Standar Kompetensi Guru dalam Pengelolaan Pembelajaran dan Standar Pelayanan Minimal

21 d. Standar Guru dan Tenaga Kependidikan Standar Guru dan Tenaga Kependidikan adalah kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan. Peraturan Pemerintah 19 Tahun 2005 Pasal 1, ayat 7. Guru adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Sedangkan, tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan, dan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan. e. Standar Sarana dan Prasarana Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimum tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Standar sarana dan prasarana mencakup: 1 pengadaan satuan pendidikan, 2 kelengkapan prasarana yang terdiri dari lahan, bangunan gedung, ruang-ruang, dan instalasi daya dan jasa yang wajib dimiliki oleh setiap satuan pendidikan, dan 3 kelengkapan sarana yang terdiri dari perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, teknologi 22 informasi dan komunikasi, serta perlengkapan lain yang wajib dimiliki oleh setiap satuan pendidikan. f. Standar Pengelolaan Sesuai dengan Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 tentan Standar pengelolaan yang merupakan standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupatenkota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan. Standar pengelolaan oleh satuan pendidikan meliputi:1 Perencanaan program sekolahmadrasah; 2 Pelaksanaan rencana kerja sekolah; 3 Monitoring dan evaluasi; 4 Kepemimpinan sekolahmadrasah; dan 5 Sistem informasi manajemen. g. Standar Pembiayaan Menurut Permendiknas Nomor 69 Tahun 2009 tentang Standar Pembiayaan merupakan standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun. Biaya operasi satuan pendidikan adalah bagian dari dana pendidikan yang diperlukan untuk membiayai kegiatan operasi satuan pendidikan agar dapat berlangsungnya kegiatan pendidikan yang sesuai standar nasional pendidikan secara teratur dan berkelanjutan. Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal. h. Standar Penilaian Pendidikan Menurut Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan dibagi menjadi lima bagian, yaitu: 1 penilaian pendidikan pada 23 jenjang pendidikan dasar, menengah, dan pendidikan tinggi; 2 penilaian hasil belajar oleh guru; 3 penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan; 4 penilaian hasil belajar oleh pemerintah; dan 5 kelulusan. Penilaian hasil belajar dilakukan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semster, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan bertujuan menilai pencapaian standar kompetensi lulusan untuk semua mata pelajaran. Penilaian hasil belajar oleh pemerintah bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan teknologi dan dilakukan dalam bentuk ujian nasional. B. Standar Pelayanan Minimal Pengelolaan satuan pendidikan SMP dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolahmadrasah. Standar Pelayanan Minimal SPM dalam bidang pendidikan adalah tolok ukur kinerja pelayanan pendidikan yang diselenggarakan Daerah. Pemerintah Provinsi dan KabupatenKota menyelenggarakan pendidikan berdasarkan pada SPM pendidikan ini. Untuk menindak lanjuti Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Dinas Pendidikan Provinsi Lampung membuat petunjuk pelaksanaan standar pelayanan minimal untuk penyelenggaraan bagi pemerintah kabupatenkota, yaitu: 24 a. Tersedia satuan pendidikan dalam jarak yang terjangkau dengan berjalan kaki yaitu 6 km jalan daratair untuk SMP dari kelompok pemukiman permanen di daerah terpencil; b. Jumlah siswa dalam setiap rombongan belajar untuk SMP tidak melebihi 36 orang. Untuk setiap rombongan belajar tersedia 1 satu ruang kelas yang dilengkapi dengan meja dan kursi yang cukup untuk siswa dan guru, serta papan tulis; c. Setiap SMP tersedia ruang laboratorium IPA yang dilengkapi dengan meja dan kursi yang cukup untuk 36 siswa dan minimal satu set peralatan praktek IPA untuk demonstrasi dan eksperimen siswa. d. Setiap SMP tersedia satu ruang guru yang dilengkapi dengan meja dan kursi untuk setiap orang guru, kepala sekolah dan staf kependidikan lainnya; dan di setiap SMP tersedia ruang kepala sekolah yang terpisah dari ruang guru; e. Setiap SMP tersedia guru dengan kualifikasi akademik S-1 atau D-IV sebanyak 70 dan separuh diantaranya 35 dari keseluruhan guru telah memiliki sertifikat guru, untuk daerah khusus masing-masing sebanyak 40 dan 20; Sedangkan petunjuk pelaksanaan standar pelayanan minimal untuk penyelenggaraan bagi satuan pendidikan, yaitu: a Setiap SMP menyediakan buku teks yang sudah ditetapkan kelayakannya oleh pemerintah mencakup semua mata pelajaran dengan perbandingan satu set untuk setiap peserta didik; b Setiap SMP memiliki 200 judul buku pengayaan dan 20 buku referensi; c Setiap guru tetap bekerja 37,5 jam perminggu di satuan pendidikan, termasuk merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing atau melatih siswa, dan melaksanakan tugas tambahan; d Satuan 25 pendidikan menyelenggarakan Process pembelajaran selama 34 minggu pertahun dengan kegiatan pembelajaran setiap kelas 27 jam perminggu; e Satuan pendidikan menerapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan sesuai ketentuan yang berlaku; f Setiap guru merencanakan rencana pelaksanaan pembelajaran RPP yang disusun berdasarkan silabus untuk setiap mata pelajaran yang diampunya; g Setiap guru mengembangkan dan menerapkan program penilaian untuk membantu meningkatkan kemampuan belajar siswa; h Kepala sekolah melaksanakan supervisi kelas dan memberikan umpan balik kepada guru dua kali dalam setiap semester; i setiap guru menyampaikan laporan hasil evaluasi mata pelajaran serta hasil penilaian setiap siswa kepada kepala sekolah pada akhir semester dalam bentuk laporan hasil prestasi belajar siswa; j Kepala sekolah menyampaikan laporan hasil Ulangan Semester UAS dan Ulangan Kenaikan Kelas UKK serta ujian akhir USUN kepada orang tua siswa dan menyampaikan rekapitulasinya kepada Dinas Pendidikan kabupatenkota pada setiap akhir semester; dan l setiap satuan pendidikan menerapkan prinsip-prinsip Manajemen Berbasis Sekolah MBS. 26

2.1.2 Teori Belajar dan Pembelajaran

A. Teori Belajar Behaviorisme Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini,hal terpenting dalam belajar merupakan masukan yang berupa stimulus dan keluaran yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Karena tidak dapat diamati dan diukur, proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan. Karena stimulus dan respon dapat diamati, maka apa yang diberikan oleh guru stimulus dan apa yang diterima oleh siswa respon harus mampu diamati dan diukur. Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan siswa ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakantindakan. Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati. 27 B. Teori Belajar Kognitivisme Psikologi kognitif merupakan salah satu aliran yang mempunyai pengaruh terhadap praktik belajar yang dilaksanakan di sekolah. Psikologi kognitif telah memberikan kontribusi terhadap penggunaan unsur kognitif atau mental dalam proses belajar. Berbeda dengan pandangan behavioristik yang memandang belajar sebagai kegiatan yang dipengaruhi oleh stimulus dan respon, aliran kognitif memandang kegiatan belajar tidak hanya sekedar melibatkan stimulus dan respon, tetapi lebih dari itu, kegiatan belajar juga melibatkan kegiatan mental yang ada di dalam diri individu sedang belajar. Oleh karena itu, menurut aliran kognitif, belajar adalah sebuah Process mental yang aktif untuk mencapai, mengingat, dan menggunakan pengetahuan. Sehingga perilaku yang tampak pada manusia tidak dapat diukur dan diamati tanpa melibatkan proses mental seperti motivasi , kesengajaan, keyakinan, dan lain sebagainya Baharuddin Wahyuni, 2007: 88. Menurut perspektif psikologi kognitif, belajar pada dasarnya adalah peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral meskipun hal-hal yang bersifat behavioral tampak lebih nyata dalam hampir setiap peristiwa belajar siswa. Pandangan kognitivisme ini membawa kepada sebuah pemahaman bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan, yakni belajar. Bahkan, perkembangan kognitif anak bergantung pada seberapa jauh mereka berinteraksi dengan lingkungannya. Selain itu, proses pembelajaran juga sangat berkaitan erat dengan pembentukan dan penggunaan kemampuan berpikir. Siswa akan lebih mudah mencerna konsep dan ilmu pengetahuan apabila di dalam dirinya sudah ada struktur dan strata intelektual, sehingga ketika ia berhadapan dengan bahan atau materi pembelajaran, ia mudah menempatkan, merangkai dan menyusun alur logis, dan menguraikannya. Psikologi kognitif muncul dipengaruhi oleh psikologi gestalt, karena merasa belum puas dengan penemuan-penemuan para ahli sebelumnya yang menyatakan bahwa belajar sebagai proses stimulus dan respons serta manusia bersifat mekanistik. Penelitian-penelitian yang dilakukan oleh para tokoh gestalt lebih menekankan pada persepsi. Menurut mereka, manusia bukanlah sekedar makhluk yang hanya bisa bereaksi jika ada stimulus yang mempengaruhinya. Tetapi lebih dari itu, manusia adalah makhluk individu 28 yang utuh antara rohani dan jasmaninya. Pada saat manusia bereaksi dengan lingkungannya, manusia tidak sekedar merespons, tetapi juga melibatkan unsur subyektivitasnya yang antara masing-masing individu dapat berlainan Baharuddin Wahyuni, 2007: 88. Menurut teori gestalt, belajar adalah proses mengembangkan insight wawasan, pengertianpengetahuan. Insight ini adalah pemahaman terhadap hubungan antarbagian di dalam suatu situasi permasalahan. Berbeda dengan teori behavioristik yang menganggap belajar atau tingkah laku itu bersifat mekanistis sehingga mengabaikan atau mengingkari peranan insight, teori gestalt justru menganggap bahwa insight adalah inti dari pembentukan tingkah laku Sanjaya, 2006: 118. C. Teori Belajar Konstruktivisme Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa, agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, siswa harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan ide-ide terbaiknya yang berguna dalam proses pemecahan. Teori konstruktivisme berlandaskan pada teori Piaget, Vygotsky, teori-teori pemrosesan informasi, dan teori psikologi kognitif yang lain, seperti teori Bruner. Konstruktivisme tidak mengemukakan bahwa prinsip-prinsip pembelajaran ada dan harus ditemukan serta diuji, tetapi mengetengahkan bahwa siswa menciptakan 29 pembelajaran mereka sendiri. Schunk, 2010 : 322. Guru sebaiknya tidak melaksanakan pembelajaran dengan cara konvensional kepada seluruh siswa. Namun, sebaiknya guru membangun situasi-situasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat terlihat secara aktif dengan materi pelajaran melalui pengolahan- pengolahan materi dan interaksi sosial. Oleh karena itu, pendekatan teori konstruktivisme lebih menekankan pada tindakan siswa yang lebih aktif dibandingkan guru, dengan harapaan siswa akan mendapatkan materi danpemahaman. Pada teori ini siswa dibina secara mandiri melalui tugas dengan konsep penyelesaian suatu masalah. Dengan kata lain, teori konstruktivisme menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan melakukan revisi apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Tuntutan pada teori konstruktivisme lebih terletak pada bagaimana penyelesaian sebuah masalah dalam pembelajaran yang diberikan oleh guru. Keaktifan siswa dalam Process pembelajaran menjadi landasan utama dalam teori konstruktivisme. D. Teori Belajar Humanisme Teori belajar humanistik pada hakikatnya bertujuan melaksanakan pembelajaran dengan memanusiakan manusia. Dengan kata lain, pembelajaran dapat dianggap berhasil apabila siswa telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam Process belajarnya harus berusaha agar secara bertahap mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Hal ini sesuai dengan pendapat Sukardjo dan Komarudin 2009 : 56 yang mengemukakan: 30 Tujuan utama para guru adalah membantu siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Aplikasi teori humanistik dalam pembelajaran dilaksanakan dengan mengarahkan siswa untuk berfikir induktif, mementingkan pengalaman, dan membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar. Pembelajaran berdasarkan teori humanistik yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi pola perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri Herpratiwi, 2009: 39.

2.1.3 Sistem Pembelajaran

Ditinjau dari pendekatan sistem, pembelajaran merupakan suatu kesatuan dari komponen-komponen pembelajaran yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain, karena satu sama lain saling mendukung. Hal ini sesuai dengan pendapat dikemukakan Hamalik 2001: 77 pembelajaran sebagai suatu sistem artinya suatu keseluruhan dari komponen-komponen yang berinteraksi dan berinterelasi antara satu sama lain dan dengan keseluruhan itu sendiri untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Pembelajaran sebagai suatu sistem yang komponen-komponennya terdiri dari: 1 Siswa, 2 Guru, 3 Tujuan, 4 Materi, 5 Metode, 6 SaranaAlat, 7 Evaluasi, dan 8 LingkunganContext. Masing-masing komponen itu sebagai bagian yang berdiri sendiri, namun dalam berproses di kesatuan sistem mereka saling bergantung dan bersama-sama untuk mencapai tujuan. Soetopo, 2005: 143.

Dokumen yang terkait

An Analysis On High School Students’ Ability To Master Passive Voice A Study Case : The Second Year Students At SMK Negeri 2 Pematangsiantar

1 73 52

The effectiveness of using jigsaw technique in teaching speaking

0 7 0

THE DEVELOPMENT OF CHARACTER-BASED SCIENCE INSTRUCTIONAL MODULE ABOUT CALORY TOPICS AT JUNIOR HIGH SCHOOL CLASS VII IN BANDAR LAMPUNG PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN IPA BERBASIS KARAKTER MATERI KALOR SMP KELAS VII DI BANDAR LAMPUNG

0 26 123

THE EVALUATION OF LEARNING PROGRAM OF SCIENCE CLASS VIII AT SMP NEGERI TERBUKA 20 BANDAR LAMPUNG EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN IPA KELAS VIII DI SMP NEGERI TERBUKA 20 BANDAR LAMPUNG

0 8 112

MANAGEMENT OF WASTE DISPOSAL IN THE CITY OF BANDAR LAMPUNG (Study at the Office of Waste and Landscaping in Municipal City of Bandar Lampung)

1 11 102

KEBIJAKAN DINAS PENDIDIKAN KOTA BANDAR LAMPUNG DALAM PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KOTA BANDAR LAMPUNG POLICY OF EDUCATION OFFICE OF BANDAR LAMPUNG CITY TO IMPROVE TEACHERS PROFESSIONALISM IN JUNIOR HIGH SCHOOL IN BANDA

2 13 76

A SYSTEMIC ANALYSIS OF HIGH SCHOOL TEACHERS’ ARGUMENTATIVE WRITING :A Case Study in Bandar Lampung.

0 0 26

The Portrait Of Teachers’ Competency In Teaching Science Through Inquiry Approach At Elementary School In Bandar Lampung | Karya Tulis Ilmiah

0 0 29

ABSTRACT THE POLICE ROLE IN THE ERADICATION OF CRIMINAL ACT ONLINE PROSTITUTION BY HIGH SCHOOL STUDENTS IN BANDAR LAMPUNG (Study at Bandar Lampung Police) By Tutut Wuri Hastuti

0 0 16

MODEL DEVELOPMENT OF SAVI–BASED E-MODULE FOR ARABIC INSTRUCTION AT ISLAMIC JUNIOR HIGH SCHOOL IN BANDAR LAMPUNG, INDONESIA - Raden Intan Repository

0 0 9