (plumula) dan bakal akar (radikula).

Habitat aslinya adalah daerah semak belukar. Sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis (15° LU - 15° LS). Tanaman ini tumbuh sempurna di ketinggian 0-500 m dari permukaan laut dengan kelembaban 80-90%. Sawit membutuhkan iklim dengan daerah yang tidak tergenang air saat hujan dan tidak kekeringan saat kemarau. Pola curah hujan tahunan memperngaruhi perilaku pembungaan dan produksi buah sawit.

Kelapa sawit memiliki banyak jenis, berdasarkan ketebalan cangkangnya kelapa sawit dibagi menjadi Dura, Pisifera, dan Tenera.

1. Dura merupakan sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal sehingga dianggap memperpendek umur mesin pengolah namun biasanya tandan buahnya besarbesar dan kandungan minyak pertandannya berkisar 18%.


(31)

2. Pisifera buahnya tidak memiliki cangkang namun bunga betinanya steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah.

3. Tenera adalah persilangan antara induk Dura dan Pisifera. Jenis ini dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masingmasing induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap fertil. Beberapa tenera unggul persentase daging perbuahnya dapat mencapai 90% dan kandungan minyak pertandannya dapat mencapai 28%.

2.3.3 Hasil Tanaman Kelapa Sawit

Minyak sawit digunakan sebagai bahan ba

sawit dapat digunakan untuk begitu beragam peruntukannya karena keuunggulan sifat yang dimilikinya yaitu tahan oksidasi dengan tekanan tinggi, mampu melarutkan bahan kimia yang tidak larut oleh bahan pelarut lainnya, mempunyai daya melapis yang tinggi dan tidak menimbulkan iritasi pada tubuh dalam bidang kosmetik.

Bagian yang paling populer untuk diolah dari kelapa sawit adalah buah. Bagian daging buah menghasilkan minya menjadi bahan ba minyak nabati dari sawit adalah harga yang murah, renda memiliki kandunga

Minyak inti menjadi bahan baku minya Bunga dan buahnya berupa tandan, bercabang banyak. Buahnya kecil, bila masak


(32)

berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat. Daging dan kulit buahnya mengandung minyak. Minyaknya itu digunakan sebagai baha disebut bungkil itu digunakan sebagai salah satu bahan pembuatan makanan ayam. Tempurungnya digunakan sebagai bahan bakar dan

Buah diproses dengan membuat lunak bagian daging buah dengan temperatur 90 °C. Daging yang telah melunak dipaksa untuk berpisah dengan bagian inti dan cangkang dengan pressing pada mesin silinder berlubang. Daging inti dan cangkang dipisahkan dengan pemanasan dan teknik pressing. Setelah itu dialirkan ke dalam lumpur sehingga sisa cangkang akan turun ke bagian bawah lumpur.

Sisa pengolahan buah sawit sangat potensial menjadi bahan campuran makana

2.3.4 Sejarah Perkebunan Kelapa Sawit

Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah Belanda pada tahun 1848, saat itu ada 4 batang bibit kelapa sawit yang dibawa dari Mamitius dan Amsterdam lalu ditanam di kebun Raya Bogor.

Pada tahun 1911, kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial. Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien Hallet (orang Belgia). Bididaya yang dilakukannya diikuti oleh K.Schadt yang menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh. Luas areal perkebunan mencapai 5.123 Ha.


(33)

Pada tahun 1919 mengekspor minyak sawit sebesar 576 ton dan pada tahun 1923 mengekspor minyak inti sawit sebesar 850 ton. Pada masa pendudukan Belanda, perkebunan kelapa sawit maju pesat sampai bisa menggeser dominasi ekspor Negara Afrika waktu itu. Memasuki masa pendudukan Jepang, perkembangan kelapa sawit mengalami kemunduran. Lahan perkebunan mengalami penyusutan sebesar 16% dari total luas lahan yang ada sehingga produksi minyak sawitpun di Indonesia hanya mencapai 56.000 ton pada tahun 1948 / 1949, pada hal pada tahun 1940 Indonesia mengekspor 250.000 ton minyak sawit.

Pada tahun 1957, setelah Belanda dan Jepang meninggalkan Indonesia, pemerintah mengambil alih perkebunan (dengan alasan politik dan keamanan). Untuk mengamankan jalannya produksi, pemerintah meletakkan perwira militer di setiap jenjang manajemen perkebunan. Pemerintah juga membentuk BUMIL (Buruh Militer) yang merupakan kerja sama antara buruh perkebunan dan militer. Perubahan manajemen dalam perkebunan dan kondisi sosial politik serta keamanan dalam negeri yang tidak kondusif, menyebabkan produksi kelapa sawit menurun dan posisi Indonesia sebagai pemasok minyak sawit dunia terbesar tergeser oleh Malaysia.

Pada masa pemerintahan Orde Baru, pembangunan perkebunan diarahkan dalam rangka menciptakan kesempatan kerja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan sektor penghasil devisa Negara. Pemerintah terus mendorong pembukaan lahan baru untuk perkebunan.

Sampai pada tahun 1980, luas lahan mencapai 294.560 Ha dengan produksi CPO (Crude Palm Oil) sebesar 721.172 ton. Sejak itu lahan perkebunan


(34)

kelapa sawit Indonesia berkembang pesat terutama perkebunan rakyat. Hal ini didukung oleh kebijakan Pemerintah yang melaksanakan program Perusahaan Inti Rakyat Perkebunan (PIR-BUN).

2.4 Aspek-Aspek Produksi 2.4.1 Pengertian Produksi

Produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasi berbagai input atau masukan untuk menghasilkan output. Hubungan teknis antara input dan output tersebut dalam bentuk persamaan, tabel atau grafik merupakan fungsi produksi. Jadi, fungsi produksi adalah suatu persamaan yang menunjukkan jumlah maksimum output yang dihasilkan dengan kombinasi input tertentu.

Dalam ilmu ekonomi istilah produksi mencakup jenis aktivitas yang jauh lebih luas dibanding pengertian sehari-hari. Menurut konteks ini produksi dapat diartikan sebagai hubungan fisik antar masukan (input) dan keluaran (output). Pengertian seperti ini sering disebut sebagai “proses produksi”.

Fungsi yang menggambarkan keadaan seperti itu dinamakan “fungsi produksi”. Unsur-unsur ekonomi yang berkaitan erat dengan masalah produksi ini diantaranya adalah pendapatan sekaligus berhubungan dengan laba/rugi, biaya produksi, efisiensi, produktivitas, dll


(35)

2.4.2 Prinsip Ekonomi Dalam Proses Produksi

Beberapa prinsip ekonomi dalam proses produksi sebagai kebijakan perusahaan, yaitu (Nasution, S. H., 2007; 76)

1. Maksimalisasi Output

Kebijaksanaan perusahaan untuk memaksimalisasi output dinyatakan berdasarkan kendala biaya, berarti perusahaan berupaya untuk mendapatkan output maksimum dengan mengeluarkan biaya tertentu.

2. Minimalisasi Biaya

Kebijakan perusahaan yang berupaya untuk meminimalisasi biaya produksi untuk tingkat tertentu

3. Maksimalisasi Laba

Pengusaha memiliki kebebasan dalam penggunaan input sebagai biaya produksi guna menciptakan produksi optimal dengan tujuan untuk mendapatkan laba maksimum. Besarnya laba maksimum perusahaan sebagai penjualan output adalah selisih diantara jumlah penerimaan (total revenue) dikurangi dengan jumlah biaya (total cost)

2.4.3 Konsep Produksi

Konsep dasar teori produksi sangat diperlukan bagi berbagai pihak, terutama pihak produsen untuk menentukan bilamana output dapat memberikan maksimum laba. Beberapa informasi yang perlu diketahui produsen anatara lain permintaan output maupun informasi ketersediaan berbagai input guna mendukung proses output. Demikian pula alternatif penggunaan input dan bahkan pengorbanan terhadap sesuatu output guna kepentingan output lainnya.


(36)

Keterangan ini perlu mendapat perhatian para pelaku kegiatan produksi sebagai suatu kebijaksanaan sekaligus keputusan.

Secara umum, konsep produksi dapat dibedakan menjadi 3 bagian (Kadariah, 1994; 100), yaitu:

1. Produk Total (Total Product)

Produk total adalah jumlah total produksi yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan selama kurun waktu tertentu dengan menggunakan sejumlah input yang dimiliki oleh perusahaan yang bersangkutan.

Dengan demikian produk total ini merupakan fungsi dari input/faktor-faktor produksi yang tersedia, sehingga besarnya sangat dipengaruhi oleh kepemilikan terhadap input yang diperlukan.

Dalam hal ini fungsi produksi total dapat dirumuskan sebagai berikut: TP = f (FP)

Artinya bahwa produksi total merupakan variabel dependen terhadap faktor produksi (FP) yang dijadikan sebagai variabel independen, dimana:

TP = Total Product (produk total)

FP = Factor of Production (faktor produksi)

2. Produksi Rata-Rata (Average Product)

Produksi rata-rata adalah jumlah produksi yang dihasilkan oleh setiap unit (satuan) faktor-faktor produksi. Konsep ini diperoleh dengan cara membagikan total produksi dengan jumlah faktor produksi (input) yang dimiliki oleh sebuah


(37)

perusahaan. Berdasarkan penjelasan tersebut, konsep ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

AP = FP TP

Dimana:

AP = average product (produksi rata-rata) TP = total product (total produksi)

FP = jumlah faktor produksi yang digunakan

3. Produksi Marginal (Marginal Product)

Produk marjinal merupakan perubahan (pertambahan atau penurunan) produksi yang diperoleh seiring dengan dilakukannya penambahan input. Dengan demikian konsep ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

MP = ΔQ = Qa - Qa-1

Dimana:

MP = produksi marjinal (marginal product)

Qa = total produksi setelah penambahan faktor produksi Qa-1 = total produksi sebelum penambahan faktor produksi


(38)

2.4.4 Tahapan produksi

Gambar 2.1. Kurva Tahapan Produksi

Sumber: Teori Ekonomi Mikro, Sumanjaya, 2008;83

Berdasarkan data dan grafik pada gambar 2.1 dapat ditemukan tahapan (stage) produksi, apakah sebagai tahap I, II dan III. Tahap I ditunjukkan dari penggunaan 1 input tenaga kerja sampai pada perpotongan marginal product dengan average product. Tahap II dimulai dari MP = AP sampai pada maksimum total product dengan MP = 0. Tahap III dimulai total product mengalami penurunan dan diikuti oleh marginal product yang negatif.

Tahap I penggunaan tenaga kerja relatif kecil sehingga total produksi masih memungkinkan untuk ditingkatkan, tahapan ini merupakan irrational stage sebagaimana tahap III dimana penambahan jumlah input tenaga kerja justru

TPL

AP

MPL

I II III

X Y


(39)

menurunkan jumlah produksi. Tahap II merupakan rational stage dimana penambahan input tenaga kerja dapat meningkatkan jumlah produksi. Dengan demikian berdasarkan ketiga tahapan produksi di atas, terbaik terdapat pada tahap produksi II (Nasution, S. H., 2007; 59)

2.4.5 Production Possibility Curve

Proses penciptaan output selalu dihadapkan kepada berbagai alternatif, apakah alternatif dimaksud berkaitan dengan penggunaan input atau penciptaan output. Beberapa proporsi maupun jenis input yang digunakan guna menghasilkan berbagai output dan bagaimana kombinasi penggunaan input sehingga proses produksi terkendali. Informasi pasar output dan kesediaan input sangat berperan sehingga proses produksi memberikan laba maksimum bagi perusahaan. Konsep production possibility curve atau disebut production frontier dapat mengungkapkan keterangan di atas.

Dalam penerapannya pengertian ini mendukung makna berupa penggunaan berbagai sumber daya tersedia dalam kegiatan produksi secara keseluruhan dengan alternatif output. Apabila sumber daya yang tersedia tidak digunakan secara keseluruhan berarti proses produksi tidak efisien. Tepatnya pengertian production possibility curve sendiri merupakan alternatif pengorbanan yang diberikan sesuatu output guna peningkatan output lain. (Nasution, S. H., 2007; 55)

Berdasarkan uraian diatas produksi pada dasarnya merupakan proses penggunaan input (masukan) untuk menghasilkan output (keluaran). Secara umum fungsi produksi dapat ditulis sebagai berikut: Output = f (input)


(40)

2.4.6 Fungsi Produksi

Menurut Salvatore, 1994. Fungsi produksi adalah hubungan teknis antara input dan output dalam bentuk persamaan, tabel atau grafik (Salvatore, 1994). Jadi fungsi produksi adalah suatu persamaan yang menunjukkan jumlah maksimum output yang dihasilkan dengan kombinasi input tertentu.

Fungsi produksi menetapkan bahwa suatu perusahaan tidak bisa mencapai suatu output yang lebih tinggi tanpa menggunakan input yang lebih banyak dan suatu perusahaan tidak bisa menggunakan lebih sedikit input tanpa mengurangi tingkat outputnya.

Dalam pembahasan teori ekonomi produksi, maka telaahan yang banyak diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini. Hal tersebut disebabkan karena beberapa hal, antara lain:

1. Dengan fungsi produksi, maka peneliti dapat mengetahui hubungan antara faktor produksi (input) dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah dimengerti.

2. Dengan fungsi produksi, maka peneliti dapat mengetahui hubungan antara variabel yang dijelaskan (dependent variable), Y dan variabel yang menjelaskan (independent variable), X, serta sekaligus mengetahui hubungan antar variabel penjelas. Secara matetematis, hubungan ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

Y = f (X1,...)

Dengan fungsi produksi sepertti di maka hubungan Y dan X dapat diketahui dan sekaligus hubungan X1,.... lainnya juga dapat diketahui.


(41)

a. Fungsi Produksi Satu Input Variabel

Fungsi produksi dengan satu input dapat ditunjukkan melalui grafik dua dimensi. Untuk penyederhanaannya dapat diasumsikan bahwa salah satu input adalah konstan dalam jangka pendek (Suharti, T., 2003;78).

Apabila input tenaga kerja yang digunakan dalam proses produksi berarti pembahasan bertumpu pada kemampuan kerja dalam menciptakan jumlah produksi (total physical productivity of labor/TPPL atau acapkali disingkat (TP), produksi margin (MP), rata-rata produksi (AP) dan sampai kepada laba maksimum (Nasution, S. H., 2007; 57).

Dalam analisis produksi dengan satu diasumsikan bahwa semua faktor produksi selain tenaga kerja (mL) dianggap tetap. Sehingga fungsi produksi dengan satu input variabel: Q = f (L)

Fungsi produksi dengan satu input variabel tunduk terhadap hukum “the law of diminishing return” yang menyatakan bahwa satu macam input (labor) penggunaannya terus ditambah sebanyak satu unit, sedangkan input-input yang lain konstan, pada mulanya produksi total semakin banyak pertambahannya. Tetapi sesudah mencapai suatu tingkat tertentu produksi tambahan tersebut semakin menurun dan akhirnya mencapai nilai negatif. Keadaan ini akan menyebabkan produksi total semakin lambat pertambahannya, akhirnya ia mencapai tingkat maksimum dan kemudian menurun.

b. Fungsi Produksi Dengan Dua Input Variabel

Apabila dua input yang digunakan dalam proses produksi menjadi variabel semua, maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan isoquant dan isocost.


(42)

a. Isoquant

Isoquant adalah kurva yang menunjukkan kombinasi input yang dipakai dalam proses produksi, yang menghasilkan output tertentu dalam jumlah yang sama (Suharti, T., 2003; 83).

Isoquant mempunyai ciri-ciri yang sama dengan indifference curve dalam analisis perilaku konsumennya, yaitu (Suharti, T., 2003; 83):

1. Turun dari kiri atas ke kanan bawah 2. Cembung ke arah titik origin 3. Tidak saling berpotongan

4. Apabila jumlah output yang lebih banyak, artinya perubahan produksi digambarkan dengan pergeseran isoquant.

Slope L K ∆ ∆ −

= = MRTS =

K L MP MP

Marginal Rate of Technical Substitution (MRTS)

Adalah suatu pernyataan yang mengungkapkan penurunan/berkurangnya penggunaan sesuatu input (kapital) di satu sisi pada sumbu vertikal dan diganti dengan penambahan input lain (tenaga kerja) dengan tingkat produksi yang sama (Nasution, S. H., 2007; 65).

Secara matematis dapat dituangkan sebagai berikut: MRTS = L K MP MP K L ∆ ∆ − = b. Isocost

Isocost adalah kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi antara dua input yang berbeda yang dapat dibeli oleh produsen pada tingkat biaya yang sama. (Suharti, T., 2003; 87).


(43)

Kurva Isocost menjelaskan bahwa semakin dekat dengan titik origin, berarti semakin kecil pengeluaran yang harus dikeluarkan oleh produsen dan sebaliknya, semakin jauh dari titik origin maka semakin besar pengeluaran produsen.

2.4.7 Beberapa Bentuk Fungsi Produksi

Fokus pengembangan fungsi produksi berakar dari penelitian-penelitian tentang bentuk isoquant (Wirasasmita, Y., 1991). Bentuk isoquant menggambarkan subtitusi faktor-faktor produksi. Terdapat dua bentuk isoquant yang ekstrim, yang dapat diungkapkan, yakni isoquant yang menggambarkan adanya subtitusi sempurna antar faktor produksi dan isoquant yang menggambarkan tidak adanya subtitusi sama sekali antar faktor produksi. Berangkat dari pemikiran inilah maka hanya dikemukan tiga bentuk fungsi produksi, yaitu (Suharti, T., 2003; 103), yaitu:

1. Fungsi produksi Leontief diperkenalkan oleh Wasilly Leontief 2. Fungsi produksi Cobb Douglas

3. Fungsi produksi CES

2.4.8 Fungsi Produksi Cobb Douglas

Fungsi produksi ini menjadi terkenal sejak diperkenalkan oleh Cobb, C. W. dan Douglas, P. H. Pada tahun 1928 melaui artikelnya yang berjudul “A Theory of Production” (Suharti, T., 2003; 104).

Secara matematis fungsi produksi Cobb Douglas dapat ditulis dengan persamaan: Q = A Kα Lβ


(44)

Dimana: Q = Output K = Input modal L = Input tenaga kerja

A = Parameter efisiensi/koefisien teknologi

α = Elastisitas input modal

β = Elastisitas input tenaga kerja

Fungsi produksi Cobb Douglas dapat diperoleh dengan membuat linear persamaan sehingga menjadi:

LnQ = LnA + αLnK + βLnL + ε

Dengan meregres persamaan di atas maka secara mudah akan diperoleh parameter efisiensi (A) dan elastisitas inputnya. Salah satu kemudahan fungsi produksi Cobb Douglas adalah secara mudah dapat dibuat linear sehingga memudahkan untuk mendapatkannya.

Dalam fungsi produksi Cobb Douglas ini, penjumlahan elastisitas subtitusi menggambarkan return of scale. Artinya apabila α + β = 1 berarti constan return to scale, bila α + β < 1 berarti decresing return to scale dan apabila α + β > 1 berarti proses produksi berada dalam keadaan increasing return to scale. Hal ini dapat dibuktikan sebagai berikut:

Fungsi produksi Cobb Douglas: Q = A Kα Lβ

Apabila input dinaikkan dua kali lipat maka: Q2 = A (2K1) α . (2L1) β = A2α K1 α . 2β L1 β


(45)

= 2α+ βAK1α. L1 β = 2α+ βQ1

Jadi, bila α + β = 1, maka Q2 = 2 Q1, berlaku constant return to scale bila α + β > 1, maka Q2 > 2 Q1, berlaku increasing return to scale bila α + β < 1, maka Q2 < 2 Q1, berlaku decreasing return to scale

Dalam fungsi produksi Cobb Douglas asli berlaku constant return to scale (Nicholson,1995 : 332), sehingga dapat mengilustrasikan secara mudah perubahan output sebagai akibat perubahan input. Apabila input (baik K maupun L) naik sebesar 2 (dua) kali maka output akan naik sebesar 2 (dua) kali pula.

Karena dalam fungsi Cobb Douglas berlaku constant return to scale maka akan membawa konsekuensi bahwa subtitusi antar faktor-faktor produksinya adalah subtitusi sempurna, artinya satu input L (tenaga kerja) dapat digantikan dengan satu unit K (modal). Dengan demikian, fungsi produksi Cobb Douglas mempunyai bentuk isoquant linear.

2.5 Faktor-faktor Produksi 1. Tanah

Tanah merupakan bagian lapisan kulit bumi terluar yang tersusun dari bahan mineral dan bahan-bahan organic. Dipengaruhi oleh bahan induk, iklim, bentuk wilayah dan mikro organism. Unsur pembentuk terdiri dari mineral (45%), udara (25%), air (25%) dan bahan organik (5%) (Indriani, 1993; 1)


(46)

Tanah sebagai salah satu faktor produksi yang merupakan pabrik hasil-hasil pertanian yaitu tempat dimana produksi berjalan dan dari mana hasil-hasil produksi keluar. Dalam pertanian, terutama di Negara kita, faktor produksi tanah Mempunyai kedudukan paling penting. Hal ini terbukti dari besarnya balas jasa yang diterima oleh tanah dibandingkan dengan faktor-faktor produksi lainnya (Mubyarto, 1984; 76).

Tanah adalah faktor produksi yang tahan lama sehingga biasanya tidak diadakan depresiasi atau penyusutan. Bahkan dengan perkembangan penduduk nilai tanah selalu mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Tetapi dalam pertanian tanah yang dikerjakan terus-menerus akan berkurang pula tingkat kesuburannya. Untuk mempertahankan kesuburan tanah petani harus mengadakan rotasi tanaman dan usaha-usaha konservasi tanah lainnya (Mubyarto, 1984; 88).

Unsur-unsur social ekonomi yang melekat pada tanah dan memiliki peranan dalam pengelolaan usaha tani cukup beragam, diantaranya adalah:

1. Kekuatan dan kemampuan potensil dan aktual dari tanah

2. Kapasitas ekonomis, efisiensi ekonomis dan keunggulan bersaing dari tanah

3. Produktivitas tanah, yang dimaksud dengan produktivitas tanah adalah jumlah hasil total yang diperoleh dari satu kesatuan bidang tanah (satu hektar) selama satu tahun dihitung dengan uang

4. Nilai sosial ekonomis dari tanah, bagi sebuah perusahaan lahan atau tanah memiliki peranan penting terutama sebagai tempat pendirian perusahaan dan pabrik-pabrik yang dibutuhkan dalam proses produksi. Selain itu bagi perusahaan tertentu tanah dapat dijadikan sebagai sumber bahan baku,


(47)

misalnya melalui pemberdayaan lahan yang dapat mendukung penyediaan bahan baku yang dibutuhkan sekaligus akan mengurangi biaya produksi.

2. Tenaga Kerja

Tenaga kerja sering disebut tenaga manusia muthlak dibutuhkan jika ingin menghasilkan sebuah produk. Tenaga kerja yang tersedia biasanya digunakan untuk mengoperasikan serta mengendalikan mesin/peralatan yang dimiliki oleh perusahaan. Untuk kasus tenaga kerja ini terutama tidak dipandang dari kuantitas (jumlah), tetapi juga mutu (kualitas) yang sangat mempengaruhi kenerja perusahaan yang bersangkutan.

Dengan adanya tenaga kerja yang terdidik dan terlatih maka dipastikan kesalahan-kesalahan fatal yang merugikan dan membahayakan akan dapat dicegah. Dalam hal ini perusahaan sangat mengharapkan tenaga kerja yang benar-benar berpengalaman serta memiliki keahlian yang tinggi sehingga dapat memberikan kontribusi besar terutama terhadap peningkatan produksi perusahaan. Selain keahlian dan kejujuran, kedisplinan juga hal yang sangat dibutuhkan dari seorang tenaga kerja.

Tenaga kerja dalam pertnian di Indonesia dibedakan ke dalam persoalan tenaga kerja dalam usaha tani kecil-kecilan (usaha tani rakyat) dan persoalan tenaga kerja dalam perusahaan pertanian yang besar-besaran yaitu perkebunan, kehutanan, peternakan dan sebagainya. Petani yang memiliki lahan yang tidak luas tidak membutuhkan tenaga kerja dari luar dan sebaliknya. (Mubyarto, 1984;; 104)


(48)

3. Modal

Pengertian modal adalah barang dan jasa yang bersama-sama dengan factor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang-barang baru. Barang-barang pertanian yang termasuk barang modal modal dapat berupa uang, ternak, pupuk, bibit, cangkul, investasi dalam mesin dan lain-lain. Biasanya semakin besar dan semakin baik kualitas modal yang dimiliki maka akan sangat mendukung terhadap peningkatan poduksi yang dihasilkan (Mubyarto, 1984; 91)

4. Manajemen (Skill)

Manajemen berarti proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota serta penggunaan sumber daya dalam rangka pencapaian tujuan yang ditetapkan. Dari uraian di atas maka factor produksi ini tidak kalah penting disbanding factor produksi lain. Perlu diketahui ada 3 alasan manajemen ini sangat dibutuhkan oleh perusahaan, yakni:

1. Untuk mencapai tujuan perusahaan

2. Untuk menjaga keseimbangan diantara tujuan-tujuan yang saling bertentangan

3. Untuk mencapai efisiensi dan efektivitas

4.6 Biaya Produksi

Keputusan manajemen dalam kaitan dengan penggunaan input produksi sangat penting dan perlu menjadi perhatian yang serius. Untuk menciptakan sesuatu output tentunya berbagai input yang digunakan seperti: tenaga kerja, barang-barang modal, teknologi, dan lainnya. Keseluruhan input ini pada


(49)

hakikatnya berupa biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam proses produksi (Sumanjaya, 2008; 106)

4.6.1 Fungsi Biaya Total

Fungsi biaya total ini merinci biaya total yang dikenakan oleh perusahaan untuk memproduksi suatu output tertentu selama kurun waktu tertentu. Para ahli ekonomi mendefinisikan biaya ditinjau dari biaya alternatif atau opportunity cost. Doktrin biaya alternatif menetapkan bahwa biaya dari suatu faktor produksi merupakan nilai maksimum yang diproduksi oleh faktor ini dalam suatu penggunaan alternatif. (Suhartati, 2003; 123)

Biaya dapat kita kelompokkan berdasarkan realitas dan sifatnya. Berdasarkan realitas, biaya dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Biaya Eksplisit ialah pengeluaran yang nyata dari suatu perusahaan untuk membeli atau menyewa input atau faktor produksi yang diperlukan di dalam proes produksi

2. Biaya Implisit ialah nilai dari suatu input milik sendiri atau keluarga yang digunakan oleh perusahaan itu sendiri di dalam proses produksi.

Berdasarkan sifatnya, biaya dapat dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Biaya Tetap

Merupakan kewajiban yang harus dibayar oleh suatu perusahaan per satuan waktu tertentu, untuk keperluan pembayaran semua input tetap dan besarnya tidak bergantung dari jumlah produk yang dihasilkan.


(50)

2. Biaya Variabel

Merupakan kewajiban yang harus dibayar oleh suatu perusahaan pada waktu tertentu, untuk pembayaran semua input variable yang digunakan dalam proses produksi.


(51)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah langkah atau prosedur yang akan dilakukan dalam pengambilan data atau informasi guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian. Data atau informasi yang tepat dan relevan dengan masalah yang dibahas diharapkan dapat menggambarkan kesimpulan yang lebih baik dan bermutu.

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) yang berkantor pusat di Medan, dengan menganalisis pengaruh luas lahan, jumlah tenaga kerja dan pupuk terhadap hasil produksi kelapa sawit. Pertimbangan pemilihan perusahaan adalah karena perusahaan ini telah lama memproduksi kelapa sawit hingga saat ini, diharapkan dapat memenuhi kriteria sebagai tempat penelitian yang dapat memberikan data serta informasi yang diperlukan.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk time series yang bersifat kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka-angka. Sumber datanya diperoleh dari PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan dalam bentuk triwulan dalam kurun waktu 2005-2009. Di samping itu, data lainnya yang mendukung penelitian diperoleh dari sumber lain seperti Badan


(52)

Pusat Statistik (BPS), buku literatur, tulisan-tulisan ilmiah, jurnal, laporan-laporan penelitian ilmiah dan internet.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penulisan skripsi ini, penulis mengambil langsung data penelitian ke PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) yang berkantor pusat di Medan. Selain itu, peneliti juga menggunakan penelitian kepustakaan berupa tulisan-tulisan ilmiah, jurnal dan laporan-laporan ilmiah yang ada hubungannya dengan topik yang diteliti.

3.4 Pengolahan Data

Dalam melakukan pengolahan data penelitian, penulis menggunakan program Eviews 5.1 dengan terlebih dahulu melakukan pemindahan data yang diperoleh ke dalam Software Microsoft Excel untuk mempermudah penginputan data pada proses selanjutnya.

3.5 Model Analisis Data

Model dasar untuk analisis produksi kelapa sawit di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan merupakan pengembangan dari teori produksi Cobb-Douglass, yaitu persamaan:

Y = A Kα Lβ...(1) Dengan memecah variabel K dan L dalam bentuk yang lebih spesifik, yaitu variabel-variabel eksplanatori yang digunakan dalam penelitian ini, maka fungsi produksi menjadi:


(53)

Y = f (X1, X2, X3)...(2) Dari fungsi tersebut ditransformasikan ke dalam model persamaan regresi linear dengan spesifikasi model sebagai berikut:

Y=α+β1X1+β2X2+β3X3+μ………...(3) Dimana:

Y = Produksi (Ton)

α = Intercept (konstanta)

β1 β2 β3 = Koefisien regresi X1 = Luas lahan (Hektar) X2 = Tenaga kerja (Orang) X3 = Pupuk (Ton)

μ = Term of error (Kesalahan pengganggu)

Selanjutnya untuk mendapatkan model penelitian, logaritma digunakan terhadap variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Untuk menguji pengaruh antar variabel penjelas (explanatory variable) terhadap produksi kelapa sawit digunakan metode Ordinary Least Square (OLS) dalam bentuk regresi berganda.

Adapun spesifikasi model penelitian ini sebagai berikut:

Log Y = α+β1 log X1+β2 log X2+β3 log X3+μ...(4)

Secara sistematis bentuk persamaan hipotesisnya adalah sebagai berikut:

1 X

Y


(54)

2 X

Y

∂∂ > 0, artinya apabila X2 (tenaga kerja) mengalami peningkatan, maka Y (produksi) akan mengalami peningkatan, ceteris paribus.

3 X

Y

∂∂ > 0, artinya apabila X3 (penggunaan pupuk) mengalami peningkatan, maka Y (produksi) akan mengalami peningkatan, ceteris paribus.

3.6 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) 3.6.1 Koefisien Determinasi (R – Square)

Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel independen secara bersama sama mampu memberi penjelasan terhadap variabel dependen.

Ada dua ciri dari R2 yang perlu diperhatikan: 1. Jumlahnya tidak pernah negatif

2. Nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1 (0≤R2≤1)

3.6.2 Uji t-statistik

Uji t-statistik merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing masing koefisien regresi signifikan atau tidak signifikan terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel independen lainnya konstan. Dalam hal ini digunakan hipotesis sebagai berikut:

Ho : bi = b Ha : bi ≠ b


(55)

Dimana bi adalah koefisien variabel independen ke-i nilai parameter hipotesis biasanya b dianggap = 0 artinya, tidak ada pengaruh variabel X terhadap Y. Bila t-hitung>t-tabel, maka pada tingkat kepercayaan tertentu Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel independen yang diuji berpengaruh secara nyata (signifikan) terhadap variabel dependen.

Dan bila t-hitung < t-tabel maka pada tingkat kepercayaan tertentu Ho diterima, ini artinya bahwa variabel independen yang diuji tidak berpengaruh nyata (tidak signifikan) terhadap variabel dependen.

Nilai t-hitung diperoleh dengan rumus: t*=

Sbi b bi )

( −

dimana:

bi = Koefisien variabel independen ke-i. b = Nilai hipotesis nol.

Sbi = Simpangan baku dari variabel independen ke-i

Kriteria pengambilan keputusan :

H0 : β =0 H0 diterima (t*<t-tabel) artinya variabel independen secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen Ha : β ≠0 Ha diterima (t*>t-tabel) artinya variabel independen secara


(56)

3.6.3 Uji F- statistik

Uji F-statistik ini dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independen secara keseluruhan atau bersama-sama terhadap variabel dependen. Untuk pengujian ini digunakan hipotesis sebagai berikut:

Ho : b1 ≠ b2………...bk = 0 (tidak ada pengaruh) Ha : b2 = 0………..……i = 1 (ada pengaruh)

Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan nilai F-statistik dengan nila F-tabel. Jika F-hitung> F-tabel maka Ho ditolak, yanga artinya variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen.

Jika F-hitung < F-tabel maka Ho diterima, artinya variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

Nilai F-hitung dapat diperoleh dengan rumus:

F-hitung=

( )

(

R

)

(

n k

)

k R

− − 2 −

2 1

1

Dimana:

R2 = Koefisien determinasi.


(57)

intercept dari suatu model persamaan n = Jumlah sampel

Kriteria pengambilan keputusan : 0

: 1 2 0 β =β =

H H0 diterima (F*<F-tabel) artinya variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

0 :β1 ≠β2a

H Ha diterima (F*>F-tabel) artinya variabel independen secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

3.7 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik. 3.7.1 Multikolinearitas (Multikolinearity)

Multikolinearitas adalah alat untuk mengetahui suatu kondisi, apakah terdapat korelasi variabel independen diantara satu sama lainnya. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearity dapat dilihat dari nilai R- Square, F- hitung, t- hitung, serta standard error.


(58)

Adanya multikolinearity ditandai dengan: 1. Standard error tak terhingga.

2. Tidak ada satupun t-statistik yang signifikan pada α = 1%, α = 5%,

α = 10%.

3. Membandingkan R2 regresi pertama dengan R2 regresi variabel-variabel independen

4. R2 (R- Square) sangat tinggi.

Ada beberapa cara untuk menguji keberadaan multikolinearitas, yaitu: 1. Korelasi antar variabel

2. Menggunakan korelasi parsial (Wahyu Ario dan Paidi Hidayat, 2007: 88)

3.7.2 Autokorelasi (Serial Correlation)

Serial Correlation didefinisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu dan ruang. Model regresi linear klasik mengasumsikan autokorelasi tidak terdapat didalamnya distribusi atau gangguan μi dilambangkan dengan:

E (μi : μj ) = 0 ; i = j

Ada beberapa cara untuk menguji keberadaan autokorelasi, yaitu: 1. Dengan menggunakan data atau memplot grafik


(59)

Uji D – W ini dirumuskan sebagai berikut:

Dw-hitung =

(

)

− −

2 1 t

t t

e e e

Dengan hipotesis sebagai berikut: H0 : ρ = 0, artinya tidak ada autokorelasi Ha : ρ ≠ 0, artinya ada autokorelasi

Dengan jumlah sampel tertentu dan jumlah variabel independen tertentu diperoleh nilai kritis dl dan du dalam tabel distribusi Durbin-Watson untuk berbagai nilai Hipotesis yang digunakan sebagai berikut:

Keterangan:

DW<dl : Tolak H0 (ada korelasi positif) DW>4-dl : Tolak H0 (ada korelasi positif) du<DW<4-du : Terima H0 (tidak ada korelasi)

dl≤DW<4-du : Tidak bisa disimpulkan (inconclusive) (4-du)≤DW≤(4-dl) : Tidak bisa disimpulkan (inconclusive)

Ho : accept

0 dl du 4-du 4-dl 4

Autocorrelation (+)

Inconclusive Inconclusive

Autocorrelation (-)


(60)

3.8 Definisi Operasional

1. Hasil Produksi kelapa sawit adalah jumlah kelapa sawit dalam bentuk tandan buah segar (TBS) yang diproduksi oleh PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) yang berkantor pusat di Medan dalam kurun waktu 2005-2009, yang dinyatakan dalam satuan Ton.

2. Lahan adalah luas areal yang digunakan untuk memproduksi kelapa sawit, yang dinyatakan dalam satuan Hektar (Ha).

3. Tenaga Kerja adalah jumlah angkatan kerja yang berfungsi dan ikut serta langsung dalam proses produksi kelapa sawit, yang dinyatakan dalam satuan Orang

4. Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk mempertahankan dan meningkatkan daya dukung tanah terhadap pertumbuhan tanaman kelapa sawit, yang dinyatakan dalam satuan Ton.


(61)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Umum Perusahaan

4.1.1 Sejarah Singkat PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan berasal dari Perusahaan milik bangsa asing yang dinasionalisasikan oleh Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1957 menjadi Perusahaan Perkebunan Negara (PPN). Perusahaan ini mengalami beberapa kali perubahan reorganisasi/regrouping, kemudian pada tahun 1968 direorganisasi menjadi beberapa kesatuan Perusahaan Negara Perkebunan (RNP) dan pada tahun 1974 ditetapkan pengalihan bentuk menjadi PT. Perkebunan (Persero).

Tahun 1994 diadakan penggabungan manajemen PT. Perkebunan III, IV dan V (Persero) yang dikelola oleh direksi PT. Perkebunan III. Berdasarkan PP Nomor 8 tahun 1996 tanggal 14 Februari 1996 diadakan peleburan Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Perkebunan III, PT. Perkebunan IV dan PT. Perkebunan V menjadi:

Nama : Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Perkebunan Nusantara III

Disingkat dengan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Alamat : Sei Batanghari No.2 Medan Kode Pos 20122


(62)

4.1.2 Struktur Organisasi

Susunan organisasi PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan terdiri dari:

1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) 2. Dewan Komisaris

3. Direktur Utama

4. Kepala Bagian Sekretaris Korporat 5. Kepala Bagian Satuan Pengawasan Intern 6. Kepala Bagian Teknologi Informasi (IT) 7. Direktur Produksi

a. Kepala Bagian Tanaman b. Kepala Bagian Teknik c. Kepala Bagian Teknologi 8. Direktur Keuangan

a. Kepala Bagian Pembiayaan

b. Kepala Bagian Kemitraan dan Bina Lingkungan 9. Direktur SDM/Umum

a. Kepala Bagian Umum b. Kepala Bagian SDM 10.Direktur Pemasaran

a. Kepala Bagian Pemasaran b. Kepala Bagian Pengadaan

11.Distrik Manajer (DM) dan General Manajer (GM) 12.Manajer


(63)

1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) adalah pimpinan tertinggi yang membawahi Dewan Komisaris, Direktur serta setingkat lebih bawah.

Tugas dan wewenang Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) adalah: a. Mengangkat dan memberhentikan Dewan Komisaris

b. Bertanggung jawab atas pelaksanaan dan penggunaan modal atau asset perusahaan dalam mencapai tujuan

c. Mengawasi Dewan Komisaris dalam melaksanakan tugas yang telah dibebankan kepadanya oleh pemegang saham

2. Dewan Komisaris

Dewan Komisaris terdiri dari 1 (satu) komisaris dan 3 (tiga) komisaris anggota yang bertugas untuk mengawasi pekerjaan Direktur Utama.

Tugas dan wewenang Dewan Komisaris adalah: a. Memberikan nasihat kepada pimpinan

b. Membantu pimpinan di dalam menginvestasikan dana perusahaan c. Mengawasi jalannya perusahaan

3. Direktur Utama

Mengarahkan dan memberdayakan seluruh sumber daya perusahaan secara optimal untuk mewujudkan visi dan misi perusahaan.

4. Kepala Bagian Sekretaris Korporat

Melaksanakan fungsi manajemen dengan memberdayakan sumber daya yang berhubungan dengan aspek legal dan kebutuhan, aspek manajemen hubungan dengan industri sehingga terwujudnya corporat image yang positif dari stake holders.


(64)

5. Kepala Bagian Teknologi Informasi (IT)

Melaksanakan rancangan, pemeliharaan, pemantauan, analisa dan evaluasi serta pengembangan dengan memberdayakan sumber daya informasi untuk menghasilkan kinerja informasi secara lengkap (full performance information).

6. Direktur Produksi

Mengelola dan memberdayakan sumber daya produksi, sarana dan prasarana sehingga tercapainya kinerja bidang produksi secara optimal.

a. Kepala Bagian Tanaman

Melaksanakan pemantauan, analisa dan evaluasi dalam pemberdayaan sumber daya untuk meningkatkan kinerja bidang tanaman.

b. Kepala Bagian Teknik

Melaksanakan fungsi-fungsi manajemen dalam pemberdayaan sumber daya teknik sehingga terwujudnya Best Practices di bidang teknik.

c. Kepala Bagian Teknologi

Melaksanakan fungsi-fungsi manajemen dengan memberdayakan sumber daya teknologi dan mengefektifkan sistem untuk mengoptimalkan kinerja bidang teknologi, sistem manajemen mutu dan lingkungan.

7. Direktur Keuangan

Mengelola dan memberdayakan sumber daya keuangan secara tepat guna sehingga tercapainya cash flow dan biaya operasional perusahaan yang efektif dan efisien.


(65)

Melaksanakan pemantauan, analisa dan evaluasi dalam pemberdayaan sumber daya keuangan dan akuntasi secara optimal untuk mewujudkan kondisi keuangan yang sehat

b. Kepala Bagian Kemitraan dan Bina Lingkungan

Melaksanakan pementauan, analisa, evaluasi dan pemanfaatan sumber daya sehingga terwujud kemitraan dengan masyarakat di lingkungan perusahaan.

8. Direktur SDM/UMUM

Mengelola dan memberdayakan Sumber Daya Manusia (SDM) dan sarana pendukung lainnya sehingga tercapainya kinerja dibidang SDM/Umum secara optimal.

a. Kepala Bagian Umum

Melaksanakan pemantauan, analisa dan evaluasi dalam memberdayakan sumber daya manusia perusahaan secara optimal sehingga terwujudnya zero accident, zero conflict dan zero risk management.

b. Kepala Bagian Sumber Daya Manusia (SDM)

Melaksanakan pemantauan, analisa dan evaluasi dalam memberdayakan sumber daya manusia perusahaan secara optimal sehingga terwujudnya karyawan yang berilmu pengetahuan (knowledge worker).

9. Direktur Pemasaran

Mengelola dan memberdayakan sumber daya pemasaran dan pengadaan secara optimal, sehingga tercapainya kepuasaan pelanggan dan pemasok a. Kepala Bagian Pemasaran


(66)

Melaksanakan fungsi manajemen pemasaran dengan menggunakan sumber daya pemasaran secara maksimal sehingga tercapainya kepuasaan pelanggan, peningkatan arus kas masuk, pengoptimalan harga, peminimuman stok dan penagihan pembayaran yang efektif.

b. Kepala Bagian Pengadaan

Melaksanakan pengadaan barang, pemantauan, analisa dan evaluasi serta memberdayakan sumber daya secara optimal.

10. Distrik Manajer (DM) dan General Manajer (GM)

Distrik Manajer (DM) melaksanakan pemantauan, analisa, evaluasi, memberi keputusan dan terobosan-terobosan serta memberdayakan sumber daya perusahaan yang ada di distriknya untuk mencapai kinerja yang optimal. General Manajer (GM) melaksanakan pemantauan, analisa, evaluasi serta memberdayakan seluruh sumber daya perusahaan untuk kinerja yang optimal.

4.1.3 Organisasi dan Manajemen

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) adalah badan tertinggi dalam organisasi perusahaan. Dewan Komisaris (Dekom) berfungsi sebagai badan pengawas yang bertugas untuk kepentingan para pemegang saham. Pengelolaan Usaha sepenuhnya dikendalikan oleh para Direksi.

Komposisi dan Personalia Dewan Komisaris beserta Direksi ditetapkan oleh Menteri Negara Pendayagunaan BUMN Republik Indonesia, sedangkan Struktur Organisasi Perusahaan yang berlaku terhitung mulai tanggal 6 Mei 1996


(67)

ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Direksi PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan No.III BD/KPTS/R.01/1996

4.2 Profil Perusahaan

4.2.1 Maksud dan Tujuan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero)

Berdasarkan akte pendirian perusahaan, maksud dan tujuan perusahaan adalah turut melaksanakan dan menunjang kebijakan serta program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, khususnya di sub sektor perkebunan dalam arti seluas-luasnya dengan tujuan memupuk keuntungan berdasarkan prinsip perusahaan yang sehat berlandaskan kepada asas:

1. Mempertahankan dan meningkatkan sumbangan bidang perkebunan bagi pendapatan nasional melalui peningkatan produksi dan pemasaran dari berbagai jenis komoditi perkebunan untuk kepentingan konsumsi dalam negeri maupun ekspor, sekaligus dalam rangka meningkatkan ekspor non migas.

2. Memperluas lapangan kerja dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat pada umumnya serta meningkatkan taraf hidup karyawan khususnya.

3. Memelihara kelestarian sumber daya alam dan lingkungan, air dan kesuburan tanah.

4.2.2 Visi dan Misi PT. Perkebunan Nusantara III (Persero)

Visi PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) ini adalah

“Menjadi Perusahaan Agro-Industri Berbasis Perkebunan yang Tangguh dan Kompetitif di Pasar Global”


(1)

Daniel, Moehar. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: PT. Buni Aksara

Gujarati, Damodar. 1998. Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga

Kadariah, 1994. Teori Ekonomi Mikro. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia

Mubyarto. 1984. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: LP3ES

Nasution, S.H., H.B Tarmizi, dan Syahril M.M. 2006. Teori Ekonomi Mikro.

Medan: USU Press

Pratomo, Wahyu Aryo. dan Paidi Hidayat. 2007. Pedoman Praktis Penggunaan

Eviews Dalam Ekonometrika. Medan: USU Press

Simbolon, Sahat. 2007. Teori Ekonomi Mikro Dilengkapi Beberapa Soal

Kuantitatif. Medan: USU Press

Soekartawi. 1990. Teori Ekonomi Produksi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Suhartati, T dan M. Fathorrozi. 2003. Teori Ekonomi Mikro Dilengkapi Beberapa

Bentuk Fungsi Produksi. Bandung: Salemba Empat

Sumanjaya, Rakhmat, Syahrir Hakim Nst, dan H.B. Tarmizi. 2006. Teori Ekonomi

Mikro. Medan: USU Press

Syamsulbahri. 1996. Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Tahunan. Malang:

Gajah Mada University Press.

Wikipedia.com_______ Economic Review

● No. 206 ● Desember 2006


(2)

Data Variabel

Sumber : PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, Data diolah

Tahun

Triwulan

Produksi

Kelapa Sawit/Y

(Ton)

Luas

Lahan/X1

(Ha)

Tenaga

Kerja/X2

(Orang)

Pupuk/X3

(Ton)

2005

I

271309.830

71330

24870

12453.54785

II

376405.1295

71587.13

24774

13443.22513

III

416303.9722

72358.24

24870

15662.471

IV

357516.3371

70978.03

24673

12814.749

2006

I

271707.6337

68336.93

24153

11467.81585

II

382041.2907

70682.94

24486

12793.99715

III

445253.3026

72457.76

24518

15571.38125

IV

391217.7712

71247.09

24694

1267.49375

2007

I

264007.8291

70364.56

24315

12528.6237

II

346000.1994

70439.78

24982

13312.7623

III

413167.8101

71422.33

25576

14925.6383

IV

400671.8617

71367.38

25772

14030.0677

2008

I

287511.6377

67873.38

26837

12238.16435

II

366316.304

67937

26839

13179.97865

III

445963.1501

72657.52

26803

15397.8121

IV

430307.2603

70003.73

26768

14858.13089

2009

I

322000.0352

71587.38

26756

11056.6039

II

380056.0732

71587.13

26758

13624.7381

III

456569.3441

72686.19

26758

14218.1985


(3)

Hasil Regresi

Dependent Variable: YPKS Method: Least Squares Date: 06/14/10 Time: 05:47 Sample: 2005Q1 2009Q4 Included observations: 20

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -1975291. 621713.2 -3.177174 0.0059

X1LLHN 25.71214 7.771196 3.308646 0.0044

X2TK 19.28573 10.82264 1.781979 0.0937

X3PPK 2.411338 3.782993 0.637415 0.5329

R-squared 0.512861 Mean dependent var 373947.9

Adjusted R-squared 0.421523 S.D. dependent var 63074.83

S.E. of regression 47973.26 Akaike info criterion 24.57153

Sum squared resid 3.68E+10 Schwarz criterion 24.77068

Log likelihood -241.7153 F-statistic 5.614951


(4)

Hasil Uji Multikolinearitas

Dependent Variable: X1LLHN Method: Least Squares Date: 06/14/10 Time: 06:29 Sample: 2005Q1 2009Q4 Included observations: 20

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 72195.95 8359.940 8.635941 0.0000

X2TK -0.103756 0.336831 -0.308034 0.7618

X3PPK 0.107908 0.115128 0.937288 0.3617

R-squared 0.049350 Mean dependent var 70945.41

Adjusted R-squared -0.062491 S.D. dependent var 1452.527

S.E. of regression 1497.224 Akaike info criterion 17.59809

Sum squared resid 38108575 Schwarz criterion 17.74745

Log likelihood -172.9809 F-statistic 0.441255


(5)

Hasil Uji Multikolinearitas

Dependent Variable: X2TK Method: Least Squares Date: 06/14/10 Time: 06:32 Sample: 2005Q1 2009Q4 Included observations: 20

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 28151.46 12144.94 2.317958 0.0332

X1LLHN -0.053496 0.173669 -0.308034 0.7618

X3PPK 0.095350 0.081562 1.169048 0.2585

R-squared 0.074618 Mean dependent var 25598.00

Adjusted R-squared -0.034251 S.D. dependent var 1057.130

S.E. of regression 1075.081 Akaike info criterion 16.93566

Sum squared resid 19648599 Schwarz criterion 17.08502

Log likelihood -166.3566 F-statistic 0.685392


(6)

Hasil Uji Multikolinearitas

Dependent Variable: X3PPK Method: Least Squares Date: 06/14/10 Time: 06:33 Sample: 2005Q1 2009Q4 Included observations: 20

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -39258.70 38705.37 -1.014296 0.3247

X1LLHN 0.455365 0.485833 0.937288 0.3617

X2TK 0.780396 0.667548 1.169048 0.2585

R-squared 0.115178 Mean dependent var 13023.92

Adjusted R-squared 0.011081 S.D. dependent var 3092.850

S.E. of regression 3075.666 Akaike info criterion 19.03791

Sum squared resid 1.61E+08 Schwarz criterion 19.18727

Log likelihood -187.3791 F-statistic 1.106447