Macam-Macam Akad Akad Jual Beli dalam Fiqh Islam

barang untuk dijual, dan musytari pembeli adalah pihak yang memerlukan dan akan membeli barang; 2 Objek akad, yaitu mabi’ barang dagangan dan tsaman harga; 3 Shight, yaitu Ijab dan Qabul. b. Bai’ As-Salam In-front Payment Sale 1 Pengertian Bai’ as-Salam Dalam pengertian yang sederhana, bai’ as-salam berarti pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari, sedangkan pembayarannya dilakukan di muka.Salam dalam istilah fiqih disebut juga salaf. Secara etimologi, kedua kata tersebut memiliki makna yang sama, yaitu mendahulukna pembayaran dan mengakhirkan barang. Penggunaan kata salam biasanya digunakan oleh orang-orang Hijaz, sedangkan penggunaan kata salaf biasanya digunakan oleh orang-orang Irak. 17 Dalam menggunakan akad salam, hendaknya menyebutkan sifat-sifat dari objek jual beli salam yang mungkin bisa dijangkau oleh pembeli, baik berupa barang yang ditakar, ditimbang maupun diukur. Disebutkan juga jenisnya dan semua identitas yang melekat pada barang yamg dipertukarkan yang menyangkut kualitas barang tersebut. jual beli salam juga dapat berlaku untuk mengimport barang dari luar negeri dengan menyebutkan sifat-sifatnya, kualitasnya dan kuantitasnya. Penyerahan 17 M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, Jakarta: Rajawali Press, 2002, h.143. uang muka dan penyerahan barangnya dapat dibicarakan bersama dan biasanya dibuat dalam suatu perjanjian. 18 Dalam dunia bisnis modern, bentuk jual beli salam dikenal dengan pembelian dengan cara pesan indent. 19 Tujuan utama dari jual beli salam adalah untuk saling membantu dan menguntungkan antara konsumen dan produsen. 2 Dasar Hukum Jual Beli Salam a al-Qur’an, surat al-Baqarah ayat 282 : “ۚ ك ف س جأ ٰ ا ا ا آ ا أ ” “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermua’amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya dan hendaklah seorang penulis diantara kamu menuliskannya dengan benar.” 20 b al-Hadits Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Rasulullah saw datang ke Madinah dimana penduduknya melakukan salaf salam dalam buah-buahan untuk jangka waktu satu,dua, dan tiga tahun. Beliau berkata, “ ع جأ ع ع ك فف ء ش ف ف سأ ” 18 M. Alis Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, h.144. 19 Mustafa Kemal, Fikih Islam, Yogyakarta: Citra Karsa Mandiri, 2003, h.356. 20 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, h.70. “Barang siapa yang melakukan salaf salam, hendaknya ia melakukan dengan takaran yang jelas dan timbangan yang jelas pula, untuk jangka waktu yang diketahui.” Berdasarkan hadis tersebut, jual beli salam ini hukumnya dibolehkan, selama ada kejelasan ukuran, timbangan dan waktunya ditentukan. Dasar hukum jual beli ini telah sesuai dengan tuntutan syariat dan kaidah-kaidahnya. Bahkan dalam prakteknya, jual beli salam juga tidak meyalahi qiyas yang membolehkan penangguhan penyerahan barang seperti halnya dibolehkannya penangguhan pembayaran. 21 3 Rukun dan Syarat Bai’ as-Salam Adapun rukun jual beli salam menurut jumhur ulama, terdiri atas: a Muslam Pembeli b Muslam ilaih Penjual c Muslam fiihi Objek Barang d Sighat Ijab dan Qabul Syarat, terdiri atas: a Syarat orang yang berakad Ulama Malikiyah dan Hanafiyah mensyaratkan aqid muslam dan muslam ilaih harus berakal, yakni sudah mumayyiz, anak yang agak besar yang pembicaraan dan jawabannya dapat dipahami, serta berumur minimal 17 tahun. Oleh karena itu 21 Burhanuddin S, Hukum Kontrak Syariah, Yogyakarta: BPFE, 2009, h.213. anak kecil, orang gila dan orang bodoh tidak boleh menjual harta sekalipun itu miliknya. 22 b Syarat yang terkait dengan pembayaran atau harga, diantaranya: Alat bayar harus diketahui dengan jelas jumlah dan jenisnya oleh pihak yang terlibat dalam transaksi. 1 Pembayaran harus dilakukan seluruhnya ketika akad telah disepakati. 2 Pembayaran tidak boleh dalam bentuk pembebasan hutang. 23 c Syarat yang terkait dengan barang, diantaranya: 1 Barangnya menjadi utang atau tanggungan bagi penjual. Dengan demikian barang pesanan yang telah menjadi tanggungan pihak penjual, keberadaannya tidak boleh diserahkan kepada pihak lain. 2 Komoditinya harus dengan sifat-sifat yang jelas, misalnya dengan disebutkan jenis, warna, ciri-ciri, macam dan ukurannya. 24 3 Barang yang dipesan harus tersedia dipasaran sejak akad berlangsung sampai tiba waktu penyerahan. 4 Barang yang dipesan dalam akad salam harus barang yang banyak pandanannya di pasaran yang kuantitasnya dapat dinyatakan melalui hitungan, takaran atau timbangan. 5 Penyerahan barang dilakukan dikemudian hari. 25 22 Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, h.74. 23 Muhammad, Model-model Akad Pembiayaan di Bank Syariah, Yogyakarta: UII Press, 2009, h.79. 24 Abdul Fatah Idris dan Abu Ahmadi, Terjemahan Ringkas Fiqih Islam Lengkap, Jakarta: Rineka Cipta, 1990, h.141. d Syarat tentang waktu dan penyerahan barang 1 Mengenai tenggang waktu penyerahan barang dapat saja ditentukan tanggal dan harinya, tetapi tidak semua jenis barang dapat ditentukan demikian. 26 2 Syarat tentang penyerahan barang Pihak-pihak yang bertransaksi harus menunjuk tempat untuk penyerahan barang yang dipesan, ketentuan ini ditetapkan apabila untuk membawa barang pesanan diperlukan biaya pengiriman atau tempat terjadinya transaksi tidak layak dijadikan tempat penyerahan barang seperti ditengah gurun. Jika kedua belah pihak tidak mencamtukan penentuan tempat serah terima, jual beli salam tetap dinyatakan sah, dan tempat penyerahan bisa ditentukan kemudian. Hal ini dikarenakan tidak ada hadis yang menjelaskannya. 27 c. Istishna 1 Pegertian Istishna Akad Istishna adalah transaksi terhadap barang dagangan dalam tanggungan yang diisyaratkan untuk mengerjakannya. 28 Objek transaksinya adalah barang yang harus dikerjakan dan pekerjaannya pembuatan barang itu. 25 Ahmad Mujahidin, Kewenangan dan Prosedur Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah di Indonesia , cet.1, Bogor: Penerbit Ghalian Indonesia, 2010, h.177. 26 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer, Jakarta: Gema Insani Press, 2001, h.93. 27 M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, Jakarta: Rajawali Press, 2003 h.146. 28 Abdullah bin Muhamad Ath-Thayyar, “Ensiklopedia Fiqih Muamalah Dalam Pandangan 4 Mahzab,’’ Maktabah Al-Hanif, No.190 2004: h.143, review buku Al- Khaisani, Bada’I Ash-Shana’I Juz VI , hal.2677 Istishna ialah kontrak atau transaksi yang ditandatangani bersama antara pemesan dengan produsen untuk pembuatan suatu jenis barang tertentu atau suatu perjanjian jual beli dimana barang yang akan diperjualbelikan belum ada 29 2 Dasar Hukum Istishna a al- Qur’an, Surat al-Baqarah ayat 282 : “ۚ ك ف س جأ ٰ ا ا ا آ ا أ ” “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermua’amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya dan hendaklah seorang penulis diantara kamu menuliskannya dengan benar.” b Hadits Nabi riwayat Tirmizi: ع س ا ا أ أ َا ص َ س ا ئ ج ا” “ ع ع ا ا ا أ أ َا ش َ ش ف ع “Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan ya ng haram” HR. Tirmizi dari „Amr bin „Auf. 29 Moh. Rifai, Konsep Perbankan Syari’ah, Semarang: Wicaksana, 2002, h.73. c Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Tentang Istishna Fatwa Dewan Syari’ah No: 06DSN-MUIIV2000 tertanggal 4 April 2000 M 29 Dzulhijjah 1420 H di Jakarta. Transaksi istishna adalah transaksi yang bergerak dalam bidang pekerjaan dan barang dalam tanggungan sehingga mempunyai hokum menikat bagi kedua belah pihak jika memenuhi rukun-rukun dan syarat-syaratnya. 30 3 Rukun dan Syarat Istishna a Rukun Istishna 1 Penjualpenerima pesananpembuat Shani 2 Pembelipemesan Mustashni 3 Barang Mashnu 4 Harga Tsaman 5 Sighat Ijab Qabul b Syarat Istishna 31 1 Syarat istishna pada barang a Barang yang dibuat dijelaskan jenisnya, bentuknya, sifatnya, dan kadarnya sehingga tak lagi terdapat jahalah dan perselisihan pendapat dapat terhindari. 30 Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syari’ah: Wacana Ulama Cendikiawan, Jakarta: Tazkia Institute, 1999, h. 147. 31 Sofyan Syafri Harapan dkk, Akuntansi Perbankan Syariah, cet.1, Jakarta: Penerbit LPEE Usakti, 2005, h.183. b Hendaklah istishna merupakan sesuatu yang biasanya dilakukan diantara manusia seperti perabot barang rumah tangga, sepatu, keperluan binatang, dan sebagainya. 2 Syarat HargaTsaman a Harus diketahui semua pihak. b Bisa dibayarkan pada waktu akad, secara cicilan, atau ditangguhkan pada waktu tertentu pada masa yang akan datang. d. Ijarah 1 Pengertian Ijarah Secara etimologi ijarah bermakna menjual manfaat. Secara terminologi ijarah adalah suatu jenis akad yang mengambil manfaat dengan jalan penggantian. Sedangkan dalam peraturan bank Indonesia dengan transaksi sewa menyewa atas suatu barang dan upah mengupah suatu jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau imbalan jasa. 32 2 Landasan Hukum Ijarah a al-Q ur’an Surat al-Baqarah ayat 233 آ س ا ع ج اف ك َ أ ا ع س أ أ ف ع ” ا ق ا “ ع َ أ ا عا “…Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, tidak dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. 32 Isnawati Rais dan Hasanudin, Fiqih Muamalah dan Aplikasinya pada LKS, h.156. Bertaqwalah kepada Allah; dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. ” b al-Hadits َ س ف ، ء عس ع ا قا س ا ع ْا ك “ َ ص ف أ أ أ َ ع س آ ع “Kami pernah menyewankan tanah dengan bayaran hasil pertaniannya; maka, Rasulullah melarang kami melakukan hal tersebut dan memerintahkan agar kami menyewakannya dengan emas atau perak.” 3 Syarat dan Rukun Ijarah Ijarah atau sewa menyewa dalam Islam dianggap sah apabila memenuhi rukun dan syaratnya. Menurut ulama Mahzab Hanifiyah, bahwa rukun ijarah hanya satu, yaitu ijab dan qabul saja ungkapan menyerahkan dan persetujuan sewa menyewa. 33 Sedangkan syarat sah nya ijarah adalah 34 a Subjek Akad pihak yang menyewakan dan pihak yang menyewa barang Pihak yang menyewakan haruslah cakap untuk bertindak melakukan perbuatan hukum dalam akad. Dia haruslah pemilik barang, wakilnya atau pengampunya. 33 M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam Fiqh Muamalat, h.227. 34 Irma Devita Purnamasari Siswarno, Panduan Lengkap Hukum Praktis Populer Akad Syariah , h.110. b Objek Akad barang yang disewakan Tujuan penggunaan barang yang disewakan harus dicantumkan dalam akad ijarah. Apabila penggunaan barang yang disewakan tidak dinyatakan secara pasti, barang yang disewakan tersebut digunakan berdasarkan aturan umum atau kebiasaan. c Akad Dalam ijarah dibuat suatu ketentuan bahwa akad bisa dilakukan secara lisan, tulisan ataupun isyarat. Namun, harus ada kata sepakat dengan kalimat yang jelas. e. Musyarakah 1 Pengertian MusyarakahSyirkah Musyarakah atau syirkah adalah suatu perjanjian antara dua atau beberapa pemilik modal atau menyertakan modalnya pada suatu proyek, dimana masing- masing pihak mempunyai hak untuk ikut serta, mewakilkan atau menggugurkan haknya dalam manajemen proyek. Keuntungan dari hasil usaha bersama ini dapat dibagikan baik menurut proporsi penyertaan modal masing-masing maupun sesuai dengan kesepakatan bersama. Manakala merugikan kewajiban hanya sebatas modal masing-masing. 35 Musyarakah syirkah berarti percampuran, yakni mencampurkan satu harta dengan harta lain sehingga tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam bahasa 35 Karmen A. Perwaatmadja dan Muhammad Syafi’I Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam , Yogyakarta: Pt Dana inakti Primayasa, 1999, h.22. Indonesia kata syirkah dapat diterjemahkan dengan istilah kemitraan, persekutuan atau perkongsian. 36 2 Landasan Hukum Musyarakah a Al- Qur’an surat as-Shaad ayat 24 ا ا ع ا آ ا َ ، ع ع ع غ ء ط ا ا ثك ق ” “ “…Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang bersyarikat itu sebagian dari mereka berbuat zalim kepada sebagian lain, kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh; dan amat sedikitlah mereka ini…”. b Rukun dan Syarat Musyarakah 1 Rukun Musyarakah Menurut jumhur ulama, ruun perserikatan, baik syirkah amlak, maupun syirkah amlak, maupun syirkah „uqud ada tiga: a Shigat Ijab dan Qabul Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para untuk menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan kontrakakad. Akad ini dianggap sah jika diucapkan secara lisan atau tulisan dan dengan disaksikan oleh para saksi. 36 Karnaen A. Perwataatmadja dan Hendri Tanjung, Bank Syariah: Teori,Praktik dan Peranannya, cet.1, Jakarta: Celestial Publishing, 2007, h.77. b Pihak-pihak yang berkontrak Objek akad harus jelas, yaitu terdiri dari modal kerja, keuntungan dan kerugian. 37 2 Syarat Musyarakah Berkaitan dengan akad: a Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit menunjukkan tujuan kontrak akad b Penerimaan dan penawaran dilakukan saat kontrak. c Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespendensi atau dengan cara-cara komunikasi modern, seperti melalui media telepon atau internet. Berkaitan dengan pihak-pihak yang berkontrak a Mitra haruslah orang yang berkopenten dalam memberikan atau diberikan kekuasaan perwakilan. b Setiap mitra harus menyediakan dana dan pekerjaan, dan melaksanakan kerja sebagai wakil. c Setiap mitra memberi wewenang kepada mitra yang lain untuk mengelola asseSetiap mitra memberi wewenang kepada mitra yang lain untuk mengelola asset dan masing-masing dianggap telah diberi wewenang untuk melakukan aktivitas musyarakah dengan 37 Abdul Ghofur Ansshari, Perbankan Syariah di Indonesia, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2009, h.128. memperhatikan kepentingan mitranya, tanpa melakukan kelalaian dan kesalahan yang disengaja. d Seorang mitra tidak diizinkan untuk mencairkan atau menginvestikan dan untuk kepentingan sendiri. Berkaitan dengan modal a Modal yang diberikan harus berupa uang tunai, emas , perak atau yang nilainya sama. Modal dapat terdiri dari asset perdagangan, seperti barang –barang properti dan sebagainya. Jika modal terbentuk asset harus dinilai terlebih dahulu dinilai dengan tunai dan disepakati oleh para mitra. b Para pihak tidak boleh meminjamkan, menyumbangkan , menghadiahkan modal musyarakah kepada pihak lain, kecuali atas dasar kesepakatan. c Pada prinsipnya dalam pembiayaan musyarakah tidak ada jaminan, namun untuk menghindari terjadinya penyimpangan suatu LKS dapat meminta jamninan. Sedangkan akad kad tabarru’ gratuitous adalah segala macam perjanjian yang menyangkut non profit transaction transaksi nirlaba. Transaksi ini pada hakikatnya bukan transaksi bisnis untuk mencari keuntungan komersil. Akad tabarru’ dilakukan dengan tujuan tolong-menolong dalam rangka berbuat kebaikan tabarru’ berasal dari kata birr dalam bahasa Arab, yang artinya kebaikan 38 . Dalam akad tabarru’, pihak yang berbuat kebaikan tersebut tidak berhak mensyaratkan imbalan apapun kepada pihak lainnya. Imbalan dari akad tabarru’ adalah dari Allah Swt, bukan dari manusia. Namun demikian, pihak yang berbuat kebaikan tersebut boleh meminta kepada counterpartnya rekan transaksinya untuk sekedar menutupi biaya cover the cost yang dikeluarkannya untuk dapat melakukan akad tabarru’ tersebut. Namun ia tidak boleh sedikit pun mengambil laba dari akad tabarru’ itu. Bentuk akad tabarru’ dapat berupa memberikan sesuatu atau meminjamkan sesuatu baik uang maupun jasa. Salah satu contoh dari akad tabar ru’ adalah wakalah. f. Wakalah 1 Pengertian Wakalah Secara bahasa al-Wakalah berarti al-Tafwidh penyerahan, pendelegasian dan pemberian mandat. Wakalah adalah sebuah transaksi dimanan seseorang menunjuk orang lain untuk menggantikan dalam mengerjakan pekerjaannyaperkaranya ketika masih hidup. 39 2 Landasan Hukum Wakalah a al- Qur’an Surat al-Baqarah ayat 283: “... ف ع ع أ ف َ ق ، أ ا ا ... ” 38 Burhanuddin Susanto, Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, Yogyakarta: UII Press, 2008, h.259. 39 Abdul Rahman Ghazaly, dkk. Fiqh Muamalat, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010, h. 187. “…Maka, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya…”. b al-Hadist: َ س ، ْا اج عفا أ ع س آ ع َ ص ” ا ف َ ا “ ا ج ف “Rasulullah SAW mewakilkan kepada Abu Rafi’ dan seorang Anshar untuk mengawinkan qabul perkawinan Nabi dengan Maimunah r.a.” HR. Malik dalam al- Muwaththa” c Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 10DSN-MUIIV2000 Tentang Wakalah

C. Electronic Commerce E-commerce

1. Historis E-commerce

E-commerce pertama kali diperkenalkan pada tahun 1994 pada saat pertama kali banner-elektronik dipakai untuk tujuan promosi dan periklanan di suatu halaman- web website. Menurut Riset, perdagangan elektronik menghasilkan penjualan seharga US12,2 milyar pada 2003. Menurut laporan yang lain pada bulan oktober 2006 yang lalu, pendapatan ritel online yang bersifat non-travel di Amerika Serikat diramalkan akan mencapai seperempat trilyun dolar US pada tahun 2011. 40 40 Loreana Triasisca, “E-commerce dan E-bussiness” artikel diakses pada 25 September 2014 dari http:renaisca.wordpress.commakalah-pti-2makalah-ptibab-ii-pembahasane-commerce-dan-e- business Website-website yang telah menjadi outlet-outlet untuk untuk kepentingan periklanan atau penjualan produk-produk untuk segala macam bisnis telah menjadi fenomena. Dengan komunikasi komersialisasi internet dan keberadannya ditengah jutaan pelanggan internasional yang potensial, aplikasi-aplikasi E-commerce telah berkembang dengan cepat. 41 Sekarang ini jumlah pengguna internet telah meningkat pesat di seluruh dunia dan ini telah membuka jalan bagi sebuah bentuk baru dalam menjalankan bisnis. Tidak hanya toko-toko atau outlet-outlet besar menjajakan barang jualannya melalui media internet, bahkan seseorang secara personal yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan sesuatu barang dapat menjual hasil kemampuannya tersebut melalui media internet juga. E-commerce menggabungkan segala jenis bisnis yang dijalankan dengan jaringan komputer dan dikendalikan lapisan luas perkembangan teknologi yang menyatukan “ekonomi pengetahuan” knowledge economy. 42

2. Pengertian E-commerce

E-commerce adalah pembelian dan penjualan, pemasaran dan pelayanan serta pengiriman dan pembayaran produk, jasa dan informasi di internet dan jaringan 41 Mohd Ma’sum Billah, Islamic E-commerce Terapan: Tinjauan Hukum dan Praktek, Malaysia: Sweet Maxwell Asia, 2010, h.61. 42 Mohd Ma’sum Billah, Islamic E-commerce Terapan: Tinjauan Hukum dan Praktek, h.62. lainnya, antara perusahaan berjaringan dengan pelanggan, pemasok dan mitra bisnisnya. 43 Menurut David Baum, “E-commerce merupakan satu set teknologi dinamis, aplikasi dan proses bisnis yang menghubungkan perusahaan, konsumen serta komunitas tertentu melalui transaksi elektronik berupa perdagangan jasa maupun informasi yang dilakukan secara elektronik.” 44 Sedangkan menurut Amir Hatman, E-commerce ialah suatu jenis dari mekanisme bisnis secara elektronik yang memfokuskan diri pada transaksi bisnis berbasis individu dengan menggunakan internet sebagai media pertukaran barang dan jasa. 45 Pendapat lain mengatakan E-commerce adalah kegiatan-kegiatan bisnis yang menyangkut konsumen consumers, manufaktur manufactures, service providers dan pedagang perantara intermediaries dengan menggunakan jaringan-jaringan komputer computer networks yaitu internet. 46 Terdapat berbagai definisi untuk mengungkapkan istilah E-commerce. Akan tetapi pada umumnya E-commerce merujuk pada semua transaksi komersial yang 43 Bambang H, “Internet and E-commerce”, artikel diakses pada 24 September 2014 dari http:bambanghermawan.ilearning.me2014070189 44 Onno W.Purbo dan Aang Arif Wahyudi, Mengenal E-commerce, Jakarta: Elex Media Komputindo, 2000, h.13. 45 Adi Nugroho, E-commerce Memahami Perdagangan di Dunia Maya, cet.I Bandung: Informatika, 2006, h.9. 46 Barkatulloh dan Teguh Prasetyo, Bisnis E-commerce: Studi Sistem Keamanan dan Hukum di Indonesia, cet.1, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005, h. 5. menyangkut organisasi atau individu yang didasarkan pada pemrosesan data yang didigitalisasikan termasuk teks, suara dan gambar. 47

3. Kelebihan dan Kekurangan E-commerce

a. Kelebihan dari E-commerce Kelebihan yang dapat diambil dari penerapan E-commerce dapat dilihat dari 3 pihak utama yang terlibat di dalamnya yaitu: organisasi, konsumen, dan masyarakat. 1 Bagi organisasiperusahaan a Pasar internasional Dengan penerapan E-commerce sebuah perusahaan dapat memiliki sebuah pasar internasional. Bisnis dapat dijalankan tanpa harus terbentur pada batas negara dengan adanya teknologi digital. Pihak perusahaan dapat bertemu dengan partner dan kliennya dari seluruh penjuru dunia. Hal ini menciptakan sebuah lembaga multinasional virtual. b Penghematan biaya operasional Biaya operasional dapat dihemat. Biaya untuk membuat, memproses, mendistribusikan, menyimpan, dan memperbaiki kembali informasi juga dapat ditekan. c Kustomisasi masal E-commerce telah merevolusi cara konsumen dalam membeli barang dan jasa. Produk barang dan jasa dapat dimodifikasi sesuai dengan keingingan konumen. 47 Haris Faulidi Asnawi, Transaksi Bisnis E-commerce Perspektif Islam, cet.1, Yogyakarta: Magista Insania Press, 2004, h.29.