Macam-Macam Akad Akad Jual Beli dalam Fiqh Islam
barang untuk dijual, dan musytari pembeli adalah pihak yang memerlukan dan akan membeli barang;
2 Objek akad, yaitu mabi’ barang dagangan dan tsaman harga;
3 Shight, yaitu Ijab dan Qabul. b.
Bai’ As-Salam In-front Payment Sale 1
Pengertian Bai’ as-Salam Dalam pengertian yang sederhana,
bai’ as-salam berarti pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari, sedangkan pembayarannya dilakukan di
muka.Salam dalam istilah fiqih disebut juga salaf. Secara etimologi, kedua kata tersebut memiliki makna yang sama, yaitu mendahulukna pembayaran dan
mengakhirkan barang. Penggunaan kata salam biasanya digunakan oleh orang-orang Hijaz, sedangkan penggunaan kata salaf biasanya digunakan oleh orang-orang Irak.
17
Dalam menggunakan akad salam, hendaknya menyebutkan sifat-sifat dari objek jual beli salam yang mungkin bisa dijangkau oleh pembeli, baik berupa barang
yang ditakar, ditimbang maupun diukur. Disebutkan juga jenisnya dan semua identitas yang melekat pada barang yamg dipertukarkan yang menyangkut kualitas
barang tersebut. jual beli salam juga dapat berlaku untuk mengimport barang dari luar negeri dengan menyebutkan sifat-sifatnya, kualitasnya dan kuantitasnya. Penyerahan
17
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, Jakarta: Rajawali Press, 2002, h.143.
uang muka dan penyerahan barangnya dapat dibicarakan bersama dan biasanya dibuat dalam suatu perjanjian.
18
Dalam dunia bisnis modern, bentuk jual beli salam dikenal dengan pembelian dengan cara pesan indent.
19
Tujuan utama dari jual beli salam adalah untuk saling membantu dan menguntungkan antara konsumen dan produsen.
2 Dasar Hukum Jual Beli Salam
a al-Qur’an, surat al-Baqarah ayat 282 :
“ۚ ك ف س جأ ٰ ا ا ا آ ا أ ”
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermua’amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu
menuliskannya dan hendaklah seorang penulis diantara kamu menuliskannya dengan benar.”
20
b al-Hadits
Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Rasulullah saw datang ke Madinah dimana penduduknya melakukan salaf salam dalam buah-buahan
untuk jangka waktu satu,dua, dan tiga tahun. Beliau berkata,
“ ع جأ ع ع ك فف ء ش ف ف سأ ”
18
M. Alis Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, h.144.
19
Mustafa Kemal, Fikih Islam, Yogyakarta: Citra Karsa Mandiri, 2003, h.356.
20
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, h.70.
“Barang siapa yang melakukan salaf salam, hendaknya ia melakukan dengan takaran yang jelas dan timbangan yang jelas pula, untuk jangka
waktu yang diketahui.” Berdasarkan hadis tersebut, jual beli salam ini hukumnya dibolehkan, selama
ada kejelasan ukuran, timbangan dan waktunya ditentukan. Dasar hukum jual beli ini telah sesuai dengan tuntutan syariat dan kaidah-kaidahnya. Bahkan dalam prakteknya,
jual beli salam juga tidak meyalahi qiyas yang membolehkan penangguhan penyerahan barang seperti halnya dibolehkannya penangguhan pembayaran.
21
3 Rukun dan Syarat Bai’ as-Salam
Adapun rukun jual beli salam menurut jumhur ulama, terdiri atas: a
Muslam Pembeli b
Muslam ilaih Penjual c
Muslam fiihi Objek Barang d
Sighat Ijab dan Qabul Syarat, terdiri atas:
a Syarat orang yang berakad
Ulama Malikiyah dan Hanafiyah mensyaratkan aqid muslam dan muslam ilaih harus berakal, yakni sudah mumayyiz, anak yang agak besar yang pembicaraan
dan jawabannya dapat dipahami, serta berumur minimal 17 tahun. Oleh karena itu
21
Burhanuddin S, Hukum Kontrak Syariah, Yogyakarta: BPFE, 2009, h.213.
anak kecil, orang gila dan orang bodoh tidak boleh menjual harta sekalipun itu miliknya.
22
b Syarat yang terkait dengan pembayaran atau harga, diantaranya:
Alat bayar harus diketahui dengan jelas jumlah dan jenisnya oleh pihak yang terlibat dalam transaksi.
1 Pembayaran harus dilakukan seluruhnya ketika akad telah disepakati.
2 Pembayaran tidak boleh dalam bentuk pembebasan hutang.
23
c Syarat yang terkait dengan barang, diantaranya:
1 Barangnya menjadi utang atau tanggungan bagi penjual. Dengan
demikian barang pesanan yang telah menjadi tanggungan pihak penjual, keberadaannya tidak boleh diserahkan kepada pihak lain.
2 Komoditinya harus dengan sifat-sifat yang jelas, misalnya dengan
disebutkan jenis, warna, ciri-ciri, macam dan ukurannya.
24
3 Barang yang dipesan harus tersedia dipasaran sejak akad berlangsung
sampai tiba waktu penyerahan. 4
Barang yang dipesan dalam akad salam harus barang yang banyak pandanannya di pasaran yang kuantitasnya dapat dinyatakan melalui
hitungan, takaran atau timbangan. 5
Penyerahan barang dilakukan dikemudian hari.
25
22
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, h.74.
23
Muhammad, Model-model Akad Pembiayaan di Bank Syariah, Yogyakarta: UII Press, 2009, h.79.
24
Abdul Fatah Idris dan Abu Ahmadi, Terjemahan Ringkas Fiqih Islam Lengkap, Jakarta: Rineka Cipta, 1990, h.141.
d Syarat tentang waktu dan penyerahan barang
1 Mengenai tenggang waktu penyerahan barang dapat saja ditentukan
tanggal dan harinya, tetapi tidak semua jenis barang dapat ditentukan demikian.
26
2 Syarat tentang penyerahan barang
Pihak-pihak yang bertransaksi harus menunjuk tempat untuk penyerahan barang yang dipesan, ketentuan ini ditetapkan apabila untuk membawa barang
pesanan diperlukan biaya pengiriman atau tempat terjadinya transaksi tidak layak dijadikan tempat penyerahan barang seperti ditengah gurun.
Jika kedua belah pihak tidak mencamtukan penentuan tempat serah terima, jual beli salam tetap dinyatakan sah, dan tempat penyerahan bisa ditentukan
kemudian. Hal ini dikarenakan tidak ada hadis yang menjelaskannya.
27
c. Istishna
1 Pegertian Istishna
Akad Istishna adalah transaksi terhadap barang dagangan dalam tanggungan yang diisyaratkan untuk mengerjakannya.
28
Objek transaksinya adalah barang yang harus dikerjakan dan pekerjaannya pembuatan barang itu.
25
Ahmad Mujahidin, Kewenangan dan Prosedur Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah di Indonesia
, cet.1, Bogor: Penerbit Ghalian Indonesia, 2010, h.177.
26
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Islam Suatu Kajian Kontemporer, Jakarta: Gema Insani Press, 2001, h.93.
27
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, Jakarta: Rajawali Press, 2003 h.146.
28
Abdullah bin Muhamad Ath-Thayyar, “Ensiklopedia Fiqih Muamalah Dalam Pandangan 4
Mahzab,’’ Maktabah Al-Hanif, No.190 2004: h.143, review buku Al- Khaisani, Bada’I Ash-Shana’I Juz VI , hal.2677
Istishna ialah kontrak atau transaksi yang ditandatangani bersama antara pemesan dengan produsen untuk pembuatan suatu jenis barang tertentu atau suatu
perjanjian jual beli dimana barang yang akan diperjualbelikan belum ada
29
2 Dasar Hukum Istishna
a
al- Qur’an, Surat al-Baqarah ayat 282 :
“ۚ ك ف س جأ ٰ ا ا ا آ ا أ ”
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermua’amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya
dan hendaklah seorang penulis diantara kamu menuliskannya dengan benar.”
b
Hadits Nabi riwayat Tirmizi:
ع س ا ا أ أ َا
ص َ س ا ئ ج
ا” “
ع ع ا ا ا أ أ َا
ش َ ش
ف ع
“Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang
haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan ya
ng haram” HR. Tirmizi dari „Amr bin „Auf.
29
Moh. Rifai, Konsep Perbankan Syari’ah, Semarang: Wicaksana, 2002, h.73.
c Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Tentang Istishna
Fatwa Dewan Syari’ah No: 06DSN-MUIIV2000 tertanggal 4 April 2000 M 29 Dzulhijjah 1420 H di Jakarta.
Transaksi istishna adalah transaksi yang bergerak dalam bidang pekerjaan dan barang dalam tanggungan sehingga mempunyai hokum menikat bagi kedua belah
pihak jika memenuhi rukun-rukun dan syarat-syaratnya.
30
3 Rukun dan Syarat Istishna
a Rukun Istishna
1 Penjualpenerima pesananpembuat Shani
2 Pembelipemesan Mustashni
3 Barang Mashnu
4 Harga Tsaman
5 Sighat Ijab Qabul
b Syarat Istishna
31
1 Syarat istishna pada barang
a Barang yang dibuat dijelaskan jenisnya, bentuknya, sifatnya, dan
kadarnya sehingga tak lagi terdapat jahalah dan perselisihan pendapat dapat terhindari.
30
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syari’ah: Wacana Ulama Cendikiawan, Jakarta: Tazkia Institute, 1999, h. 147.
31
Sofyan Syafri Harapan dkk, Akuntansi Perbankan Syariah, cet.1, Jakarta: Penerbit LPEE Usakti, 2005, h.183.
b Hendaklah istishna merupakan sesuatu yang biasanya dilakukan diantara
manusia seperti perabot barang rumah tangga, sepatu, keperluan binatang, dan sebagainya.
2 Syarat HargaTsaman
a Harus diketahui semua pihak.
b Bisa dibayarkan pada waktu akad, secara cicilan, atau ditangguhkan
pada waktu tertentu pada masa yang akan datang. d.
Ijarah 1
Pengertian Ijarah Secara etimologi ijarah bermakna menjual manfaat. Secara terminologi ijarah
adalah suatu jenis akad yang mengambil manfaat dengan jalan penggantian. Sedangkan dalam peraturan bank Indonesia dengan transaksi sewa menyewa atas
suatu barang dan upah mengupah suatu jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau imbalan jasa.
32
2 Landasan Hukum Ijarah
a
al-Q ur’an Surat al-Baqarah ayat 233
آ س ا ع ج اف ك َ أ ا ع س أ
أ ف ع
” ا ق ا
“ ع َ أ ا عا
“…Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, tidak dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut.
32
Isnawati Rais dan Hasanudin, Fiqih Muamalah dan Aplikasinya pada LKS, h.156.
Bertaqwalah kepada Allah; dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
”
b
al-Hadits
َ س ف ، ء عس ع ا قا س ا ع
ْا ك
“ َ ص
ف أ أ
أ َ ع س آ ع
“Kami pernah menyewankan tanah dengan bayaran hasil pertaniannya; maka, Rasulullah melarang kami melakukan hal tersebut dan memerintahkan
agar kami menyewakannya dengan emas atau perak.”
3 Syarat dan Rukun Ijarah
Ijarah atau sewa menyewa dalam Islam dianggap sah apabila memenuhi rukun dan syaratnya. Menurut ulama Mahzab Hanifiyah, bahwa rukun ijarah hanya
satu, yaitu ijab dan qabul saja ungkapan menyerahkan dan persetujuan sewa menyewa.
33
Sedangkan syarat sah nya ijarah adalah
34
a Subjek Akad pihak yang menyewakan dan pihak yang menyewa barang
Pihak yang menyewakan haruslah cakap untuk bertindak melakukan perbuatan hukum dalam akad. Dia haruslah pemilik barang, wakilnya atau
pengampunya.
33
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam Fiqh Muamalat, h.227.
34
Irma Devita Purnamasari Siswarno, Panduan Lengkap Hukum Praktis Populer Akad Syariah
, h.110.
b Objek Akad barang yang disewakan
Tujuan penggunaan barang yang disewakan harus dicantumkan dalam akad ijarah. Apabila penggunaan barang yang disewakan tidak dinyatakan
secara pasti, barang yang disewakan tersebut digunakan berdasarkan aturan umum atau kebiasaan.
c Akad
Dalam ijarah dibuat suatu ketentuan bahwa akad bisa dilakukan secara lisan, tulisan ataupun isyarat. Namun, harus ada kata sepakat dengan
kalimat yang jelas. e.
Musyarakah 1
Pengertian MusyarakahSyirkah Musyarakah
atau syirkah adalah suatu perjanjian antara dua atau beberapa pemilik modal atau menyertakan modalnya pada suatu proyek, dimana masing-
masing pihak mempunyai hak untuk ikut serta, mewakilkan atau menggugurkan haknya dalam manajemen proyek. Keuntungan dari hasil usaha bersama ini dapat
dibagikan baik menurut proporsi penyertaan modal masing-masing maupun sesuai dengan kesepakatan bersama. Manakala merugikan kewajiban hanya sebatas modal
masing-masing.
35
Musyarakah syirkah berarti percampuran, yakni mencampurkan satu harta
dengan harta lain sehingga tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam bahasa
35
Karmen A. Perwaatmadja dan Muhammad Syafi’I Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam
, Yogyakarta: Pt Dana inakti Primayasa, 1999, h.22.
Indonesia kata syirkah dapat diterjemahkan dengan istilah kemitraan, persekutuan atau perkongsian.
36
2 Landasan Hukum Musyarakah
a
Al- Qur’an surat as-Shaad ayat 24
ا ا ع ا آ ا َ ، ع ع ع غ ء ط ا ا ثك
ق ”
“
“…Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang bersyarikat itu sebagian dari mereka berbuat zalim kepada sebagian lain, kecuali orang yang
beriman dan mengerjakan amal shaleh; dan amat sedikitlah mereka ini…”. b
Rukun dan Syarat Musyarakah 1
Rukun Musyarakah Menurut jumhur ulama, ruun perserikatan, baik syirkah amlak, maupun
syirkah amlak, maupun syirkah
„uqud ada tiga: a
Shigat Ijab dan Qabul Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para untuk
menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan kontrakakad. Akad ini dianggap sah jika diucapkan secara lisan atau tulisan dan dengan
disaksikan oleh para saksi.
36
Karnaen A. Perwataatmadja dan Hendri Tanjung, Bank Syariah: Teori,Praktik dan Peranannya,
cet.1, Jakarta: Celestial Publishing, 2007, h.77.
b Pihak-pihak yang berkontrak
Objek akad harus jelas, yaitu terdiri dari modal kerja, keuntungan dan kerugian.
37
2 Syarat Musyarakah
Berkaitan dengan akad: a
Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit menunjukkan tujuan kontrak akad
b Penerimaan dan penawaran dilakukan saat kontrak.
c Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespendensi atau dengan
cara-cara komunikasi modern, seperti melalui media telepon atau internet.
Berkaitan dengan pihak-pihak yang berkontrak a
Mitra haruslah orang yang berkopenten dalam memberikan atau diberikan kekuasaan perwakilan.
b Setiap mitra harus menyediakan dana dan pekerjaan, dan
melaksanakan kerja sebagai wakil. c
Setiap mitra memberi wewenang kepada mitra yang lain untuk mengelola asseSetiap mitra memberi wewenang kepada mitra yang
lain untuk mengelola asset dan masing-masing dianggap telah diberi wewenang untuk melakukan aktivitas musyarakah dengan
37
Abdul Ghofur Ansshari, Perbankan Syariah di Indonesia, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2009, h.128.
memperhatikan kepentingan mitranya, tanpa melakukan kelalaian dan kesalahan yang disengaja.
d Seorang mitra tidak diizinkan untuk mencairkan atau menginvestikan
dan untuk kepentingan sendiri. Berkaitan dengan modal
a Modal yang diberikan harus berupa uang tunai, emas , perak atau
yang nilainya sama. Modal dapat terdiri dari asset perdagangan, seperti barang
–barang properti dan sebagainya. Jika modal terbentuk asset harus dinilai terlebih dahulu dinilai dengan tunai dan disepakati
oleh para mitra. b
Para pihak tidak boleh meminjamkan, menyumbangkan , menghadiahkan modal musyarakah kepada pihak lain, kecuali atas
dasar kesepakatan. c
Pada prinsipnya dalam pembiayaan musyarakah tidak ada jaminan, namun untuk menghindari terjadinya penyimpangan suatu LKS dapat
meminta jamninan. Sedangkan akad kad
tabarru’ gratuitous adalah segala macam perjanjian yang menyangkut non profit transaction transaksi nirlaba. Transaksi ini pada
hakikatnya bukan transaksi bisnis untuk mencari keuntungan komersil. Akad tabarru’
dilakukan dengan tujuan tolong-menolong dalam rangka berbuat kebaikan tabarru’
berasal dari kata birr dalam bahasa Arab, yang artinya kebaikan
38
. Dalam akad tabarru’, pihak yang berbuat kebaikan tersebut tidak berhak mensyaratkan imbalan
apapun kepada pihak lainnya. Imbalan dari akad tabarru’ adalah dari Allah Swt,
bukan dari manusia. Namun demikian, pihak yang berbuat kebaikan tersebut boleh meminta kepada counterpartnya rekan transaksinya untuk sekedar menutupi biaya
cover the cost yang dikeluarkannya untuk dapat melakukan akad tabarru’ tersebut.
Namun ia tidak boleh sedikit pun mengambil laba dari akad tabarru’ itu. Bentuk
akad tabarru’ dapat berupa memberikan sesuatu atau meminjamkan sesuatu baik
uang maupun jasa. Salah satu contoh dari akad tabar ru’ adalah wakalah.
f. Wakalah
1 Pengertian Wakalah
Secara bahasa al-Wakalah berarti al-Tafwidh penyerahan, pendelegasian dan pemberian mandat. Wakalah adalah sebuah transaksi dimanan
seseorang menunjuk orang lain untuk menggantikan dalam mengerjakan pekerjaannyaperkaranya ketika masih hidup.
39
2 Landasan Hukum Wakalah
a
al- Qur’an Surat al-Baqarah ayat 283:
“... ف ع
ع أ ف َ ق ،
أ ا ا
... ”
38
Burhanuddin Susanto, Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, Yogyakarta: UII Press, 2008, h.259.
39
Abdul Rahman Ghazaly, dkk. Fiqh Muamalat, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010, h. 187.
“…Maka, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya dan hendaklah ia bertakwa
kepada Allah Tuhannya…”.
b al-Hadist:
َ س ،
ْا اج عفا أ ع س آ ع َ ص ”
ا ف َ ا “ ا
ج ف
“Rasulullah SAW mewakilkan kepada Abu Rafi’ dan seorang Anshar untuk mengawinkan qabul perkawinan Nabi dengan Maimunah r.a.”
HR. Malik dalam al- Muwaththa”
c Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 10DSN-MUIIV2000 Tentang
Wakalah