Pelaksanaan Penyukuhan dalam Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

(1)

TUGAS AKHIR

PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI TENTANG

PELAKSANAAN PENYULUHAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK

PRATAMA MEDAN TIMUR

DIAJUKAN

O L E H

NAMA : DONANURLIANASIAGIAN NIM : 062600025

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ADMINISTRASI PERPAJAKAN MEDAN


(2)

KATA PENGANTAR

Assalammualaikum wr.wb

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya serta shalawat dan salam atas junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya dari alam yang penuh keimanan yang ditandai berbagai macam ilmu pengetahuan dan teknologi.

Adapun judul laporan PKLM yang dipilih penulis adalah “ PELAKSANAAN PENYULUHAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK DIKANTOR PELAYANAN PAJAK DIKANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR ”.

Laporan PKLM ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada program Diploma III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada orang tua, Ayahanda dan Ibunda yang telah membesarkan, memberikan, kasih sayang yang tidak ternilai harganya.

Selama menyusun laporan PKLM ini penulis banyak menerima bantuan dorongan, bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :


(3)

1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA Selaku Dekan Fakultas Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasutian, Msi Selaku Ketua

Program Studi D-III Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs, Humaizi, MA Selaku Dosen pembimbing yang

bersedia meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan sehingga dapat selesai dengan baik.

4. Ibu Dra.Elita Dewi, MSP yang telah memberikan nasehat kepada

penulis.

5. Seluruh staf pengajar dan pegawai diprogram studi Diploma III

Administrasi Perpajakan yang telah memberikan pengajaran Ilmu Pengetahuan kepada penulis.

6. Buat keluargaku, abang, 2 adikku yang sangat ku sayang caca dan kiki n for all my family.

7. Buat teman-temanku yang aneh-aneh tingkahnya terutama Sheilla,

Petod Cute yang udah ngebantuin ngetik, Reyre bocor, Nia, Putri, Silvi, Mira sahabat seperjuangan Thank’s atas semangatnya, dan yang gak ketinggalan Adit thank’s ya dah bantuin kakak. Serta anak-anak FISIP USU terutama Jurusan Administrasi Perpajakan stambuk 06 khususnya kelas A yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.


(4)

8. Special thank’s Buat Arman Syahputra yang telah banyak memberi

semangat dan dukungan semoga dirimu diberi yang terbaik oleh ALLAH SWT.

Alm. Ayub Abdillah sahabat yang tidak akan pernah terlupakan terima kasih buat segala-galanya damai disana kami disini selalu mendoakan mu.

Penulis menyadari masih banyak kelemahan dan kekurangan dalam laporan ini yang disebabkan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis.

Untuk itu penulis mengharapkan saran-saran dan kritik sehat yang sifatnya membangun dari pembaca.

Akhirnya penulis berharap laporan PKLM ini bermanfaat bagi kita semua. Semoga ALLAH SWT selalu berkenan memberikan tuntunan dan ridhonya kepada kita semua. Amin

Medan, Juni 2009

Dona Nurliana Siagian


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……….... i

DAFTAR ISI...……… ii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang……….. 1

B. Tujuan……… 2

C. Manfaat………. 2

D. Ruang Lingkup………. 3

E. Metode PKLM……….. 4

F. Metode Pengumpulan Data……….. 5

G. Sistematika Penulisan Laporan PKLM……… 5

BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Umum KPP Pratama Medan Timur……… 7

B. Ruang Lingkup Wilayah Kerja KPP Pratama Medan Timur……….. 10

C. Struktur Organisasi KPP Medan Timur……….. 10

D. Bidang-Bidang Kerja KPP Pratama Medan Timur……… 14

E. Deskripsi Kerja KPP Pratama Medan Timur………. 17

BAB III : GAMBARAN DATA PENYULUHAN PAJAK A. Pengertian Pajak……… 23

B. Pembagian dan Pengolahan Pajak………. 24


(6)

D. Pengertian Penyuluhan Perpajakan……….. 26

E. Kegiatan Penyuluhan……… 29

F. Sasaran Penyuluhan……….. 31

G. Tujuan Penyuluhan………... 33

H. Metode Penyuluhan………. 34

I. Materi Penyuluhan………... 37

BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI A. Penyuluhan Yang Dilakukan Oleh Fiskus Belum Optimal………. 39

B. Materi Yang Diberikan Belum Dapat Dipahami Oleh Masyarakat……. 43

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan………. 48

B Saran……… 49


(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Partisipasi masyarakat untuk menunjang roda pemerintahan sangat dominan terutama melalui pembayaran pajak, digunakan oleh pemerintah untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan umum, seperti membiayai fasilitas pendidikan, air minum, listrik, transportasi, dan memberi gaji pegawai negeri sipil dan banyak hal lainnya yang ditujukan untuk kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat umum.

Oleh karena itu pajak sangat penting sekali bagi pemerintah untuk menyukseskan pembangunan. Dimana untuk membangun itu diperlukan dana yang cukup besar, dan sebagian dana yang untuk membangun itu berasal dari pajak disamping sumber-sumber lain yang mendukung pembangunan.

Sistem perpajakan yang dianut negara kita adalah sistem “Self Assisment System” yang berarti wajib pajak diberi kepercayaan sepenuhnya untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang terhutang.

Untuk berjalannya penyuluhan ini memerlukan sarana-sarana penunjang dibidang penyuluhan seperti fasilitas penyuluhan dan media massa juga sangat diperlukan untuk memperluas materi-materi penyuluhan yang diperlukan adalah penyuluhan yang terampil sehlingga masyarakat tidak mempunyai alasan untuk tidak membayar pajak.

Disamping itu juga kemungkinan masalah yang dapat terjadi adalah kurangnya tenaga penyuluh sehingga penyuluhan yang dilakukan tidak merata, sehingga tidak semua masyarakat mendapat penyuluhan. Jadi berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik


(8)

untuk membuat tugas akhir dengan judul “PELAKSANAAN PENYULUHAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR”.

B. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini adalah :

a. Untuk mengetahui pelaksanaan sistem penyuluhan yang dilakukan oleh

KPP pratama medan timur kepada wajib pajak.

b. Mendapatkan data untuk memberikan materi terutama kepada masyarakat

dari fiskus mengenai pengertian perpajakan, tata cara pemberian NPWP, perhitungan pajak dan lain-lain, dengan terjun kelapangan.

C. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri a. Bagi Mahasiswa

a. Untuk memperkenalkan secara langsung kepada mahasiswa situasi

dunia kerja yang sebenarnya.

b. Untuk mempraktikkan dan menerapkan ilmu pengetahuan

khususnya dibidang Administrasi Perpajakan serta mengaplikasikannya kedalam dunia kerja di Kantor Pelayanan Pajak Medan Pratama kehidupan nyata yang telah diperoleh selama masa perkuliahan.


(9)

pekerjaan secara efisiensi dan efektif melalui praktik lapangan. b. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

a. Membina hubungan baik dengan Program Studi Perpajakan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

b. Mendapatkan masukan dan saran untuk perbaikan metode

penyuluhan wajib pajak.

c. Bagi Lembaga Pendidikan Universitas Sumatera Utara

a. Membuka interaksi antara dosen Program Studi Diploma III

Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

b. Mendapatkan masukan dan saran untuk perbaikan dan

penyempurnaan kurikulum yang berlaku di Program Studi Diploma III.

c. Mempromosikan sumber daya manusia yang ada di Program Studi

Diploma III.

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Adapun ruang lingkup yang ingin dicapai Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini adalah :

a. Metode penyampaian penyuluhan yang dilakukan Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Medan Timur kepada wajib pajak.

b. Kendala-kendala yang dihadapi dalam menghadapi penyuluhan wajib


(10)

c. Tanggapan wajib pajak terhadap efektifitas penyampaian penyuluhan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri a. Tahap Persiapan

1. Pengajuan judul

2. Penentuan judul Program Studi Diploma III b. Studi Literatur

Penulis mencari berbagai sumber bacaan tentang yang menyangkut Administrasi Perpajakan.

c. Observasi Lapangan

Penulis mengamati langsung pada objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

d. Pengumpulan Data

a. Data Primer adalah Data yang diperoleh dari pihak yang memahami tentang objek penelitian di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.

b. Data Sekunder adalah Data yang diperoleh melalui buku-buku atau referensi-referensi lain yang menyangkut objek penelitian.

e. Analisis data dan Evaluasi

Penulis akan menganalisa dan mengevaluasi data secara kualitatif yang akan disajikan secara objektif, jelas dan sistematis.


(11)

F. Metode Pengumpulan Data

Dalam penulisan ini digunakan metode sebagai berikut :

a. Daftar Wawancara (Interview Guide)

Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara bertanya langsung mengenai hal-hal yang berhubungan dengan penyuluhan.

b. Daftar Observasi (Observation Guide)

Pengumpulan data yang dilakukan penulis dengan mengadakan pengamatan secara langsung ditempat Praktik Kerja Lapangan Mandiri sehubungan dengan bahan yang akan dispesialisasikan oleh penulis.

c. Daftar Dokumentasi (Optimal Guide)

Menggunakan data dokumentasi yang diperlukan dan data-data yang berhubungan dengan kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri yang dilaksanakan penulis.

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri

B. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

C. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri

E. Metode Pengumpulan Data


(12)

BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM

A. Sejarah Umum KPP Pratama Medan Timur

B. Tugas dan Fungsi KPP Pratama Medan Timur

C. Wilayah Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

D. Struktur Organisasi dan Bidang-Bidang Kerja Kantor Pajak Pratama Medan

Timur.

BAB III : GAMBARAN DATA PENYULUHAN PAJAK

Bab ini penulis menguraikan secara sistematis tentang setiap bidang kegiatan dan bentuk kegiatan apa saja yang telah dilakukan selama masa PKLM.

BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI DATA

Bab ini berisikan analisa dan evaluasi dari pelaksanaan penyuluhan perpajakan di Kantor Penyuluhan Pajak Pratama Medan Timur.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Penulis akan membuat kesimpulan dan memberikan saran yang dapat dijadikan masukan berharga dan bermanfaat bagi perkembangan Kantor Penyuluhan Pajak Pratama Medan Timur.


(13)

BAB II

GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN TIMUR

A. Sejarah Singkat Berdirinya KPP Pratama Medan Timur

Kantor Pelayanan Pajak dimulai pada masa penjajahan Belanda, Kantor Pelayanan Pajak pada masa itu bernama Belasting, yang kemudian setelah kemerdekaan berubah nama menjadi Kantor Inspeksi Keuangan. Kemudian berubah lagi menjadi Kantor Inspeksi Pajak dengan induk organisasinya Direktorat Jenderal Pajak Keuangan Republik Indonesia. Di Sumatera Utara pada tahun 1976 berdiri tiga kantor inspeksi pajak, yaitu :

1. Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan

2. Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara

3. Kantor Inspeksi Pajak Pematang Siantar

Pada tahun 1978 Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dipecah menjadi dua Yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Kisaran. Untuk memudahkan pelayanan pembayaran pajak dari masyarakat, dan dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat, maka didirikanlah Kantor Inspeksi Medan Timur.

Dalam meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat di dalam pelayanan pembayaran pajak, maka berdasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 267/KMK.01/1989, diadakanlah perubahan secara menyeluruh pada


(14)

Direktorat Jenderal Pajak yang mencakup reorganisasi Kantor Inspeksi Pajak yang diganti nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak, sekaligus dibentuknya Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan.

Berdasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.758/KMK.01/1993 tertanggal 3 Agustus 1993, maka pada tanggal 1 April 1994 didirikanlah Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota.

Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota merupakan pecahan dari tiga Kantor Pelayanan Pajak, yaitu :

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Selatan

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat

3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara

Terhitung mulai tanggal 1 April 1994, Kantor Pelayanan Pajak berubah Menjadi empat wilayah kerja, yaitu :

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat

3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara

4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.

443/KMK.01/2001 tentang “ Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak ” yang mana Kantor Pelayanan Pajak di Kotamadya Medan menjadi enam wilayah kerja, yaitu :


(15)

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur, dengan ruang lingkupnya meliputi wilayah :

1) Kecamatan Medan Timur

2) Kecamatan Medan Area

3) Kecamatan Medan Tembung

4) Kecamatan Medan Perjuangan

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat, dengan ruang lingkup meliputi wilayah :

1) Kecamatan Medan Barat

2) Kecamatan Medan Sunggal

3) Kecamatan Medan Petisah

4) Kecamatan Medan Helvetia

3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Kota, dengan ruang lingkup meliputi wilayah :

1) Kecamatan Medan Kota

2) Kecamatan Medan Denai

3) Kecamatan Medan Johor

4) Kecamatan Medan Amplas

4. Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia, dengan ruang lingkup meliputi wilayah :

1) Kecamatan Medan Polonia

2) Kecamatan Medan Maimun

3) Kecamatan Medan Baru


(16)

5) Kecamatan Medan Selayang

5. Kantor Pelayanan Pajak Medan Belawan, dengan ruang lingkup meliputi wilayah :

1) Kecamatan Medan Belawan

2) Kecamatan Medan Marelan

3) Kecamatan Medan Labuhan

4) Kecamatan Medan Deli

6. Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai 1) Kota Binjai

2) Kabupaten Langkat

B. Ruang Lingkup Wilayah Kerja KPP Pratama Medan Timur

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur, dengan ruang lingkupnya meliputi wilayah :

1) Kecamatan Medan Timur

2) Kecamatan Medan Area

3) Kecamatan Medan Tembung

C. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur

Kantor Pelayanan Pajak dipimpin oleh seorang kepala kantor yang bertugas melaksanakan kegiatan operasional pelayanan perpajakan dalam daerah wewenangnya berdasarkan teknis yang ditetapkan Direktur Jenderal Pajak. Secara umum tugas Kantor Pelayanan Pajak Pratama meliputi :


(17)

1. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, serta penilaian objek Pajak Bumi dan Bangunan

2. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan

3. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan

pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya

4. Penyuluhan perpajakan

5. Pelaksanaan registrasi Wajib Pajak

6. Pelaksanaan Ekstensifikasi

7. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak

8. Pelaksanaan pemeriksaan pajak

9. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak

10. Pelaksanaan konsultasi perpajakan 11. Pelaksanaan Intensifikasi

12. Pembetulan ketetapan pajak

13. Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas

Tanah dan atau Bangunan 14. Pelaksanaan administrasi kantor.

Adapun struktur organisasi yang digunakan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur adalah struktur organisasi linier dan staf yang berada dibawah seorang koordinasi Kepala Kantor Wilayah I Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara, dimana seluruh pegawainya adalah Pegawai Negeri Sipil dibawah naungan Departemen Keuangan Republik Indonesia.


(18)

Kantor Pelayanan Pajak dapat digolongkan menjadi 2 (dua) tipe, yaitu tipe A dan tipe B. Kantor Pelayanan Pajak tipe A merupakan Kantor Pelayanan yang tergolong dalam skala besar, yang biasanya di ibukota propinsi sedangkan KPP tipe B merupakan Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya tidak melebihi dari wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak tipe A, biasanya berada di kotamadya dan kabupaten, jadi berdasarkan wilayah diatas maka Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur dapat digolongkan KPP tipe A karena wilayahnya berkedudukan di ibukota Propinsi Sumatera Utara.

Namun berdasarkan SK. Menkeu RI No.162/KMK.01/1997 tanggal 10 April 1997 tentang peningkatan KPP tipe B menjadi tipe A, sehingga dengan adanya surat keputusan itu KPP tipe B tidak ada lagi di Kantor Wilayah I Direktorat Jenderal Pajak Sumatera bagian Utara (Sumbagut).

Berdasarkan SK.Menkeu RI No.94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994 tentang susunan organisasi Departemen Keuangan, maka tipe A terdiri dari Kepala Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur, membawahi 1 sub bagian, 8 seksi, 1 kantor penyuluhan ditambah kelompok tenaga fungsional (yang berada diluar struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak) yakni terdiri dari :

1. Sub Bagian Tata Usaha (TU)

2. Seksi Tata Usaha dan Perpajakan (TUP)

3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) 4. Seksi Pajak Penghasilan Orang Pribadi


(19)

5. Seksi Pajak Penghasilan Badan

6. Seksi Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan

7. Seksi Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Tidak Langsung Lainnya

8. Seksi Penagihan

9. Seksi Penerimaan dan Keberatan

10.Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan.

Namun setelah adanya modernisasi perpajakan tahun 2006 s.d 2008 Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan maka Kantor Pelayanan Pajak Pratama terbagi menjadi beberapa seksi yaitu :

Sub Bagian Umum

1. Seksi Pengolahan Data dan Informasi 2. Seksi Pelayanan

3. Seksi Penagihan

4. Seksi Pemeriksaan

5. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan

6. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I

7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II 8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III

9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV


(20)

D. Bidang-Bidang Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur 1. Sub Bagian Umum ( Subbag Umum )

Sub Bagian Umum mempunyai tugas melakukan urusan Tata Usaha,

Kepegawaian, Keuangan dan Rumah Tangga. Sub Bagian Umum membawahi 3 (tiga) Koordinator Pelaksana yaitu :

1. Koordinator Pelaksana Tata Usaha dan Kepegawaian 2. Koordinator Pelaksana Keuangan

3. Koordinator Rumah Tangga.

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi ( Seksi PDI )

Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas melakukan, urusan pengolahan data dan informasi, pembuatan monografi pajak, penggalian potensi perpajakan serta ekstensifikasi Wajib Pajak.

Seksi Pengolahan Data dan Informasi membawahi 3 (tiga) Koordinator pelaksana yaitu :

1. Koordinator Pelaksana PDI I, bertugas untuk melaksanakan

pengolahan data keluaran dan masukan

2. Koordinator Pelaksana PDI II, bertugas untuk melaksanakan

pengolahan data dan menyajikan informasi perpajakan

3. Koordinator Pelaksana PDI III, bertugas untuk melaksanakan

penggalian potensi perpajakan, ekstensifikasi wajib pajak dan membuat monografi perpajakan.


(21)

3. Seksi Pelayanan

Seksi Pelayanan mempunyai tugas melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi Wajib Pajak, serta melakukan kerja sama perpajakan. Seksi Pelayanan membawahi 3 (tiga) Koordinator pelaksana yaitu :

1. Koordinator Pelaksana Pelayanan Terpadu

2. Koordinator Pelaksana Surat Pemberitahuan

3. Koordinator Penyuluhan Perpajakan.

4. Seksi Penagihan

Seksi Penagihan mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang pajak, serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.

Seksi Penagihan membawahi 2 (dua) Koordinator Pelaksana yaitu :

1. Koordinator Pelaksana Tata Usaha Piutang Pajak

2. Koordinator Pelaksana Penagihan Aktif.

5. Seksi Pemeriksaan

Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.


(22)

Peraturan Menteri Keuangan No.426/PM.1/2007 tentang Uraian Jabatan Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak mengatur :

“ Uraian tugas dan kegiatan Kepala Seksi Pemeriksaan antara lain menyusun Daftar Nominatif dan atau Lembar Pemeriksaan Wajib Pajak yang akan Diperiksa, membuat usulan pembatalan Daftar Nominatif dan atau Lembar Penugasan Pemeriksaan (LP2) Wajib Pajak yang akan diperiksa, dan menerbitkan dan menyalurkan Surat Perintah Pemeriksaan Pajak (SP3), Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Pajak dan Surat Pemanggilan

Pemeriksaan Pajak ”.

6. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan

Seksi Ekstensifikasi Perpajakan mempunyai tugas melakukan pengamatan potensi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, pembentukan dan pemutakhiran basis data nilai objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi.

Peraturan Menteri Keuangan No.426/PM.1/2007 tentang Uraian Jabatan Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak mengatur :

“ Uraian tugas dan kegiatan Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan antara lain melaksanakan penerbitan dan penatausahaan Surat Himbauan NPWP dan atau pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP), menyusun Daftar Nominatif Wajib Pajak yang akan dilakukan pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka pemberian NPWP dan atau pengukuhan PKP secara jabatan, dan membimbing pelaksanaan dan penatausahaan pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka pemberian NPWP dan atau pengukuhan PKP secara


(23)

jabatan ”.

7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi

Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, Seksi Pengawasan dan Konsultasi II, Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV, masing-masing mempunyai tugas melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak, bimbingan/himbauan kepada Wajib Pajak dan Konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil Wajib Pajak, analisis kinerja Wajib Pajak, melakukan rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, usulan pembetulan ketetapan pajak, usulan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan atau Bangunan dan melakukan evaluasi hasil banding.

8. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah Jabatan Fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan. Setiap kelompok tersebut dikoordinasikan oleh pejabat fungsional senior yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Wilayah dan Kepala KPP Pratama yang bersangkutan. Adapun jumlah Jabatan Fungsional tersebut ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja. Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

E. Deskripsi Kerja KPP Pratama Medan Timur 1. Sub Bagian Umum


(24)

a. Penerimaan dokumen di KPP

b. Pemprosesan dan penatausahaan dokumen masuk

c. Pelaksanaan pelantikan, sumpah dan serah terima jabatan serta

pengambilan sumpah Pegawai Negeri Sipil (PNS)

d. Pelaksanaan pembayaran tagihan melalui mekanisme langsung kepada

rekannya

e. Pemusnahan dokumen, penyusunan laporan berkala KPP dan pembuatan

laporan tahunan.

f. Penyusunan tanggapan/tindak lanjut terhadap Surat Hasil Pemeriksaan

(SHP)/Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dari Dirjen Depkeu/BPK/BPKP/Unit Fungsional Pemeriksa Lainnya dan Lain-lain.

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Adapun prosedur standar kerja Seksi Pengolahan Data dan Informasi adalah :

a. Penyusunan rencana penerimaan pajak berdasarkan potensi pajak,

perkembangan ekonomi dan keuangan

b. Penatausahaan penerimaan PBB Non Elektronik

c. Pemprosesan dan Penatausahaan dokumen masuk di Seksi PDI

d. Pembuatan dan penyampaian Surat Perhitungan dikirim ke Kantor

Pelayanan Pajak lain


(25)

3. Seksi Pelayanan

Seksi Pelayanan mempunyai prosedur standar kerja sebagai berikut :

a. Penatausahaan surat, dokumen, dan laporan wajib pajak pada Tempat

Pelayanan Terpadu (TPT)

b. Penyelesaian pemindahan wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP)

lama dan baru

c. Penyelesaian permohonan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP)

d. Pendaftaran dan pencabutan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

e. Penyelesaian permohonan perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT

Tahunan PPh

f. Penerbitan Surat Teguran penyampaian SPT Masa dan SPT Tahunan PPh

g. Pelaksanaan pemenuhan permintaan konfirmasi dan klarifikasi dan

lain-lain.

4. Seksi Penagihan

Seksi Penagihan mempunyai prosedur standar kerja :

a. Pemprosesan dan Penatausahaan dokumen masuk di Seksi Penagihan

b. Penatausahaan Surat Ketetapan Pajak dan Surat Tagihan Pajak beserta

bukti pembayarannya

c. Penyelesaian Usulan Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak

d. Penerbitan STP Bunga Penagihan, Surat Teguran Penagihan, Surat Paksa

dan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP) serta Surat Keputusan Pencabutan Sita


(26)

e. Pembuatan Usulan Pencegahan dan Penyanderaan terhadap wajib pajak tertentu dan lain-lain.

5. Seksi Pemeriksaan

Seksi Pemeriksaan mempunyai prosedur standar kerja sebagai berikut :

a. Penyelesaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan Lebih Bayar

b. Penyelesaian Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak

Penjualan Barang Mewah

c. Penatausahaan Laporan Pemeriksaan Pajak dan Nota Penghitungan

d. Pengamatan KPP, pemeriksaan kantor, pemeriksaan lapangan dan

penyelesaian Usulan Pemeriksaan dan lain-lain.

6. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan

Adapun prosedur standar kerja Seksi Ekstensifikasi Perpajakan di KPP adalah sebagai berikut :

b. Pendaftaran objek pajak baru dengan penelitian kantor maupun lapangan

c. Penerbitan Surat Himbauan untuk ber-NPWP

d. Pencarian data potensi perpajakan dalam rangka pembuatan Monografi

Fiskal

e. Penyelesaian Permohonan Penundaan Pengembalian SPOP dan mutasi

sebagian atau seluruhnya objek dan subjek pajak PBB

f. Penerbitan daftar nominatif untuk usulan SP3 PSL Ekstensifikasi dan lain-lain.


(27)

7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi

Seksi Pengawasan dan Konsultasi mempunyai prosedur standar kerja sebagai berikut :

a. Penyelesaian permohonan penggunaan nilai buku dalam rangka

penggabungan usaha, pengambilalihan usaha, atau pemekaran usaha

b. Penerbitan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP) dan

Surat Perintah Membayar Imbalan Bunga (SPMIB)

c. Penyelesaian Permohonan Pembetulan Ketetapan Pajak Penghasilan,

Pajak Pertambahan Nilai, dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah di KPP

d. Penyelesaian Permohonan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi

Administrasi PBB di KPP

e. Penyelesaian Permohonan Surat Keterangan Bebas (SKB) Pemotongan

PPh atas Bunga Deposito dan Tabungan serta Diskonto SBI yang diterima atau diperoleh Dana Pensiun yang pendirinya telah disahkan oleh Menteri Keuangan

f. Pembuatan Surat Pemberitahuan perubahan besarnya angsuran Pajak

Penghasilan Pasal 25 (Dinamisasi) dan lain-lain.

8. Kelompok Jabatan Fungsional

Mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan perundang-undangan yang berlaku. Kelompok jabatan fungsional terdiri dari sejumlah jabatan fungsional yang terbagi dalam


(28)

berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahliannya. Setiap kelompok dikoordinasikan oleh pejabat fungsional senior yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Wilayah dan Kepala KPP Pratama yang bersangkutan.

Setiap kelompok tersebut dikoordinasikan oleh pejabat fungsional senior yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Wilayah, Kepala KPP, Kepala KPPBB, atau Kepala Karikpa yang bersangkutan.

9. Kantor Pelayanan, Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) KP2KP mempunyai tugas melakukan urusan pelayanan, penyuluhan, dan konsultasi perpajakan kepada masyarakat serta membantu Kantor Pelayanan Pajak Pratama dalam melaksanakan pelayanan kepada masyarakat. KP2KP adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Pajak yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama.

Dalam melaksanakan tugasnya KP2KP menyelenggarakan fungsi :

a. Pelaksanaan penyuluhan, sosialisasi, dan pelayanan konsultasi

perpajakan kepada masyarakat

b. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak

c. Bimbingan dan konsultasi teknis perpajakan kepada Wajib Pajak

d. Pemberian pelayanan kepada masyarakat di bidang perpajakan

dalam rangka membantu Kantor Pelayanan Pajak Pratama e. Pelaksanaan administrasi kantor.

KP2KP terdiri dari :

1. Petugas Tata Usaha


(29)

BAB III

GAMBARAN DATA PENYULUHAN PAJAK

A. Pengertian Pajak

Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang sangat penting, disamping minyak dan bumi. Hal ini dapat dilihat dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Bahwasannya setiap tahun, pajak merupakan sumber penghasilan yang besar bagi pemerintah.

Banyak ahli dibidang perpajakan yang memberikan pengertian atau definisi yang berbeda-beda mengenai perpajakan, namun demikian definisi tersebut mempunyai inti atau tujuan yang sama.

a. Menurut Rochmat Soemitro

Pajak ialah Iuran rakyat kepada kas negara ( pengalihan kekayaan ) partikelir berdasarkan Undang-Undang ( dapat dipaksakan ) dengan tiada pendapat jasa timbal balik ( legan prastatic ) yang secara langsung dapat ditunjuk dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum ( publieke vitgaven ).

b. Menurut P.J.A Adriani

Pajak ialah Iuran rakyat pada negara ( dapat dipaksakan ) yang terutang oleh wajib pajak membayarnya menurut perundang-undangan dengan tidak dapat kontra prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas pemerintahan.


(30)

c. Menurut S.I. Djajdiningrat

Pajak ialah suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari pada kekayaan kepada kas negara disebabkan suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tapi bukan sebagai hukuman menurut peraturan-peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan tapi tidak ada jasa balik dari negara secara langsung, namun untuk kesejahteraan umum.

Dari ketiga pendapat para ahli yang diuraikan diatas mengenai definisi atau pengertian pajak dapat disimpulkan bahwa pajak adalah :

- Merupakan iuran wajib pajak kepada negara - Dapat dipaksakan menurut Undang-undang - Tidak mendapat jasa timbal balik secara langsung

- Dipungut berdasarkan adanya suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu pada seseorang

- Digunakan untuk membiayai pengeluaran umum, pengeluaran rutin dan pembiayaan pembangunan dalam hal menjalankan pemerintahan.

B. Pembagian dan Pengolahan Pajak

Pajak dapat dibagi menjadi tiga yaitu : 1. Menurut golongannya

a. Pajak Langsung adalah Pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan oleh orang lain.


(31)

b. Pajak Tidak Langsung adalah pajak yang pembebannya dapat dilimpahkan kepihak lain.

Contoh : Pajak Pertambahan Nilai (PPn)

2. Menurut Sifat

a. Pajak Subjektif adalah Pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak yang bersangkutan.

Contoh : Pajak Penghasilan (PPh)

b. Pajak Objektif adalah Pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri wajib pajak yang bersangkutan.

Contoh : PPn, PPnBM, dan PBB

3. Menurut Lembaga Pemungutnya

a. Pajak Pusat adalah Pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.

Contoh : Pajak Penghasilan (PPh)

b. Pajak Daerah adalah Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk rumah tangga daerah.

Contoh : Pajak Reklame, Pajak Hiburan

C. Sistem Pemungutan Pajak


(32)

1. Official Assesment System

Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terhutang.

Ciri-ciri Official Assesment System :

- Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terhutang berada pada fiskus - Wajib pajak bersifat pasif

- Utang pajak timbul setelah dikeluarkan Surat Ketetapan Pajak oleh fiskus

2. Self Assesment System

Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.

3.

Penyuluhan pajak kepada masyarakat Indonesia yang jumlah penduduknya sekitar 200 juta jiwa, jelaslah merupakan tugas penting. Tujuan bukan saja untuk meningkatkan jumlah wajib pajak dan penerimaan pajak dari tahun ke tahun, tetapi yang terutama adalah meningkatkan kesadaran membayar pajak dikalangan masyarakat agar

Witholding System

Sistem ini merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak terutang oleh wajib pajak.


(33)

pajak yang dibayarkannya sesuai dengan tuntutan masyarakat terhadap pembangunan ekonomi pada khususnya dan pembangunan nasional pada umumnya.

Upaya penyadaran ini menjadi begitu penting, mengingat bahwa sistem perpajakan nasional yang berlaku saat ini Sistem Self Assesment yaitu wajib pajak diberi kepercayaan untuk melaksanakan kegotong-royongan nasional melalui sistem menghitung, memperhitungkan dan membayar sendiri pajak yang terhutang. Kepercayaan yang begitu besarnya kiranya hanya akan menimbulkan anarki, tanpa ada upaya yang sesungguhnya untuk penyadaran. Disinilah pentingnya Penyuluhan Perpajakan serta kehadiran penyuluh pajak.

Penyuluhan perpajakan adalah kegiatan memberikan informasi bimbingan dan sosialisasi tentang peraturan perundang-undangan perpajakan kepada masyarakat secara umum pada khususnya masyarakat wajib pajak, dengan harapan masyarakat menjadi paham dan sadar akan kewajiban dan hak sebagai wajib pajak. Penyuluhan perpajakan juga sebagai suatu sistem penyampaian informasi, konsultasi, dan bimbingan perpajakan secara berkesinambungan kepada masyarakat guna meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan kemauan anggota masyarakat untuk memperoleh hak dan melaksanakan kewajiban perpajakannya. (Dasar-Dasar Ilmu Sosial untuk Public Relation).

James F.Adams mempunyai pandangan bahwa penyuluhan merupakan suatu pertalian timbal balik antara individu dimana seseorang membantu yang lain, supaya dapat memahami lebih baik dalam hubungannya dengan masalah-masalah yang dihadapinya pada waktu itu dan pada waktu yang akan datang. (Pola Dasar Penyuluhan Perpajakan 1990:4). Dalam dunia pendidikan penyuluhan diartikan sebagai usaha pendidik untuk membantu mahasiswa dalam mengatasi kesulitan disekolah maupun


(34)

diluar sekolah. Dibidang pertanian penyuluhan dilaksanakan untuk menciptakan perubahan cara berpikir, sikap dan tindakan para petani sehingga tercapai usaha berproduksi yang lebih baik. (Pola Dasar Penyuluhan Perpajakan 1990:5).

Dari pengertian tersebut diatas terlihat bahwa kegiatan penyuluhan merupakan suatu proses timbal balik yang berkesinambungan dan dilaksanakan oleh orang, badan yang mempunyai klasifikasi tertentu dengan maksud untuk mempengaruhi dan membantu orang lain dalam mengatasi kesulitannya. Masyarakat selama ini mempunyai citra yang negatif terhadap pajak yang diwarisi dari konsep pada zaman kolonial, maka penyuluhan pajak harus mampu memperkenalkan nilai-nilai baru dan mengajak masyarakat menggantikan nilai-nilainya yang tidak sesuai dengan nilai-nilai baru yang ingin ditanamkan yaitu kesadaran masyarakat membayar pajak.

Mengingat beratnya beban yang diemban, maka menjadi penyuluh pajak tidak cukup hanya berbekal kemampuan teknis perpajakan semata-mata, namun juga perlu ditunjang dengan berbagai macam pengetahuan dan keterampilan agar materi yang disuluhkan dapat diterima oleh pihak yang disuluh secara utuh dan efektif. Untuk dapat menjalankan tugasnya dengan baik, seseorang penyuluh harus menguasai bahan penyuluhan, memahami proses pembentukan pendapat, memahami proses belajar, memahami proses tumbuhnya motivasi dan demotivasi, serta menguasai teknik-teknik komunikasi, khususnya komunikasi tatap muka (presentasi). Sehingga hasil akhir dari tugas penyuluh pajak adalah perubahan sikap hidup masyarakat terhadap perpajakan.

Jadi hanya seseorang yang mempunyai kualitas yang ditunjuk dan diangkat sebagai penyuluh dalam arti petugas penyuluh yang bertenaga professional. Petugas penyuluh fungsional ini dibutuhkan agar dapat dilaksanakan secara profesional, sehingga


(35)

tujuan penyuluhan melalui konsultasi dan bimbingan dapat tercapai dengan baik yang akhirnya dapat meningkatkan penerimaan pajak karena masyarakat menjadi sadar dan mau melaksanakan kewajiban perpajakannya.

E. Kegiatan Penyuluhan

Kegiatan penyuluhan langsung tetap dilakukan secara terus menerus dengan skala prioritas sesuai dengan analisis rencana penyuluh baik terhadap wajib pajak : badan, orang pribadi, dan pemotong/pemungut pajak. Untuk mencapai keberhasilan dalam penyuluhan perlu didukung dengan beberapa kegiatan yang telah dipersiapkan dengan baik. Untuk kegiatan penyuluhan Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan Medan Timur mempunyai beberapa kegiatan yang telah dirancang dengan baik melalui kegiatan.

a. Penyuluhan Langsung

Adapun prioritas sasaran penyuluhan terutama mengenai :

- SPT Tahunan Pajak Penghasilan : wajib pajak badan, orang pribadi, PPh pasal 21 - Penyuluhan kepada wajib pajak baru terhutang hak dan kewajiban perpajakan - Penyuluhan terhadap wajib pajak koperasi

- Penyuluhan terhadap wajib pajak penunggak terbesar

- Penyuluhan terhadap perusahaan pelayaran/pengangkutan jasa laut - Pemotong/Pemungutan pajak orang para bendaharawan

- Penyuluhan terhadap pengusaha toko mas - Penyuluhan terhadap pengusaha pernikahan - Penyuluhan terhadap pengusaha rumah makan


(36)

- Serta kegiatan penyuluhan atas perintah/petunjuk Kepala KPP maupun Kepala Kantor Wilayah.

b. Penyuluhan Tidak Langsung

- Pemasangan spanduk pelaporan/pembayaran SPT dilokasikan yang strategis diwilayah Medan Timur serta pemasangan papan reklame terutama berupa slogan atau ajakan untuk peduli pajak

- Pembuatan kotak penyedia Leafet, brosur, kartu selebaran atau yang sejenisnya dilokasi kantor pos, Bank persepsi, kantor kelurahan/kecamatan, TPT KPP Medan Timur serta Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan Medan Timur sendiri

- Penyampaian informasi peraturan perpajakan baru melalui surat tertulis terhadap wajib pajak yang terkait dengan ketentuan baru tersebut

- Kampanye atau iklan perpajakan melalui radio.

c. Kegiatan Pelayanan Konsultasi

- Kegiatan pelayanan konsultasi perpajakan terhadap wajib pajak yang datang

- Menindak lanjuti dengan segera setiap permintaan penjelasan secara tertulis melalui surat


(37)

F. Sasaran Penyuluhan

Yang menjadi sasaran penyuluhan pajak pada dasarnya adalah seluruh lapisan anggota masyarakat dengan pertimbangan jangka penyuluhan dilaksanakan secara langsung kepada seluruh anggota masyarakat yang tidak memungkinkan, maka sasaran penyuluhan dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu :

1. Sasaran Utama

Sasaran utama yaitu sasaran yang menjadi tujuan utama dari penyuluhan, penyuluh mempersiapkan dan melaksanakan penyuluhan dengan tujuan untuk mempengaruhi secara langsung anggota masyarakat yang disuluh agar mereka mau merubah cara berpikir dan bertingkah laku.

Sasaran utama ini antara lain adalah : a. Masyarakat pada umumnya.

Penyuluh diberikan terutama untuk menciptakan iklim dan citra perpajakan

yang baik sehingga masyarakat berpandangan positif nantinya terhadap pajak dan dapat menerima kewajiban kenegaraan

b. Masyarakat Wajib Pajak.

Baik yang sudah terdaftar maupun yang belum terdaftar, penyuluhan terhadap golongan ini diberikan terutama untuk membantu dalam pelaksanaan kewajiban perpajakan. Adapun hal-hal pokok yang disuluhkan mengenai prosedur dan tata cara perpajakan, undang-undang perpajakan dan ketentuan pelaksanaannya.


(38)

c. Aparatur Negara.

Dapat ditinjau dari 2 aspek, yaitu : a. Aparatur itu sendiri

b. Aparatur yang berhubungan dengan tugas pemungutan pajak.

d. Lembaga Pendidikan

Dimulai dari tingkat yang paling rendah sampai tingkat uang paling tinggi. Penyuluhan ini diberikan agar sedini mungkin calon wajib pajak dan calon tokoh masyarakat dan calon pimpinan masyarakat yang ada dalam dunia pendidikan sadar akan pentingnya pajak bagi suatu negara.

2. Sasaran Pendukung

Sasaran Pendukung merupakan sasaran yang diharapkan akan dapat memperluas informasi perpajakan tersebut. Yang mana sasaran pendukung itu dibagi menjadi tiga bagian yaitu :

a. Konsultasi Pajak

Sebagai mitra kerja Direktorat Jenderal Pajak dalam membina dan menyadarkan wajib pajak. Penyuluhan yang diberikan menyangkut kebijaksanaan umum perpajakan ketentuan perundang-undangan pajak dan ketentuan pelaksanaannya.

b. Instansi Pemerintahan

Penyuluhan diberikan agar pejabat tersebut melakukan usaha-usaha agar masyarakat dilingkungannya menyadari kewajiban perpajakannya.


(39)

c. Lembaga Kemasyarakatan

Tokoh masyarakat, tokoh agama, cendikiawan dan lain sebagainya.

G. Tujuan Penyuluhan

I.Djumhur dan Moh.Surya menyebutkan bahwa tujuan dari bimbingan dan penyuluhan ialah memperoleh beberapa hal :

a. Tingkat perkembangan yang optimal bagi individu sesuai dengan kemampuannya b. Membantu untuk mengembangkan pemahaman diri sesuai dengan kecakapan, minat, pribadi serta kesempatan yang ada

c. Memberikan dorongan didalam pengerahan diri, pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan.

Sedangkan menurut Direktorat Jenderal Pajak tujuan penyuluhan untuk : a. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya peranan pajak bagi suatu negara tersebut mampu melaksanakan pembangunan nasionalnya untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur

b. Meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai hak dan kewajiban perpajakan yang bagi warga negara hak dan kewajiban perpajakan tersebut merupakan kewajiban kenegaraan

c. Meningkatkan kemauan untuk memperoleh hak dan melaksanakan kewajiban perpajakan

d. Meningkatkan kepatuhan wajib pajak termasuk memungut pajak dan para bendaharawan yang ditunjuk dan diberi tanggung jawab untuk memungut dan


(40)

menyetor pajak tersebut.

e. Mendorong keikutsertaan suatu lembaga pemerintahan dan lembaga kemasyarakatan (non pemerintah) agar turut pelaksanaan pemungutan pajak yang baru

f. Memperbaiki dan memelihara citra perpajakan.

H. Metode Penyuluhan

Metode penyuluhan merupakan teknik-teknik, cara-cara yang di gunakan oleh petugas penyuluhan dalam rangka memberikan penyuluhan kepada masyarakat.

Secara umum ada dua jenis metode penyuluhan yaitu : 1. Metode Informatif

Metode Informatif adalah suatu metode dimana penyuluh secara aktif berperan serta dimana komunikasi yang dilaksanakan secara satu arah. Dengan pendekatan ini informasi penyuluhan diisi dengan ceramah atau kuliah, sehingga partisipasi para peserta sangat kecil. Partisipasi sangat terbatas pada permintaan penjelasan atau penyampaian pertanyaan mengenai hal-hal yang belum dimengerti.

Yang termasuk Metode Informatif :

a. Metode kuliah yang dalam bidang penyuluhan pajak bertujuan untuk

menyampaikan informasi kebijaksanaan perpajakan secara lengkap dan bulat dalam waktu yang sudah ditentukan, menyampaikan dan menjelaskan suatu masalah perpajakan dan menyampaikan analisis masalah perpajakan

b. Metode diskusi panel yaitu suatu metode yang banyak dipergunakan. Tujuannya untuk menyampaikan kepada peserta tentang segi pandangan yang berbeda


(41)

mengenai perpajakan. Dengan seorang, moderator cakap, diskusi dapat lebih terarah dan membahas bahan-bahan diskusi yang lebih relevan

c. Metode simposium yaitu ceramah, uraian atau makalah yang saling

berhubungan dalam masalah perpajakan. Hal ini disampaikan oleh mereka yang menguasai bidang perpajakan didepan peserta penyuluh.

2. Metode Partisipasif

Metode ini merupakan salah satu yang melibatkan para peserta penyuluhan secara aktif yaitu kesadaran sendiri tanpa ada dorongan dari orang lain atau dari luar. Metode partisipasif dapat diterapkan dalam penyuluhan perpajakan antara lain : a. Metode Audio-Visual yang dibidang perpajakan dibagi atas tiga bagian yaitu :

· Visual saja,yaitu : gambar, poster, dan photo

· Audio, yaitu : berupa kaset atau musik cerita dengan diselingi penyuluhan perpajakan

· Betul-betul Audio-Visual, seperti : sound slide, film, pita video, dan wayang. Hal ini bertujuan untuk menyajikan materi penyuluhan dengan cara lebih menarik, sehingga dapat dipergunakan untuk penyuluhan bagi anggota masyarakat yang masih awam dalam masalah perpajakan.

b. Metode diskusi kelompok, yaitu : metode yang dapat dipergunakan sebagai penyuluhan bagi kelompok yang rata-rata mempunyai basis pengetahuan perpajakan yang sudah memadai

c. Metode studi kasus adalah suatu metode penyuluhan perpajakan dengan cara menyampaikan kepada peserta suatu uraian yang lengkap tentang suatu


(42)

masalah untuk dianalisis, diolah, dan dipecahkan bersama

d. Metode Konsultasi adalah suatu metode dimana masyarakat wajib pajak mempunyai masalah perpajakan dan kemudian mendatangi atau menelpon langsung ke kantor penyuluhan untuk meminta penjelasan mengenai masalah perpajakan yang mereka hadapi. Dalam hal ini penjelasan langsung yang diberikan penyuluh kepada perorangan mengenai masalah perpajakan yang dihadapi.

Keuntungan metode ini adalah :

- Membuat penyuluhan menjadi realitas, sebab konsultasi ini berdasarkan masalah perpajakan

- Metode ini langsung mencapai sasaran karena tidak bersifat umum dan langsung dimanfaatkan oleh anggota masyarakat wajib pajak tersebut.

Dari beberapa metode yang dijelaskan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa metode berdasarkan cara penyampaian terdiri dari dua bagian :

- Metode langsung dimana penyuluh langsung berhadapan dengan sasaran baik secara perseorangan maupun kelompok itu yang bersifat tatap muka.

Contoh : ceramah.

- Metode tidak langsung yaitu penyuluh secara pribadi tidak berhadapan langsung dengan sasaran, namun melalui media.

Contoh : media cetak surat kabar, majalah, dan media elektronik televisi, radio, dan lain-lain.


(43)

I. Materi Penyuluhan

Dalam pelaksanaan penyuluhan perpajakan perlu mengadakan pemilihan materi penyuluhan dengan memperhatikan tingkat pendidikan dan umur peserta penyuluhan. Contoh jika memberikan bantuan penyuluhan mengenai ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi oleh wajib pajak dalam membayar PBB-nya serta hal-hal yang relevan dengan PBB. Materi-materi yang harus disampaikan dalam penyuluhan PBB antara lain pengertian PBB, cara menghitung PBB terhutang, dan cara mengajukan pengurangan atau keberatan.


(44)

BAGAN ORGANISASI

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR

KEPALA KANTOR

KASUBBAG UMUM

KASI PDI

KASI PELAYANAN

KASI PENAGIHAN

KASI PEMERIKSAAN

KASI EKSTENSIFIKASI PERPAJAKAN

KASI WASKON I

KASI WASKON II

KASI WASKON III

KASI WASKON IV

FUNGSIONAL PENILAI PBB

FUNGSIONAL PEMERIKSA PAJAK


(45)

BAB IV

ANALISA DAN EVALUASI

A. Penyuluhan Yang Dilakukan Fiskus Belum Optimal 1.

Peningkatan kegiatan penyuluhan perpajakan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan pemenuhan kewajiban perpajakannya. Apabila kegiatan penyuluhan tidak dilaksanakan lebih optimal bisa membawa dampak terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak. Adapun faktor yang menyebabkan kurang optimalnya kegiatan penyuluhan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur yang paling dominan terutama adalah kualitas sumber daya manusia yang tersedia tidak memadai yang disebabkan oleh :

Metode Penyuluhan

- Rendahnya motivasi pegawai

- Kurangnya bimbingan teknis penyuluhan perpajakan terhadap pegawai

- Belum memadainya tingkat pendidikan pegawai yang tersedia.

Berhasil tidaknya suatu penyuluhan sangat ditentukan petugas penyuluh sebab merekalah yang menjadi sumber informasi utama tentang hal-hal yang menjadi materi penyuluhan bagi masyarakat sebagai subjek pajak sekaligus objek penyuluhan. Untuk itu kuantitas dan kualitas petugas penyuluh perlu disesuaikan dengan kuantitas peserta penyuluhan. Kualitas petugas penyuluhan harus betul-betul professional dalam arti mampu memahami, menguasai, dan menyampaikan materi penyuluhan dengan metode atau cara yang mudah diterima para peserta penyuluh. Petugas penyuluhan juga


(46)

dipandang perlu menyesuaikan diri dengan kebiasaan masyarakat yang disuluh, sehingga lebih mudah berinteraksi dengan peserta penyuluhan.

Didalam penyuluhan perpajakan terdapat berbagai macam metode penyuluhan memilih dapat digunakan, sehingga penyuluhan dapat berdaya guna dan berhasil guna, maka perlu metode yang disesuaikan dengan sasaran penyuluhan tingkat pengetahuan dan jumlah peserta penyuluh, serta faktor-faktor lainnya.

Khususnya untuk penyuluhan perpajakan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur menggunakan metode dalam mengadakan penyuluhan :

a. Metode Informatif

Yang dimaksud dengan metode informatif adalah uraian secara ringkas dari suatu bidang perpajakan yang disajikan atau dirancang secara menarik, namun dapat memberi informasi-informasi yang jelas dan lengkap mengenai perpajakan tersebut.

b. Metode Audio-Visual

Metode Audio-Visual dibidang penyuluhan perpajakan merupakan metode dengan mempergunakan media Audio-Visual.

Metode Audio-Visual ini dikelompokkan menjadi tiga bagian : 1. Visual saja, yaitu gambar, foster, dan foto

2. Audio, yaitu berupa kaset atau musik cerita dengan diselingi penyuluhan perpajakan 3. Betul-betul Audio- Visual, seperti : sound slide, film, dan pita video

c. Metode Diskusi Kelompok

Diskusi kelompok adalah metode yang dapat dipergunakan sebagai penyuluhan bagi kelompok yang mempunyai basis pengetahuan perpajakan yang sudah memadai. Metode


(47)

ini menyelenggarakan pembicaraan dan melakukan pembahasan yang terarah mengenai pokok masalah yang menjadi bahan penyuluhan.

d. Metode Forum

Forum merupakan diskusi terbuka tentang suatu masalah perpajakan yang diadakan antara peserta penyuluhan yang jumlah pesertanya meliputi 20-40 orang, dengan satu atau dua orang sebagai nara sumber, dibawah pimpinan moderator. Dalam metode ini peserta diberi kesempatan untuk menyampaikan persoalan, memberi informasi satu sama lain dan kepada nara sumber disekitar masalah yang menjadi bahan forum.

e. Metode Konsultasi

Dalam metode masyarakat wajib pajak yang mempunyai masalah, datang dan langsung menanyakan kepada penyuluh tentang masalah perpajakan dan penyuluh langsung menyampaikan penyuluhan perpajakan terhadap wajib pajak yang meminta penjelasan tersebut. Dalam metode ini wajib pajak dapat berkonsultasi langsung melalui telepon atau surat ke Kantor Penyuluhan. Tentu saja masyarakat wajib pajak perseorangan atau kelompok lain dan sebagainya. Metode ini berlaku untuk masalah perpajakan yang bersifat teknis dan penjelasan langsung diberikan oleh penyuluh perpajakan.

Dari metode diatas dapat diuraikan bahwa metode penyuluhan merupakan cara digunakan untuk memberi informasi kepada peserta pembayar pajak atau wajib pajak agar mereka mendapat pengetahuan, keterampilan serta kesadaran atau kewajiban perpajakannya.


(48)

Tujuan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur memberikan berbagai penyuluhan kepada peserta penyuluhan agar dapat meningkatkan kesadaran wajib pajak akan tanggung jawabnya untuk membayar wajib pajak. Akan tetapi tujuan tersebut tidak akan tercapai apabila penyuluhan kurang memberikan variasi mengenai pembahasan tentang masalah perpajakan melalui metode yang disampaikan.

Metode yang diberikan oleh tenaga penyuluh kadang kala memberikan kesan yang menonton terhadap penyuluhan perpajakan, hal ini dapat diketahui dari hasil wawancara yang dilakukan penulis terhadap seseorang peserta penyuluhan yang mengikuti penyuluhan perpajakan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur. Dari beberapa metode yang disampaikan pada penyuluhan perpajakan maka boleh dikatakan bahwa metode Audio-Visual dari sudut penyampaian masih kurang frekuensinya dengan pertimbangan bahwa apabila tidak ada peningkatan frekuensi penyuluhan dalam bentuk Audio-Visual mal ada kemungkinan masyarakat wajib pajak tidak dapat menerima penjelasan perpajakan secara merata dan menyeluruh.

Jika metode penyuluhan dibuat dan dirancang hanya kepada sasaran penyuluhan yang sudah ditentukan padahal idealnya dilaksanakan terhadap semua lapisan masyarakat wajib pajak maka wajib pajak kurang dapat menerima citra positif terhadap pajak.

Bertitik tolak dari penjelasan diatas, maka dapat diambil kesimpulan dari penganalisaan tentang metode penyuluhan sebagai berikut :

- Teknik penyampaian kurang ada selingan acara hiburan sehingga dapat menimbulkan rasa bosan dari peserta penyuluhan pajak. Untuk menghindari adanya kemungkinan kurang tertarik terhadap metode yang disajikan dapat dibuat suatu acara simulasi pajak


(49)

melalui perpajakan dengan acara permainan.

- Metode penyuluhan Audio-Visual dan mass media kurang ditingkatkan frekuensinya sehingga tidak dapat menjangkau semua lapisan masyarakat wajib pajak sementara tenaga penyuluh jumlahnya kurang memadai.

- Sasaran penyuluhan perpajakan melalui metode yang disampaikan selama ini di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur kurang meluas sehingga tingkat kesadaran wajib pajak terhadap pajak kemungkinan tidak dapat meningkat karena tidak tercover seluruh masyarakat baik masyarakat awam, masyarakat wajib pajak yang sudah terdaftar maupun yang belum, dan dunia pendidikan sebagai sasaran utama penyuluhan.

B. Materi Yang Diberikan Belum Dapat Dipahami Oleh Masyarakat

Pada dasarnya materi penyuluhan perpajakan dibagi menjadi empat kelompok, yaitu :

1. Pengetahuan dasar perpajakan 2. Kebijaksanaan Perpajakan 3. Undang-Undang Perpajakan

4. Kebijaksanaan Perpajakan yang terakhir.

Isi pelajaran dari materi penyuluhan biasanya telah disusun dalam suatu program atau kurikulum kepada para peserta selama berlangsungnya proses penyuluhan. Isi dari materi tersebut disesuaikan dengan tingkat pengetahuan dan umur mereka pada saat diadakan penyuluhan. Dilihat dari banyaknya materi yang akan dibahas di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur belum disesuaikan dengan porsi waktu, teori dan


(50)

porsi praktik. Maksudnya materi yang akan diberikan terhadap peserta penyuluhan menurut waktu yang ditentukan, kurang seimbang antara teori dan praktik. Sehingga peserta penyuluhan kurang menangkap dengan jelas seluruh materi yang disajikan selama penyuluhan dan dapat dikatakan bahwa seluruh materi yang diperoleh sewaktu mengikuti penyuluhan pajak belum dapat mengurangi kesulitan yang dihadapi peserta. Dan bila materi yang disampaikan dalam suasana pembaruan materi pajak dalam pembangunan dan mengalokasikan dana pajak secara rinci, maka akan dapat menimbulkan kepercayaan terhadap masyarakat dan kemungkinan dapat menghilangkan kecurigaan wajib pajak terhadap pajak.

1. Sarana Penyuluhan

Sarana kegiatan penyuluhan juga ikut berperan dalam mendukung peningkatan kegiatan penyuluhan secara lebih optimal. Untuk penyuluhan diperlukan sarana yang memadai yaitu fasilitas atau alat-alat segala perlengkapan yang mendukung bagi kelancaran proses penyuluhan, ini berupa formulir perpajakan, brosur, leaflet perpajakan. Disamping itu harus ada papan petunjuk mengenai jenis pelayanan, persyaratan, jangka waktu (tanggal jatuh tempo), dan nama petugas yang memberi pelayanan.

Prasarana berupa pengaturan tempat parkir baik, ruang tunggu yang nyaman, tersedia toilet yang bersih, dan kotak saran untuk menerima kritik-kritik dan saran wajib pajak. Mobil penyuluhan juga sangat diperlukan untuk menginformasikan kepada masyarakat kapan diadakan penyuluhan, menyebarkan selebaran-selebaran mengenai perpajakan dan lain-lain yang berhubungan dengan masyarakat.


(51)

Sebagaimana hasil pengamatan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur bahwa sarana-sarana tersebut diatas pada dasarnya sudah dilengkapi semua oleh Departemen Keuangan. Hanya saja sarana yang tersedia tersebut belum dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh petugas penyuluhan dalam memberikan penyuluhan sehingga menyebabkan para peserta kurang memahami bahan yang diberikan dan mereka belum bisa melihat langsung bagaimana masalah yang mereka hadapi dipecahkan dan dapat pula menyebabkan terciptanya suasana yang kurang bersemangat dalam mengikuti penyuluhan.

Sarana penyuluhan selama ini kurang dapat memotivasi peserta penyuluhan dalam memberikan tanggapannya terhadap masalah yang dihadapi sewaktu mengikuti penyuluhan perpajakan. Disamping itu sarana yang kiranya belum dapat menimbulkan wajib pajak untuk lebih giat belajar mengenai perpajakan. Ini disebabkan kurangnya tingkat komunikasi yang dimiliki petugas dalam penyampaian dan pemecahan permasalahan, juga kurang kesadaran para petugas dalam menggunakan sarana-sarana yang tersedia tersebut.

Selanjutnya dapat ditambahkan pula mengenai frekuensi penggunaan fasilitas yang tersedia berupa mobil-mobil pajak untuk menyebarkan brosur-brosur dan buku-buku perpajakan kepada masyarakat yang menjadi sasaran penyuluh di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur dalam penyuluhan, penggunaannya ada kemungkinan dapat membantu kelancaran proses penyuluhan perpajakan, akan tetapi hal tersebut jarang sekali dilakukan.


(52)

2. Tenaga Penyuluh

Tenaga penyuluh yang mampu yaitu orang yang ditugaskan untuk memberikan informasi kepada peserta dalam proses penyuluhan kepada sasaran yang ingin dicapai. Tenaga penyuluh yang mengikuti pendidikan secara khusus secara bertahap dari segi kuantitas kurang memadai, disamping itu kurang memiliki teknik komunikasi yang dapat menyesuaikan diri dengan komunikasi yang dihadapi. Untuk merekrut tenaga penyuluh yang lebih professional lagi, baik dalam penguasaan materi, teknik

Kegiatan penyuluhan hanya dapat dilakukan secara lebih optimal jika tersedia jumlah tenaga penyuluh terampil yaitu tenaga penyuluh yang memiliki pengetahuan perpajakan yang cukup, menguasai komputer sehingga mampu mengolah bahan penyuluhan yang akan ditampilkan serta mempunyai kemampuan dalam menyampaikan penyajian dihadapan umum.

Pelaksanaan penyuluhan dilakukan penyuluh pajak, jabatan penyuluh pajak adalah jabatan fungsional dan dengan demikian berarti hanya dapat dijabat oleh mereka yang berkedudukan sebagai pegawai negeri sipil.

Kelompok tenaga fungsional penyuluh perpajakan mempunyai tugas melakukan penyuluhan dan pelayanan konsultasi dibidang perpajakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kelompok tenaga fungsional perpajakan dalam jabatan fungsional terbagi dalam kelompok sesuai dengan bidang keahliannya. Setiap kelompok dipimpin oleh tenaga penyuluh perpajakan paling senior yang ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pajak. Jumlah tenaga penyuluh pajak tersebut ditentukan berdasarkan ketentuan dan beban kerja. Jenis dan jenjang jabatan tenaga penyuluh perpajakan diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.


(53)

penyampaian haruslah diambil orang-orang yang benar ahli dalam hal itu. Sebab tenaga penyuluh mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi perpajakan.

Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur dari sudut kuantitas tenaga penyuluh masih kurang memadai apabila dibandingkan dengan letak geografis dan demografinya, sehingga informasi mengenai perpajakan yang diberikan belum merata diterima oleh masyarakat wajib pajak. Oleh karena itu tidak berlebihan rasanya jika tenaga penyuluh memberikan penerangan dan penyuluhan dengan komunikasi yang professional, maksudnya adalah untuk membentuk sikap, pengetahuan dan keterampilan yang dikehendaki melalui komunikasi yang professional pula.


(54)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari uraian diatas yang telah dijabarkan maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1 Dari Praktik Kerja Lapangan Mandiri kita dapat mengetahui pelaksanaan sistem penyuluhan yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur kepada wajib pajak.

2. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur memberikan data beserta materi terutama kepada masyarakat dari fiskus mengenai pengertian perpajakan, tata cara pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, perhitungan pajak dan lain-lain.

3. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur mengadakan analisa terhadap data yang diperoleh guna mengkaji permasalahan yang timbul dan mencari alternatif pemecahan, maka sistem penyuluhan pajak yang terarah dan terprogram dapat meningkatkan wajib pajak.

4. Demi suksesnya suatu penyuluhan maka kualitas dan kuantitas

penyuluhan sangat menentukan, disamping materi penyuluhan harus tepat, sarana penyuluhan yang lengkap dan metode penyuluhan juga harus tepat.


(55)

B. SARAN

1. Hendaknya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur menambah

tenaga penyuluh agar dapat menjangkau semua masyarakat wajib pajak, sehingga selain citra pajak yang positif dan tingkat kesadaran wajib pajak semakin tinggi.

2. Perlunya variasi penyuluhan dan metode yang ada dengan membuat

selingan secara hiburan yang dapat menghilangkan rasa bosan dari peserta yang mengikuti penyuluhan.

3. Sebaiknya porsi materi perpajakan disesuaikan dengan frekuensi waktu,

teori dan praktik. Disamping itu dalam penyampaian materi ada baiknya disampaikan tentang materi penyuluhan yang ada hubungannya dengan peran dalam pembangunan dan pengalokasiannya karena untuk memberikan kepercayaan kepada wajib pajak dan dapat menghilangkan kecurigaan wajib pajak terhadap pajak.

4. Kepada masyarakat diharapkan lebih berpartisipasi dalam proses

penyuluhan dan tidak ragu mengadakan konsultasi jika terdapat materi yang belum dipahami.

5. Sarana penyuluhan seharusnya dapat memotivasi peserta penyuluhan

dalam memberikan tanggapan permasalahan yang dihadapi sewaktu mengikuti penyuluhan, frekuensi penggunaan fasilitas yang tersedia dalam penyuluhan diharapkan penggunaannya dapat membantu kelancaran proses penyuluhan perpajakan sehingga pajak dapat memasyarakat di hati wajib pajak.


(56)

DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo, 2000, Perpajakan, Andi : Yogyakarta

Sihaloho, Cyrus, 2003, Modul Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Rajawali, Pers : Jakarta

Suandy, Erly, 2005, Hukum Pajak, Edisi Ketiga , Salemba Empat : Jakarta Markus, Muda, 2005, Perpajakan Indonesia, Gramedia Pustaka Utama : Jakarta Masyahrul, Tony, 2005, Pengantar Perpajakan , Gramedia Widia Sarana Indonesia : Jakarta


(1)

Sebagaimana hasil pengamatan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur bahwa sarana-sarana tersebut diatas pada dasarnya sudah dilengkapi semua oleh Departemen Keuangan. Hanya saja sarana yang tersedia tersebut belum dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh petugas penyuluhan dalam memberikan penyuluhan sehingga menyebabkan para peserta kurang memahami bahan yang diberikan dan mereka belum bisa melihat langsung bagaimana masalah yang mereka hadapi dipecahkan dan dapat pula menyebabkan terciptanya suasana yang kurang bersemangat dalam mengikuti penyuluhan.

Sarana penyuluhan selama ini kurang dapat memotivasi peserta penyuluhan dalam memberikan tanggapannya terhadap masalah yang dihadapi sewaktu mengikuti penyuluhan perpajakan. Disamping itu sarana yang kiranya belum dapat menimbulkan wajib pajak untuk lebih giat belajar mengenai perpajakan. Ini disebabkan kurangnya tingkat komunikasi yang dimiliki petugas dalam penyampaian dan pemecahan permasalahan, juga kurang kesadaran para petugas dalam menggunakan sarana-sarana yang tersedia tersebut.

Selanjutnya dapat ditambahkan pula mengenai frekuensi penggunaan fasilitas yang tersedia berupa mobil-mobil pajak untuk menyebarkan brosur-brosur dan buku-buku perpajakan kepada masyarakat yang menjadi sasaran penyuluh di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur dalam penyuluhan, penggunaannya ada kemungkinan dapat membantu kelancaran proses penyuluhan perpajakan, akan tetapi hal tersebut jarang sekali dilakukan.


(2)

2. Tenaga Penyuluh

Tenaga penyuluh yang mampu yaitu orang yang ditugaskan untuk memberikan informasi kepada peserta dalam proses penyuluhan kepada sasaran yang ingin dicapai. Tenaga penyuluh yang mengikuti pendidikan secara khusus secara bertahap dari segi kuantitas kurang memadai, disamping itu kurang memiliki teknik komunikasi yang dapat menyesuaikan diri dengan komunikasi yang dihadapi. Untuk merekrut tenaga penyuluh yang lebih professional lagi, baik dalam penguasaan materi, teknik

Kegiatan penyuluhan hanya dapat dilakukan secara lebih optimal jika tersedia jumlah tenaga penyuluh terampil yaitu tenaga penyuluh yang memiliki pengetahuan perpajakan yang cukup, menguasai komputer sehingga mampu mengolah bahan penyuluhan yang akan ditampilkan serta mempunyai kemampuan dalam menyampaikan penyajian dihadapan umum.

Pelaksanaan penyuluhan dilakukan penyuluh pajak, jabatan penyuluh pajak adalah jabatan fungsional dan dengan demikian berarti hanya dapat dijabat oleh mereka yang berkedudukan sebagai pegawai negeri sipil.

Kelompok tenaga fungsional penyuluh perpajakan mempunyai tugas melakukan penyuluhan dan pelayanan konsultasi dibidang perpajakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kelompok tenaga fungsional perpajakan dalam jabatan fungsional terbagi dalam kelompok sesuai dengan bidang keahliannya. Setiap kelompok dipimpin oleh tenaga penyuluh perpajakan paling senior yang ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pajak. Jumlah tenaga penyuluh pajak tersebut ditentukan berdasarkan ketentuan dan beban kerja. Jenis dan jenjang jabatan tenaga penyuluh perpajakan diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.


(3)

penyampaian haruslah diambil orang-orang yang benar ahli dalam hal itu. Sebab tenaga penyuluh mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi perpajakan.

Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur dari sudut kuantitas tenaga penyuluh masih kurang memadai apabila dibandingkan dengan letak geografis dan demografinya, sehingga informasi mengenai perpajakan yang diberikan belum merata diterima oleh masyarakat wajib pajak. Oleh karena itu tidak berlebihan rasanya jika tenaga penyuluh memberikan penerangan dan penyuluhan dengan komunikasi yang professional, maksudnya adalah untuk membentuk sikap, pengetahuan dan keterampilan yang dikehendaki melalui komunikasi yang professional pula.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari uraian diatas yang telah dijabarkan maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1 Dari Praktik Kerja Lapangan Mandiri kita dapat mengetahui pelaksanaan sistem penyuluhan yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur kepada wajib pajak.

2. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur memberikan data beserta materi terutama kepada masyarakat dari fiskus mengenai pengertian perpajakan, tata cara pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, perhitungan pajak dan lain-lain.

3. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur mengadakan analisa terhadap data yang diperoleh guna mengkaji permasalahan yang timbul dan mencari alternatif pemecahan, maka sistem penyuluhan pajak yang terarah dan terprogram dapat meningkatkan wajib pajak.

4. Demi suksesnya suatu penyuluhan maka kualitas dan kuantitas penyuluhan sangat menentukan, disamping materi penyuluhan harus tepat, sarana penyuluhan yang lengkap dan metode penyuluhan juga harus tepat.


(5)

B. SARAN

1. Hendaknya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur menambah tenaga penyuluh agar dapat menjangkau semua masyarakat wajib pajak, sehingga selain citra pajak yang positif dan tingkat kesadaran wajib pajak semakin tinggi.

2. Perlunya variasi penyuluhan dan metode yang ada dengan membuat selingan secara hiburan yang dapat menghilangkan rasa bosan dari peserta yang mengikuti penyuluhan.

3. Sebaiknya porsi materi perpajakan disesuaikan dengan frekuensi waktu, teori dan praktik. Disamping itu dalam penyampaian materi ada baiknya disampaikan tentang materi penyuluhan yang ada hubungannya dengan peran dalam pembangunan dan pengalokasiannya karena untuk memberikan kepercayaan kepada wajib pajak dan dapat menghilangkan kecurigaan wajib pajak terhadap pajak.

4. Kepada masyarakat diharapkan lebih berpartisipasi dalam proses penyuluhan dan tidak ragu mengadakan konsultasi jika terdapat materi yang belum dipahami.

5. Sarana penyuluhan seharusnya dapat memotivasi peserta penyuluhan dalam memberikan tanggapan permasalahan yang dihadapi sewaktu mengikuti penyuluhan, frekuensi penggunaan fasilitas yang tersedia dalam penyuluhan diharapkan penggunaannya dapat membantu kelancaran proses penyuluhan perpajakan sehingga pajak dapat memasyarakat di hati wajib pajak.


(6)

DAFTAR PUSTAKA Mardiasmo, 2000, Perpajakan, Andi : Yogyakarta

Sihaloho, Cyrus, 2003, Modul Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Rajawali, Pers : Jakarta

Suandy, Erly, 2005, Hukum Pajak, Edisi Ketiga , Salemba Empat : Jakarta Markus, Muda, 2005, Perpajakan Indonesia, Gramedia Pustaka Utama : Jakarta Masyahrul, Tony, 2005, Pengantar Perpajakan , Gramedia Widia Sarana Indonesia : Jakarta


Dokumen yang terkait

Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan PPh Pasal 25/29 Wajib Pajak Badan Pada KPP Pratama Medan Polonia

8 154 65

Analisis Data Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan Dalam Melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia

3 68 66

Analisis Penerapan Sistem Perpajakan Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

2 83 63

Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam Menerapkan Sistem Self Assessment pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

3 109 60

Analisis Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Atas Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Secara E-Filing Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.

3 123 80

Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak Dalam Upaya Meningkatkan Penerimaan Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

1 44 61

Dampak Penggunaan Drop Box Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dan Peranannya Dalam Upaya Peningkatan Penerimaan Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

1 37 70

Prosedur Pelaksanaan Penagihan Pajak Dalam Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Untuk Membayar Utang Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur Tahun 2013

0 32 64

Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar Pajak Penghasilan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

2 61 59

Prosedur Penagihan Untuk Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakannya Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

0 57 85