Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah

(1)

Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008.

USU Repository © 2009

PENGGUNAAN BOM CLUSTER DAN KAITANNYA

DENGAN PELANGGARAN HUKUM HUMANITER

DI TIMUR TENGAH

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan memperoleh gelar sarjana S1 Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh : Nofan Herawan NIM:040200173

Departemen Hukum Internasional

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008.

USU Repository © 2009

PENGGUNAAN BOM CLUSTER DAN KAITANNYA

DENGAN PELANGGARAN HUKUM HUMANITER

DI TIMUR TENGAH

Oleh; Nofan Herawan N I M: 040200173 Disetujui dan di sahkan oleh :

Ketua jurusan

Sutiarnoto MS,.SH.M.Hum

NIP : 131321616

Dosen pembimbing I Dosen pembimbing II

Prof.DR.Suhaidi.SH.MH Chairul Bariah.SH.MHum NIP.131762432 NIP.131570464


(3)

Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008.

USU Repository © 2009

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah – Nya yang telah memberikan kesempatan penulis untuk dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini, yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Shalawat dan salam tak lupa penulis panjatkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan jalan dan menuntun umatnya dari jalan yang gelap menuju jalan yang terang yang disinari oleh Nur Iman dan Islam

Penulis menyadari bahwa di dalam pelaksanaan pendidikan ini banyak mengalami kesulitan – kesulitan dan hambatan – hambatan, namun berkat bimbingan, arahan, serta petunjuk dari dosen pembimbing, maka penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak kelemahan serta kekurangan – kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan adanya suatu masukan serta saran yang bersifat membangun di masa yang akan datang.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak menerima bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum. sebagai Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan dosen Penasehat Akademik yang telah memperhatikan dan membimbing penulis selama masa perkuliahan.

2. Bapak Sutiarnoto MS, SH, M.Hum sebagai Ketua Jurusan Departemen Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.


(4)

Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008.

USU Repository © 2009

3. Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH, M.Hum sebagai Dosen Pembimbing I dan sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Hukum USU.

4. Ibu Chairul Bariah, SH, M.Hum sebagai Dosen Pembimbing II atas perhatian dan bimbingan kepada penulis selama penulisan skripsi.

5. Bapak Syafruddin Hasibuan, S.H, M.H, DFM., sebagai Pembantu Dekan II Fakultas Hukum USU.

6. Bapak Muhammad Husni, S.H., M.H., sebagai Pembantu Dekan III Fakultas Hukum USU.

7. Bapak Arif, SH, M.Hum sebagai Sekretaris Departemen Hukum Internasional Fakultas Hukum Unversitas Sumatera Utara.

8. Bapak Dr. Jelly L, SH, M.Hum, Ibu Rosmi Hasibuan, SH, Bapak Abdul Rahman, SH, M.Hum, serta seluruh dosen mata kuliah Jurusan Hukum Internasional.

9. Seluruh staf Departemen Hukum Internasional Fakultas Hukum Unversitas Sumatera Utara.

10. Seluruh Bapak dan Ibu staf pengajar di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membina penulis selama masa perkuliahan.

11. Ayahanda H.Affan Mukti SH.MHum dan Ibunda Dra. Hj. Lisna Herawati.

tercinta, sembah sujud ananda haturkan atas curahan dan belaian kasih sayang yang tulus dan dengan susah payah dan segala upaya telah membesarkan dan mendidik ananda hingga ananda dapat menyelesaikan studi di Perguruan Tinggi, serta seluruh keluarga besarku yang telah memberikan dorongan semangat kepada penulis selama mengikuti perkuliahan hingga selesainya skripsi ini.


(5)

Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008.

USU Repository © 2009

12. adiku semata wayang yang sering ngerepotin Kartika “Thice” Sari A

13. Sepupu-sepupuku : Alfareza “ebonk Cabul”Rosyadi Lubis SH. Terimakasi atas bimbinganya bro luv uuu, Kak Windy “Mama Raffi”, Andri Utama Siregar, Mona, S.KM, Gendhis DM, S.Ked, Roni, Niki Lioni, SE, Meilita Jamilah “Dek Milah” dan seluruhnya yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu.

14. Teman – teman Angkatan 2004, Haris aka bie2r Fuad aka pudel chihuahua hua, Dedi Bugsy, Ibam Kuda, Shandi “cabul”Izhandri SH Ilmi “Idol”,Desi “Echie” Putri “PRS”, Citra Srg, Thyas, Erni, Dara Tur., Sabtia, Sri Azora K, Taufik Umar Lbs, Shinta M, Rizky Marlina Lbs, Putri DTS, (Thanx 4 everything, Mbuls…)tanpa terkecuali, atas semuanya yang telah penulis dapatkan selama masa perkuliahan.dan seluruh teman – teman di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara..

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semuanya yang telah memberikan bantuan kepada penulis dan semoga skripsi ini bermanfaat walaupun penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak lepas dari berbagai kekurangan.

Semoga Allah SWT melimpahkan Rahmat dan Hidayah – Nya bagi kita semua. Amin Ya Robbalalamin.

Medan, 27 November 2007 Penulis


(6)

Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008.

USU Repository © 2009

PENGGUNAAN BOM CLUSTER DAN KAITANNYA

DENGAN PELANGGARAN HUKUM HUMANITER

DI TIMUR TENGAH

DAFTAR ISI

Kata pengantar...i

ABSTRAKSI...iv

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar belakang...1

B. Perumusan masalah ...8

C. Tujuan Penelitian...9

D. Manfaat Penelitian...9

E Keaslian Penelitian...10

F Tinjauan kepustakaan...11

G. Metode Penelitian...12

H. Sistematika penulisan...13

BAB II: TINJAUAN HUKUM HUMANITER...16

A. Pengertian Hukum Humaniter...16

B. Sejarah dan perkembanganya ...23

C. Prinsip prinsip dalam Hukum Humaniter...29

D. Sumber-sumber Hukum Humaniter ...31

E. Konvensi konvensi senjata konvensional tertentu...36

BAB III: PENGGUNAAN BOM CLUSTER DALAM ARMED CONFLlCT DI TIMUR TENGAH...42

A. Defenisi bom cluster...42

• Sejarah penggunaan Bom Cluster...42

• Jenis jenis Bom Cluster. ...44

• Negara Negara yang memproduksi dan mengembangkan Bom Cluster…...51

B. Penggunaan Bom Cluster dalam konflik bersenjata di Timur Tengah...53

• Penggunaan Bom Cluster oleh Israel...54

• Penggunaan Bom Cluster dalam Perang Teluk...56

BAB IV ; BOM CLUSTER DAN KAITANNYA DENGAN PELANGGARAN HUKUM HUMANITER DI TIMUR TENGAH...58

A. Pelanggaran protokol tambahan dalam konvensi Jenewa dan konvensi konvensi lainya tentang penggunaan senjata konvensional tertentu(certain conventional weapon). ...59


(7)

Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008.

USU Repository © 2009

C. Upaya upaya yang di lakukan dalam pencegahan penggunaan,pembuatan dan pengembangan Bom Cluster...63

BAB V : PENUTUP

Kesimpulan dan Saran...65 Daftar pustaka ...68


(8)

Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008.

USU Repository © 2009

ABSTRAKSI

Manusia tidak akan pernah luput dari permasalahan dan konflik selama mnusia tersebut masih berfikir dan terus berfikir maka konflik tersebut akan tetap ada dalam diri manusia dan konflik tersebut berujung kepada peperangaan dan yang seperti kita ketahui seiring dengan perkembangan umat manusia pasti selalu di iringi dengan peperangan. Seiring dengan berkembangnya umat manusia maka semakin berkembang pula cara cara merumuskan tata cara berperang dan alat alat yang di pergunakan.

Di mulai dari pada saat manusia berperang menggunakan batu sampai sekarang yang menggunakan senjata senjata canggih yang kian mematikan. Di samping perkembangan akan persenjataan yang makin moderen maka muncul pula peraturan peratura yang menyeimbangi dari pernggunaan suatu alat persenjataan seperti halnya penggunaan bom cluster di mana senjata ini di kliam sebagai salah satu senjata tercanggih yang dapat memininalisir korban sipil dalam perang namun dalam kenyataanya malah senjata ini yang menyebabkan banyaknya korban sipil dalam perang.. di lain pihak peraturan mengenai bom tersebut secara khusus belumlah ada secara terperinci sehingga banyak Negara di dunia yang masih menggunakannya sampai pada saat ini. Kita dapat melihat contoh di daerah Irak, Lebanon selatan dan Afghanistan di mana daerah tersebut di pakai sebagai ladang uji coba akan senjata tersebut.

Namun di satu sisi pengembangan akan senjata konvensional tersebut tidaklah di barengi dengan perkembangan hukum humaniter yang memadai hal ini dapat kita lihat dengan penggunaan bom cluster, dimana sampai sekarang masih kontroversial ada berbagai pendapat yang beranggapan bahwa senjata tersebut bukanlah salah satu inhumans weapon atau senjata yang tidak berprikemanusiaan namun faktanya di


(9)

Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008.

USU Repository © 2009

lapangan penggunaan bom tersebut jauh lebih berbahya di bandingkan dengan penggunaan ranjau darat.

Selain itu yang menjadi permasalahan dan perumusannya ialah bahwa penggunaan akan bom tersebut juga telah menjadi perdebatan di berbagai negara terkait dengan penggunaannya.karena bahaya yang di timbulkan dari bom tersebut terbilang luar biasa hebatnya di bandingkan dengan penggunaan ranjau darat. Ini di karenakan bentuk dari anak bom cluster tersebut bentuknya seperti kaleng makanan dan kotak mainan sehingga rawan untuk di sentuh oleh anak anak.

Di lihat dari latar penggunannya yang menjadi perdebatan ialah apakah bom tersebut termasuk dalam kategori Inhumans weapon ? apakah penggunaan akan bom tersebut termasuk dalam kejahatan terhadap kemanusiaan? Dan apa sanksi sanksi yang dapat di jatuhkan kepada negara pengguna dan produsen dari bom tersebut

Di lain pihak, sanksi sanksi yang ada belumlah secara khusus membahas tentang penggunaan akan bom cluster tersebut sehingga di perlukanlah suatu peraturan baru yang khusus membahas tentang penggunaan bom tersebut karena dari fakta yang ada di lapangan bahwa bom cluster tersebut sudah tergolong dalam senjata yang tidak berprikemanusiaan atau Inhumans Weapon dan penggunaanya merupakan salah satu dari pelanggaran terhadap kemanusiaan.dan sampai sekarang sanksi yang dapat di terapkan ialah melalui pendekatan peraturan terhadap penggunaan ranjau darat.


(10)

Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008.

USU Repository © 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perang dan konflik bersenjata dari zaman ke zaman sudah menjadi suatu hal yang biasa bagi peradaban umat manusia karena selama masih adanya perbedaan perbedaan diantara manusia maka perang tersebut akan tetap ada. Ini dapat di lihat dari sejarah peradaban manusia dari awal sampai dengan sekarang.

Pada saat zaman yunani romawi perang merupakan suatu alasan untuk mencari kemenangan, kehormatan dan kejayaan bagi negara yang juga merupakan cara untuk menyebarkan pengaruh. Hal tersebut menjadi alasan orang untuk memulai peperangan. Pada saat masuknya ajaran samawi ke umat manusia alasan manusia untuk berperang kian bertambah dan serta merta menciptakan metode metode perang yang baru di mana menyangkut aturan aturan yang sudah menjadi kebiasaan pada saat perang seperti Just War1

Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi manusia berusaha untuk menciptakan dan mengembangkan alat-alat pembunuh. Bermula dari yang berupa kayu dan batu sampai dengan menggunakan senjata api. manusia pun juga berusaha mengembangkan senjata senjata yang mampu membunuh secara massal contoh pembuatan trebuchet atau yang lebih di kenal dengan altileri kuno abad pertengahan atau perang yang adil. Di dalam penerapannya dapat kita lihat di dalam peristiwa perang salib I dan II dimana perlindungan terhadap tawanan perang sudah menjadi kebiasaan.

1

Arlina Permana Sari, dkk, Pengantar Hukum Humaniter, Internasional Committee of The Red Cross, Jakarta 1999, hal 1


(11)

Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008.

USU Repository © 2009

yang di gunakan untuk menghantam kota kota Negara yang berperang bahkan Negara turki pada masa perang salib mampu membuat senjata penyembur api.

Dilain pihak penggunaan senjata senjata tersebut juga di gunakan untuk menjatuhkan moral tentara musuh hal tersebut terus berkembang pada sampai saat ini di mana pelombaan senjata di gunakan untuk menjatuhkan moral musuh. Dibalik itu semua adakah hukum yang mengatur tentang hukum perang dan tentang senjata senjata yang di larang dalam perang.?

Hukum perang sudah di kenal pada saat zaman romawi yang sebut dengan statuta roma. Statuta roma juga mnyebutkan aturan aturan tentang perlindungan rakyat sipil di mana bahwa apabila terjadinya suatu konflik maka para tentara tidak di perbolehkan untuk menyerang warga sipil apabila ia bukan merupakan seorang partisan .

Dan di dalam ajaran Islam tepatnya lagi di dalam Al Quran juga menyebutkan bahwa di mana apabila di dalam terjadinya keadaan perang maka orang tua ,wanita dan anak - anak wajib di lindungi terlebih dahulu dan tidak boleh di sakiti dan kedua hal tersebut telah menjadi pedoman bagi Negara Negara yang ada di dunia pada saat itu. Namun pada masa itu belum ada suatu perangkat peraturan yang mengatur tentang perang dan senjata senjata apa yang dilarang dalam perang.

Pengarturan pelarangan penggunaan senjata senjata tertentu sama sekali belum pernah di buat secara terperinci sampai pada abad ke 19 Hal ini di karenakan perangkat perangkat pendukung seperti lembaga Henry Dunant yang mencetuskan tentang Palang merah Internasional belum terbentuk. Setelah terbentuknya lembaga ini dan juga di dukung oleh metode metode peperangan yang baru maka barulah di buat peraturan


(12)

Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008.

USU Repository © 2009

tentang pelarangan penggunaan senjata tertentu.seperti Declaration of St. Petersburg 1868, Hague Convention dan konvensi konvensi lainnya .

Perkembangan Hukum Internasional juga semakin berkembang seiring perkembangan metode peperangan yang baru seperti azas peperangan di darat oleh Lieber yang di kenal dengan Lieber Code dan teknologi senjata baru yang kian mematikan dan berbahaya dimana banyak terdapat senjata senjata inhuman weapons atau senjata senjata yang tidak berprikemanusiaan dan yang menyebabkan penderitaan yang berkepanjangan dan penghancuran yang berlabihan.

Perang sampai kapan pun akan terus menimbulkan penderitaan terutama bagi rakyat sipil hal ini terus terjadi dari masa kemasa di mana collateral damage dalam perang tidak dapat di hindari lagi . tetapi bagaimana caranya untuk meminimalisir korban sipil dalam perang itulah berbagai alasan mengapa perlunya pengaturan tentang senjata senjata apa saja yang di perbolehkan dalam perang mengingat untuk meminimalisir korban sipil dalam perang

Peperangan yang terjadi pada abad ke 20 dengan abad sebelumnya praktis berbeda jauh, dimana perang di nilai merupakan menjadi sarana tunggangan politik penguasa untuk mencapai keinginannya dan ambisi untuk menyebarkan pengaruh keseluruh dunia. Hal ini dapat kita lihat pada akhir perang dunia ke dua dimana para adidaya ussr dan amerika serta sekutunya menanamkan pengaruh mereka di Negara Negara yang mereka kalahkan.

Bukti akan hal tersebut ini dapat kita lihat dengan kekalahan Jerman pada perang dunia ke II di mana Jerman terbagi akan dua dengan paham yang berbeda yaitu Jerman Barat dengan liberalis yang di usung oleh Amerika dan Jerman Timur dengan


(13)

Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008.

USU Repository © 2009

paham sosialis komunis yang di usung oleh Rusia hal ini meyakinkan kita bahwa Negara yang kalah mau tidak mau harus mengikuti alur politik dan paham yang di anut oleh Negara penakluk.

Dan hal ini sejalan dengan pendapat “Karl Von clausewitz2

Seperti yang kita ketahui warisan dari perang dingin ialah munculnya senjata senjata baru yang lebih mematikan dan sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup manusia dimana pembuatan akan senjata senjata tersebut di buat tanpa adanya pengawasan yang tegas oleh PBB seperti halnya bom bom gas, bakteriologi dan nuklir serta senjata senjata konvensional lainya yang menyebabkan penderitaan yang berkepanjangan. Walau pun telah ada peraturan peraturan tentang penggunaan senjata

yang menyebutkan

bahwa perang bukanlah semata mata merupakan suatu tindakan politik melainkan

merupakan suatu instrumen politik untuk pencapaian pencapaian tujuan tujuan tertentu”. Seperti halnya akan kepentingan politik bahwa maksud tertentu dan agenda tertentu dapat kita lihat pada invasi amerika ke irak pada tanggal 20 maret 2003 di mana terdapat agenda agenda tersembunyi di dalam perang tersebut. Di mana dengan tanpa mandat PBB Amerika menginvasi Irak yang merupakan pelanggaran piagam Nuremberg dengan dalih pengembangan senjata pemusnah massal (Weapon of Mass Destruction(WMD) ) yang tidak dapat di buktikan oleh AS. Ironis dengan apa yang dilakukan AS terhadap sekutu dekatnya di daerah Timur Tengah yaitu Israel yang terbukti memiliki ratusan bahkan ribuan senjata senjata yang berbahaya bagi kemanusiaan dan lingkungan.

2

.Starke, J.G. Hukum Internasional 2; 1977 Opcit. Hal 35 Hukum Internasional 2


(14)

Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008.

USU Repository © 2009

tersebut seperti yang tercantum dalam konvensi konvensi dan traktat traktat yang telah ada

Agresi AS ke iraq memang serta merta melanggar kaedah kaedah dan peraturan peraturan hukum internasional dan mencoreng kredibilitas PBB karena perang tersebut bukanlah merupakan untuk membela diri hal ini bertentang dengan prinsip keputusan pengadilan Nuremberg dan Tokyo di mana bahwa tindakan tindakan perencaan persiapan prakarsa dan penyulutan perang ataupun agresi yang melanggar Traktat Traktat Internasional merupakan suatu kejahatan internasional dan melibatkan individu individu yang menggerakan peperangan itu sesuai yang tercantum di dalam Briand Kellog pact atau Paris Pact tahun 1928

Dan yang lebih parahnya lagi AS dalam invasinya ke Irak menggelar seluruh aramada perangnya baik dari darat laut dan udara untuk menjadikan Irak tempat uji coba senjata senjata canggihnya .Tak tanggung tanggung total biaya milyaran dollar di curahkan untuk menggelar “Operation Iraqi Freedom3

Dalam operasi militer ini Amerika mengerahkan seluruh arsenal konvensional mereka termasuk senjata pemusnah masal konvensional seperti bom pintar JDAM(joint direct attack munition ),BLU-828 Daisy cutter, BGM 109 Tomahawk, MOAB(massive ordinance air blast)dan BLU-97/B Cluster Bomb

”yang nota bene hanyalah sebagai sarana ladang pembantaian AS setelah Vietnam.

4

3

Sontani, Roni, Angkasa no.7 April 2003 th.XIII:’Perang Irak gelar senjata pemusnah AS”hal.18.

4

Aviantara, Dodi, Angkasa no.7 April 2003 th.XIII’Sang Penebar Maut’.hal..20-21

. Semua arsenal tadi merupakan ancaman yang sangat serius apa bila terjadi salah sasaran dan mengenai rakyat sipil yang


(15)

Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008.

USU Repository © 2009

tak berdosa dan hal yang di takutkan tersebut terjadi sampai saat detik ini di negeri 1001 malam tersebut.

Seperti yang kita ketahui dalam Protocol Tambahan dalam Konvensi Jenewa 19495

1. protocol I tentang non-detectable fragments yaitu

2. protocol II tentang prohibition or restriction on use of mines bobby trap and other device

3. protocol III tentang prohibition or restriction on the use of incendiary weapons. Protkol ini menyatakan secara tegas menentang penggunaan senjata senjata yang termasuk di dalam katagori protocol tersebut dan pada point III juga menambahkan bahwa larangan penggunaan senjata dan metode peperangan atau armed conflict yang menyebabkan kerusakan hebat dan yang tidak selayaknya dan menambahkan suatu larangan tersebut penggunaan metode metode atau cara yang di maksudkan atau di harapkan akan menimbulkan kerusakan luas berjangka waktu lama dan dahsyat terhadap lingkungan alam (pasal 35)

Diantara jenis bom yang di gunakan oleh AS yang paling berbahaya BLU – 97/B Cluster munitions karena merupakan salah satu bom yang paling berbahaya.bagi kemanuisiaan mengapa bom tersebut di katagorikan sebagai ancaman bagi kemanusiaan .karena bom tersebut bersifat multi fungsi dan bentuknya yang tersamar samara sehingga sulit di bedakan6

5

add protocol Geneva convention 1977

.

6


(16)

Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008.

USU Repository © 2009

Bom cluster ini apabila di jatuhkan maka pada ketinggian tertentu antara 300 sampai dengan 3000 kaki maka ia akan pecah menjadi beberapa bagian bagian bom yang ukuranya sangat kecil namun memtikan. Secara teorinya bom tersebut akan meledak apabila mencapai tanah namun di dalam kenyataanya hanya lima persen saja yang meledak apabila menyentuh tanah dan bom bom kecil yang tidak meledak tadi akan beralih fungsi menjadi ranjau. Hal tersebut merupakan manjadi ancaman yang sangat serius bagi rakyat sipil .Ini terbukti dengan laporan bahwa kematian sipil dalam perang Irak tahun 2003 salah satunya berasal dari Bom ini. Apalagi AS dan sekutunya mengunakan bom ini untuk menghantam sasaran militer yang terletak di kota seperti Baghdad yang padat penduduk.

Tak hanya Iraq, rakyat sipil Lebanon juga merasakan dampak dari penggunaan bom tersebut dalam konflik bersenjata antara Israel dan Hizzbullah tahun 2006 lalu. Walaupun konflik antara Lebanon dan Hizzbullah telah usai untuk saat ini tetapi bahaya yang di timbulkan dari konflik tersebut masih menghantui warga sipil Lebanon. Ini karena sisa sisa dari bom cluster yang tidak meledak yang di jatuhkan oleh pesawat tempur F-16 Israel beralih fungsi menjadi ranjau darat yang bentuknya tersamarkan sehingga tidak dapat di deteksi secara nyata

Atas dasar inilah perlu adanya diadakan suatu regulasi baru yang mengikat untuk melindungi rakyat sipil dari ancaman penggunaan senjata senjata berbahaya seperti bom ini dengan di bentuknya lembaga Arms control. Arms control merujuk pada suatu tindakan pengaturan yang di akui hanya dalam hal hal arahan arahan khusus mengenai penyebaran , penghapusan, pengurangan atau pembatasan dan larangan pembuatan beberapa jenis senjata tertentu berkaitan dengan hal tersebut tujuan dari arms control ini


(17)

Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008.

USU Repository © 2009

adalah unutk memulihkan keseimbangan .penagkalan atau untuk mengurangi resiko resiko jatuhnya korban sipil dalam perang dengan jumlah yang sangat banyak.

Ini juga di perkuat dengan instrument Hukum Humaniter yaitu tiga Protocol tambahan dalam Konvensi Jenewa 1949 yakni Protokol I, II dan III yang melarang penggunaan penggunaan senjata senjata yang akibatnya mencelakai dengan pecahan pecahan , ujung yang tidak dapat di deteksi dan juga masalah pengguaan dalam ranjau dalam perang .

Namun di dalam konflik bersenjata hanya sebahagian saja yang efektif dari peraturan ini.Seorang pakar bernama W.J Fenrick7

1. Apakah Bom Cluster dapat di katagorikan sebagai Inhumans Weapon ? dalam tulisanya “new developments in the concerting the use of conventional weapons in armed conflict”menyebutkan bahwa konvensi dan protocol tambahan tersebut memiliki sedikit dampak terhadap penggunaan efektif senjata-senjata konvensional modern. Seperti halnya penggunaan bom cluster oleh AS Israel dan negara negara lainya yang masih menggunakan bom tersebut, mengingat dampak yang di timbulkan dari penggunaan tersebut dapat membahayakan rakyat sipil B.Rumusan Masalah

Pandangan dari sumber sumber Hukum Humaniter dan hukum Internasional tentang penggunaan senjata senjata berbahaya atau inhuman weapons ?

2. Apakah penggunaan bom cluster termasuk dalam kejahatan terhadap kemanusiaan ?


(18)

Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008.

USU Repository © 2009

3. Sanksi sanksi apa saja yang dapat di jatuhkan kepada negara negara yang memproduksi dan menggunakan bom cluster tersebut terkait dengan pelanggaran konvensi konvensi tentang penggunaan senjata konvensional tertentu?

C.Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengertian umum, latar belakang, serta sumber sumber umum dari Hukum Humaniter dan hukum internasional tentang penggunaan bom cluster sehingga bom cluster dapat di kategorikan sebagai senjata inhumans weapon atau tidak..

2.. Untuk mengetahui apakah penggunaan bom cluster dapat di katagorikan sebagai pelanggaran atas kemanusiaan.

3. Untuk mengetahui sanksi-sanksi yang dapat di jauthkan kepada negara negara produsen dan pengguna dari Bom Cluster serta penanggulannya pasca konflik.

D. Manfaat Penelitian

Dalam skripsi ini manfaatnya ialah membuat kita sadar akan berbagai jenis pelanggaran yang di lakukan dengan menggunakan senjata konvensional dan tidak terpaku hanya pelanggaran kemanusiaan dengan menggunakan senjata biologis. Di lain pihak dengan seiring perkembangan zaman yang moderen diharapkan kita para mahasiswa dapat lebih peka untuk menilai akan sesuatu hal yang berkaitan dengan pelanggaran terhadap kemanusiaan tertutama tentang perkembangan senjata konvensional yang sekarang ini perkembangannya daya hancur dan efeknya hampir sama dengan bom nuklir atau senjata biologis lainnya


(19)

Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008.

USU Repository © 2009

D1.Manfaat Teoritis

Di dalam penelitian ini manfaat teoritis yang dapat kita ambil ialah bahwa pengguanaan akan bom cluster adalah suatu hal yang baru dan merupakan salah satu dari penggunaan senjata konvensional yang berbahaya. Ini juga menjadi menambah wawasan dan pengetahuan khususnya di bidang Hukum Internasional khususnya mengenai Humaniter dimana perkembangan senjata konvensional saat ini sudah sangat memprihatinkan sehingga perlu untuk menambah wawasan kita mengenai perkembangan senjata konvensional. Penelitian ini juga berguna bagi para pakar Hukum Internasional khususnya Hukum Humaniter dalam merumuskan suatu perangkat hukum baru di bidang Humaniter

D.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini ialah sebagai pedoman awal bagi para pembaca dan ahli militer dalam menerapkan suatu peralatan persenjataan di mana perkembangan akan senjata konvensional yang kian dinamis dan berkembang secara pesat yang membutuhkan kepekaan atas permasalahan penggunaan bom cluster ini. Hal ini di karenakan penggunaan akan bom ini dilapangan masih terbilang tergolong baru dan merupakan senjata yang kontroversial dan juga menjadi satu tolak ukur awal di dalam penerapannya terkait pelanggaran akan kemanusiaan yang di akibatkan oleh penggunaan bom tersebut di lapangan..

E. Keaslian Penelitian

Dalam pembuatan skripsi ini penulis mengambil judul tersebut di karenakan bahwa penggunaan bom cluster ialah merupakan salah satu alat persenjataan moderen yang merupakan salah satu senjata konvensional yang sangat berbahaya terhadap


(20)

Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008.

USU Repository © 2009

kemanusiaan. Adapun penulis mengambil juduk tersebut di karenakan penggunaan akan bom cluster tersebut merupakan hal yang baru dan belum ada yang membahas akan hal ini di Fakultas Hukum Universits Sumatera Utara. Dan di dalam penulisan skripsi ini penulin menggambil pembahasan tentang bom Cluster di karenakan Bom tersebut merupakan salah satu senjata yang anti kemanusiaan. Dan adapun skripsi ini di buat ialah untuk menambah wawasan serta ilmu bagi semua pembacanya.

F. Tinjauan Kepustakaan

Penelitian ini di lakukan atas dasar latar belakang bahwa Bom Cluster Tersebut penggunaanya masih baru dan terbilang kontroversial. Bom tersebut menjadi kontroversial di karenakan sisterm kerjanya yang bisa berubah ubah yakni dari bom biasa lalu pecah menjadi beberapa anak bom dan yang menjadi perhatian serius ialah bahwa tidak semua anak bom tersebut meledak jika menyentuh tanah dan anak bom tersebut beralih fungsi menjadi ranjau darat8

Seperti yang kita ketahui penggunaan akan ranjau darat telah dilarang hal ini dapat kita lihat di dalam beberapa konvensi seperti Konvensi Jenewa Protokol Tambahan tahun 1977 serta Konvensi PBB mengenai Senjata Konvensional Tertentu(UNCCW-United Nation Convention on Certain Conventional Weapon) dimana penggunaan bom tersenbut secara terang-terangan telah melanggar poin poin penting yang ada didalam Konfensi tersebut yakni tentang penggunaan senjata yang mengakibatkan penderitaan yang tidak perlu, non detectable fragement, dan perusakan yang secara berlebihan

.

9

8

http://www.stopclustermunitions.org/info.asp?c=14&id=28,

9

Ibid


(21)

Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008.

USU Repository © 2009

Selain itu yang menjadi permasalahan dan perumusannya ialah bahwa penggunaan akan bom tersebut juga telah menjadi perdebatan di berbagai negara terkait dengan penggunaannya.karena bahaya yang di timbulkan dari bom tersebut terbilang luar biasa hebatnya di bandingkan dengan penggunaan ranjau darat. Ini di karenakan bentuk dari anak bom cluster tersebut bentuknya seperti kaleng makanan dan kotak mainan sehingga rawan untuk di sentuh oleh anak anak10

1. Protocol of St.Petersburg 1868 .

Di lihat dari latar penggunannya yang menjadi perdebatan ialah apakah bom tersebut termasuk dalam kategori Inhumans weapon ? apakah penggunaan akan bom tersebut termasuk dalam kejahatan terhadap kemanusiaan? Dan apa sanksi sanksi yang dapat di jatuhkan kepada negara pengguna dan produsen dari bom tersebut.

Di dalam penelitian ini walupun belum ada yang secara khusus membahas peraturan tentang penggunaan bom cluster, penulis mengambil beberpa perangkat peraturan yang mendekati dengan pelanggaran yang di akibatkan oleh penggunaan bom cluster yaitu ;

2. Hague Convention 1899-1907

3. Konvensi Jenewa 1949 dan protokol tambahan I s/d V 1977 4. Convention of Certain Conventional Weapons 1980

5. Ottawa Treaty 1997 Convention on The Prohibition of The Use, Stockpiling Production and Transfer of Anti Personnel Mines and on Their Destruction

10


(22)

Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008.

USU Repository © 2009

6. Statuta Roma 1998

Dan penelitian ini juga menggambil sampel dari status dampak yang terjadi di daerah Timur Tengah di mana penggunaan akan bom tersebut sangat sering di gunakan dalam pertikaian yang ada di daerah tersebut data data yang di peroleh dari penelitian ini di dapat melalui media elektronik,media cetak buku dan beberapa referensi dari buku terkait mengenai senjata konvensioanal tertentu yaitu ;

1. Kusumaatmadja, Mochtar, Konvesi Jenewa tahun 1949 Mengenai Perlindungan Korban perang, Bandung: Binacipta, 1968

2. Kusumaatmadja, Prof . Mochtar. Mochtar Kusumaatmaja, Hukum Internasional Humaniter dalam Pelaksanaan Dan Penerapannya di Indonesia,Bancipta Bandung;1980

3. Starke, J.G. Hukum Internasional 2; 1977

4. The Iraq War's Civilian Toll,” Weekend All Things Considered, National Public Radio, Washington, D.C.;2007

5. Parthiana, I Wayan, Pengantar Hukum Internasional, Madar Maju. Bandung ;2003

6. Permanasari Arlina, dkk, Pengantar Huku m Humaniter, Internasional Committee of The Red Cross, Jakarta 1999,

7. Peter Gasser, Hans, International Humanitarian Law, Henry Dunant Institute, Geneva;1993

8. Pictet, Jean. Development and Principles of International Humatarian Law.


(23)

Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008.

USU Repository © 2009

Dalam skripsi ini penulis juga mendapatkan informasi sekitar bom cluster ini dari sumber yang ada di dalam Departemen Luar Negeri.

G. Metode Penelitian.

Dalam menyelesaikan suatu penulisan karya ilmiah di pakai suatu metode dalam menyimpulkan fakta fakta sebagai sarana penunjang ataupun sebagai landasan teori suatu tulisan ilmiah . Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis menggunakan penelitian kepustakaan atau library research yaitu dengan menggumpulkan dan mengambil dan mengambil bahan bahan dari teori teori maupun intisari dari tulisan-tulisan para ahli yang berkompeten di bidangnya yang tertuang dalam buku –buku yang berupa karangan ilmiah artikel artikel di majalah maupun surat kabar ataupun tabloid-tabloid. Penulis juga banyak mengambil dan memakai beberapa artikel artikel dari internet yang berhubungan dengan skripsi ini serta penulis juga mengambil atau memakai konvensi konvensi yang bersifat internasional.

H.Sistematika penulisan.

Dalam menyusun skripsi ini penulis membaginya dalam 5 bab dimana setiap bab memiliki sub-sub bab yang akan menguraikan secara rinci isi dari tulisan bab perbab tersebut. Adapun sistematika bab perbab tersebut adalah :

Bab I di buat dengan judul pendahuluan di mana di bab ini penulis akan membuka apa yang mendasari dari isi skripsi ini, untuk mengurainya penulis membagi dalam beberapa sub bab yaitu :

A. Latar belakang B. Perumusan masalah C. Tujuan penulisan


(24)

Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008.

USU Repository © 2009

E Keaslian penulisan F Tinjauan kepustakaan G. Metode Penelitian H. Sistematika penulisan

Bab II di buat dengan judul Tinjauan umum hukum humaniter yang terdiri dari 4 sub bab yaitu :

A. Pengertian hukum humaniter.

B. Sejarah dan perkembangan hukum humaniter C. Sumber sumber hukum humaniter

D. Mekanisasi penegakan hukum humaniter internasional

Bab III di buat dengan judul tinjauan umum tentang penggunaan bom cluster dalam konflik di timur tengah yang terdiri dari 3 sub bab yaitu:

A.. Defenisi Bom Cluster.

1. Sejarah penggunaan bom cluster. 2. Jenis – jenis bom cluster

3. Negara-negara yang memproduksi dan menggembangkan bom clustrer.

B. Penggunaan Bom Cluster di Timur – Tengah. 1. Penggunaan Bom Cluster oleh Israel

2. Penggunaan Bom Cluster dalam Perang Teluk

Bab IV Dibuat dengan judul Penggunaan Bom Cluster Dan hubungannya dengan pelanggara humaniter di timur tengah yang terdiri dari 3 sub bab yaitu:

A. Peraturan tentang penggunaan senjata senjata dalam perang yang di akui oleh dunia.


(25)

Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008.

USU Repository © 2009

B. Dampak yang di akibatkan oleh bom cluster bagi rakyat sipil

C. Pelanggaran protokol tambahan dalam konvensi Jenewa tentang penggunaan senjata berbahaya oleh AS dan Israel dalam konflik Timur Tengah

Upaya upaya yang di lakukan oleh beberapa negara dalam pencegahan dan penghapusan bom Cluster

Bab V di buat dengan tulisan : kesimpulan dan saran yang terdiri dari dua sub bab yaitu kesimpulan dan saran penulis untuk menutup skripsi ini.

BAB II

TINJAUAN UMUM HUKUM HUMANITER A. Pengertian Hukum Humaniter

Peperangan merupakan suatu fenomena yang telah ada sepanjang sejarah kehidupan manusia, yang mau tidak mau ataupun suka tidak suka harus diterima sebagai sesuatu dari bagian kehidupan manusia di dunia ini, perang juga menunjukkan bahwa telah terjadi suatu interaksi atau hubungan antara manusia di bumi ini.

Jika dilihat dari kacamata Hukum Internasional, perang juga merupakan salah satu cara penyelesaian sengketa-sengketa Internasional. Menurut Hukum Internasional ada dua cara penyelesaian sengketa internasional, yaitu penyelesaian sengketa secara damai (Pepaceful settlement of disupute) dan penyelesaian sengketa dengan kekerasan (Settlement of dispute by coercive means).11

11

Fdillah Agus, Bentuk-bentuk sengketa bersenjata, dalam buku (Hukum Humaniter suatu perspektif, editor Fadillah Agus, Pusat Studi Hukum Humaniter Universitas Trisakti dengan Internasional Committee of The Red Cross, Jakarta 1997, Hal 1.


(26)

Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008.

USU Repository © 2009

Suatu peristiwa dapat dikategorikan sebagai suatu keadaan perang, menurut Fadillah Agus adalah apabila telah memenuhi unsur-unsur sebagai berikut :12

1 Adanya konflik yang menggunakan kekuatan bersenjata di suatu wilayah.

2 Intensitas penggunaan kekuatan bersenjata cukup tinggi dan terorganisir.

Istilah atau penyebutan Hukum Humaniter atau lengkapnya disebut Internasional Humanitarian law applicable in armed conflict berawal dari istilah Hukum perang (Laws of War), yang kemudian berkembang menjadi hukum sengketa bersenjata (Laws of Armed Conflict), yang akhirnya pada saat ini baisa dikenal dengan istilah Hukum Humaniter.

G.P.H Haryomataram membagi Hukum Humaniter menjadi dua aturan-aturan pokok, yaitu :13

1. Hukum yang mengatur mengenai cara dan alat yang boleh dipakai untuk berperang (Hukum Den Haag / The Hague Laws).

2. Hukum yang mengatur mengenai perlindungan terhadap kombatan dan penduduk sipil dari akibat perang (Hukum Jenewa / The Geneva Laws).

Sedangkan menurut pendapat ahli lainnya yaitu Muchtar Kusumaatmaja,14

12

Ibid, Hal 3.

13 Haryomataram,

Sekelumit Tentang Hukum Humaniter, Sebelas Maret University Press, Surakarta, 1994, Hal 1.

14

Arlina Permana Sari, dkk, Pengantar Hukum Humaniter, Internasional Committee of The Red Cross, Jakarta 1999, hal 1


(27)

Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008.

USU Repository © 2009

Hukum Perang itu dapat dibagi sebagai berikut:

1) Jus ad bellum, yaitu Hukum tentang perang, mengatur tentang dalam hal

bagaimana Negara dibenarkan menggunakan kekerasan bersenjata.

2) Jus in bello, yaitu Hukum yang berlaku dalam perang, dan ini dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu:

a. Hukum yang mengatur cara dilakukannya perang (Conduct of War). Bagian ini biasanya disebut The Hague Laws.

b. Hukum yang mengatur perlindungan orang-orang yang menjadi korban perang. Ini lazimnya disebut The Geneva Laws.

Sedangkan defenisi Hukum Humaniter Internasional yang diberikan oleh F. Sugeng Istanto adalah keseluruhan ketentuan hukum, yang merupakan bagian dari hukum internasional publik yang mengatur tingkah laku manusia dalam pertikaian bersenjata yang didasarkan pada pertimbangan kemanusiaan dengan tujuan melindungi manusia.15

15

F. Sugeng Istanto, Penerapan Hukum Humaniter Internasional pada orang sipil dan perlindungannya dalam pertikaian bersenjata. Makalah pada seminar Nasional tentang palang merah internasional dalaml peritkaian bersenjata non-internasional, Ujung Pandang, 12-13 Maret 1979.

Semula istilah-istilah yang sering dipergunakan adalah Hukum Perang. Akan tetapi karena istilah perang tidak terlalu disukai, yang mungkin disebabkan oleh trauma yang berkepanjangan akan perang dunia ke II yang telah menelan banyak korban, baik itu pihak sipil maupun pihak militer, maka dilakukan upaya-upaya untuk menghindarkan dan bahkan meniadakan perang. Upaya-upaya yang dilakukan tersebut antara lain melalui:


(28)

Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008.

USU Repository © 2009

Pembentukan LBB (Liga Bangsa-Bangsa)

Karena para anggota organisasi yang terdiri dari bangsa-bangsa yang ada dunia ini sepakat untuk menjamin perdamaian dan keamanan, maka para anggota menerima kewajiban untuk tidak memilih jalan perang, apabila mereka terlibat dalam suatu permusuhan.

Pembentukan Kellog-Briand pact

Kellog-Briand Pact disebut juga dengan Paris Act 1928. Anggota-anggota dari perjanjian ini menolak atau tidak mengakui perang sebagai alat ppolitik nasional dan mereka sepakat akan mengubah hubungan mereka hanya dengan jalan damai.

Pengertian Internasional Armed Conflict dapat diketemukan dalam Commentatary Konvensi Jenewa 1949, sebagai berikut: 16

Jika di dalam Konvensi Jenewa yang dikategorikan sebagai sengketa bersenjata internasional adalah sengketa bersenjata yang terjadi antar negara, maka dalam Potocol I (I0 Thn 1977 terdapat perkembangan yang menarik dimana CAR conflict juga termasuk dalam sengketa bersenjata internasional. Adapun yang dimaksud dengan CAR Conflict atau yang lebih dikenal dengan nama War of national Liberation, ini adalah fighting against colonial domiration; alien occupation; and against racist regime.

any difference arising between two states and leading to the intervention of members of the armed confilct within the meaning of article two (2), even if one of the parties denies the existence of state of war. It makes no difference how long the conflict lasts, or how much slaughter takes place.

17

16

Jean S. Pictet et. Al, Commentary II Geneva Convention, ICRC, Geneva, 1960, P. 28, seperti dikutip oleh Fadillah Agus , Op. Cit Hal 4.

17


(29)

Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008.

USU Repository © 2009

Dapat dikatakan bahwa ketentuan ini merupakan suatu perubahan yang mendasar, dimana didalamnya yang tercakup sengketa bersenjata tidak hanya melibatkan antar negara saja, akan tetapi dapat juga dilakukan oleh suatu bangsa (peoples) yang belum mempunyai atau belum memenuhi syarat-syarat sebagai suatu Negara.

Sikap untuk menghindari peperangan berpengaruh dalam perubahan penggunaan istilah, sehingga mengakibatkan istilah Hukum Perang berubah menjadi Hukum Sengketa Bersenjata (Laws of Armed Conflict). Mengenai hal ini Edward Kossoy18

Dengan adanya perkembangan baru ini, maka istilah Hukum sengketa bersenjata mengalami perubahan lagi, yaitu dalam hal ini diganti dengan istilah Hukum Humaniter Internasional yang berlaku dalam sengketa bersenjata atau biasa disebut

(International Humanitarian Law Applicable in Armed Conflict) dan sering juga Berpendapat :

“ The term of armed conflict tends to replace at least in all relevant legal formulation, the older nation of war. On purely legal consideration the replacement for war by ‘ Armed Conflict’ seems more justified and logical”

Istilah hukum sengketa bersenjata (Law of Armed Conflict) dapat dikatakan sekarang ini sebagai pengganti Hukum perang (Law of War) banyak dipakai dalam konvensi-konvensi Jenewa 1949 dan kedua protocol tambahannya. Dalam perkembangan selanjutnya, yaitu pada awal permulaan abad ke-20, diusahakan untuk mengatur cara-cara berperang, yang isi dari konsepsi-konsepsinya banyak dipengaruhi oleh asa kemanusiaan (Humanity Principle).


(30)

Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008.

USU Repository © 2009

disebut Hukum Humaniter Internasional (International Humanitarian Law). Walaupun memiliki istilah-istilah tersebut pada dasarnya memiliki arti yang sama.

Dalam kajian kepustakaan Hukum Internasional istilah Hukum Humaniter merupakan suatu istilah yang dianggap masih relatif baru, istilah ini baru lahir sekitar tahun 1970-an, ditandai dengan diadakannya Conference of Government Exper on the Reaffimation and Development in Armed Conflict pada tahun 1971. Selanjutnya pada tahun-tahun berikutnya yaitu tahun 1974, 1975, 1976, dan seperti 1977 diadakanlah suatu konfrensi yang bertajuk Diplomatic Conference on the Reaffirmation and Development of International Humanitarian Law Applicate in Armed Conflict.

Sebagai bidang kajian baru dalam wacana Hukum Internasional, maka terdapat berbagai macam rumusan-rumusan atau defenisi mengenai Hukum Humaniter ini yang dibuat oleh para pakar yang berkompeten dengan ruang lingkup Humaniter itu sendiri. Rumusan-rumusan yang diberikan pada dasarnya hampir sama namun beda penyampaiannya saja, diantaranya :

Jean Pictet menyatakan bahwa19

Lain pula halnya dengan Geza

“International Humanitarian Law in the wide sense is Constitutional legal provison, whether written and customary, ensuring respect for individual and his well being”.

20

19

Pictet, The Principles of International Humanitarian Low, dalam Arlina Permana Sari, Ibid Hal 9

20

Geja Herzegh, Recent Problem Of Interntional Humanitarian Law, dalam Ibid.

yang merumuskan Hukum Humaniter Internasional dalam defenisinya sendiri yaitu: “Part of the rules of public international law which serve as the protection of individuals in time of armed conflict. Its place is


(31)

Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008.

USU Repository © 2009

beside the norm of warfare it is closely related to them but must be clearly distinguish from these its purpose and spirit being different”.

Sedangkan Muchtar Kusumaatmaja21

Ebsjorn Rosenbland,

mengemukakan bahwa Hukum Humaniter itu adalah : “Bagian dari hokum yang mengatur ketentuan-ketentuan perlindungan korban perang, berlainan dengan hokum perang yang mengatur perang itu sendiri dan segala sesuatu yang menyangkut cara melakukan perang itu sendiri.

22

1. Metoda dan sarana perang

merumuskan bahwa Hukum Humaniter Internasional dengan mengadakan pembedaan antara:

The Law Of Armed Conflict, berhubungan dengan : Permulaan dan berakhirnya pertikaian

Penduduk wilayah lawan

Hubungan pihak bertikai dengan negara netral

Sedangkan Law of Warfare, ini antara lain mencakup :

2. Status kombatan

3. Perlindungan yang sakit, tawanan perang dan rang sipil.

Panitia tetap (Pantap) Hukum Humaniter, Departemen Hukum dan Perundang-undangan merumuskan sebagai berikut23

“ Hukum Humaniter sebagai keseluruhan asas, kaidah dan ketentuan-ketentuan Internasional baik tertulis maupun tidak tertulis yang mencakup Hukum

:

21 Mochtar Kusumaatmaja, Hukum Internasional

Humaniter dalam Pelaksanaan Dan Penerapannya di Indonesia, 1980, dalam Ibid.

22

Ibid, Hal 10

23


(32)

Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008.

USU Repository © 2009

Perang dan Hak Asasi Manusia, bertujuan untuk menjamin penghormatan terhadap harkat dan martabat seseorang”.

Dengan melihat, memperhatikan serta mencermati pengertian dari kesemua defenisi-defenisi yang telah diungkap oleh para ahli diatas, maka rung lingkup dari Hukum Humaniter dapatlah kita dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, yaitu kelompok aliran luas, kelompok aliran tengah dan kelompok aliran sempit. Jean Pictet misalnya, ia pada dasarnya penganut pengertian Hukum Humaniter dalam arti pengertian yang luas, yaitu bahwa Hukum Humaniter mencakup baik Hukum Jenewa, Hukum Den Haag dan Hak Asasi Manusia.

Sebaliknya dengan Geza Herzegh yang menganut aliran sempit, dimana menurut pendapatnya Hukum Humaniter hanya menyangkut Hukum Jenewa. Sedangkan Starke dan Haryomatoram yang defenisinya tidak diurai disini menganut aliran tengah dimana mereka menyatakan bahwa Hukum Humaniter terdiri atas Hukum Jenewa dan Hukum Den Haag24

Hampir tidak mungkin bagi siapa pun juga untuk memberi bukti dokumenter kapan dan dimana aturan-aturan mengenai Hukum Humaniter ini pertama kali timbul, dan tentunya akan lebih sulit lagi untuk menyebutkan “Pencipta” atau “penggagas” dari Hukum Humaniter tersebut. Sekalipun dalam bentuknya yang sekarng relatif baru, Hukum Humaniter Internasional atau Hukum Sengketa bersenjata, atau juga Hukum Perang, memiliki suatu sejarah yang sangat panjang. Bahkan Hukum ini sama tuanya

.

B. Sejarah dan perkembangan Hukum Humaniter

24


(33)

Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008.

USU Repository © 2009

dengan perang peradapan manusia, dan perang sama tuanya dengan kehidupan manusia di bumi.25

Pada zaman atau masa peradapan ini para pemimpin militer baisanya memerintahkan pasukan mereka untuk menyelematkan musuh yang tertangkap, memperlakukan mereka dengan baik, kemudian juga menyelamatkan penduduk sipil musuh dan pada waktu penghentian permusuhan makan pihak-pihak yang berperang biasanya bersepakat untuk memperlakukan tawanan perang dengan baik. Sebelum peperangan dimulai, maka kedua belah pihak akan saling memberi tanda peringatan terlebih dahulu. Lalu untuk menghindari luka yang berlebihan maka ujung panah tidak akan diarahkan ke hati. Dengan segera setelah ada yang terbunuh atau terluka,

Sampai kepada bentuknya yang sekarang, Hukum Humaniter Internasional telah mengalami perkembangan-perkembangan yng sangat penjang, dalam rentang waktu yang sangat panjangitu telah banyak upaya-upaya yang dilakukan untuk memanusiawikan perang. Selama masa tersebut terdapat usaha-usaha untuk memberikan perlindungan kepada orang-oarang dari kekejaman perang dayan perlakuan semena-mena dari pihak-pihak yang terlibat perang.

Upaya-upaya tersebut, yang sering sekali mengalami pasang surut, juga mengalami hambatan-hambatan yang cukup berarti serta kesulitan-kesulitan sebagaimana akan tergambar dalam uraian-uraian berikut ini. Disini penulis akan membagi periode perkembangan Hukum Humaniter ke dalam beberapa era sebagai berikut;

B.1. Perkembangan Pada Zaman Kuno

25


(34)

Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008.

USU Repository © 2009

pertempuran akan berhenti selama 15 hari. Gencatan senjata semacam ini sangat dihormati, sehingga para prajurit dikedua pihak ditarik dari medan pertempuran.

Juga dalam berbagai peradapan besar dalam rentang tahun 3000 s/d 1500 SM upaya-upaya seperti itu berjalan terus, hal ini dikemukakan oleh Pictet, antara lain sebagai berikut 26

Hampir serupa juga dengan yang terjadi pada bangsa Hittite, dalam melakukan peperangan mereka benar-benar menggungkan cara-cara yang sangat manusiawi. Hukum yang mereka miliki didasarkan atas keadilan dan integritas mereka. Mereka biasanya

:

Didalam adab dan kebiasaan Bangsa-bangsa Sumeria, perang sudah menjadi semacam lembaga yang telah teroganisir tentang segala sesuatunya. Ini ditandai dengan adanya pernyataan perang bila ingin atau telah disepakati untuk berperang, juga dilakukan arbitrasi dalam masalah yang berkaitan dengan perang, serta memperlakukan kekebalan bagi utusan musuh dan mengadakan perjanjian-perjanjian perdamaian.

Demikian juga dengan kebudayaan Mesir Kuno, sebagaimana yang disebutkan dalam “Seven Works of True Mercy”, bahwa pada peperangan dimasa itu ada perintah dari pimpinan militer untuk memberikan makanan, minuman, pakaian, dan perlindungan kepada pihak musuh, juga perintah untuk merawat musuh yang sakit, dan menguburkan yang mati. Perintah lain yang dianggap terlalu klise adalah pada masa itu ada perintah yang menyatakan “anda juga harus memberikan makanan kepada musuh anda”. Seorang tamu, bahkan musuh pun tak boleh diganggu, demikian kira-kira prinsip mereka pada masa itu.

26

Pictet, Jean. Development and Principles of International Humatarian Law.Henry Dunant Institute 1985 hal 7


(35)

Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008.

USU Repository © 2009

menandatangani pernyataan atau traktat pada saat akan memulai peperangan. Para penduduk yang menyerah, yang berasal dari kota, tidak diganggu. Kota-kota dimana para penduduknya melakukan perlawanan akan di tindak secara tegas. Namun ini merupakan pengecualian terhadap kota-kota yang dirusak dan penduduknya dibantai atau dijadikan budak. Kemurahan hati mereka sangat jauh berbeda dengan bangsa Assiria yang juga memiliki kekuatan saat itu, dimana bangsa ini terkenal dengan kekejamannya dalam merebut kemenangan.

Sedangkan sistem perang pada peradapan di India sebagaimana yang tercantum dalam syair kepahlawanan Mahabatra dan Undang-Undang Manu,27

Sedangkan dalam espos sejarah peperangan di Indonesia pada masa lampau dapat kita lihat beberapa kebiasaan nenek moyang kita dalam melaksanakan hukum perang itu. Kebiasaan dan Hukum perang itu terbagi dalam beberapa periode yaitu : Periode pra-sejarah, periode Klasik, dan periode Islam. Praktek dari kebiasaan dan hukum perang yang dilakukan mereka biasanya tentang adanya suatu pernyataan perang diantara pihak-pihak yang berperang. Kemudian tentang perlakuan terhadap tawanan

bahwa para Satria dilarang untuk membunuh musuh cacat, yang sudah menyerah, dan yang luka-luka sehingga harus dipulangkan kerumah mereka setelah diobati. Selain itu ada larangan untuk mengarahkan senjata dengan sasaran menusuk ke hati juga tidak boleh menggunakan panah beracun dan panah api, telah adanya pengaturan mengenai penyitaan hak milik musuh dan syarat-syarat bagi penahanan para tawanan, juga mengenai dilarangnya pernyataan tidak menyediakan tempat tinggal.

27

Kitab Undang-undang Manu merupakan kitab undang-undang tertua yang ada di India yang dipakai sebagai dasar untuk melaksanakan hubungan dengan negara-negara lain, serta berisi cerita tentang saksi yang akan dijatuhkan kepada seseorang yang tidak memiliki perintah Raja.


(36)

Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008.

USU Repository © 2009

perang, larangan untuk menjadikan wanita anak-anak sebagai sasaran perang, dan juga tentang pengaturan untuk mengakhiri perang. Dalam sebuah prasasti yang ditemukan di Sumatera Selatan (Prasasti Talang Tuo) misalnya, berisikan berita Raja yang memuat tentang kutukan dan Ultimatum. Jadi bagi mereka yang melawan perintah Raja, akan diserang oleh Bala tentara Raja. Begitu pula pada masa kerajaan Gowa diketahui adalanya perintah raja yang memerintahkah memperlakukan tawanan perang dengan baik.

B.2. Perkembangan Pada Zaman Abad Pertengahan

Perkembangan Hukum Humaniter pada zaman abad pertengahan ini banyak dipengaruhi oleh ajaran-ajaran dari berbagai Agama. Dari agama Kristen, agama Islam, juga dari ajaran-ajaran filosofi kesatrian.

Dalam agama Kristen diajarkan system perang yang menyumbangkan banyak ide bagi terciptanya konsep “Perang yang Adil” atau Just War. Sedangkan dalam Islam ajaran perang tercantum dalam Kitab suci agama Islam “Al-Quran” dimana didalam surah AL-Baqarah: 190, 191, Surah Al-Anfal: 39, Surah Al-Taubah: 5, Surah Al-Haj: 39, dijelaskan secara gamplang apa dan bagaimana kedudukan perang dalam Islam, dimana secara garis besar dijelaskan bahwa dalam Islam perang itu dianggap sebagai suatu sarana untuk membela diri, bukan untuk mencari musuh apalagi untuk unjuk kekuatan, perang dalam Islam digunakan untuk menghancurkan kemungkaran yang ada. Sedangkan kalau melihat dari prinsip filosofi kesatriaan yang berkembang pada zaman abad pertenghan saat itu, kita dapat melihat bahwa bagaimana mereka membuat pengumuman perang dan pelarangan penggunaan beberapa senjata yang dianggap tidak perlu.


(37)

Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008.

USU Repository © 2009

Kemajuan mengenai Hukum Humaniter yang signifikan mulai terlihat pada abad ke-18, terutama sekali setelah berakhirnya perang Napoleon. Perubahan besar terjadi diantara tahun 1850 sampai pecahnya perang dunia I. disini praktek-praktek Negara kemudian menjadi hukum dan kebiasaan bagi negara tersebut dalam berperang (Jus in Bello28

Konvensi 1864, yaitu Konvensi bagi perbaikan keadaan tentara yang luka ataupun cedera di medan peperangan, terutama perang darat. Konvensi 1864 dipandang sebagai konvensi yang mempelopori lahirnya konvensi-konvensi Jenewa berikutnya yang berkaitan dengan perlindungan korban perang. Konvensi ini merupakan langkah pertama dalam mengkodifikasikan ketentuan perang didarat. Berdasarkan konvensi ini maka unit-unit dan personil kesehatan bersifat netral, tidak boleh diserang dan tidak boleh

dihalangi-).

Salah satu tonggak penting dalam perkembangan Hukum Humaniter ini adalah dengan berdirinya Organisasi Palang Merah dan di tanda tanganinya Konvensi bersama di Jenewa yang dikenal dengan Konvensi Jenewa pada tahun 1864. Pada waktu yang hampir bersamaan di Amerika Serikat Presiden Abraham Lincoln meminta Lieber, yaitu seorang pakar Hukum imigran Jerman, untuk menyusun suatu aturan dalam perang. Hasilnya, lahirlah Instructions for Government of Armies of the United States atau disebut juga Lieber Code, dan dipublikasikan pada tahun 1863. Kode lieber ini memuat semua aturan-aturan secara rinci pada semua keadaan dan tahapan dalam perang darat, tindakan-tindakan perang yang benar, perlakuan terhadap sipil, perlakuan terhadap kelompok orang-orang tertentu seperti tawanan perang, bagaimana penanganan mereka yang cedera dan sebagainya.

28


(38)

Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008.

USU Repository © 2009

halangi dalam menjalankan tugasnya. Begitu pula masalah penduduk setempat yang membantu pekerjaan kemanusiaan bagi yang luka dan mati baik kawan ataupun lawan tidak boleh dihukum. Konvensi ini juga memperkenalkan tanda palang merah di atas dasar putih sebagai tanda pengenal bagi bangunan-bangunan yang digunakan sebagai posko kesehatan juga tanda pengenal bagi personil-personil kesehatan. Tanda palang Merah diatas dasar putih inilah yang kemudian menjadi lambang dari palang merah internasional atau International Committee of the Red Cross yang sebelumnya bernama International Committee For the Aid of the Wounded,International Committee For the Aid of the Wounded, yang didirikan oleh beberapa warga Jenewa dan Henry Dunant pada tahun 1863.

Dengan demikian, tidak seperti pada masa-masa zaman sebelum ini yang terjadi melalui proses hukum kebiasaan, maka pada masa ini perkembangan-perkembangan yang sangat penting bagi hukum Humaniter Internasional, dikembangkan lewat atau melalui Traktat-traktat umum yang ditandatangani oleh mayoritas Negara-negara anggota setelah tahun 1850.

Setelah tahun 1850 telah banyak dihasilkan konvensi-konvensi yang merupakan perkembangan dari Hukum Humaniter Internasional. Konvensi-konvensi ini tentunya melibatkan banyak negara dengan maksud dan tujuan untuk lebih memanusiawikan keadaan perang. Diantara konvensi-konvensi yang dibuat yang paling terkenal tentunya Konvensi Den Haag sebagai hasil dari konfensi perdamaian I dan II dan tentunya Konvensi Jenewa sendiri selain Konvensi-konvensi lainnya dibidang Hukum Humaniter. C. Prinsip – Prinsip Dalam Hukum Humaniter


(39)

Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008.

USU Repository © 2009

Dalam Hukum Humaniter Internasional juga dikenal adanya prinsip-prinsip dasar, prinsip-prinsip-prinsio dasar ini dituangkan dalam tiga azas utama yaitu29

Hal ini dapat kita lihat seperti yang terdapat dalam Konvensi Jenewa Tahun 1949 tentang perbaikan anggota angkatan perang yang luka atau sakit di medan pertempuran darat, bahwa anggota angkatan perang dan orang-orang lain yang luka atau sakit wajib dihormati dan dilindungi dalam segala bentuk keadaan, dan kepada mereka wajib diperlakukan secara perikemanusiaaan dan dirawat oleh pihak-pihak yang bersengketa dalam kekuasaan siapa mereka munngkin berada, tanpa perbedaaan yang

:

1. Asas Kepentingan Militer (Military Necessity): berdasarkan asas ini maka bagi pihak-pihak yang bersengketa dibenarkan dan diperbolehkan untuk menggunakan cara-cara kekerasan untuk menundukkan lawan demi tercapainya tujuan yaitu keberhasilan dalam perang.

Dalam keadaan perang ada suatu keadaan tertentu yang dianggap sebagai hukum itu sendiri, yaitu bahwa pemenang perang pastilah pehlawan perang. Pikiran ini bertitik tolak dari kenyataan bahwa pihak-pihak yang bertikai dan melanjutkan pertikaian tersebut dengan perang selalu beranggapan bahwa mereka ikut berperang dengan tujuan dan cita-cita yang luhur, serta untuk menegakkan kebenaran dan keadilan. Hal ini dianggap sebagai hal yang luhur untuk menjalankan tugas bela negara.

2, Asas Perikemanusiaan (Humanity) : berdasarkan asas ini maka pihak-pihak yang bersengketa diharuskan untuk memperhatikan nilai-nilai perikemanusiaan, diman mereka dilarang untuk menggunakan kekerasan yang dapat menimbulkan luka yang berlebihan atau penderitaan yang tidak perlu.

29


(40)

Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008.

USU Repository © 2009

merugikan yang didasari oleh kelamin, suku, kebangsaan, agama, pendapat-pendapat politik atau setiap kriteria lainnya serupa itu. Khusus dalam perlakuan kepada wanita harus diperlakuakan dengan segala kehormatan yang patut diberikan mengingat jenis kelamin mereka, kemudian asas yang terakhir yang merupakan prinsip dari Hukum Humaniter adalah:

3. Asas Kesatriaan (Chivalry) : asaz ini mengandung arti bahwa di dalam setiap peperangan, kejujuran adalah harus kita utamakan. Penggunaan alat-alat yang tidak terhormat, berbagai macam tipu muslihat dan cara-cara yang bersifat khianat dilarang.

Prinsip kesatriaan ini sesuai dengan konsep perang yang adil (Just War), sebagaimana disebutkan di sebelumnya bahwa sebelum perang harus dilakukkan tahap-tahap tertentu seperti pengumuman pernyataan perang dan lain-lain, serta tidak boleh ada penggunaan senjata-senjata perusak syaraf dan senjata biologis serta senjata yang mengakibatkan penderitaan yang tidak perlu dan senjata yang menyebabkan kerusakan yang berlebihan lainnya. Hal ini bakal lebih banyak dibicarakan oleh penulis pada bab bab berikut karena berkenaan dengan studi kasus Penggunaan Bom Cluster dalam konflik di Timur Tengah, dimana bom tersebut merupakan salah satu senjata-senjata yang jauh dari asas-asas kesatriaan ini.

Dalam penerapannya, ketiga asas tersebut dilaksanakan secara seimbang, sebagaimana dikatakan oleh KUNZ:

“ Law of War, to be accepted and to be applied in practise must strike the correct balance between, on the one hand the principle of humanity and chivalry, and on the other hand, military interest”


(41)

Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008.

USU Repository © 2009

Secara garis besar konvensi ini memberikan gambaran bagaimana pengaturan tentang hak dan kewajiban Negara-negara netral dalam perang di laut. Dalam Konvensi ini ditegaskan bahwa kedaulatan dari negara netral tidak hanya berlaku di wilayah teritorial (wilayah darat) saja, namun juga berlaku bagi wilayah perairan negara-negar netral. Para pihak yang bersenngketa tidak boleh (atau dilarang) melakukan tindakan-tindakan di dalam wilayah perairan negara netral yang dapat dikategorikan sebagai tindakan yang melanggar kenetralan negara tersebut.30

tindakan-tindakan itu dapat kita misalkan setiap tindakan permusuhan, termasuk tindakan penangkapan dan pencarian yang dilakukan oleh kapal-kapal perang negara yang bersenngketa diperairan negar netral,31 maupun penggunaan pelabuhan dan perairan netral oleh pihak yang berperang.32

Hukum Den Haag adalah merupakan suatu ketentuan Hukum Humaniter yang mengatur mengenai cara dan alat-alat yang digunakan untuk berperang. Membicarakan D. Sumber-sumber Hukum Humaniter.

Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama bahwa Hukum Humaniter terdiri dari Hukum Jenewa dan Hukum Den Haag. Hukum Jenewa adalah hukum yang mengatur masalah perlindungan terhadap korban perang, sedangkan Hukum Den Haag mengatur mengenai cara dan alat-alat yang digunakan dalam berperang. Kedua ketentuan hukum tersebut merupakan sumber Hukum Humaniter yang utama selain Konvensi-konvensi lain yang telah disebutkan terdahulu.

D.1. Berdasarkan Konvensi Den Haag

30

Pasal 1 Konvensi IV Den Haag 1907

31

Pasal 2 Konvensi IV Den Haag 1907

32


(42)

Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008.

USU Repository © 2009

Hukum Den Haag berarti kita akan membicarakan hasil-hasil Konferensi Perdamaian I yang diadakan pada tahun 1899 dan Knferensi Perdamaian II yang diadakan pada tahun 1907.

D.1.a Konvensi Den Haag Tahun 1899

Konvensi-konvensi Den Haag tahun 1899 adalah merupakan suatu hasil Konferensi Perdamaian I di Den Haag (18 Mei – 29 Juli 1899). Konferensi ini adalah merupakan prakarsa Tsar Alexander I, dimana sebelumnya Tsar Alexander I ini menemui kegagalan dalam mewujudkan suatu konferensi Internasional di Brusel, Belgia pada tahun 1874. Ide fundamental untuk menghidupkan lagi Konferensi Internasional yang gagal itu adalah rencana Konsepsi Persekutuan Suci (Holy Alliance tanggal 26 September 1815 antara Rusia, Austria dan Prussia).

Untuk melaksanakan kehendak Tsar Nicolas II itu maka pada tahun 1898 Menteri Luar Negri Rusia Count Mouravieff mengedarkan surat kepada semua Kepala Perwakilan Negara-negara yang diakreditir di St.Petersburg berupa ajaran Tsar untuk berusaha tetap mempertahankan perdamaian di dunia dan mengupayakan pengurangan senjata.

Konferensi yang dimulai pada tanggal 20 Mei 1899 itu berlangsung selama 2 Bulan dan menghasilkan tiga Konvensi dan tiga Deklarasi tepatnya pada tanggal 29 Juli 1899.

Adapun ketiga Konvensi yang dihasilkan adalah :

1. Konvensi I tentang Penyelesaian Damai Persengketaan Internasional. 2. Konvensi II tentang Hukum dan kebiasaan Perang di darat.


(43)

Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008.

USU Repository © 2009

3. Konvensi III tentang Adaptasi Azas-azas Konvensi Jenewa tanggal 22 Agustus 1864 tentang Hukum Perang di Laut.

Sedangkan ketiga Deklarasi yang dihasilkan adalah :

a. Melarang penggunaan Peluru-peluru dum-dum atau peluru-peluru yang bungkusnya tidak sempurna menutup bagian dalam sehingga dapat pecah dan membesar dalam tubuh manusia.

b. Peluncuran Proyektil-proyektil dan bahan-bahan peledak dari balon, selama jangka waktu lima tahun yang berakhir ditahun 1905 juga dilarang.

c. Penggunaan Proyektil-proyektil yang menyebabkan gas-gas cekik dan beracun juga dilarang.

D.1.b Konvensi Den Haag Tahun 1907

Konvensi-konvensi ini adalah merupakan hasil dari Konferensi Perdamaian ke II sebagai kelanjutan dari Konferensi Perdamaian I pada tahun 1889 di Den Haag.

Konvensi-konvensi yang dihasilkan oleh Konferensi oleh Perdamaian II di Den Haag menghasilkan sejumlah Konvensi sebagai berikut :

1. Konvensi I tentang Penyelesaian Damai dan Persengketaan Internasional;

2. Konvensi II tentang Pembatasan Kekerasan Senjata dalam menurut Pembayaran Hutang yang berasal dari perjanjian Perdata;

3. Konvensi III tentang Cara Memulai Peperangan;

4. Konvensi IV tentang Hukum dan Kebiasaan Perang di Darat dilengkapi dengan peraturan Den Haag;


(44)

Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008.

USU Repository © 2009

5. Konvensi V tentang Hak dan Kewajiban Negara dan Warga Negara Netral dalam Perang di darat;

6. Konvensi VI tentang status Kapal Dagang Musuh pada saat permulaan peperangan;

7. Konvensi VII tentang Status Kapal Dagang menjadi Kapal Perang; 8. Konvensi VIII tentang Penempatan Ranjau otomatis didalam Laut; 9. Konvensi IX tentang Pemboman oleh Angkatan Laut di waktu Perang; 10. Konvensi X tentang Adaptasi Asas-asas Konvensi Jenewa tentang

perang di laut;

11. Konvensi XI tentang Pembatasan tertentu terhadap penggunaan Hak Penangkapan dalam Perang Angkatan Laut;

12. Konvensi XII tentang Mahkamah Barang-barang sitaan;

13. Konvensi XIII tentang hak dan kewajiban negara netral dalam suat peperangan di laut.

Konvensi-konvensi Den Haag tahun 1907 mempunyai beberapa konvensi yang penting untuk dipahami karena mempunyai korelasi dengan judul skripsi yang penulis buat, ada beberapa konvensi yang kiranya perlu untuk penulis beberkan disini.

Dan konvensi yang di jadikan suatu bahasan dalam skripsi saya kali ini adalah, Konvensi IV Den Haag 1907 yang berisi mengenai Hukum dan Kebiasaan perang di darat yang judul asli Konvensinya adalah “Convention Respecting to the Laws and Customs of War n Land” isi dari konvensi adalah merupakan penyempurnaan dari Konvensi Den Haag 1899, yaitu Konvensi II Den Haag 1899 mengenai Hukum dan


(45)

Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008.

USU Repository © 2009

Kebiasaan perang didarat. Konvensi IV Den Haag 1907 ini, hanya terdiri dari 9 Pasal, yang dilengkapi dengan lampiran yang disebut dengan Haque Regulation.

Beberapa pasal yang penting dari Konvensi IV tersebut adalah mengenai Klausula Siomnes, dimana klausula ini terdapat dalam pasal 2 dari konvensi IV Den Haag 1907, yang berbunyi bahwa konvensi hanya berlaku apabila kedua pihak yang bertikai adalah pihak dalam konvensi, apabila salah satu pihak bukan peserta konvensi, maka perturan dalam konvensi tidak dapat dikenakan kepadanya atau tidak dapat diberlakukan padanya.

Satu lagi Konvensi yang dapat penulis urai disini adalah Konvensi XIII Den Haag 1907, yang berjudul “Neutral Rights and Duties in Maritime War” Geneve Convention Relative to the Protection Of the Civilian Person in Time of War;

Keempat Konvensi Jenewa tahun 1949 tersebut dalam tahun 1977 ditambahkan lagi dengan protokol tambahan 1977, yakni yang disebut dengan:

Protocol Additional tio the Geneve Convention of 12 August 1949,and Relating To the Protections of Vicrims of International Armed Conflict (Protocol I): dan Protocol Additional to the Geneve Convention Of 12 August 1949, And Relating To the Protections of Victims of Non International Armed Conflict (Protocol).

Protokol I maupun Protokol II tersebut di atas adalah merupakan tambahan dari Konvensi- konvensi Jenewa 1949. Penambahan ini juga dimaksudkan sebagai penyesuaian terhadap perkembangan pengertian sengketa bersenjata, juga mengenai pentingnya perlindungan yang lebih lengkap bagi mereka yang menjadi korban luka, sakit, maupu meninggal dan juga korban karam dalam suatu peperangan di laut, serta antipasi terhadap perkembangan-perkembangan mengenai alat dan cara-cara berperang..


(46)

Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008.

USU Repository © 2009

Protokol I tahun 1977 mengatur mengenai perlindungan-perlindungan korban pertikaian bersenjata internasional, sedangakan protokol II mengatur mengenai korban pertikaian bersenjata Non Internasional.

D.2 Berdasarkan Konvensi Jenewa

Konvensi Jenewa mengatur mengenai perlindungan-perlindungan terhadap korban perang, yang terdiri atas beberapa perjanjian pokok. Perjanjian pokok itu adalah terangkum dalam empat Konvensi Jenewa, yang masing- masing adalah:

1. Geneve Convention for the Amelioration of the Wounded And Sick in

Armed Forces in the field.

2. Geneve Convention For the Amelioration of the Condition of the

wounded and Sick and shipwrecked Members of Armed Forces At Sea. 3. Geneve Convention Relative to The Treatment of Prisoners of War; E. Konvensi konvensi Senjata konvensional tertentu

Di samping peraturan yang ada di atas yang menjadi point penting tentang skripsi ini ialah tentang peraturan senjata konvensional tertentu yang merupakan pengembangan dari konvensi konvensi yang telah ada sebelumnya ini adalah beberapa diantaranya

(United Nations Conference on the Prohibitions or Restriction of Use of Certain Conventional Weapons Convention which may be deemed to be excessivelly injurious or to have indiscriminate effects

Di dalam konvensi ini atau dengan singkatan CCW(certain conventional weapon) convention ini mempunyai beberapa poin penting yakni ;


(47)

Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008.

USU Repository © 2009

1. Convention on Prohibitions or Restriction on the Use of Certain Conventional Weapons Convention which may be deemed to be: Excessivelly injurious or to have indiscriminate effects.

2. Protocol on Non-Detecable Fragments (Protocol I).

3. Protocol on Prohibitions or Restriction on the use of Mines, booby-traps and other devices (Protocol II).

4. Protocol on Prohibitions or Restriction of Use of Icendiary Weapons

(Protocol III).

Selain itu pula konferensi tersebut menghasilkan sebuah Resolusi yakni,Resolution on Small-Calibre Weapons Systems. Konvensi ini terdiri dari suatu preambul dan 11 buah pasal dengan perincian sebagai berikut :

a. Protokol I tentang "Pecahan yang tidak dapat dilihat" terdiri dari satu pasal;

b. Protokol II tentang "Ranjau, Booby-traps dan Alat lain" terdiri dari 9 pasal, dengan satu "Technical Annex".

c. Protokol III tentang "Senjata Penyembur Api", terdiri dari dua pasal. Dalam kaitannya dengan prinsip pemakaian senjata khususnya dalam Preambule dapat kita jumpai beberapa butir ketentuan, antara lain:

a. Butir 3 tentang hak para pihak dalam konflik untuk memilih cara dan alat berperang adalah tidak terbatas;

b. Butir 4 tentang dilarang menggunakan alat atau cara berperang yang dimaksudkan untuk menimbulkan kerusakan luas untuk jangka waktu yang panjang.


(48)

Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008.

USU Repository © 2009

a. dalam situasi seperti yang ditentukan dalam pasal 2 Konvensi Geneva 1949, Pasal 2 mengenai berlakunya konvensi-konvensi, dalam paragraf 1 menyatakan bahwa, "Konvensi ini akan berlaku untuk semua peristiwa perang yang diumumkan atau setiap pertikaian bersenjata ("Armed Conflict") lainnya yang mungkin timbul antara dua atau lebih pihak penandatangan, sekalipun keadaan perang tidak diakui oleh salah satu di antara mereka" (AK, 1985 : 86).

b. dalam situasi yang ditentukan dalam pasal 1 ayat 4 Protokol tambahan I-1977, Pasal ini menentukan kapan berlakunya pasal Protokol tersebut.

Protokol ini berlaku dalam setiap pertikaian senjata lainnya yang mungkin timbul antara dua atau lebih Pihak Peserta Agung, sekalipun pendudukan tersebut tidak menemui perlawanan bersenjata. Protokol ini juga berlaku dalam keadaan yang dinamakan War of National Liberation atau CAR Conflicts di mana suatu bangsa (people) berjuang melawan dominasi kolonial, atau pendudukan asing, atau rejim rasialis, dalam usaha mereka untuk mencapai kemerdekaan. Pasal 96 ayat 3 menentukan bagaimana caranya agar perjuangan semacam itu dapat digolongkan sebagai War of National Liberation maka "penguasa" (authority) dari bangsa itu harus mengeluarkan suatu deklarasi yang bersifat unilateral, yang ditujukan kepada Pemerintah Federal Switserland sebagai depositori, yang berisi pernyataan bahwa bangsa tersebut dalam perjuangan itu akan tunduk/mengindahkan isi Protokol tersebut.

Khusus mengenai masalah pemakaian Bom Cluster pengaturannya melalui pendekatan didalam Protokol ini yaitu dengan beberapa pasal yang mengaturnya. Sebagai ruang lingkup berlakunya Protokol ini dapat dapat kita lihat dalam pasal 1 di mana Protokol ini tidak berlaku bagi ranjau laut. Pada pasal 2 diatur beberapa pengertian


(49)

Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008.

USU Repository © 2009

penting antara lain, ranjau boobytraps, alat-alat (devices) lain, obyek militer, obyek sipil dan recording. Ranjau dirumuskan sebagai setiap munisi yang ditempatkan di bawah, di atas tanah dan dibuat supaya, dapat diledakkan/meledak apabila didekati atau disentuh oleh manusia atau kendaraan. Booby-traps adalah setiap alat atau material yang dirancang, dibangun atau disesuaikan untuk membunuh atau melukai dan yang bekerjanya secara tidak terduga apabila seseorang mengganggu (disturbs) atau mendekati obyek yang tampaknya tidak berbahaya atau melaksanakan suatu perbuatan yang tampaknya tidak membahayakan (apparently safe act)33

a. lokasi dari ranjau tersebut dapat dicatat dengan teliti, atau .

Selain itu Protokol tersebut juga mengatur I tentang penggunaan ranjau yang dipasang dari tempat jauh (remotely delivered mines). Penggunaan ranjau semacam itu dilarang kecuali apabila ranjau semacam itu hanya dipakai di dalam wilayah yang memang merupakan sasaran militer atau wilayah t yang berisi sasaran militer, dan:

b. apabila dipakai suatu alat yang dapat mengamankan ranjau tersebut , yaitu suatu alat yang dapat bekerja sendiri untuk menjinakkan senjata tersebut apabila senjata itu sudah tidak berguna lagi dipandang dari kepentingan militer34

Selanjutnya terhadap pemakaian ranjau darat yang dlpasang dalam suatu lokasi harus diadakan pencatatan (recording). Pencatatan ini diatur dalam pasal 7. Pencatatan ini penting agar diketahui di mana terdapat medan ranjau supaya apabila perang telah usai dan ranjau tersebut telah kehilangan arti militernya, ranjau dapat dijinakkan/diledakkan.

.

33

Haryomataram, 1994 : 122-123

34


(50)

Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008.

USU Repository © 2009

Dengan demikian diharapkan tidak akan ada penduduk sipil yang tidak berdosa menjadi korban meledaknya ranjau

Oleh karena itu, peranan komandan dalam memberikan suatu perintah sangat penting. Antara yang diperintah dengan pemberi perintah (komandan) harus saling memahami perintah yang diberikan terutama perintah yang berkaitan dengan pemasangan ranjau darat di suatu lokasi tertentu agar tidak terjadi kerugian yang menimpa penduduk sipil ataupun mengurangi efek ledakan ranjau tersebut. Hal ini terkait pula dengan Protokol I dari Protokol Tambahan 1977.

Protokol I ini mengatur Konflik bersifat lnternasional Konflik Bersenjata yang tidak Bersifat lnternasional (Non-International Armed Conflict). Untuk meningkatkan perlindungan terhadap penduduk sipil Protokol I memuat beberapa ketentuan yang harus diperhatikan oleh para Komandan/Perencana Serangan yang bertujuan untuk memperkecil / membatasi korban di kalangan dalam konflik dan harus mengambil tindakan yang seperlunya untuk mengurangi efek suatu serangan. Pada pasal 58

diatur tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi suatu efek serangan. Dalam hal ini pihak-pihak dalam konflik harus berusaha sedapat mungkin:

a. Memindahkan penduduk sipil atau obyek sipil yang berada di sekitar obyek militer. b. Mencegah penempatan obyek militer di antara/dekat dengan wilayah berpenduduk

padat .

Protokol II ini juga memuat aturan tentang kerjasama internasional dalam memindahkanl menjinakkan medan ranjau-ranjau dan booby-traps. Hal ini diatur dalam pasal 9 yang menyatakan bahwa, "Setelah permusuhan berakhir maka pihak-pihak dalam konflik harus mengadakan perjanjian, apabila perlu dengan Negara Negara lain atau


(1)

Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008.

USU Repository © 2009

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan bab bab sebelumnya tersebut di atas maka ada beberapa kesimpulan yang dapat dikemukakan, yaitu :

1. Dari segi penggunaannya bom cluster sangat efektif untuk menghancurkan kekuatan musuh. Daya ledaknya sangat ampuh untuk melumpuhkan sarana sarana yang dipandang sangat penting bagi kepentingan musuh tapi di balik itu semua penggunaanya sangatlah merugikan bagi siapa saja, karena efek dari bom ini menyebar secara luas pada suatu daerah dan tidak cocok untuk menyerang target militer yang berada di tengah kota. Di lain pihak senjata ini dapat di katagorikan sebagai senjata Inhumans weapons karena telah melanggar prinsip prinsip dalam Hukum Humaniter internasional yakni protokol tambahan yang ada pada konvensi Jenewa.

2. Penggunaan bom cluster dapat di katagorikan sebagai senjata yang tidak berprikemanusiaan.dan merupakan salah satu pelanggaran dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Karena penggunaan akan bom ini di lakukan dengan penyebaran secara acak oleh negara-negara pengguna bom cluster hal ini menunjukkan bahwa penghargaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan diabaikan. Meskipun untuk ini telah ada Deklarasi


(2)

Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008.

USU Repository © 2009

Sedunia tentang Hak-hak Azasi Manusia 1948 dan Deklarasi Hak Azasi Anak 1959 yang mutlak dijunjung tinggi serta dilaksanakan oleh Negara Negara di dunia..

Selain itu penyebaran bom cluster mempunyai efek yang sangat luas dan sangat berbahaya jika di gunakan di daerah perkotaan dan apabila hal itu terjadi maka ini menunjukkan bahwa masih rendahnya perhatian negara-negara tersebut untuk mentaati ketentuan hukum perang, hanya akan menimbulkan korban jiwa ataupun setidak-tidaknya cacat tubuh bagi semua orang yang melintasi medan yang telah di jatuhi oleh bom cluster pandang bulu.

3. Sanksi yang di terapkan dalam masalah penggunaan bom cluster ini belum ada yang secara khusus memberikan sanksi terhadap penggunaan akan bom ini hanya perangkat peratuaran seperti International Tribunal yang dapat memberikan putusan. Namun dari sisi regulasi penjatuhan hukuman atas penggunaan bom cluster ini di lkukan dengan cara melakukan pendekatan dengan regulasi tentang penggunaan senjata konvensional tertentu dan juga Statuta Roma. Hal ini demikian adanya di karenakan belum adanya suatu peratuaran khusus mengenai penggunaan bom cluster jadi pendekatan regulasinya hanyalah kepada peraturan terhadap penggunaan ranjau darat.

B. Saran

Negara-negara produsen bom cluster hendaknya bersikap bijaksana dalam membatasi bahkan menghentikan produksi. Ada beberapa negara produsen bom cluster yang dipandang memiliki andil besar tidak hanya dari segi kekuatan militer, politik, tetapi juga dari segi ekonomi seperti Amerika Serikat, Israel, Cina, dan Rusia. Keempat negara ini dipandang dari segi ekonomi sudah baik sekali sehingga bilamana mereka menghentikan produksi atau setidak-tidaknya membatasinya tidak akan berpengaruh


(3)

Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008.

USU Repository © 2009

besar terhadap perekonomian mereka. Andil mereka di bidang politik internasional turut pula mempengaruhi keberhasilan kebijakan internasional dalam menghapuskan atau membatasi pemakaian bom cluster tersebut. Selain itu pula negara-negara di dunia terutama yang sedang mengalami konflik hendaknya lebih memperhatikan keberadaan hukum perang serta melaksanakannya.

Hal, ini terutama berkaitan erat dengan perlindungan penduduk sipil yang selalu diabaikan. Penggunaan bom cluster ini juga memiliki dampak yang tidak hanya berhenti bila perang telah usai tetapi juga memiliki dampak saat situasi damai. Sisa-sisa peninggalan bom cluster yang masih tergeletak dan masih aktif yang belum dimusnahkan akan menimbulkan bencana bagi penduduk sipil yang melaksanakan aktivitas sehari-hari. Hal ini membutuhkan perhatian secara lebih khusus lagi bagi dunia internasional.

Dan juga di perlukannnya suatu perangkat hukum yang baru yang dapat mengikat semua Negara yang ada di seluruh dunia agar melarang penggunaan bom cluster ini. Dimana Negara Negara produsen dari senjata tersebut harus ikut dalam meratifikasi perjanjian tersebut. Semoga saja dengan di bentuknya suatu perangkat baru di bidan hukum humaniter terlebih lagi khususnya mengenai pelaranggan penggunaan bom cluster dapat membawa angina segar perdamaian dan perlindungan bagi kemanusiaan.


(4)

Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008.

USU Repository © 2009

DAFTAR PUSTAKA

Brownlie, Ian. Principles of Public International Law, second edition, Clarendon Press, Oxford ;1973

Carnegie Endowment for International Peace. The Hague Convention and Declarations of 1899 and 1907. New York, 1915, Oxford University Press

Fadillah, Agus. Hukum Humaniter suatu perspektif, Pusat Studi Hukum Humaniter Universitas Trisakti dengan Internasional Committee of The Red Cross, Jakarta ;1997.

Haryomataram, KGPH. Pengantar Hukum Humaniter. Rajawali Press, Jakarta : 2005

Kusumaatmadja, Mochtar, Konvesi Jenewa tahun 1949 Mengenai Perlindungan Korban perang, Bandung: Binacipta, 1968

Kusumaatmadja, Prof . Mochtar. Mochtar Kusumaatmaja, Hukum Internasional Humaniter dalam Pelaksanaan Dan Penerapannya di Indonesia,Bancipta Bandung;1980

Starke, J.G. Hukum Internasional 2; 1977

The Iraq War's Civilian Toll,” Weekend All Things Considered, National Public Radio, Washington, D.C.;2007


(5)

Nofan H 2008.

USU Repository © 2009

Parthiana, I Wayan, Pengantar Hukum Internasional, Madar Maju. Bandung ;2003

Permanasari Arlina, dkk, Pengantar Hukum Humaniter, Internasional Committee of The Red Cross, Jakarta 1999,

Peter Gasser, Hans, International Humanitarian Law, Henry Dunant Institute, Geneva;1993

Pictet, Jean. Development and Principles of International Humatarian Law. Protocol of St.Petersburg 1868

Hague Convention 1899-1907

Konvensi Jenewa 1949 dan protokol tambahan I s/d V 1977 Convention of Certain Conventional Weapons 1980

Ottawa Treaty 1997 Ottawa Treaty 1997 Convention on The Prohibition of The Use, Stockpiling Production and Transfer of Anti Personnel Mines and on Their Destruction

Statuta Roma 1998

Media elektronik

Human Rights Watch (HRW), Timeline of Cluster Munition Use, February 2007,

http://www.stopclustermunitions.org/files/HRW%20Survey%20on%20cluster%2 0munitions.pdf

http://www.stopclustermunitions.org/info.asp?c=14&id=28,


(6)

Nofan Herawan : Penggunaan Bom Cluster Dan Kaitannya Dengan Pelanggaran Hukum Humaniter Di Timur Tengah, 2008.

USU Repository © 2009

www.icrc.com/ihl/weapon/cluster_bomb

Media cetak

Angkasa no.7 april 2003 th.XIII:’Perang Irak Gelar Senjata Pemusnah AS’ The Yom Kippur War – October 1973. Angkasa edisi koleksi no.XLII 2007 USA Today reported by Paul Wiseman