Pembuatan Dan Kararkterisasi Kertas Yang Dibuat Dari Kantong Semen Bekas Dengan Pulp Batang Kelapa Sawit

(1)

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI KERTAS YANG DIBUAT

DARI KANTONG SEMEN BEKAS DENGAN PULP BATANG

KELAPA SAWIT

T E S I S

Oleh

EDERIANA BR SIDEBANG

067026008/FIS

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI KERTAS YANG DIBUAT

DARI KANTONG SEMEN BEKAS DENGAN PULP BATANG

KELAPA SAWIT

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Magister Ilmu Fisika pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

EDERIANA BR SIDEBANG

067026008/FIS

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

Judul Tesis : PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI KERTAS YANG DIBUAT DARI KANTONG SEMEN BEKAS DENGAN PULP BATANG KELAPA SAWIT

N a m a Mahasiswa : Ederiana Br Sidebang

Nomor Pokok : 067026008

Program Studi : Fisika

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Timbangen Sembiring, M.Sc) (Drs. Ferdinan Sinuhaj M.Sc) Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur

( Prof. Dr. Eddy Marlianto, M.Sc ) ( Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc )


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 04 Agustus 2008

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Eddy Marlianto,M.Sc

Anggota : 1. Prof. Dr. Timbangen Sembiring, M.Sc

2. Drs. Ferdinan Sinuhaji, M.Si 3. Drs. Oloan Harahap, MS 4. Drs. Mester Sitepu, M.Phil


(5)

ABSTRAK

Penelitian tentang pembuatan dan karakterisasi kertas yang dibuat dari campuran pulp batang kelapa sawit dan pulp kantong semen bekas telah dilakukan. Penelitian yang dilaksanakan dengan metode proses soda, bertujuan untuk memperoleh alternatif bahan baku kertas campuran, dari pulp batang kelapa sawit dan kantong semen bekas. Untuk campuran 0% pulp batang kelapa sawit dan 100% pulpkantong semen bekas,diperoleh contoh kertas yang mempunyai gramatur rata rata 103,63 gr/m , kerapatan massa rata rata 414,44 kg/m , kuat tarik rata rata 32,69

x 105N/ m2, kekuatansobek rata rata 5399,62 mN. Untuk campuran 100% pulp

batang kelapa sawit dan 0% pulp kantong semen bekas, diperoleh contoh kertas yang

mempunyai gramatur rata rata 121,25 gr/m2, kerapatan massa rata rata 759,13

kg/m3, kuat tarik rata rata 118.28 x 10 N/ m , kekuatan sobek rata rata 2088,36 mN.

2 3

5 2

Untuk gramatur yang optimum yaitu campuran 70% pulp batang kelapa sawit dan 30% pulp kantong semen bekas, diperoleh contoh kertas yang mempunyai gramatur rata rata 123,75 gr/m , kerapatan massa rata rata 599,47 kg/m , kuat tarik rata rata 103,84 x10 N/ m , kekuatan sobek rata rata 2017,89 mN.

2 3

5 2

Kata kunci : Batang kelapa sawit, kantong semen bekas, proses soda, pulp dan kertas.


(6)

ABSTRACT

The research of forming and characteristic of paper which is made of mixture of palm oil stems pulp and cemen't bag trace pulp has been conducted. Research with caustic process method aim to obtain, mixture paper raw material alternates mix of palm oil stems and cemen't bag trace. For mixture 0 % palm oil stems pulp and 100% pulp of cemen't bag trace, is got the example of paper which has the gramatur of 103,63 gr/m , the average of density is 414,44 kg/m , the evarage of tensile streng is2 3 32,69 x 10 N/ m , the everage of strength tear is 5399,62 mN. For mixture 100 % palm oil stems pulp and 0 % pulp of cemen't bag trace, is got the average of gramatur is 121,25 gr/m , the average of density is 759,13 kg/m3, the average of tensile strenght is 118.28 x 105 N/ m , the average of strength tear mean in 2088,36 mN.

5 2

2

2

For the optimum of gramatur is the mixture 70% palm oil stems pulp and 30 % pulp of cemen't bag trace, is got the example of paper wich is has the average gramatur is123,75 gr/m , the average of density is 599,47 kg/m , the average of tensile strength is 103,84 x 10 N/ m , the average of the strength tear is 2017,89 mN

2 3

5 2

Key word : palm oil stems, cemen't bag trace, pulp, caustic process, and paper.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas kasih dan karunia yang diberikan Nya kepada penulis sehingga tesis yang diberi judul Pembuatan dan Karakterisasi Kertas yang dibuat dari Kantong Semen Bekas dengan Pulp Batang Kelapa Sawit yang diselesaikan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan tesis ini merupakan tugas akhir pada sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Program Studi Magister Ilmu Fisika.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar besarnya kepada :

Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM & Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara Medan, Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B. M.Sc selaku Direktur Sekolah Pascaja Sarjana, Bapak Prof. Dr. Eddy Marlianto, M.Sc selaku Koordinator Program Studi Magister Ilmu Fisika, Drs. Nasir Saleh, M.Eng. Sc selaku Sekretaris Program Studi Magister Ilmu Fisika, Prof. Dr. Timbangen Sembiring, M.Sc selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Drs. Ferdinan Sinuhaji, M.S selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak mencurahkan ilmu dan buah pikirannya dengan penuh kesabaran selama membimbing penulis dalam melaksanakan tugas akhir, sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

Seluruh staf pengajar pada sekolah pascasarjana program studi magister ilmu fisika Universitas Sumatera Utara yang telah mencurahkan ilmunya selama masa perkuliahan.Seluruh staf administrasi sekolah pascasarjana dan Bang Mulkan yang degan penuh kesabaran memberikan pelayanan terbaik disekolah pascasarjana program magister ilmu fisika. Rekan rekan angkatan 2006 :

Bang Ramzah, Kak Sukmawati, Ajis, Andrita, Bobbin, Debora, Dormian, Dortauli, Kasdim, Edy.s, Juliandi, Junaedi, Marlon, Mariono, Amin, Sapta, Sunaryo, Sundari, Syahwin, Tao dan Tiar terima kasih atas kerja sama dan kebersamaan dalam mengatasi berbagai masalah selama masa perkuliahan bersama penulis.


(8)

Spesial terimakasih yang sedalam dalamnya penulis sampaikan kepada Ayahanda Gurtian Sidebang dan Ibunda Lusiana Goknim Simanjorang, Suami tercinta Jonson Sitanggang yang senantiasa memberikan dorongan semangat dengan penuh kesabaran dan serta mendoakan keberhasilan penulis dalam menyelesaikan studi ini terlebih lagi terima kasih dan sayang yang paling tulus kepada anak anakku tercinta ( Qielfrin Zendrico dan Yovanska ) yang berkorban untuk selalu ditinggalkan selama penulis mengikuti studi.

Medan, Agustus 2008


(9)

RIWAYAT HIDUP

1. N a m a : Ederiana Br Sidebang

2. Tempat/Tangal Lahir : Kabanjahe 3 Desember 1968

3. Pekerjaan : PNS/Guru

4. A g a m a : Kristen Katolik

5. Orangtua :

Ayah : Gurtian Sidebang

Ibu : Lusia Goknim Simanjorang

6. A l a m a t : Jalan Platina VI No. 14 Kel. Titipapan Medan

Deli / 20244

7. Pendidikan :

SD : Negeri No. 4/040446 Kabanjahe tahun 1975-1981

SMP : Swasta RK Kabanjahe tahun 1981 – 1984

SMA : Negeri 1 Kabanjahe tahun 1984 – 1987

D3-Fisika : Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Medan

tahun 1987 – 1990

S1-Fisika : Universitas Cendrawasih Jayapura tahun 1998 – 1999

S2-Fisika : Universitas Sumatera Utara tahun 2006 – 2008

Medan, Agustus 2008


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP... v

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR GRAFIK... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Permasalahan ... 3

1.3. Tujuan Penelitian... 3

1.4. Batasan Masalah ... 4

1.5. Manfaat Penelitian... 4

1.6. Perumusan Masalah... 5

1.7. Lokasi Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Pengertian Kertas... 7

2.2. Proses Pembuatan Kertas... 7

2.3. Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jaco)... 14

2.4. Kertas Limbah Kantong Semen... 24

2.5. Pulp Campuran (Pulp Batang Sawit – Kertas Kantong Semen Bekas) ... 26

2.6. Kuat Tarik Kertas (Tensile Strength) ... 27

2.7. Kuat Sobek (Taring Strengh)... 28

2.8. Scanning Elektron Microscope (SEM)... 29

2.9. Spektrofotometri Serapan Atom ( SSA ) ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 38

3.1. Alat dan Bahan ... 38

3.2. Pembuatan Pulp Batang Kelapa Sawit ... 39

3.3. Pembuatan Pulp Kantong Semen Bekas... 41

3.4. Pembuatan Pulp Campuran Serat Batang Kelapa Sawit dan Serat Kantong Semen Bekas... 42

3.5. Rancangan Penelitian ... 44


(11)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 57

4.1. Hasil Penelitian... 57

4.2. Pembahasan ... 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 80

5.1. Kesimpulan ... 80

5.2. Saran ... 80


(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Karakteristik limbah lignosellulosa kelapa sawit... 20 2.2 Klasifikasi umum proses pembuatan pulp... 23

4.1 Hasil pengukuran tebal rata rata kertas campuran serat

kantong semen bekas dan serat batang kelapa sawit. ... 58 4.2 Hasil penghitungan gramatur kertas campuran serat kantong semen bekas dan serat batang sawit. ... 61 4.3 Hasil penghitungan rapat massa rata rata kertas campuran

serat kantong semen bekas dan serat batang sawit. ... 63 4.4 Hasil uji tarik rata - rata kertas campuran serat kantong

semen bekas dengan serat batang kelapa sawit. ... 65 4.5 Hasil pengukuran kekuatan sobek kertas campuran serat

kantong semen bekas dengan serat batang kelapa sawit. ... 67 4.6. Analisa kandungan logam Pb, Cu, Zn yang terdapat pada

kertas campuran serat kantong semen bekas dan serat batang kelapa sawit. ... 77

4.7. Batas parameter bahan baku mutu TCLP Zat pencemar


(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Penampang batang kelapa sawit... 17

2.2 Peralatan Scanning Elektron Mikroskop (SEM)... 29

2.3 Instrumen Spektrofotometer Serapan Atom... 34

3.1 Diagram alir pulp batang kelapa sawit... 40

3.2 Diagram alir proses pembuatan pulp kantong semen bekas.... 41

3.3 Diagram alir pembuatan kertas campuran batang kelapa sawit dan kantong semen bekas... 43

3.4 Neraca analitik... 48

3.5 Alat uji tarik... 51

3.6 Alat uji sobek... 53

3.7 Alat Uji Spektrofotometri Serapan Atom. ... 55

3.8 Alat SEM (Scanning Electron microscope), type ASM-5X. ... 73

3.9 Mikrostruktur dari pulp kertas kantong semen bekas... 74

3.10 Foto mikrostruktur dari pulp dan serat batang kelapa sawit. ....75

3.11 Foto mikrostruktur dari pulp campuran kantong semen bekas dan dan serat batang kelapa sawit. ...76


(14)

DAFTAR GRAFIK

Nomor Judul Halaman

4.1 Komposisi campuran serat kantong semen dan serat batang kelapa sawit dengan tebal kertas rata-rata. ... 59

4.2 Gramatur rata rata versus komposisi campuran serat kantong semen

dan serat batang kelapa sawit. ... 62

4.3 Rapat massa rata rata versus komposisi campuran serat kantong

semen dan serat batang kelapa sawit. ... 64 4.4 Uji kuat tarik rata rata versus komposisi campuran serat kantong

semen bekas dan serat batang kelapa sawit. ... 66

4.5 Kuat sobek rata rata versus komposisi campuran serat kantong

semen bekas dan serat batang kelapa sawit. ... 68


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Pengukuran tebal kertas campuran kertas kantong

semen bekas dan serat batang kelapa sawit... 83

2 Pengukuran gramatur kertas campuran kertas kantong semen bekas dan serat batang kelapa sawit... 84

3 Pengukuran Rapat massa kertas campuran kertas kantong semen bekas dan serat batang kelapa sawit... 85

4 Pengukuran uji tarik kertas campuran kertas kantong semen bekas dan serat batang kelapa sawit... 86

5 Pengukuran kekuatan sobek kertas campuran kertas kantong semen bekas dan serat batang kelapa sawit... 87

6 Menghitung rendemen pulp batang kelapa sawit. ... 88

7 Hasil Uji SSA Pb. ... 89

8 Hasil Uji SSA Cu... 90

9 Hasil uji SSA Zn ... 91

10 Hasil uji tearing (uji sobek )... 92

11 Proses pembuatan pulp batang kelapa sawit ... 93


(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Industri kertas di dunia pada saat ini sedang mengalami masalah ekonomi, yaitu kesulitan untuk mendapatkan pasokan bahan baku yaitu kayu. Keterbatasan ketersediaan pasokan bahan baku kayu telah membuat naiknya harga pulp di pasar. Pada awal tahun 1994, harga pulp naik sekitar 80% dan pengaruh kenaikan ini terasa sampai sekarang (JPKS,1995).

Pada sisi yang lain, sejalan dengan laju pengembangan industri, peningkatan pertumbuhan ekonomi dan populasi manusia akan mengakibatkan kenaikan permintaan akan kertas.

Indonesia telah dikenal sebagai salah satu negara pengekspor pulp karena sumber bahan bakunya yang berlimpah, seperti kayu tropis. Walaupun demikian, ketersediaan ini akan cenderung tidak berimbang dengan permintaan pulp dan kertas. Oleh sebab itu, pada masa mendatang Indonesia akan kesulitan untuk mempertahankan posisinya sebagai salah satu negara pengekspor pulp yang terbesar. Cara untuk mempertahankan ini, adalah dengan memprioritaskan pencarian alternatif bahan baku lainnya yang tingkat ketersediaannya berlimpah sepanjang tahun dan mudah didapat. Bahan baku ini seyogyanya mempunyai sifat ramah terhadap lingkungan. Salah satu alternatif adalah pemanfaatan limbah pertanian.


(17)

Jerami dan ampas tebu (bagas) telah lama dikenal sebagai bahan baku untuk membuat pulp dan kertas (Trubus Oktober 2008). Walaupun demikian akhir akhir ini tingkat ketersediaannya semakin berkurang. Batang kelapa sawit salah satu limbah pertanian yang tingkat ketersediaannya berlimpah sepanjang tahun. Pemanfaatan batang kelapa sawit pada saat ini masih sangat minim dan nilai ekonominya tidak ada. Selama ini batang kelapa sawit dan cangkang sawit banyak digunakan sebagai bahan bakar boiler, atau dibakar yang abunya dimanfaatkan sebagai pupuk. Suatu saat hal ini akan dilarang karena hasil pembakaran ini merupakan penyumbang polusi udara. Begitu juga dengan tandan kosong sawit banyak diteliti orang sebagai bahan baku papan serat. Namun batang kelapa sawit belum banyak digunakan secara optimal, padahal dari keseluruhan limbah kelapa sawit batang sawitlah yang paling banyak menghasilkan limbah dibanding bagian yang lain yang diperoleh selama estraksi biji kelapa sawit menjadi minyak kelapa sawit. Limbah batang kelapa sawit yang mencapai jumlah paling besar yaitu 70,2%, dibandingkan dengan pelepah daun 10,16%, tandan buah kosong 2,07 %, sabut kelapa sawit 1,62% dan cangkang biji yaitu 0,935%. Oleh karena itu perlu dicari cara lain untuk memanfaatkan batang kelapa sawit. Sebagai limbah lignoselulosa, batang kelapa sawit dapat dimanfaatkan untuk pembuatan pulp karena kandungan selulosanya yang tinggi. Wahyu et.al (2008). Selama ini kantong semen bekas banyak digunakan untuk kertas kantong beras ukuran 5 kg, 10 kg, 15 kg dan 20 kg. Ataupun untuk kantong kantong barang barang lainnya.


(18)

Berdasarkan observasi lapangan di Kodya Medan kantong semen dengan bahan kertas adalah semen Andalas type PPC ukuran berat 40 kg dan semen padang type PPC ukuran 40 kg. Umumnya setiap pembangunan perumahan / ruko dan lainnya menggunakan merek semen dan type seperti yang tersebut diatas.

Oleh karena kertas kantong semen memiliki kekuatan yang tinggi, maka pada penelitian ini dilakukan percobaan dengan mencampurkan serat batang kelapa sawit untuk menurunkan kekuatan kertasnya dan memperbaiki karakternya.

Dalam hal ini peneliti tertarik untuk memanfaatkan limbah serat batang kelapa sawit untuk dimanfaatkan sebagai pulp dengan mencampur limbah kertas kantong bekas semen (kertas kraft) dengan variasi persen campuran untuk dikarakterisasi menjadi kertas jenis baru.

1.2. Permasalahan

1. Serat pendek dari batang kelapa sawit dapat dicampur dengan serat panjang dari kantong semen bekas akan diperoleh kertas yang lebih baik.

2. Limbah pertanian berupa batang kelapa sawit dan limbah kantong semen bekas dapat ditangulangi menuju zerowaste.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk menguasai tehnologi pembuatan pulp dan kertas.


(19)

2. Untuk memanfaatkan limbah batang kelapa sawit dan limbah kantong semen bekas kembali menjadi produk kertas.

3. Produk kertas akan diklasifikasian ke jenis – jenis seperti kertas pembungkus, karton dan bag paper.

1.4. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini proses pembuatan pulp yang berasal dari tanaman bukan kayu dilaksanakan dalam suasana alkali (basa) dengan NaOH sebagai bahan kimia pemasak. Pemasakan dengan NaOH (kaustik soda), akan melarutkan ligninnya, sehingga menjadi tercerai berai menjadi pulp. Dalam penelitian ini tidak diberi tambahan seperti pewarna, filler, larutan kanji dan lain lain.

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mendapatkan kertas dari limbah batang kelapa sawit dan limbah kantong semen

bekas.

2. Produk kertas/karton tidak hanya dapat dibuat dari kayu tetapi dapat juga dibuat dari limbah pertanian.

3. Untuk menambah petani kelapa sawit.

4. Mengatasi pencemaran udara akibat pembakaran limbah kelapa sawit.


(20)

1.6. Perumusan Masalah

Masalah yang akan diselesaikan pada penelitian dirumuskan sebagai berikut: 1. Menentukan sifat mekanis kertas campuran serat batang sawit dan kertas kantong

semen bekas antara lain :

a. Rendemen ( % )

b. Tebal kertas, yaitu jarak antara kedua permukaan kertas diukur pada kondisi standar ( SNI 14 – 4977 – 1999 ).

c. Gramatur, yaitu massa lembaran kertas dalam gram dibagi dengan satuan

luasnya dalam meter persegi, diukur pada kondisi standar ( SNI 14 – 0439 – 1989 ).

d. Rapat massa (density), yaitu besaran yang menyatakan perbandingan antara

massa dengan volume serpih berbentuk tumpukan, dinyatakan dalam kg/m3,

diukur pada kondisi standar ( SNI 14 – 0702 – 1989 ).

e. Kuat tarik, yaitu daya tahan maksimum jalur pulp, kertas terhadap gaya tarik yang bekerja pada kedua ujung jalur tersebut sampai putus, diukur pada kondisi standar ( SNI 14 – 4737 – 1989 ).

f. Ketahanan sobek adalah gaya dalam gram gaya ( gf ) atau milineuton (mN)

yang diperlukan untuk menyobek kertas pada kondisi standar standar ( SNI 14 – 0436 – 1989 ).


(21)

g. Spektrofotometri Serapan Atom adalah penyerapan energi radiasi oleh atom atom netral pada keadaan dasar, dengan panjang gelombang tertentu yang menyebabkan terereksitasinya dalam berbagai tingkatan energi (ppm).

2. Menentukan komposisi yang paling baik antara serat batang kelapa sawit dan

kertas kantong semen bekas untuk memperoleh kualitas kertas yang baik.

1.7. Lokasi Penelitian

1. Laboratorium Spektroskopi Universitas Sumatera Utara

2. Laboratorium Balai Riset dan Standarisasi Industri Medan.

3. PT. DMI Medan.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Kertas

Kertas adalah bahan yang tipis dan rata, yang dihasilkan dengan kompresi serat yang berasal dari pulp. Serat yang digunakan biasanya adalah alami, dan mengandung selulosa dan hemiselulosa. Kertas dikenal sebagai media utama untuk menulis, mencetak serta melukis dan banyak kegunaan lain yang dapat dilakukan dengan kertas misalnya kertas pembersih (tissue) yang digunakan untuk hidangan, kebersihan ataupun toilet.

Adanya kertas merupakan revolusi baru dalam dunia tulis menulis yang menyubangkan arti besar dalam peradaban dunia. Sebelum ditemukan kertas, bangsa bangsa dahulu menggunakan tablet dari tanah lempung yang dibakar. Hal ini bisa dijumpai dari peradaban bangsa Sumeria, Prasasti dari batu, kayu, bambu, kulit atau tulang bnatang, sutera, bahkan daun lontar yang dirangkai seperti dijumpai pada naskah naskah Nusantara beberapa abad lampau

2.2. Proses Pembuatan Kertas

Proses pembuatan kertas dapat dilakukan dengan mengubah bahan baku serat menjadi pulp, dan kertas.


(23)

Urutan proses pembuatannya adalah persiapan bahan baku, pembuatan pulp (secara kimia, semi-kimia, mekanik atau limbah kertas),pemutihan, pengambilan kembali bahan kimia, pengeringan pulp dan pembuatan kertas. Proses yang membutuhkan energi paling tinggi adalah proses pembuatan pulp dan proses pengeringan kertas (Britt Kenneth, 1970).

Tahapan utama dan proses sederhana dalam pembuatan pulp dan kertas adalah sebagai berikut:

a. Pembuatan pulp pada pulper

Dalam tanki pencampur, pulp dicampur dengan air menjadi slurry . Slurry

kemudian dibersihkan lebih lanjut dan dikirimkan ke mesin kertas. Bahan baku dimasukkan kedalam PULPER untuk defiberiztion dan mempercepat beating serta

fibrillation dikarenakan pemekaran serat.

b. Cleaner

Proses pemutihan untuk tipe pulp Kraft dilakukan dalam beberapa menara dimana pulp dicampur dengan berbagai bahan kimia, kemudian bahan kimia diambil kembali dan pulp dicuci.


(24)

c. Permurnian

Pulp dilewatkan plat yang berputar pada alat pemurnian bentuk disk. Pada proses

mekanis ini terjadi penguraian serat pada dinding selnya, sehingga serat menjadi lebih lentur. Tingkat pemurnian pada proses ini mempengaruhi kualitas kertas yang dihasilkan.

d. Pembentukan

Selanjutnya ,proses dilanjutkan dengan proses sizing dan pewarnaan untuk

menghasilkan spesifikasi kertas yang diinginkan. Sizing dilakukan untuk

meningkatkan kehalusan permukaan kertas;pada saat pewarnaan ditambahkan pigmen, pewarna dan bahan pengisi. Proses dilanjutkan dengan pembentukan

lembaran kertas yang dimulai pada headbokx, dimana serat basah ditebarkan pada

saringan berjalan. e. Pengepresan

Lembaran kertas kering dihasilkan dengan cara mengepres lembaran diantara silinder pada calendar stack.

f. Pengeringan

Sebagian besar air yang terkandung didalam lembaran kertas dikeringkan dengan melewatkan lembaran pada selinder yang berpemanas uap air.


(25)

g. Calender Stack

Tahap akhir dari proses pembuatan kertas dilakukan pada Calendar Stack, yang

terdiri dari beberapa pasangan silinder dengan jarak tertentu untuk mengontrol ketebalan dan kehalusan hasil akhir kertas.

h. Pope Reel

Bagian ini merupakan tahap akhir dari proses proses pembuatan kertas yaitu pemotongan kertas dari gulungannya. Pada bagian ini, kertas yang digulung dalam gulungan besar,dibelah pada ketebalan yang diinginkan, dipotong menjadi lembaran, dirapikan kemudian dikemas.

2.2.1. Proses pembuatan pulp

Pulp adalah kumpulan serat serat yang diambil dari bagian bagian tumbuh-tumbuhan yang mengandung yang mengandng serat antara lain dari bagian kayu, kulit , akar, daun dan buah. Pulp yang berasal dari bagian kayu disebut pulp kayu (wood pulp) sedangkan pulp yang berasal dari bagian bukan kayu dinamai pulp bukan kayu (non wood pulp).

Menurut proses pembuatannya, pulp dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu (Tjahjono Yudi, 1998) :

1. Pulp yang dibuat secara mekanis, dinamai pulp mekanis.

2. Pulp yang dibuat secara semi kimia atau semi mekanis, dinamai pulp semi


(26)

3. Pulp yang dibuat secara kimia penuh dinamai pulp kimia. Contoh : dissolving pulp, pulp sulfat, pulp soda dan lain lain.

Jika dilihat dari rendemen (hasil akhir) pulp dibagi 2 macam, pulp rendemen tinggi dan pulp rendemen rendah. Dari kedua rendemen ini mempunyai sifat sifat fisika dan kimia yang berbeda beda. Sifat fisik dari pulp mekanis biasanya lebih buruk dari pada sifat dari pulp kimia. Keuntungan dari pulp dengan proses mekanis ini adalah rendemen yang tinggi.

Pulp mekanis ini biasanya dibuat untuk kertas yang bermutu rendah dan murah, misalnya kertas Koran, sedangkan pulp kimia dipakai untuk membuat kertas yang berkualitas baik, misalnya kertas tulis, kertas cetak. Pulp mekanis sifat kimianya masih sama dengan sifat kimia kayu, sedangkan pada pulp kimia sifat kimanya sudah sangat jauh berbeda dengan sifat kimia dari kayu asalnya. Antara pulp yang belum diputihkan dan yang sudah di putihkan baik sifat fisik maupun sfat kimia juga berbeda. Untuk mencari perbedaan sifat sifat, baik sifat fisik maupun sifat kimia, perlu dilakukan pengujian baik pengujian sifat fisik maupun pengujian sifat kimia. Sifat sifat fisik pulp itu adalah : Gramatur, Tebal, Bulky, Ketahanan Sobek, Retak, Tarik, Lipat, Derajat putih dan Opasitas. Sedangkan sifat sifat kimia adalah : Kadar alpa selulosa, kadar abu kadar lignin, kadar pentosan dan lain lain.

Pengujian pulp harus dilakukan pada ruang kondisi karena suhu dan kelembapan ruangan sangat berpengaruh pada hasil pengujian sifat sfat pulp.


(27)

Kondisi ruang dan pengkondisian pulp, untuk pengujian dilakukan berdasarkan Stadar Internasional ISO 187 : 1997 (E), Paper, Board dan pulps stadard atmosphere

for conditioning and testing procedure for monitoring the atmosphere and

conditioning of samples dan standar ASTM D 685 – 93, Standard practice for

conditioning paper and paper products for testing.

Sampel yang akan diuji sifat sifat fisiknya sebelumnya harus ditempatkan dalam ruang kondisi yang sudah distandartkan selama waktu sekitar 24 jam, bahkan untuk beberapa jenis karton memerlukan waktu sampai 48 jam (SNI 14 – 0402 – 1999). 2.2.2. Dimensi serat

Kertas terdiri dari serat selulosa yang berasal dari tumbuh tumbuhan. Serat mempunyai panjang, lebar dan dinding yang berpariasi, tergantung pada jenis dan posisinya dalam suatu pohon serta lokasi tumbuhnya. Pembuatan kertas merupakan proses penyusunan serat kedalam bentuk lembaran. Selama proses tersebut, air dikeluarkan dari jaringan serat sehingga terjadi ikatan antar serat yang semakin rapat dan disertai perubahan bentuk serat menjadi pipih. Kekuatan ikatan serat merupakan fungsi dari luas dan intensitas ikatannya. Luas ikatan dipengaruhi oleh morfologi, sedangkan intansitas oleh susunan molekul selulosa.

Peranan dimensi serat sebagai bahan baku kertas mempunyai hubungan satu sama lain yang kompleks dan mempunyai pengaruh yang mendasar terhadap sifat fisik pulp kertas seperti density, kekuatan, fleksibilitas, kelicinan dan porositas.


(28)

Diameter serat tergantung dari letak sel. Ukuran sel terpendek dan berdinding tebal terdapat pada bagian akhir dan awal kayu.

2.2.3 Panjang serat

Menurut penelitian-penelitian yang telah dilakukan bahwa panjang serat merupakan sifat yang sangat menentukan kekuatan kertas dan sangat mempengaruhi kekuatan sobek serta pembentukan formasi. Serat yang panjang memberi kekuatan yang lebih baik dari serat pendek, tetapi serat pendek memberi formasi yang lebih baik dari pada serat panjang. Serat yang terdapat dalam satu jenis kayu panjangnya bervariasi, maka distribusi frekuensi panjang serat turut berperan juga dalam menentukan kekuatan kertas. Klasifikasi panjang serat menurut Klemm, adalah sebagai berikut :

a. Serat panjang : 2,0 – 3,0 mm

b. Serat sedang : 1,0 – 2,0 mm

c. Serat pendek : 0,1 – 1,0 mm

Serat yang panjangnya lebih dari 5 mm sukar untuk dikerjakan dengan mesin kertas biasa, maka perlu pemotongan sampai mendapat kekuatsan kertas yang diinginkan.


(29)

2.2.4. Kekasaran serat (Diameter serat)

Sifat kekasaran serat pada bahan baku maupun pulpnya banyak dipengaruhi oleh faktor dimensi penampang melintang serat (diameter dan dinding serat). Bntuk penampang melintang serat berupa elips dan tidak beraturan. Untuk mendekati diameter serat yang sebenarnya diadakan koreksi dan hasilnya disebut perimeter. Klasifikasi diameter/perimeter serat, menurut Klemm adalah sebagai berikut :

1. Serat lebar : 0,025 – 0,040 mm 2. Serat sedang : 0,010 – 0,025 mm

3. Serat sempit/kurus : 0,002 – 0,010 mm

2.3. Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jaco)

Berdasarkan bukti yang ada kelapa sawit diperkirakan berasal Nigeria, Afrika Barat, namun adapula yang menyatakan bahwa tanaman tersebut berasal dari America, yakni dari Brazilia. Zeven menyatakan bahwa tanaman kelapa sawit berasal dari daratan Tersier, yang merupakan penghubung yang terletak diantara Afrika dan Amerika. Kedua daratan ini kemudian terpisah oleh lautan menjadi Benua Africa dan Amerika sehingga asala komoditas kelapa sawit ini tidak lagi dipermasalahkan orang. Masuknya bibit kelapa sawit ke Indonesia tahun 1948 hanya sebanyak 4 batang yang berasal dari Borbon dan Amsterdam. Kempat kelapa sawit tersebut ditanam di Kebun Raya Bogor dan selanjutnya disebarkan ke Deli Sumatera Utara. Menurut Hunger (1924) pada tahun 1869 Pemerintah Kolonial Belanda mengembangkan kelapa sawit di Muara Enim dan pada tahun 1970 di Musi Hulu.


(30)

Sejak tahun 1977 – 1978 Pemerintah Indonesia bertekad mengembangkan tanaman ini melalui sistim PIRBUN ( Perusahaan Inti Rakyat Perkebunan). Kelapa sawit di Indonesia dewasa ini merupakan komoditas primadona untuk meningkatkan kesejahtraan rakyat. Pohon kelapa sawit terdiri dari pada dua spesies Arecaceae atau famili palma yang digunakan untuk pertanian komersil dalam pengeluaran minyak kelapa sawit. Pohon kelapa sawit Afrika, Elaeis guineensis, berasal dari Afrika Barat di antara Angola dan Gambia, manakala pohon kelapa sawit Amerika, Elaeis oleifera, berasal dari Amerika tengah dan Amerika Selatan.

Kelapa sawit termasuk tumbuhan pohon dan tingginya dapat mencapai 24 meter. Bunga dan buahnya berupa tandan, serta bercabang banyak. Buahnya kecil dan apabila masak, berwarna merah kehitaman. Daging buahnya padat. Daging dan kulit buahnya mengandung minyak. Minyak tersebut digunakan sebagai bahan minyak goreng, sabun, kosmetika, lilin dan ampasnya dimanfaatkan untuk makanan ternak. Urutan dari turunan kelapa sawit adalah :

Kingdom : Tumbuhan

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Ordo : Arecales

Famili : Arecaceae

Jenis : Elaeis


(31)

2.3.1. Ciri ciri Fisiologi Kelapa Sawit

1. Daun

Daunnya merupakan daun majemuk. Daun berwarna hijau tua dan pelepah berwarna sedikit lebih muda. Penampilannya sangat mirip dengan tanaman salak, hanya saja dengan duri yang tidak terlalu keras dan tajam. 2. Batang

Batang tanaman diselimuti bekas pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelepah yang mengering akan terlepas sehingga menjadi mirip dengan tanaman kelapa. Komposisi dan karakterisasi log kayu kelapa sawit :

a. Komposisi volume rata rata log kayu sawit ( Puslitbang Hasil Hutan Bogor).

Bagian kulit = 17 %

Bagian keras = 56 %

Bagian medium = 17 %

Bagian lunak = 10 %

b. Rendemen penggergajian rata rata log kayu sawit ( Puslitbang Hasil Hutan Bogor).


(32)

Bagian keras = 31 % Bagian medium = 9 %

Bagian lunak = 4 %

Limbah penggergajian = 56 %

Bagian lunak Bagian medium Bagian keras Kulit

Gambar 2.1. Penampang Melintang Batang Kayu Sawit (Puslitbang Hasil Hutan Bogor)

Sifat – sifat fisik log kayu kelapa sawit :

Kerapatan. : 210 kg/m s/d 410 kg/m3 3

Badan air kayu hasil tebangan : 138,90 % s/d 343, 69 %.

Kerapatan ikatan pembuluh : 0,84 buah / mm2 s/d 1,01 buah/mm . 2

Tebal kulit rata – rata : 1,97 cm.

Tebal bagian keras rata – rata : 9.09 Cm. Tebal bagian medium rata – rata : 4,52 Cm.


(33)

Tebal bagian lunak rata rata : 7.77 Cm

(Puslitbang Hasil Hutan Bogor).

2. Akar

Akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah kebawah dan kesamping. Selain itu juga terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah kesamping atas untuk mendapatkan tambahan aerasi.

3. Bunga

Bunga jantan dan betina terpisah dan memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar.

4. Buah

Buah sawit mempnyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelapah.

Buah terdiri dari tiga lapisan :

a. Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan lincin. b. Mesoskarp, serabut buah.


(34)

Inti sawit merupakan endosperm dan embrio dengan kandungan minyak inti berkualitas tinggi.

Kelapa sawit merupakan pohon yang mengandung serat berlignoselulosa. Oleh karena itu salah satu cara pemanfaatan limbah berupa batang dan tandan kosong kelapa sawit adalah sebagai bahan baku serat untuk menghasilkan kertas atau sebagai bahan baku papan serat. Dalam kaitannya degan kemungkinan pemanfaatan limbah batang dan tandan kosong sawit, Badan Pengkajian dan Penerapan Tehnologi, Jakarta (BPPT) bekerja sama dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutam Bogor melakukan penelitian pembuatan pulp yang direncanakan untuk kertas tisue dengan pengolahan sulfat dan soda antrakinon, serta penelitian pulp kertas dari limbah batang dan tandan kosong sawit.

Komponen utama limbah padat adalah selulosa dan lignin sehingga limbah ini disebut juga lignoselulosa. Bahan bahan lignoselulosa pada umumnya mengandung selulosa, hemiselulosa dan lignin dengan perbandingan 4: 3 : 3 seperti tabel berikut :


(35)

Tabel 2.1. Karakteristik limbah ligno selulosa kelapa sawit

Batang Pelepah Tandan Buah Serat Cangkang Pohon Daun Kosong Biji

Jumlah Ton/Ha/

Tahun(berat kering) 70,2 10,6 2,07 1,62 0,935 Komposisi :

Kadar air (%) 14,4 .... 13,48 7,3 15

Selulosa (%) 45,7 .... 45,95 39,90 ....

Hemiselulosa (%) 18,8 .... 22,85 28,90 ....

Lignin (%) 18,8 18,3 16,49 20,30 ....

Abu (%) 2,3 2,5 1,23 3,60 ....

Serat yang digunakan disini adalah serat batang kelapa sawit, serat ini terdiri dari selulosa 45,7 %, hemiselulosa 18,8 % dan lignin 18,8 %.

Hidrolisis selulosa dengan asam berlangsung melalui reaksi sebagai berikut:

selulosa glukosa produk produk dekomposisi

Sifat sifat selulosa antara lain:

1. Tidak larut dalam air, asam, basa encer serta pelarut organik. 2. Dapat larut dalam cuproammonium hidroksida

3. Bila dihidrolisi secara sempurna akan meghasilkan glukosa dalam suasana Asam.

4. Bila dihidrolisis secara tidak sempurna akan menghasilkan maltosa.

Hemilulosa merupakan komponen utama gula beratom C = 5 seperti silosa dan arabinosa.Hidrolisis hemiselulosa dengan asam terjadi melalui reaksi:


(36)

Hemiselulosa Silosa dan Arabinosa furfural produk produk komposisi

Lignin adalah makromolekul dari polifenol yang merupakan hasil samping hidrolisis lignoselulosa. Perlakuan hidrogenolisis dan hidroalkilasi lignin akan menghasilkan fenol, Benzen dan senyawa monofenol lainnya.Senyawa ini juga mempunyai potensi untuk diubah menjadi toluene dan Xilen. Jumlah lignin yang terdapat dalam tumbuhan yang berbeda sangat bervariasi. Dalam spesies kayu, kandungan lignin berkisar 20 % sampai 40 %.

Disamping itu distribusi lignin di dalam sel dan kandungan lignin bagian pohon yang berbeda tidak sama. Sebagai contoh kandungan lignin yang tinggi adalah khas untuk bagian batang yang paling rendah, paling tinggi dan paling dalam untuk tanaman kayu lunak. Dalam pembuatan pulp dan pengelantangan, lignin dilepaskan dari kayu dalam bentuk terdegradasi dan berubah, dan merupakan sumber karbon lebih dari 35 juta ton tiap tahun diseluruh dunia yang sangat potensial untuk keperluan kimia dan energi.

2.3.2. Proses Pembuatan Pulp Batang Kelapa Sawit

Pulp merupakan hasil pemisahan serat kayu atau tanaman berserat lainnya melalui bermacam macam proses pembuatannya.


(37)

Pulp selanjutnya digunakan sebagai bahan baku pembuatan berbagai macam kertas. Proses pembuatan pulp secara komersil dapat diklasifikasikan dalam proses mekanis, semikimia (kombinasi kimia dan mekanis) dan kimia. Pemilihan jenis proses pembuatan pulp tergantung kepada spesies kayu yang digunakan dan penggunaan akhir dari pulp yang diproduksi.

Proses pembuatan pulp secara kimia adalah dengan melarutkan lignin yang mengikat serat selulosa satu sama lain.Serat yang dihasilkan lebih utuh dan panjang, lebih fleksibel dan lebih kuat daripada pulp mekanis. Formasi lembaran pulp kimia lebih baik, lebih teratur dan lebih rata. Pulp mekanis mempunyai sifat sifat yang berlainan dengan pulp kimia. Sifat sifat pulp mekanis pada umumnya merupakan sifat sifat asli yang diperoleh dari bahan bakunya. Pada pembuatan pulp mekanis, lignin tidak dihilangkan atau sebagian saja dihilangkan sehingga mempunyai kandungan serat utuh yang lebih sedikit, bersifat kaku dan lebih pendek. Serat serat pulp mekanis terdiri dari bundelan bundelan serat dan fragmen fragmen serat dari beberapa individu. Proses semikimia merupakan kombinasi dari proses mekanis kimia. Serpih kayu atau tanaman berserat lainnya terlebih dahulu dilunakkan sebagian dengan bahan kimia kemudian diikuti dengan aksi mekanis yang biasanya dengan refiner. Rendemen dan sifat sifat pulp semi kimia merupakan pertengahan pulp kimia dan mekanis. Berikut ini tabel tentang klasifikasi umum proses pembuatan pulp.


(38)

Tabel 2.2. Klasifikasi umum proses pembuatan pulp Mekanis Kombinasi mekanis Kimia kimia

- Pulping dengan energi -Pulping dengan kombinasi - Pulping dengan mekanik (sedikit atau sama perlakuan kimia dan bahan kimia dan sekali tanpa perlakuan awal mekanis panas (sedikit atau kimia dan panas) dengan -Pendemen sedang tidak ada energi dengan bahan kimia panas (intermediate) 55 %-90 % mekanis)

- Randemen tinggi - Sifat-sifat pulp sedang - Rendemen rendah (90 %-95 %)- (intermediate); 40 %-55 %

- Serat pendek, tidak utuh,tidak NSSC,High yield kraft - Serat pulp,panjang murni,lemah, dan tidak setabil. Cold soda (soda dingin) dan murni, stabil. - Kualitas cetak baik. – Kualitas cetak rendah

- Sulit diputihkan contoh; stone - Mudah diputihkan Grondwoo Contoh;

RMP, TMP, CTMP. Kraft,sulfite,soda.

Dalam penelitian ini, lignifikasi limbah batang kelapa sawit dilakukan melalui proses kimia. Serpih diproses dengan menggunakan bahan kimia dan yang tidak terlalu banyak untuk melunakkan ikatan antar serat selulosa dan menghilangkan lignin dan hemiselulosa.


(39)

Kemudian dilaksanakan proses pemasakan kedua dengan larutan bahan kimia dan penambahan tekanan untuk menaikkan suhu sesuai dengan yang dibutuhkan untuk membantu mempercepat memisahkan lignin untuk mendapatkan serat batang sawit yang sudah berupa pulp sawit.

2.4 Kertas Limbah Kantong Semen

Kantong Semen termasuk jenis kertas kraft (kertas sack), yang dibuat dari bahan baku pinus. Kertas sack kraft mempunyai ciri ciri berat jenis tinggi, berwarna kecoklatan,kertasnya dibuat berdasarkan proses kraft pertama sekali ditemukan oleh C.F. Dahl, seorang bangsa Jerman di Danzing yang kemudian hari dipatenkan pada tahun 1884.

Proses kraft ditemukan, yaitu ketika beliau menambahkan sodium sulfat ( Na SO ) kedalam ketel pemasak pulp, sebagai pengganti bahan kimia yang hilang selama pemasakan pulp dengan proses soda ( NaOH). Adanya reaksi kimia didalam ketel pemasak pulp menyebabkan terbentuknya senyawa sulfida ( Na S) didalam cairan pemasak, yang mana pada proses pemasakan pulp tersebut akan menghasilkan pulp dengan ikatan antar serat yang lebih kuat bila dibandingkan dengan proses pemasak pulp jenis lainnya (proses sulfit ataupun proses soda ). Kelebihan dari kertas kraft adalah bahan kimia yang digunakan dapat didaur ulang (recycle ) dan digunakan kembali dalam proses berikutnya. Kelebihan lainnya adalah di hasilkan serat yang kuat (Jerman : ”kraft” berarti kuat ). Majalah, kertas grafis dan percetakan, kantong

2 4


(40)

belanja dan pembungkus (packaging) terbuat dari kraft pulp.kraft pulp biasanya berwarna gelap dan umumnya diputihkan dengan senyawa klorik LKEKLB (2002). Kertas kraft menghasilkan kertas lebih kuat karena pulpnya menghasilkan ikatan antar serat yang lebih besar. Apabila kertas kraft ini mengalami daur ulang, yaitu dilakukan penggilingan kembali maka seratnya akan menjadi lemas.

Pada saat pertama sekali serat dibuat menjadi kertas, fibril fibril yang ada pada serat akan terjalin dan terikat satu sama lain oleh katan hydrogen pada waktu kertas mengalami proses pengeringan dan mengalami pemipihan oleh penekanan pada roll pengepresan ataupun kelender.

Pengeringan dan pemipihan ini akan mengakibatkan pori pori didalam serat yang sebelumnya diisi oleh lignin dan hemiselulosa, menjadi tertutup dan terjadi ikatan hydrogen. Apabila kertas kraft mengalami daur ulang yaitu dibuburkan kembali ( refiner), maka fibril fibri pada permukaan serat kertas banyak yang lepas dari permukaan seratnya, sehingga permukaan serat menjadi gundul dan seratnya banyak yang putus. Sudut fibril yang dianggap penting adalah sudut yang dibentuk oleh mikro fibril – mikro fibril dalam lapisan yang paling tebal dan mengandung selulosa paling banyak. Sudut fibril yang kecil memberikan kekuatan serat yang tinggi. Maka kekuatan kertaspun akan lebih kuat apabila sudut fibril kecil.

Dalam proses pembuatan pulp campuran, kantong semen direndam dahulu untuk membersihkan dari bahan kimia dan kotoran yang menempel dan dijadikan serat kembali.


(41)

2.5. Pulp Campuran (Pulp Batang Sawit – Kertas Kantong Semen Bekas)

Kertas adalah suatu lembaran yang terbuat dari serat yang telah mengalami proses pengepresan, pengeringan,penggilingan dan beberapa tambahan yang saling menempel dan jalin menjalin. Bahan utama dari pembuatan pulp adalah tanaman kayu (wood) atau tanaman pertanian yang mengandung selulosa seperti bambu serat kapas, bagas dan yang akan termanfaatkan limbah batang kelapa sawit sudah diteliti BBPT Bogor Batang Kelapa Sawit mengandung selulosa 45,7 %, hemiselulosa 18,8 % dan lignin 18,8 %.

Pulp merupakan hasil pemisahan serat dari tanaman kayu (wood) maupun bukan kayu (non wood), melalui bermacam macam pengolahan. Pembuatan pulp dibedakan atas proses mekanis, semi kimia (kombinasi kimia dan mekanis) dan kimia. Umumnya proses kimia, banyak dilakukan untuk pembuatan pulp.Proses pembuatan pulp secara kimia adalah melarutkan lignin yang mengikat serat satu dengan yang lainnya. Proses pembuatan pulp yang menggunakan tanaman kayu (wood) dapat dilaksanakan secara alkali dngan NaOH sebagai bahan kimia pemasak (Nasution, 2006).

Pembuatan pulp dari batang kelapa sawit (wood) dengan proses kimia dimana telah diketahui bahwa komposisi kimia bahan baku memegang peranan penting dalam menentukan proses dan kondisi pemasakan. Dalam proses kimia melarutkan lignin dengan larutan kimia NaOH pada suhu mendidih di udara terbuka akan melarutkan lignin tanpa merusak serat selulosa secara signifikan.


(42)

Pada proses pertama serat yang dihasilkan adalah serat kasar. Setelah serat kasar dicuci lalu dikeringkan dibawah sinar matahari maka dilakukan proses pemasakan kedua dengan proses kimia degan larutan NaOH pada tekanan sekitar 4-5 atm diatas suhu didih air atau sekitar 140-145 ºC proses ini menghasilkan pulp batang kelapa sawit yang siap dijadikan pulp campuran. Di beberapa hasil penelitian dijelaskan bila pemasakan sampai suhu diatas suhu 190ºC akan terjadi degradasi serat dan serat yang dihasilkan akan rusak.Variabel pemasakan adalah waktu , suhu dan konsentrasi cairan Pulp kertas kraft hanya mengembalikan kertas kantong semen bekas kembali menjadi pulp untuk pencampuran kertas campuran menjadi kertas jenis baru untuk diuji sifat fisik dan karakterisasinya.

2.6. Kuat Tarik Kertas (Tensile Strength)

Kekuatan tarik didefenisikan sebagai ketahanan suatu bahan terhadap deformasi plastis atau ketahanan suatu bahan sampai terjadi deformasi plastis. Ini berbeda dengan keuletan, dimana keuletan merupakan ketahanan suatu bahan terhadap menahan deformasi plastis sampai terjadi patahan.

Utuk pengujian tarik, pengukuran dilaksanakan berdasarkan tegangan yang diperlukan untuk menarik benda uji standard dengan penambahan tegangan konstan. Regangan dari benda uji diukur dengan ekstenso meter. Hasil pengukuran dari pengujian kekuatan tarik berasal dari tegangan yang mengakibatkan regangan. Kuat tarik maksimum dapat dihitung dengan menggunakan rumus dibawah ini :


(43)

j =

o m

A F

... (1)

Dimana : j = kuat tarik maksimum B (N/m ) 2 Fm = gaya maksimum (N)

Ao = luas penampang bahan mula mula (m ) 2

Ukuran bahan sampel yang diuji adalah ukuran bahan yang sesuai dengan standard pengujian, dalam hal ini yang dipakai adalah standard pengujian SNI 14 – 4737-1998.

2.7. Kuat Sobek (Taring Strengh)

Kuat sobek adalah gaya dalam gram (gf) atau mili neuton (mN) yang diperlukan untuk menyobek kertas atau karton pada kondisi standar. Alat uji ketahanan sobek Elmendorf tearing tester dilengkapi dengan beban yang dapat dipasang pada sektor bandulan sehingga kapasitas bandulan bertambah, hal ini diperlukan untuk menguji kertas dengan ketahanan sobek tinggi.

Ketahanan sobek rata-rata dalam gram gaya dapat dihitung dengan mempergunakan rumus :

Ketahanan sobek rata-rata =

B xA

4

... (2)

Dimana : A = Pembacaan skala rata – rata dalam gaya gaya (gf).

B = Jumlah lembar contoh uji yang dipergunakan pada satu saat pengujian.


(44)

Hasil yang diperoleh dapat dinyatakan dalam satuan SI dengan konversi : 1 gf = 9.807 mN.

2.8. Scanning Elektron Microscope (SEM)

SEM merupakan peralatan standard untuk menentukan untuk struktur mikro dan

analisis kimia. SEM memberikan resolusi serta kedalaman medan (depth of field)

yang lebih baik dibandingkan dengan mikroskop optik Energi eksitasi pada SEM melibatkan emisi sinar – X maka dimungkinkan proses analisa komposisi unsur serta analisis distribusi unsur (pemetaan). SEM mempunyai perbesaran 200.000 kali untuk mengamati ketebalan dari 200 ºA sampai 0,5 m. Perinsip pemeriksaan sampel dengan SEM diperlihatkan pada gambar 2.2.


(45)

Berkas elektron yang dihasilkan dari pemanasan filament pada Wehnelt bagian

atas SEM, yang kemudian dipercepat dengan tegangan tinggi dan selanjutnya berkas elektron difokuskan serta diarahkan secara elektromagnetis menuju sampel.

Saat berkas eloktron mengenai sampel, maka akan dipancarkan kembali elektron jenis yang terhambur baik ( back scaterred electron, BSE ) ataupun jenis elektron

sekunder ( Secondary Elektron, SE). Secondary Elektron memberikan informasi

tentang fotografi sampel sedangkan back scaterred electron memperlihatkan variasi

nomor atom.Detektor mengumpulkan eloktron, mengubah menjadi sinyal serta mengirim ke layar sebagai suatu citra tiga demensi. Besar kecilnya efek tiga dimensi tergantung pada besar kecilnya perbesaran atau (magnifiasi) makin kecil maknifikasi maan besar efek tiga dimensinya.

2.9. Spektrofotometri Serapan Atom ( SSA )

Beberapa cara analisis logam telah banyak dilakukan baik untuk secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Sistim kualitatif dilakukan jika hanya ingin mengetahui jenis logam yang tetapi tidak jumlahnya. Sedangkan sistim kuantitatif dilakukan untuk megetahui secara detail berapa ppm logam tersebut.

Destruksi merupakan suatu cara perlakuan pemecahan senyawa menjadi unsur unsurnya sehingga dapat dianalisa, dengan kata lain perombakan bentuk organik dari logam menjadi bentuk logam logam anorganik. Pada dasarnya ada dua jenis destruksi yang dikenal yaitu : destruksi kering dan detruksi basah (Darmono, 1995).


(46)

a. Destruksi kering

Destruksi kering adalah perombakan sampel organik dengan jalan pengabuan dalam tanur pada suhu 400-500 ºC, hal ini tergantung pada sampelnya. Metode Destruksi kering merupakan perombakan logam yang tidak mudah menguap yang akan membentuk oksidasi logamnya. Oksidasi ini kemudian dilarutkan kedalam pelarut asam, setelah itu dianalisa dengan menggunakan spektrofotometer Serapan Atom (SSA).

b. Destruksi basah

Destruksi basah adalah perombakan sampel organik dengan asam asam kuat baik tunggal maupun campuran. Metode detruksi basah digunakan untuk merombak logam

logam yang mudah menguap. Asam asam yang digunakan adalah asam Nitrat ( HNO ), asam sulfat ( H SO ) asam perklorat ( HclO ), asam klorida ( HCl ) dan

dapat digunakan secara tunggal maupun campuran.

3 2 4 4

Peristiwa serapan atom pertama kali diamati oleh Fraunhofer, ketika menelaah garis garis hitam pada spektrum matahari. Sedangkan yang memanfaatkan perinsip serapan atom pada bidang analisis adalah seorang Australia bernama Alan Walsh di tahun 1955. Sebelumnya ahli kimia banyak bergantung pada cara cara spektrofotometrik atau metode analisis spektrografik. Beberapa cara ini yang sulit dan memakan waktu, kemudian segera digantikan dengan Spektroskopi Serapan Atom (SSA). Metode ini sangat tepat untuk analisis zat pada konsentrasi rendah.


(47)

Tehnik ini mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan metode spektroskopi emisi konvensional.

Pada metode konvensional, emisi tergantung pada sumber eksitasi. Bila eksitasi dilakukan secara termal, maka ia bergantung pada temperatur sumber. Selain itu eksitasi termal tidak selalu spesifik, dan eksitasi secara serentak pada berbagai spesies dalam suatu campuran dapat saja terjadi. Sedangkan dengan nyala, eksitasi unsur unsur dengan tingkat energi eksistasi yang rendah dapat dimungkinkan. Tentu saja perbandingan banyaknya atom yang tereksitasi terhadap atom yang berada pada tingkat dasar harus cukup besar, karena metode serapan atom hanya tergantung pada perbandingan ini dan tidak bergantung pada temperatur. Metode serapan sangatlah spesifik. Logam logam yang membentuk campuran komplek dapat dianalisis dan selain itu tidak selalu diperlukan sumber energi yang besar ( Khopkar, S.M, 1990 ).

2.9.1. Prinsip Dasar Analisa Spektrofotometri Serapan atom

Prinsip penentuan metode ini didasarkan pada penyerapan energi radiasi oleh atom atom netral pada keadaan dasar, dengan panjang gelombang tertentu yang menyebabkan tereksitasinya dalam berbagai tingkatan energi. Keaadaan eksitasi ini tidak stabil dan kembali ke tingkat dasar dengan melepaskan sebagian atau seluruh energi ekstasinya dalam bentuk radiasi. Sumber radiasi tersebut dikenal sebagai

lampu katoda berongga (hallow lamp). Proses proses yang terjadi dari saat


(48)

Interaksi atom atom dengan berbagai bentuk energi dan pengukuran intensitas frikwensi radiasi oleh pencatat. Unsur yang diperiksa harus dalam keadaan atom tidak tereksitasi, proses untuk menghasilkan atom tersebut disebut atomisasi (Khopkar, S.M, !990).

2.9.2 Pektrofotometri Serapan Atom Graphite Furnace

Mesin AAS model ini sangat sensitif untuk mendeteksi logam dalam konsentrasi yang sangat kecil dalam sampel (ppm). Biasanya larutan yang diperlukan hanya 1-100 ml dan dengan teperatur pembakaran dapat mencapai 3000 ºC (pembakaran secara elektrik) Proses atomisasi dengan temperatur yang tinggi tersebut dapat menyempurnakan proses pengatoman dari suatu larutan sampel. Logam yang dapat dideteksi dengan mesin ini ialah Cd, Cu, Co, Zn, Pb, Mn dan sebagainya yang jumlahnya relatif lebih sedikit dalam jaringan biologik.

Sistem kerja dari mesin ini melalui tiga tahap, yaitu pengeringan, pengabuan dan pembakaran dari cairan sampel,yang masing masing dengan temperatur 500, 700, dan 3000 ºC. Tetapi temperatur dari tiga proses tahapan tersebut berjalan secara elektrik dan otomatik yang dikontrol dengan komputer (darmono,1995).

2.9.3 Sumber Sinar

Telah diketahui bahwa untuk pengukuran absorbans atau serapan atom diperlukan sumber sinar yang memberikan spektrum pancaran yang terdiri dari puncak puncak atau garis garis pancaran yang sempit.


(49)

Hal ini perlu oleh karena spektrum serapan atom didalam nyala juga terdiri dari puncak puncak serapan dengan lebar pita yang sempit, kira kira 0,02 – 0,05 ºA.

Lebar pita panjang gelombang sinar dari sumber yang akan diserap harus lebih sempit dari pada lebar pita serapan. Sumber sinar yang memenuhi persyaratan tersebut dan

lazim digunakan dalam alat SSA adalah Lampu Katoda Berongga, Hallow Cathode

Tubes (Khopkar, S.M, 1990).

2.9.4. Lampu Katoda Berongga (Hallow Cathode Tubes)

Lampu katoda berongga itu terdiri dari tabung kaca tertutup yang mengandung suatu katoda dan suatu anoda. Katoda tersebut berbentuk selinder berongga yang terbuat dari atau permukaannya dilapisi dengan unsur yang sama dengan unsur yang akan dianalisa. Tabung lampu itu dengan gas mulia neon atau argon, intesitas pancaran lampu yang lebih tinggi.

Sumber cahaya

Nyala Monikroma

tor Detektor Penguat arus Pencatat


(50)

2.9.5. Nyala

Bagian yang terpenting dari suatu nyala adalah alas nyala (base), kerucut dalam

(inner cone), daerah reaksi (reaction zone) dan lapisan luar (outer mantle).

a. Alas nyala. Larutkan cuplikan masuk kedalam nyala melalui alas nyala,

berupa tetesan tetesan yang sangat halus. Pada alas nyala ini sudah mulai terjadi penguapan air dari tetesan tetesan tersebut. Jadi sebagian dari larutan

cuplikan akan memasuki bagian nyala yang disebut kerucut dalam (inner

cone) sebagai butir butir halus yang padat.

b. Kerucut Dalam. Bagian nyala ini terjadi penguapan pelarut (desolvasi) lebih lanjut dan penguraian cuplikan menjadi atom atom (atomisasi). Dan bagian ini pula terjadi proses penyerapan sinar oleh atom atom dan proses eksitasi.

c. Daerah reaksi. Sesudah melalui daerah kerucut dalam, maka atom atom akan

memasuki bagian nyala yang disebut derah reaksi (reaction zone).Didalam

daerah reaksi ini, atom atom tersebut bereaksi dengan oksigen menjadi oksida oksida.

d. Lapisan Luar (Outer Mantle) Oksida yang terjadi dalam daerah reaksi itu

kemudian akan memasuki lapisan luar nyala dan seterusnya keluar meninggalkan nyala.

2.9.6. Monokromator

Tujuan monokromator adalah untuk memilih garis pancaran tertentu dan memencilkannya dari garis garis lain dan kadang kadang dari pancaran pita molekul.


(51)

Dalam spektroskop absorpsi atom fungsi monokromator adalah untuk memencilkan garis resonansi dari semua garis yang tidak diserap yang dipancarkan oleh sumber radiasi. Dalam kebanyakan instrumen komersial digunakan kisi difraksi karena sebaran yang dilakukan oleh kisi lebih seragam daripada yang dilakukan oleh prisma dan akibatnya instrumen kisi dapat memelihara daya pisah yang lebih tinggi sepanjang jangka panjang gelombang yang lebih lebar (Vogel, A.I, 1961)

2.9.7. Detektor

Dalam spektrofotometer absorbsi atom, mengigat kepekaan spektral yang lebih baik yang diperlukan, digunakan pengganda foton. Keluaran dari detektor diumpankan ke suatu sistem peragaan yang sesuai, dan dalam hubungan ini hendaknya diingat bahwa radiasi yang diterima oleh detektor berasal tidak hanya dari garis resonansi yang telah diseleksi tetapi dapat juga timbul dari emisi dalam nyala. Emisi ini dapat disebabkan oleh emisi atom yang timbul dari atom atom yang sedang diselidiki dan dapat juga dari emisi pita molekul. Jadi sebagai ganti intensitas isyarat dengan intensitas I , detektor dapat menerima isyarat dengan intensitas ( I + S ) dengan S ialah intesitas radiasi yang dipancarkan. Karena yang diperlukan pengukuran yang timbul dari garis resonansi itu, dan penganda detektor itu kemudian distel pada frekuensi ini, dengan cara ini, isyarat isyarat yang timbul dari nyala, pada hakekatnya berkarakter arus searah, secara efektif disingkat (Vogel, A.I, 1961).


(52)

2.9.8. Sistem Pencatat

Sistem pencatat yang digunakan pada instrumen SSA berfungsi untuk mengubah sinyal yang diterima melalui bentuk digital, berarti sistem pencatat mencegah atau mengurangi kesalahan dalam pembacaan skala dan sebagainya, serta menyeragamkan tampilnya data (yaitu dalam satuan absorbansi). Sistem pencatat untuk instrumen SSA sekarang ini dilengkapi dengan suatu mikroprosesor (komputer) sehingga memungkinkan pembacaan langsung konsentrasi dari pada analitik didalam sampel yang dianalisis (Haswell, S.J, 1991).


(53)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Alat dan Bahan

Proses pembuatan pulp dari serat kantong semen bekas dengan pulp batang kelapa sawit dan kertas campuran seperti berikut ini.

3.1.1. Alat

Alat – alat yang digunakan pada pembuatan sampel kertas campuran adalah sebagai berikut:

1. Ember bekas kaleng cat kapasitas 30 liter tempat memasak batang kelapa sawit Sampai suhu 100ºC.

2. Ketel untuk tempat memasak batang kelapa sawit diatas suhu 100ºC. 3. Tungku / kompor untuk memasak batang kelapa sawit.

4. Kawat kasa ukuran 30cm x 15cm untuk meniriskan air dan mengeringkan pulp. 5. Blender untuk menghaluskan pulp agar lebih merata.

6. Neraca analitik untuk mengukur sampel.

7. Wadah wadah plastik ; gayung, saringan, ember dan lain lain 3.1.2. Bahan

Bahan - bahan yang digunakan dalam pembuatan sampel adalah ;


(54)

2. NaOH 1,5 % dan NaOH 3 %.

3. Kaporit untuk mencuci dan memutihkan pulp dengan air.

3.2. Pembuatan Pulp Batang Kelapa Sawit

Pembuatan pulp batang kelapa sawit sebagai berikut :

1. Persiapan pemasakan pulp, yaitu pulp batang kelapa sawit diambil dari lahan pertanian (masa Replanting). Penjemuran dibawah sinar matahari sampai batang kelapa sawit benar benar kering udara.

2. Batang kelapa sawit 1380 gram yang sudah kering dimasukkan kedalam ember

pemasak pertama yang berisi air 25 liter dan soda api NaOH 1,5 % dan dimasak diatas tungku perapian sampai suhu 100 ºC selama 2 jam.

3. Bahan pulp yang telah dimasak kemudian didinginkan selama 1 hari.

4. Pencucian serat batang sawit untuk membuang lindi hitam yang terpisah dari serat. Setelah dicuci bersih dengan air lalu disaring.

5. Serat kasar hasil pemasakan pertama dimasak kembali dalam ketel dengan

menggunakan NaOH 3% sampai suhu 140 ºC dan ditahan pada tekanan 4,2 atm selama 4 jam.

6. Serat yang telah berubah menjadi pulp dicuci dan direndam dengan larutan

kaporit untuk memutihkan warnanya lalu dicuci kembali dan dijemur diatas kawat kasa agar air tiris.


(55)

Diagram alir pembuatan pulp batang kelapa sawit.

Dikeringkan Batang kelapa sawit

dicincang

Pemasakan I Pada suhu ± 100 ºC Batang kelapa sawit

+NaOH 1,5%

Serat kasar batang kelapa

sawit

Pencucian serat batang

kelapa sawit

Pemasakan II Pada suhu ± 140 ºC ( P = 4-5 atm )

Serat batang kelapa sawit (Lebih halus) +NaOH 3%

Air kaporit Pencucian Pemucatan (Bleaching) Pencucian serat batang kelapa sawit

Penyaringan (200 Mesh) Penghalusan (Blender)

Dikeringkan

Pulp batang kelapa sawit kering


(56)

3.3. Pembuatan Pulp Kantong Semen Bekas

Kertas kantong semen bekas yang sudah dibersihkan dari sisa sisa kotoran semen dan zat pengisi serat kertas semen dengan melakukan perendaman 2 x 24 jam untuk

proses pembuburan kembali (refiner). Selanjutnya dibelender untuk mendapatkan

serat yang lebih lemas dan kembali menjadi pulp lalu dijemur diatas kawat kasa agar air tiris.

Diagram alir proses pembuatan pulp kantong bekas semen

Kantong semen bekas dibersihkan

Kantong semen bekas Direndam 2 x 24 jam

Diblender

Pulp kantong semen bekas

Penyaringan (200 Mesh)

Dikeringkan

Pulp kantong semen bekas kering


(57)

3.4. Pembuatan pulp campuran serat batang kelapa sawit dan serat kantong semen bekas

Pulp kering batang kelapa sawit dan pulp kertas semen bekas ditambahkan air untuk larutan stok. Kemudian diaduk ataupun diblender untuk mendapatkan serat yang lebih halus dan homogen. Setelah itu ditambahkan air untuk mengencerkan larutan stok, supaya tidak menggumpal. Selanjutnya larutan stok dituangkan keatas cetakan dengan menggunakan kasa plastik. Air akan keluar dan pulp akan tertahan diatas plastik. Kemudian pulp dikeringkan dibawah sinar matahari sekitar 2 hari, lalu kertas yang masih lembab tetapi sudah mempunyai ketetapan yang baik digiling / roll, sehingga rongga rongga yang ditinggalkan oleh air akan menjadi padat. Setelah kertas mengalami kering udara kertas kembali digiling sehingga terlihat licin dan mengkilat. Pembuatan kertas campuran Batang kelapa sawit-kantong bekas semen teiah selesai dan siap untuk diuji .


(58)

Diagram alir pembuatan kertas campuran batang sawit dan kantong semen

Pulp Kantong semen bekas Pulp Batang

kelapa sawit Air secukupnya

Dicetak Diaduk (Blender) Pulp campuran (larutan stok) Dikeringkan (Udara) S E M

Digiling (Rol) Uji Tebal Uji Gra matur Menentukan rapat massa Uji SSA Uji Sobek Uji tarik Lembaran kertas campuran Analisis Data Kesimpulan Data


(59)

3.5. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian dalam poenelitian ini adalah :

1. Untuk komposisi 0 % serat kantong semen bekas dan 100 % serat batang kelapa sawit maka akan dilakukan pengujia fisik berupa : Tebal rata rata (mm), gramatur

(gr/m2), rapat massa (kg/m ), kekuatan tarik ( N/ m ), kekuatan sobek (N)

analisa permukaan pulp batang kelapa sawit (SEM).

3 2

2. Untuk komposisi 10 % serat kantong semen bekas dan 90 % serat batang kelapa sawit maka akan dilakukan pengujia fisik berupa : Tebal rata rata (mm), gramatur (gr/m2), rapat massa (kg/m3), kekuatan tarik ( N/ m ), kekuatan sobek (N). 2 3. Untuk komposisi 20 % serat kantong semen bekas dan 80 % serat batang kelapa

sawit maka akan dilakukan pengujia fisik berupa : Tebal rata rata (mm), gramatur (gr/m2), rapat massa (kg/m3), kekuatan tarik ( N/ m ), kekuatan sobek (N). 2

4. Untuk komposisi 30 % serat kantong semen bekas dan 70 % serat batang kelapa sawit maka akan dilakukan pengujia fisik berupa : Tebal rata rata (mm), gramatur (gr/m2), rapat massa (kg/m3), kekuatan tarik ( N/ m ), kekuatan sobek (N). 2

5. Untuk komposisi 40 % serat kantong semen bekas dan 60 % serat batang kelapa sawit maka akan dilakukan pengujia fisik berupa : Tebal rata rata (mm), gramatur (gr/m2), rapat massa (kg/m3), kekuatan tarik ( N/ m ), kekuatan sobek (N). 2 6. Untuk komposisi 50 % serat kantong semen bekas dan 50 % serat batang kelapa

sawit maka akan dilakukan pengujia fisik berupa : Tebal rata rata (mm), gramatur (gr/m2), rapat massa (kg/m3), kekuatan tarik ( N/ m ), kekuatan sobek (N). 2


(60)

Analisa permukaan kantong semen bekas dan pulp batang kelapa sawit (SEM) dan uji analisa serapan atom (ppm).

7. Untuk komposisi 60 % serat kantong semen bekas dan 40 % serat batang kelapa sawit maka akan dilakukan pengujia fisik berupa : Tebal rata rata (mm), gramatur (gr/m2), rapat massa (kg/m3), kekuatan tarik ( N/ m ), kekuatan sobek (N). 2 8. Untuk komposisi 70 % serat kantong semen bekas dan 30 % serat batang kelapa

sawit maka akan dilakukan pengujia fisik berupa : Tebal rata rata (mm), gramatur (gr/m2), rapat massa (kg/m3), kekuatan tarik ( N/ m ), kekuatan sobek (N). 2 9. Untuk komposisi 80 % serat kantong semen bekas dan 20 % serat batang kelapa

sawit maka akan dilakukan pengujia fisik berupa : Tebal rata rata (mm), gramatur (gr/m2), rapat massa (kg/m3), kekuatan tarik ( N/ m ), kekuatan sobek (N). 2

10. Untuk komposisi 90 % serat kantong semen bekas dan 10 % serat batang kelapa sawit maka akan dilakukan pengujia fisik berupa : Tebal rata rata (mm), gramatur (gr/m2), rapat massa (kg/m3), kekuatan tarik ( N/ m ), kekuatan sobek (N). 2

11. Untuk komposisi 100 % serat kantong semen bekas dan 0 % serat batang kelapa sawit maka akan dilakukan pengujia fisik berupa : Tebal rata rata (mm), gramatur (gr/m2), rapat massa (kg/m ), kekuatan tarik ( N/ m ), kekuatan sobek (N) dan Analisa permukaan pulp kantong semen bekas (SEM)


(61)

3.6. Pengujian Sampel Penelitian

Dalam penelitian ini, sifat sifat kertas yang akan diteliti adalah :

3.6.1. Tebal kertas ( SNI 14 – 4977 – 1999 )

Tebal kertas adalah jarak tegak lurus antara kedua permukaan kertas, diukur pada kondisi standard. Peralatan yang digunakan dalam pengukuran tebal kertas adalah sebagai berikut :

1. Mikro meter terdiri dari Kaki penekan dan landasan berbentuk ligkaran dengan luas permukaan kontak 10 cm ± 0,2 cm . Kaki penekan dapat digerakkan secara tegak lurus terhadap landasan dengan tekanan tetap 20 kPa ± 0,5 kPa.

2 2

2. Alat penunjuk nilai tebal dengan ketelitian sampai dengan 0,01 mm. 3. Alat pemotong contoh.

4. Mistar ukur.

Untuk menjamin ketelitian hasil uji yang diperoleh maka contoh lebih dahulu

disimpan dalam ruangan sesuai dengan SNI 14 – 0402 – 1989, kodisi ruang

pengujian untk lembaran Pulp, kertas dan karton selama 24 jam. Prosedur

pengukuran tebal kertas adalah sebagai berikut 1. Pastikan alat penunjuk nilai tebal pada posisi nol.


(62)

2. Tempatkan contoh uji dengan luas 500 cm2 (200 mm x 250 mm) secara horizontal diantara kaki penekan dan landasan. Pengukuran dilakukan pada daerah minimal 50 mm dari tepi contoh uji.

3. Turunkan kaki penekan perlahan lahan (2-3 mm/detik) sampai menyentuh permukaan contoh uji.

4. Baca dan catat nilai tebal contoh uji pada skala mikrometer.

5. Naikka kaki penekan dan lakukan pengukuran tebal untuk contoh uji yang sama pada daerah pengukuran lainnya.

3.6.2. Gramatur atau berat dasar kertas ( SNI 14 – 0439 – 1989 )

Gramatur adalah massa lembaran kertas dalam gram dibagi dengan satuan luasnya dalam meter persegi, diukur pada kondisi standar. Cara pengambilan sampel Sampel dipersiapkan sesuai dengan SNI 14 – 1764 – 1990 mengenai cara

pengambilan contoh kertas dan karton. Untuk menjamin ketelitian hasil uji yang

diperoleh maka contoh lebih dahulu disimpan dalam ruangan sesuai dengan SNI 14 – 0402 – 1989, kondisi ruang pengujian untuk lembaran pulp, kertas dan karton selama

24 jam.

Pralatan yang dipergunakan dalam menghitung gramatur kertas campuran adalah sebagai berikut


(63)

2. Plat logam berbentuk persegi panjang atau bujur sangkar dengan ukuran tertentu.

3. Pisau atau gunting.

Gambar 3.4. Neraca Analitik

Prosedur percobaan untuk menghitung gramatur kertas campuran adalah sebagai berikut :

1. Potong sampel dengan ukuran 10 cm x 10 cm. 2. Mengukur luas potongan sampel

3. Menimbang massa potongan sampel.


(64)

Perhitungan gramatur kertas campuran digunakan rumus sebagai berikut :

G =

a A

... (3)

Keterangan : G = Gramatur lembaran (gr/ m ) 2 A = Massa lembaran yang diuji (gram) a = Luas lembaran yang di uji (m ) 2

3.6.3. Rapat massa kertas atau density ( SNI 14 – 0702 – 1989 )

Rapat massa atau densitas adalah besaran yang menyatakan perbandingan antara massa kertas dibagi dengan volume kertas, diukur pada kondisi standard. Peralatan yang dipergunakan dalam menentukan rapat massa kertas adalah sebagai berikut :

1. Neraca analitik dengan kepekaan 0,25 %. 2. Pisau atau gunting.

3. Mikrometer.

Prosedur percobaan untuk menghitung rapat massa kertas campuran adalah sebagai berikut :

1. Potong sampel dengan ukuran 10 cm x 10 cm.

2. Catat luas dan tebal kertas yang akan ditimbang (Volume kertas) 3. Timbang dan catat hasilnya


(65)

Perhitungan rapat massa atau density kertas dapat dihitung dengan menggunakan :

Rapat Massa =

) (

) (

3

m as VolumeKert

gr s MassaKerta

... (4)

3.6.4. Ketahanan tarik kertas ( SNI 14 – 4737 – 1998 )

Ketahanan tarik adalah daya tahan lembaran kertas atau karton terhadap gaya tarik yang bekerja pada kedua ujung kertas tersebut diukur pada kondisi standard. Daya regangan adalah regangan maksimum yang dapat dicapai oleh jalur kertas tersebut diukur pada kondisi standard.

Panjang putus adalah jalur kertas atau karton dengan lebar yang sama yang beratnya dapat memutuskan jalur tersebut apabila digantung satu ujungnya. Indek tarik adalah ketahanan tarik dibagi dengan gramatur kertas tersebut.

Peralatan yang dipergunakan dalam mengukur kekuatan tarik kertas campuran adalah sebagai berikut

1. Dua buah alat penjepit untuk ujung ujungnya.

2. Bandulan kertas

3. Skala pembaca untuk ketahanan tarik


(66)

Gambar . 3.5. Alat Uji Tarik

Prosedur alat distel sedemikian rupa sehingga posisi diam, jarak antara kedua klem 180 mm, hindarkan sentuhan pada jalur yang ada diantara dua penjepit. Pasang ujung jalur pada bagian atas kemudian satunya lagi pasang pada bagian bawah. Keraskan pada penjepit kedua ujung jalur dan dijaga agar jalur tersebut dipasang merata da melintir. Longgarkan pengatur untuk menentukan daya regang. Jalankan motor untuk mengayunkan bandul, ayunan akan berhenti padasaat jalur kertas putus. Catat penunjukan skala ketahanan tarik dan daya regang.

Ketahanan tarik dapat dinyatakan sebagai panjang putus dengan mempergunakan perhitungan :

j =

A F


(67)

Ketahanan tarik ( N/m2) =

) (

) (

2

m Luas

N Gayabeban

3.6.5. Ketahanan Sobek Kertas ( SNI 14 – 0436 – 1989 )

Ketahanan sobek adalah gaya dalam (gr) atau (millinewton) yang diperlukan untuk menyobekan kertas pada keadaan standard. Faktor sobek adalah desimeter persegi lembaran kertas yang beratnya dapat menyobekkan kertas tersebut. Faktor sobek dapat dihitung dari ketahanan sobek dalam gram gaya dibagi dengan gramatur dikalikan seratus. Indek sobek adalah ketahanan sobek kertas dalam millinewton dibagi degan gramatur kertas.

Prosedur yang diperlukan dalam mengukur ketahanan sobek kertas campuran adalah sebagai berikut :

1. Siapkan sektor bandulan pada kedudukan awal dan jarum petunjuk pada titik nol.

2. Pasang beberapa alat penjepit dengan posisi vertikal searah lebar contoh uji 3. Lakukan penyobekan awal dengan memperguanan pisau yang tersedia pada

pada alat tersebut, hingga jarak yang tersisa 43,0 mm.

4. Tahan bandul setelah sobekan menyeluruh dan kembalikan pada kedudukan awal pada kedudukan jarum penunjuk.


(68)

5. Hasil pengujian dicatat sesuai dengan angka pada skala yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk. Dari hasil ini dapat diperkirakan contoh uji yang dipasang pada pengujian sebenarnya. Apabila satu lembaran sudah dapat menghasilkan angka ketahanan sobek lebih dari 60, bandulan perlu dipasang beban.

Gambar 3.6 Alat Uji Sobek

Perhitungan yang dipergunakan dalam mengukur ketahanan sobek kertas campuran adalah sebagai berikut :

Ketahanan sobek rata rata =

B xA

4

Dimana : A = Pembacaan skala rata rata (mN)


(69)

3.6.6. SEM ( Scanning Elektron Microscope)

Analisa struktur miko dari suatu bahan dapat dilakukan dengan menggunakan SEM. Prosedur preparasi sampel dan pemotretannya adalah sebagai berikut :

1. Sampel akan dianalisa dengan SEM harus dipoles dengan diamond paste

mulai dari ukuran yang paling kasar hingga 0,25 um, dimana permukaannya menjadi halus dan rata.

2. Pembersihan permukaanya dari lemak dan pengotor lainnya dengan

menggunakan ultrasonic cleaner selama 2 menit dan menggunakan bahan

alkohol

3. Pelapisan permukaan sampel dengan bahan emas dan selanjutnya di foto bagian bagian yang diinginkan dengan permukaan tertentu.

3.6.7. Analisa Spektrofotometri Serapan Atom

Analisis logam dilakukan baik untuk secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Sistem kualitatif dilakukan jika hanya ingin mengetahui jenis logam yang ada tetapi tidak jumlahnya.


(70)

Sedangkan sistem kuantitatif dilakukan untuk mengetahui secara detail berapa ppm logam tersebut. Destruksi merupakan suatu cara perlakuan pemecahan senyawa menjadi unsur unsurnya sehingga dapat dianalisa, dengan kata lain perombakan bentuk organik dari logam menjadi bentuk logam logam anorganik.


(71)

Prosedur yang dipergunakan dalam menganalisa kandungan logam dalam kertas campuran adalah sampel dipreparasi dengan cara :

1. Memotong sampel sampai kecil kecil 2. Menimbang ± 2 gram

3. Mengabukan sampel dalam tanur (Furnance) pada suhu 550 ºC

4. Mendinginkan sampel dan kemudian menambahkan beberapa tetes air suling (aquades)

5. Menambahkan 5 ml asam sulfat nitrat (HNO3) paket PA (Pro Analysis). 6. Menguap diatas penagas api (water bad) selama ±2 jam

7. Mengeringkan sampel dan membakar di furnise sampai suhu 550 ºC.

8. Kemudian sampel didinginkan dan menambahkan 2 ml HNO3 pekat PA dan

menambahkan air suling panas.

9. Memasukkan larutan dalam labu ukur 100 ml kemudian mendinginkan 10. Melakukan pembacaan pada AAS.

Perhitungan yang diperlukan dalam menganalisa kandungan logam dalam kertas

Campuran adalah = 100%

2gr x

AS PembacaanA

. ... (6)

Hasil perhitungan langsung terbaca pada hasil yang tercatat pada komputer pencatat dan hasilnya


(72)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Berdasarkan dari data hasil penelitian tentang pembuatan kertas campuran kantong semen bekas dan batang kelapa sawit yang telah dilaksanakan dapat dilihat berikut ini.

4.1.1. Rendemen kertas

a. Untuk basis 1380 gram batang sawit setelah pemasakan pertama (kering

udara) dengan menggunakan larutan NaOH 1,5 % diperoleh serat sawit 1076,4 gram. Rendemen pemasakan batang kelapa sawit menjadi serat kasar sawit adalah 78 % . Lama waktu pemasakan 2 jam, untuk 1076,4 gram serat kasar sawit kering udara, setelah pemasakan ke dua dengan menggunakan larutan NaOH % diperoleh Pulp sawit sebesar 793,4 gram. Rendemen pemaskan serat kasar sawit menjadi pulp batang sawit adalah 73,71 %. Kesimpulan setiap pemasakan bahan baku 1380 gram batang kelapa sawit (kering udara), maka akan diperoleh 793,4 gram pulp batang kelapa sawit (kering udara). Lama waktu pemasakan 4 jam.

Atau rendemen total dari bahan baku sampai dengan bahan pulp adalah 73,71%


(73)

b. Rendemen kertas semen sesuai SII 0534-81

Pulp campuran antara pulp batang kelapa sawit dan pulp kantong semen bekas yang disebut larutan stok diaduk kembali dengan blender, kemudian dicetak dan dikeringkan diudara serta di roll akan diperoleh lembaran kertas campuran.

4.1.2. Ketebalan Kertas

Hasil pengukuran tebal rata rata kertas campuran serat kantong demen bekas dan serat batang kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 4.1. dibawah ini

Tabel : 4.1. Hasil pengukuran tebal rata rata kertas campuran serat kantong semen bekas dan serat batang kelapa sawit

Berat kering (%) No

Serat kantong Serat batang

semen bekas kelapa sawit

Tebal kertas rata rata

(mm)

1. 0 100 0,16

2. 10 90 0,17

3. 20 80 0,18

4. 30 70 0,19

5. 40 60 0,18

6. 50 50 0,19

7 60 40 0,22

8. 70 30 0,20

9. 80 20 0,23


(74)

Dari data pengukuran tebal kertas rata rata yang ditunjukkan dalam data Tabel 4.1. diperoleh tebal rata rata terbesar adalah komposisi 100% serat kantong semen dan 0 % serat batang sawit. Untuk tebal kertas rata rata terkecil adalah untuk komposisi 0% serat kantong semen dan 100% serat batang sawit.

Dari hasil perhitungan uji tebal kertas campuran dapat dibuat hubungan antara campuran serat kantong semen dan serat batang kelapa sawit versus tebal rata rata seperti yang ditunjukkan Grafik 4.1 berikut ini:

0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3

Tebal kertas rata-rata (mm)

0 2 4 6 8 10 12

0 Komposisi Serat Kantong Semen Bekas (%) 100 100 Komposisi Serat Batang Kelapa Sawit (%) 0

Grafik 4.1. Komposisi campuran serat kantong semen dan serat batang kelapa sawit dengan tebal kertas rata-rata


(75)

Dari Grafik 4.1. di atas tebal kertas yang paling baik adalah pada campuran 60% serat kantong semen bekas dan 40% serat batang kelapa sawit adalah 0,22 mm dan pada campuran 70% serat kantong semen bekas dan 30% serat batang kelapa sawit besarnya 0,20mm

Tebal komposisi 100% serat kantong semen lebih besar dibanding yang lain dan semakin banyak campuran serat kantong semen cenderung tebal kertas campuran bertambah. Kemungkinan ini diakibatkan ketika proses penyaringan serat kantong semen yang berasal dari kayu (wood) mempunyai serat lebih panjang dan diameter seratnya lebih besar tertahan lebih banyak diatas cetakan kasa. Sedangkan serat batang sawit lebih kecil dari serat kantong semen sehingga ketika disaring di atas cetakan serat batang sawit banyak yang terlewatkan sehingga mempengaruhi tebal yang menurun.

Dari Grafik 4.1 diatas diperoleh hubungan campuran serat kantong semen dan serat batang kelapa sawit kurang versus tebal rata rata tidak terdistribusi merata, ini di sebabkan campuran pulp kantong semen dan pulp serat batang kelapa sawit kurang merata secara total.


(76)

4.1.3. Gramatur kertas

Hasil perhitungan gramatur rata kertas kertas campuran kantong semen bekas dan batang kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 4.2 di bawah ini:

Tabel 4.2 . Hasil penghitungan gramatur kertas campuran serat kantong semen bekas dan serat batang sawit

Berat kering (%) NO

Serat kantong Serat batang semen bekas kelapa sawit

Gramatur rata rata (gr/m2)

1 0 100 121,25 2 10 90 115,25 3 20 80 106,50 4 30 70 123,75 5 40 60 110,75 6 50 50 121,50 7 60 40 103,00 8 70 30 114,75 9 80 20 93,25 10 90 10 113,00 11 100 0 103,63

Dari Tabel 4.2 diatas diperoleh bahwa pada komposisi 30% serat kantong semen bekas dan 70% serat batang kelapa sawit memiliki gramatur paling besar. Sedangkan pada komposisi 80% serat kantong semen bekas dan 20% serat batang kelapa sawit memiliki gramatur paling kecil.


(77)

Dari hasil perhitungan uji gramatur kertas campuran dapat dibuat hubungan antara Campuran serat kantong semen bekas dan serat batang kelapa sawit versus gramatur seperti yang ditunjukkan pada Grafik 4.2. berikut ini. Hasil penghitungan gramatur kertas campuran serat kantong semen bekas dan serat batang kelapa sawit.

0 20 40 60 80 100 120 140

Gramatur rata-rata (gr/m2)

00 Komposisi Serat Kantong Semen Bekas (%) 100 2 4 6 8 10 12

100 Komposisi Serat Batang Kelapa Sawit (%) 0

Grafik 4.2. Gramatur rata rata versus komposisi campuran serat kantong semen dan serat batang kelapa sawit

Dari Grafik 4.2. diatas gramatur yang paling baik adalah pada campuran 30% serat kantong semen dan 70% serat batang kelapa sawit yang besarnya adalah 123,75 gr/m juga pada 50% serat kantong semen bekas dan 50% serat batang kelapa sawit yang besarnya 121,50 gr/m2

2


(1)

Lampiran 7.Hasil Uji SSA Pb

Analysis

Filename C:\Program Files\GBC Avanta Ver 1.33\Analisis1.anl

Element Pb

Date Fri Ju l04 10:21:21 2008

Full Calibration

Calibration Mode Conc Least Squares Max error :0.045 R : 0.999 2

Sample Conc %RSD Mean Replictes

Label ( g/ml) Abs

---

Cal Blank --- HIGH 0,0030 0,0023 0,0021 0,0047

Standart 1 0,5000 15,19 0,0121 0,0101 0,0137 0,0125

Standart 2 1,0000 8,08 0,0223 0,0233 0,0233 0,0202

Standart 3 1,5000 4,05 0,0315 0,0328 0,0313 0,0303

Standart 4 2,0000 5,39 0,0412 0,0387 0,0430 0,0418 Standart 5 2,5000 4,66 0,0480 0,0487 0,0499 0,0455 ,0528

A

b

s

o

r

b

a

n

c

e

0,000 0,00 2,75 Concentration of Cu

(

( g/ml)

Sample Conc %RSD Mean Replictes

Label ( g/ml) Abs

---

Sample Blank --- HIGH 0,0047 0,0059 0,0053 0,0029 F1 (Semen- Sawit) 539,8123 7,72 0,0241 0,0229 0,0263 0,0232


(2)

Lampiran 8. Hasil Uji SSA Cu

Analysis

Filename C:\Program Files\GBC Avanta Ver 1.33\Analisis1.anl

Element Cu

Date Fri Jul 04 09:44:24 2008

ull Calibration

Calibration Mode Conc Least Squares Max error :0.014 R : 1.000 2

Sample Conc %RSD Mean Replictes

Label ( g/ml) Abs

---

Cal Blank --- HIGH 0,0006 0,0008 0,0004 0,0007

Standart 1 0,2500 3,27 0,0229 0,0228 0,0222 0,0237

Standart 2 0,5000 2,65 0,0454 0,0453 0,0442 0,0466

Standart 3 0,7500 0,09 0,0673 0,0673 0,0672 0,0673

Standart 4 1,0000 1,16 0,0913 0,0920 0,0901 0,0918

Standart 5 1,2500 1,94 0,1113 0,1132 0,1117 0,1090

0,122 A b s o r b a n c e

0,000 0,00 1,38 Concentration of Cu (( g/ml)

Sample Conc %RSD Mean Replictes

Label ( g/ml) Abs

---

Sample Blank --- HIGH 0,0016 0,0025 0,0014 0,0009 F1 (Semen- Sawit) 124,0021 2,70 0,0227 0,0220 0,0228 0,0232 Fii (Semen- Sawit) 122,9544 1,12 0,0225 0,0225 0,0227 0,0222


(3)

Lampiran 9. Hasil Uji SSA Zn

Analysis

Filename C:\Program Files\GBC Avanta Ver 1.33\Analisis1.anl

Element ZN

Date Fri Jul 04 09:31:36 2008

Full Calibration

Calibration Mode Conc Least Squares Max error :0.016 R : 0.999 2

Sample Conc %RSD Mean Replictes

Label ( g/ml) Abs

---

Cal Blank --- HIGH 0,0006 0,0001 0,0014 0,0003

Standart 1 0,2000 0,72 0,0477 0,0480 0,0473 0,0477

Standart 2 0,4000 0,90 0,0881 0,0887 0,0872 0,0883

Standart 3 0,6000 0,85 0,1282 0,1288 0,1270 0,1289

Standart 4 1,8000 0,36 0,1664 0,1663 0,1671 0,1659

Standart 5 1,0000 0,02 0,1948 0,1948 0,1948 0,1949

0,214 A b s o r b s i

0,000 0,00 1,10 Concentration of Zn(( g/ml)

Sample Conc %RSD Mean Replictes

Label ( g/ml) Abs

---

Sample Blank --- HIGH 0,0006 0,0005 0,0008 0,0014 F1 (Semen- Sawit) 109,9711 1,04 0,0516 0,0519 0,0510 0,0519 Fii (Semen- Sawit) 106,0424 0,65 0,0499 0,0497 0,0502 0,0497


(4)

Lampiran 10. Hasil uji Tearing (Uji sobek)

Sampel Tearing (mN) Avg

A2 2081,67 2082,75 2100,66 2088,36

B2 2210,3 2145,6 2281,36 2212,42

C2 2311,98 2322,56 2288,76 2307,77

D2 2033,77 2012,24 2007,67 2017,89

E2 2406,33 2413,55 2398,64 2406,17

F2 2683,64 2589,67 2696,87 2656,73

G2 3844,62 3997,6 3988,19 3943,47

H2 4557,68 4588,97 4621,38 4589,34

I2 4627,78 4698,32 4712,38 4679,49

J2 4971,62 4923,42 4978,23 4957,76

K2 5471,68 5214,76 5512,41 5399,62


(5)

Lampiran 11. PROSES PEMBUATAN PULP BATANG KELAPA SAWIT


(6)

Lampiran 12. Daftar Standar Nasional Indonesia (SNI)

SNI 14-4977-1999 : Cara uji tebal kertas dan karton gelombang SNI 14-0439-1989 : Cara uji gramatur kertas dan karton

SNI 14-0702-1989 : Cara uji kerapatan massa tumpukan serpih kayu

SNI 14-4737-1998 : Cara uji ketahanan tarik lembaran pulp, kertas dan karton SNI 14-0436-1990 : Indentifikasi beberapa spesies serat tanaman bukan kayu dalam Pulp, kertas dan karton

SNI 14-0402-1999 : Kondisi ruang dan pengkondisian lembaran pulp, kertas dan Karton untuk pengujian.