Kekerasan permukaan resin komposit nanohybrid setelah perendaman di dalam obat kumur yang mengandung alkohol 21%

(1)

KEKERASAN PERMUKAAN RESIN KOMPOSIT

NANOHYBRID SETELAH PERENDAMAN

DI DALAM OBAT KUMUR YANG

MENGANDUNG ALKOHOL 21%

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran gigi

Oleh:

Raja Nurul Alia binti Raja Aziz NIM: 110600188

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi

Tahun 2015

Raja Nurul Alia

Kekerasan permukaan resin komposit nanohybrid setelah perendaman di dalam obat kumur yang mengandung alkohol 21%

xii + 47 halaman

Obat kumur adalah cairan yang digunakan untuk membersihkan dan meningkatkan kesehatan mulut, estetika dan kesegaran nafas yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Obat kumur ini terdiri dari air, agen antimikroba, garam dan ada beberapa yang mengandung alkohol. Alkohol di dalam obat kumur dapat mempengaruhi sifat mekanis dan meningkatkan tingkat keausan resin komposit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah ada perubahan kekerasan resin komposit nanohybrid setelah perendaman di dalam obat kumur yang mengandung alkohol 21% selama 2, 4 dan 6 jam. Rancangan penelitian ini adalah post test only control group design. Sampel yang digunakan adalah resin komposit nanohybrid

dibuat berbentuk silindris berdiameter 5 mm dan tebal 2 mm yang disinari selama 20 detik. Sampel dibuat sebanyak 40 buah yang dibagi ke dalam empat kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok yang dilakukan perendaman di dalam obat kumur mengandung alkohol 21% selama 2, 4 dan 6 jam. Kekerasan permukaan sampel diuji dengan menggunakan Vickers Hardness Tester dengan beban sebesar 300 g selama 15 detik. Analisis data yang digunakan adalah uji ANOVA satu arah dengan tingkat

kemaknaan p ≤ 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat penurunan

kekerasan resin komposit nanohybrid setelah direndam di dalam obat kumur beralkohol 21%. Nilai rerata kelompok kontrol adalah 86,880 ± 3,6298 VHN, kelompok perendaman selama 2 jam adalah 83,530 ± 2,8016 VHN, kelompok perendaman selama 4 jam adalah 78,390 ± 3,2299 VHN dan kelompok perendaman selama 6 jam adalah 70,950 ± 5,3904 VHN. Berdasarkan analisa statistik didapatkan


(3)

perubahan kekerasan yang signifikan yaitu p = 0,000 (p ≤ 0,05). Uji Post Hoc menunjukkan kesemua kelompok menunjukkan perubahan kekerasan resin komposit yang signifikan kecuali pada pada kelompok perendaman 2 jam apabila dibanding dengan kelompok kontrol. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat perubahan nilai kekerasan permukaan resin komposit nanohybrid setelah perendaman di dalam obat kumur yang mengandung alkohol 21% selama 2 jam, 4 jam dan 6 jam. Daftar rujukan: 29 (2002-2014)


(4)

KEKERASAN PERMUKAAN RESIN KOMPOSIT

NANOHYBRID SETELAH PERENDAMAN

DI DALAM OBAT KUMUR YANG

MENGANDUNG ALKOHOL 21%

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran gigi

Oleh:

Raja Nurul Alia binti Raja Aziz NIM: 110600188

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 23 Mei 2015

Pembimbing: Tandatangan

1. Rusfian, drg, M.Kes ………

NIP: 195209201982011001

2. Kholidina Imanda Harahap, drg, MDSc ……… NIP: 198209112008122001


(6)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal

TIM PENGUJI

Ketua : Lasminda Syafiar, drg., M.Kes Anggota : 1. Sumadhi S, drg., Ph.D

2. Rusfian, drg, M.Kes


(7)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kepada Tuhan yang Maha Esa skripsi ini selesai disusun sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Lasminda Syafiar, drg., M.Kes., selaku Ketua Departemen Ilmu Material dan Teknologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan selaku tim penguji, atas keluangan waktu, saran, dukungan dan bantuan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

3. Rusfian, drg., M.Kes., selaku dosen pembimbing pertama dan tim penguji, yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta dengan sabar memberikan bimbingan, arahan, motivasi, nasehat dan semangat kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

4. Kholidina Imanda Harahap, drg., MDSc, selaku dosen pembimbing kedua dan tim penguji, atas keluangan waktu dan bimbingan, arahan dan saran dalam penulisan skripsi ini.

5. Seluruh staf pengajar FKG USU terutama staf pengajar dan pegawai di Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara atas bantuan yang diberikan kepada penulis.

6. Hendry Rusdy, drg., M.Kes., Sp. BM, selaku penasehat akademik, yang telah banyak memberikan motivasi, nasehat dan arahan selama penulis menjalani masa pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

7. Bisrul Hapis Tambunan, ST, MT., yang telah membantu penulis saat penelitian di Laboratorium Teknik Mesin Universitas Negeri Medan.


(8)

8. Maya Fitria, SKM, M.Kes, yang telah meluangkan waktu membantu penulis dalam analisis statistik data penelitian di Departemen Biostatistik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada kedua orangtua tercinta, Ayahanda Raja Aziz bin Raja Maarof dan Ibunda Mazlina binti Mat Desa yang telah memberikan segala yang dibutuhkan penulis mulai dari semangat dan dorongan hingga kasih sayang yang tiada putus-putusnya. Kepada kakak dan adik tersayang, Raja Nurul Aini, Raja Nurul Aisyah, Raja Nurul Adilah, Raja Muhammad Azim dan Raja Muhammad Amir penulis juga berterima kasih banyak atas segala semangat dan motivasi yang diberikan serta terima kasih kepada sahabat dan teman-teman penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang banyak memberikan semangat, motivasi dan kegembiraan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam penulisan skripsi ini dan penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menghasilkan karya yang lebih baik lagi di kemudian hari.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat.

Medan, 23 Mei 2015 Penulis,

(Raja Nurul Alia) NIM : 110600188


(9)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Rumusan masalah ... 3

1.3 Tujuan penelitian ... 3

1.4 Hipotesis penelitian ... 3

1.5 Manfaat penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Resin Komposit ... 4

2.1.1 Komposisi resin komposit ... 4

2.1.1.1 Matriks resin ... 4

2.1.1.2 Bahan pengisi ... 5

2.1.1.3 Coupling agent ... 6

2.1.1.4 Initiators dan accelerators ... 6

2.1.1.5 Bahan tambahan lain ... 7

2.1.1.5.1 Penghambat (Inhibitor) ... 7

2.1.1.5.2 Modifier optik ... 7

2.1.2 Klasifikasi resin komposit ... 7

2.1.2.1 Berdasarkan ukuran bahan pengisi ... 7

2.1.2.1.1 Resin komposit tradisional ... 8

2.1.2.1.2 Resin komposit berbahan pengisi mikro ... 8

2.1.2.1.3 Resin komposit pengisi partikel kecil ... 8

2.1.2.1.4 Resin komposit hybrid ... 9


(10)

2.1.2.2.1 Resin komposit microfilled ... 9

2.1.2.2.2 Resin komposit packable ... 10

2.1.2.2.3 Resin komposit flowable ... 10

2.1.2.2.4 Resin komposit laboratory ... 10

2.1.2.2.5 Resin komposit core ... 11

2.1.2.2.6 Resin komposit provisional ... 11

2.1.2.3 Berdasarkan aktivasi ... 11

2.1.2.3.1 Resin komposit aktivasi cahaya (light-cured) ... 11

2.1.2.3.2 Resin komposit aktivasi kimia (chemical-cured) ... 12

2.1.2.3.3 Resin komposit aktivasi dual (dual-cured) ... 12

2.1.3 Sifat-sifat resin komposit ... 12

2.1.3.1 Sifat fisik ... 12

2.1.3.1.1 Polymerization shrinkage ... 12

2.1.3.1.2 Sifat termal ... 12

2.1.3.1.3 Penyerapan air ... 13

2.1.3.1.4 Kelarutan ... 13

2.1.3.1.5 Kestabilan warna ... 13

2.1.3.1.6 Kekasaran permukaan ... 14

2.1.3.2 Sifat mekanis ... 14

2.1.3.2.1 Kekuatan ... 14

2.1.3.2.2 Modulus elastisis ... 14

2.1.3.2.3 Kekerasan permukaan ... 14

2.1.3.2.4 Wear rates ... 15

2.1.3.3 Sifat optis ... 15

2.1.3.3.1 Radiopacity ... 15

2.1.3.4 Sifat biologis ... 15

2.1.3.4.1 Biokompatibilitas ... 15

2.1.4 Reaksi polimerisasi resin komposit ... 16

2.2 Obat Kumur ... 17

2.3 Alat-alat tes uji kekerasan ... 19

2.3.1 Vickers Hardness Test ... 20

2.3.2 Knoop Hardness Test ... 22

2.3.3 Brinell Hardness Test ... 22

2.3.4 Rockwell Hardness Test ... 22

2.4 Kerangka teori ... 23

2.5 Kerangka konsep ... 24

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan penelitian ... 25

3.2 Desain penelitian ... 25

3.3 Tempat dan waktu penelitian ... 25

3.3.1 Tempat penelitian ... 25

3.3.2 Waktu penelitian ... 25

3.4 Sampel dan besar sampel ... 25


(11)

3.4.2 Besar sampel penelitian ... 26

3.5 Kriteria Inklusi dan Kriteria Eklusi ... 27

3.5.1 Kriteria Inklusi ... 27

3.5.2 Kriteria Eklusi ... 27

3.6 Variabel penelitian ... 27

3.6.1 Variabel bebas ... 27

3.6.2 Variabel tergantung ... 27

3.6.3 Variabel terkendali ... 27

3.6.3 Variabel tidak terkendali ... 27

3.7 Definisi operasional ... 28

3.8 Alat dan bahan penelitian ... 28

3.8.1 Alat penelitian ... 28

3.8.2 Bahan penelitian ... 31

3.9 Prosedur penelitian ... 32

3.9.1 Pembuatan master cast ... 32

3.9.2 Pembuatan sampel ... 32

3.9.3 Perendaman dan pengujian sampel ... 35

3.10 Pengolahan data dan analisis data ... 37

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS PENELITIAN 4.1 Hasil penelitian ... 38

4.2 Analisis penelitian ... 40

BAB 5 PEMBAHASAN ... 42

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 44

6.2 Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA ... 45


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Sifat resin komposit ... 16 2 Komposisi resin komposit nanohybrid ... 31 3 Komposisi obat kumur Listerine® ... 32 4 Nilai kekerasan resin komposit nanohybrid pada setiap

kelompok perlakuan tanpa perendaman (0 jam), perendaman 2 jam, 4 jam dan 6 jam dalam obat kumur yang

mengandung alkohol 21% (VHN) ... 38 5 Hasil uji statistik ANOVA satu arah ... 40 6 Hasil uji statistik perubahan kekerasan permukaan resin

komposit nanohybrid tanpa perendaman (0 jam), perendaman 2 jam, 4 jam dan 6 jam dalam obat kumur


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Struktur Bis-GMA ... 5

2 Struktur TEGDMA ... 5

3 Struktur UDMA ... 5

4 Berlian piramida pada Vickers hardness test ... 20

5 Cara mengukur VHN ... 21

6 Sampel penelitian ... 26

7 Master model ... 28

8 Vickers hardness test ... 29

9 Light curing unit ... 29

10 Inkubator ... 29

11 Instrumen plastis ... 30

12 Pinset ... 30

13 Resin komposit nanohybrid ... 31

14 Obat kumur Listerine® ... 31

15 Cellophane strip diletakkan dibagian bawah master cast ... 33

16 (a) Resin komposit diambil menggunakan instrument plastis ... 33

(b) Cellophane strip dan object glass diletakkan agar resin padat dan rata ... 33


(14)

18 Bagian bawah sampel ditandai ... 34 19 Sampel dibagi empat kelompok ... 35 20 (a) Skematik tiga titik pada resin komposit... 35

(b) Gambaran titik hasil pengujian dengan Vickers

Hardness Tester ... 35 21 Sampel dimasukkan di dalam inkubator ... 36 22 Sampel diuji dengan Vickers hardness tester ... 37 23 Nilai rerata kekerasan permukaan resin komposit

nanohybrid tanpa perendaman (0 jam), perendaman 2 jam, 4 jam dan 6 jam dalam obat kumur yang


(15)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran

1 Alur penelitian

2 Lembar persetujuan izin penelitian di Departemen Ilmu Material dan Teknologi Fakultas Kedokteran Gigi USU

3 Lembar persetujuan izin penelitian di Laboratorium Teknik Mesin Universitas Negeri Medan (UNIMED)

4 Surat pernyataan telah melakukan pengolahan data SPSS di Fakultas Kesehatan Masyarakat USU

5 Hasil pengukuran dengan menggunakan Vickers Hardness Tester


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Resin komposit merupakan bahan tambalan sewarna gigi yang diperkenalkan pada tahun 1960. Bahan ini memiliki sifat mekanis yang jauh lebih baik daripada

unfilled resin karena memiliki sifat-sifat seperti dentin dan enamel.1 Pada awalnya, kandungan komposit yang digunakan adalah polymethylmethacrylate (PMMA), namun kandungan ini tidak begitu berhasil karena tidak terikat dengan resin walaupun bahan pengisinya dapat mengurangi volume resin polimer. Oleh karena itu, Dr. Ray L Bowen pada tahun 1962 telah mengembangkan jenis resin komposit yang terbaru. Inovasi utama Bowen adalah bisfenol A glicidil metakrilat (bis-GMA), resin dimetakrilat dan silane organik coupling agent untuk membentuk ikatan antara bahan pengisi dan matriks resin.2 Penggunaan resin komposit terus meningkat karena masyarakat semakin khawatir dan sadar dari efek merkuri yang terdapat di dalam amalgam. Monomer bisfenol A glicidil metakrilat (Bis-GMA) yang digunakan dalam resin komposit terbukti lebih aman dibandingkan dengan amalgam.3

Bahan restorasi yang digunakan dalam kedokteran gigi harus mempunyai daya tahan jangka panjang di dalam rongga mulut.3,4 Salah satu sifat mekanis yang paling penting adalah kekerasan yang terkait dengan kekuatan tekan dan ketahanan abrasi.5 Kekerasan adalah ketahanan material terhadap indentasi dan berkorelasi dengan kekuatan dan kekakuan material.1

Proses pembersihan mulut terbagi atas dua yaitu dengan sikat gigi dan obat kumur. Featherstone (2006) merekomendasikan untuk menyikat gigi dua kali sehari bersama pasta gigi untuk mencegah pembentukan plak.6 Obat kumur pula digunakan untuk mencegah dan mengontrol karies serta penyakit periodontal.4,5 Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia menyatakan bahwa obat kumur dapat membantu dalam menghilangkan kotoran di mulut sebelum atau setelah menyikat gigi, menghilangkan bau mulut, membunuh bakteri dan menyegarkan mulut


(17)

dalam waktu singkat.7 Obat kumur terdiri dari air, agen antimikroba, garam dan ada beberapa yang mengandung alkohol. Akan tetapi pada beberapa jenis alkohol dengan konsentrasi yang berbeda dapat mempengaruhi pH obat kumur.4,5 Kehadiran alkohol dalam obat kumur digunakan untuk melarutkan plak dan sebagai agen antiseptik.7 Namun, obat kumur dapat mempengaruhi sifat bahan restorasi.4,5

Terdapat beberapa penelitian yang telah menunjukkan pengaruh obat kumur pada berbagai bahan restorasi gigi. Penelitian sebelumnya dari Lamba Bharti (2012) menunjukkan bahwa obat kumur Listerine, Colgate Plax, PhosFlur, Periogard dan

Betadine Gargle dapat menurunkan kekerasan pada bahan restoratif gigi yaitu GIC, kompomer dan resin komposit.4 Penelitian Anthony Fernandez (2014) melaporkan bahwa terdapat perubahan kekerasan resin komposit nanohybrid Filtek Z250 xt setelah perendaman di dalam beberapa jenis obat kumur yang mengandung alkohol dan tidak mengandung alkohol yaitu Listerine Total Care, Equaline minty fresh, Listerine Total Care Zero, Aquafresh Extreme Clean dan obat kumur Avohex.5 Penelitian Ateyah NZ (2005) menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada kekerasan resin komposit setelah perendaman di dalam obat kumur Listerine, Orasept dan Emufluor yang diuji dengan menggunakan Vickers hardness tester.8

Etanol di dalam obat kumur telah terbukti dapat melunakkan permukaan dan meningkatkan tingkat keausan resin dan bahan tambalan.4,5,9-15 Di Indonesia, terdapat beberapa merek obat kumur yang mengandung alkohol dalam konsentrasi tertentu.7 Dewasa ini, obat kumur yang paling sering digunakan di dunia mengandung lebih dari 25% etanol.16 Menurut penelitian Jyothi KN (2012) melaporkan bahwa semua tipe obat kumur yang digunakan yaitu Listerine, Periogard, Colgate Plax, Prev dan

Hiora menyebabkan penurunan kekerasan resin komposit tetapi perendaman dengan obat kumur yang mengandung persentase alkohol yang paling tinggi yaitu Listerine

menunjukkan penurunan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang lainnya.11 Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang kekerasan resin komposit nanohybrid setelah perendaman obat kumur yang mengandung alkohol 21% selama 2, 4 dan 6 jam.


(18)

1.2Rumusan Masalah

Dari uraian di atas, timbul permasalahan yaitu apakah ada perubahan kekerasan permukaan resin komposit nanohybrid setelah perendaman di dalam obat kumur yang mengandung alkohol 21% selama 2, 4 dan 6 jam.

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat apakah ada perubahan kekerasan permukaan resin komposit nanohybrid setelah perendaman di dalam obat kumur yang mengandung alkohol 21% selama 2, 4 dan 6 jam.

1.4Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah tidak ada perubahan kekerasan permukaan resin komposit nanohybrid setelah perendaman di dalam obat kumur yang mengandung alkohol 21% selama 2, 4 dan 6 jam.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan informasi tentang pengaruh obat kumur yang mengandung alkohol terhadap sifat mekanis resin komposit.

2. Sebagai bahan pertimbangan masyarakat yang memiliki restorasi resin komposit di dalam mulut ketika menggunakan obat kumur yang mengandung alkohol.

3. Sebagai bahan informasi untuk perkembangan ilmu material dan teknologi kedokteran gigi.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Resin Komposit

Resin komposit adalah gabungan dua atau lebih bahan berbeda dengan sifat-sifat yang unggul.2 Bahan-bahan ini memiliki sifat mekanis yang baik dan mendekati sifat-sifat dentin dan enamel. Resin komposit paling umum digunakan untuk bahan restorasi karena merupakan bahan yang baik dari segi estetika, kekuatan dan ketahanan terhadap keausan bahan. Resin komposit sering digunakan untuk restorasi anterior kelas 3, 4 dan 5 di mana estetika menjadi keutamaan. Resin komposit juga dapat digunakan untuk restorasi posterior karena tahan terhadap keausan dan mengurangi polimerisasi.1

2.1.1 Komposisi Resin Komposit

Kandungan utama resin komposit adalah matriks resin dan partikel pengisi anorganik. Disamping dua komponen ini, beberapa komponen lain yang diperlukan untuk meningkatkan efektivitas dan ketahanan bahan. Suatu bahan antara (silane) diperlukan untuk memberikan ikatan yang baik antara bahan pengisi anorganik dan matriks resin dan aktivator-inisiator diperlukan untuk polimerisasi resin.2

2.1.1.1 Matriks Resin

Matriks polimer organik dalam resin komposit yang paling umum adalah diakrilat aromatik atau alipatik. Bisfenol A glicidil metakrilat (bis-GMA), urethane dimetakrilat (UDMA) dan trietilen glikol dimetakrilat (TEGDMA) adalah dimetakrilat yang umum digunakan dalam resin komposit. Molekul oligomer sangat kental dan membutuhkan penambahan trietilen glikol dimetakrilat (TEGDMA).1


(20)

Gambar 1: Struktur Bis-GMA3

Gambar 2: Struktur TEGDMA3

Gambar 3: Struktur UDMA3

2.1.1.2 Bahan Pengisi

Bahan pengisi adalah komposisi anorganik yang halus dan terdiri dari barium, kaca borosilikat atau gelas barium, strontium atau seng. Resin komposit bisa menjadi radiopak dengan memasukkan unsur atom seperti barium, strontium, zirkonium ke dalam bahan pengisi.1 Bahan pengisi dimasukkan ke dalam matriks resin untuk meningkatkan sifat bahan matriks. Bila bahan pengisi tidak benar-benar berikatan, bahan pengisi dapat melemahkan resin matriks. Bahan pengisi dihasilkan dari pengolahan quartz atau kaca untuk menghasilkan partikel yang berkisar dari 0,1-100µm. Quartz sering digunakan secara luas sebagai bahan pengisi tetapi memiliki


(21)

kelemahan dimana sulit untuk dipoles dan dapat menyebabkan abrasi pada gigi atau restorasi antagonisnya.2

2.1.1.3 Coupling Agent

Ikatan antara bahan pengisi dan matriks resin dapat dipertahankan dengan penggunaan senyawa silikon organik atau bahan penghubung silane. Molekul silane

memiliki kelompok reaktif pada kedua ujungnya dan dilapisi pada permukaan bahan pengisi oleh produsen sebelum pencampuran dengan oligomer. Selama polimerisasi, ikatan ganda pada molekul silane bereaksi dengan polimer matriks. Hasil akhirnya adalah bahan dengan sifat kekuatan yang lebih besar daripada bahan pengisi atau matriks secara terpisah. Bonding juga dapat meningkatkan retensi bahan pengisi selama abrasif pada permukaan komposit. Akibatnya, partikel pengisi menjadi keras dan matriks yang dihasilkan menjadi lembut.1 Aplikasi bahan coupling yang tepat dapat meningkatkan sifat mekanis dan fisik serta memberikan kestabilan hidrolitik dengan mencegah air menembus antara permukaan bahan pengisi dan resin matriks.2

2.1.1.4 Initiators dan Accelerators

Polimerisasi resin komposit dapat dilakukan dengan cara kimia (self-cure) atau dengan aktivasi cahaya. Dual cure adalah kombinasi dari cahaya dan cara kimia. Dalam sistem yang diaktifkan secara kimia, inisiator peroksida akan menghasilkan radikal bebas yang menyerang ikatan ganda molekul oligomer dan memulai proses polimerisasi tambahan organik setelah bereaksi dengan amina tersier akselerator. Inisiasi polimerisasi yang diaktifkan sistem cahaya tergantung pada pemotongan molekul inisiator berdasarkan cahaya dari panjang gelombang yang tepat. Dengan adanya amina alifatik akselerator, radikal bebas diproduksi dan proses polimerisasi dimulai.1


(22)

2.1.1.5 Bahan Tambahan Lain

Terdapat bahan tambahan lain yang ditambah dalam resin komposit yaitu penghambat dan modifier optik.

2.1.1.5.1 Penghambat (Inhibitor)

Penghambat digunakan untuk meminimalkan atau mencegah polimerisasi spontan dari monomer. Penghambat ini mempunyai potensi yang kuat dengan radikal bebas dimana bila radikal bebas terbentuk, bahan penghambat akan bereaksi dengan radikal bebas dan kemudian menghambat perpanjangan rantai dengan mengakhiri kemampuan radikal bebas untuk mengawali proses polimerisasi. Bahan penghambat yang umum dipakai adalah butylated hydroxytoluene dengan konsentrasi 0,01%.2

2.1.1.5.2 Modifier Optik

Bahan tambahan modifier optik juga digunakan untuk menyesuaikan warna gigi. Resin komposit harus memiliki warna visual (shading) dan translusensi yang dapat menyerupai struktur gigi. Warna dapat diperoleh dengan menambahkan pigmen yang berbeda seperti oksida logam. Translusensi dibuat untuk menyesuaikan dengan warna email dan dentin.2

2.1.2 Klasifikasi Resin Komposit

Klasifikasi resin komposit dibagi atas tiga yaitu berdasarkan ukuran bahan pengisi, berdasarkan penggunaannya dan berdasarkan aktivasi.

2.1.2.1 Berdasarkan Ukuran Bahan Pengisi

Klasifikasi resin komposit berdasarkan ukuran bahan pengisi terbagi atas lima yaitu resin komposit tradisional, resin komposit berbahan pengisi mikro, resin komposit pengisi partikel kecil, resin komposit hybrid dan resin komposit partikel nano.


(23)

2.1.2.1.1 Resin komposit tradisional

Resin komposit tradisional disebut sebagai komposit konvensional atau komposit berbahan pengisi makro karena ukuran partikel bahan pengisi relatif besar. Bahan pengisi yang paling sering digunakan untuk bahan komposit ini adalah quartz yang memiliki ukuran partikel rata-rata adalah 8-12 µm.1 Resin komposit ini sering digunakan untuk restorasi yang harus tahan terhadap tekanan seperti restorasi kelas 2 dan kelas 4.2

2.1.2.1.2 Resin komposit berbahan pengisi mikro

Resin komposit berbahan pengisi mikro dikembangkan untuk mengatasi masalah kasarnya permukaan pada resin komposit tradisional. Resin komposit ini memiliki ukuran partikel rata-rata sebesar 0,04-0,4 µm. Resin komposit ini memiliki sifat fisik dan mekanis yang kurang dibandingkan komposit tradisional. Meskipun demikian resin komposit berbahan pengisi mikro ini lebih baik daripada resin akrilik dan menghasilkan permukaan akhir yang lebih halus seperti yang diharapkan untuk restorasi estetika dibandingkan dengan komposit lain. Jadi, bahan ini lebih disukai untuk restorasi lesi karies permukaan halus yaitu restorasi kelas 3 dan kelas 5.2

2.1.2.1.3 Resin komposit pengisi partikel kecil

Resin komposit berbahan pengisi partikel kecil dikembangkan untuk memperoleh kehalusan permukaan dari resin komposit berbahan pengisi mikro dengan tetap mempertahankan atau bahkan meningkatkan sifat mekanis dan fisik resin komposit tradisional. Ukuran rata-rata bahan pengisi untuk resin komposit ini adalah 1-5 µm yang dirancang untuk restorasi posterior. Sebagian resin komposit berbahan pengisi partikel kecil ini menggunakan quartz sebagai bahan pengisi tetapi kebanyakan memakai kaca yang mengandung logam berat. Resin komposit ini menunjukkan sifat fisik dan mekanis yang paling unggul. Resin komposit ini sering digunakan pada area dengan tekanan dan abrasi tinggi seperti restorasi kelas 1 dan kelas 2.2


(24)

2.1.2.1.4 Resin komposit hybrid

Resin komposit hybrid dikembangkan untuk memperoleh kehalusan permukaan yang lebih baik daripada resin komposit partikel kecil tetapi tetap mempertahankan sifat resin komposit pengisi partikel kecil. Kebanyakan bahan pengisi hybrid terdiri atas silika koloidal dan partikel kaca yang dihaluskan. Kaca mempunyai ukuran partikel rata-rata 0,6-1 µm. Resin komposit ini sering digunakan untuk restorasi anterior termasuk restorasi kelas 4 karena kehalusan permukaan dan memiliki kekuatan yang cukup baik.2

2.1.2.1.5 Resin komposit partikel nano

Resin komposit partikel nano terdiri atas dua yaitu nanofiller dan nanohybrid. Resin komposit nanohybrid mengandung partikel yang berukuran nano (0,005-0,01 mikron) pada matriks resin dengan bahan pengisi yang lebih konvensional. Resin komposit nanohybrid dapat diklasifikasikan sebagai resin komposit universal pertama yang memiliki sifat penanganan dan kemampuan poles didapat dari komposit mikrofilled serta kekuatan dan ketahanan aus dari hybrid tradisional.21

Keuntungan resin komposit nanohybrid diantaranya dapat digunakan pada restorasi kelas 1, 2, 3, 4 dan 5, kemampuan poles yang baik karena memiliki ukuran pertikel yang sangat kecil sehingga dapat mengurangi retensi sisa makanan, memiliki kekerasan yang lebih bagus daripada bahan restorasi komposit lainnya dan memiliki ciri-ciri seperti enamel dan dentin.21-23

2.1.2.2 Berdasarkan Penggunaan

Klasifikasi resin komposit berdasarkan penggunaan terbagi atas enam yaitu resin komposit microfilled, resin komposit packable, resin komposit flowable, resin komposit laboratory, resin komposit core dan resin komposit provisional.

2.1.2.2.1 Resin komposit microfilled

Resin komposit microfilled direkomendasikan untuk restorasi kelas 3 dan kelas 5 dimana pemolesan dan estetika yang paling penting. Salah satu produk resin


(25)

komposit microfilled telah digunakan untuk restorasi posterior yang terdiri dari aktivasi cahaya resin dimetakrilat dengan pengisi silika koloid 0,04 µm dan resin

prepolymerized yang kadang-kadang diisi dengan silika koloid. Total bahan pengisi anorganik adalah 32% sampai 50%. Resin komposit microfilled menyerap air lebih banyak dan memiliki ekspansi termal yang lebih daripada microhybrid atau nanokomposit karena memiliki bahan pengisi yang kurang penuh.3

2.1.2.2.2 Resin komposit packable

Resin komposit packable adalah pasta komposit yang memiliki viskositas yang sangat tinggi dan perlekatan permukaan yang rendah. Bahan ini tidak terkondensasi seperti amalgam tetapi dapat dikompresi. Resin komposit ini direkomendasikan untuk restorasi kelas 1 dan 2. Resin komposit ini terdiri dari resin dimetakrilat dengan aktivasi cahaya dan diaktifkan dengan pengisi yang berporeus atau tidak teratur. Bahan pengisi dalam komposit ini memiliki volume 66% sampai 70%. Interaksi bahan pengisi dan modifikasi resin komposit ini menyebabkannya menjadi packable.3 2.1.2.2.3 Resin komposit flowable

Resin komposit flowable adalah komposit yang memiliki viskositas yang rendah dengan aktivasi cahaya. Resin komposit ini direkomendasi untuk lesi serviks, restorasi gigi sulung dan restorasi kecil. Resin komposit ini mengandung resin dimetakrilat dan bahan pengisi anorganik dengan ukuran partikel 0,4-3,0 µm dan bahan pengisi 42% - 53%. Resin komposit ini memiliki modulus elastisitas yang rendah sehingga dapat menjadikan resin komposit ini berguna pada abfraksi di daerah servikal. Resin komposit ini juga memiliki penyusutan polimerisasi yang lebih tinggi dan ketahanan aus yang lebih rendah dibanding dengan resin komposit lainnya karena kandungan bahan pengisinya yang rendah.3

2.1.2.2.4 Resin komposit laboratory

Mahkota, inlay dan veneer terikat dengan koping logam dapat dibuat dengan komposit yang diproses di laboratorium dengan menggunakan berbagai kombinasi


(26)

cahaya, panas, tekanan dan vakum untuk meningkatkan derajat polimerisasi, kepadatan, sifat mekanis dan ketahanan aus.3

2.1.2.2.5 Resin komposit core

Resin komposit core ini tersedia self-cured, light-cured dan dual-cured. Resin komposit core biasanya berwarna biru, putih atau opak untuk memberikan warna yang kontras dengan struktur gigi. Sebagian resin komposit core dapat melepaskan fluor. Resin komposit core memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan amalgam yaitu dapat terikat dengan dentin, mudah untuk dikontur dan dapat memiliki warna yang lebih alami di bawah retorasi keramik. Resin komposit core berikatan dengan sisa enamel dan dentin menggunakan agen bonding.3

2.1.2.2.6 Resin komposit provisional

Resin komposit provisional dapat mempertahankan posisi gigi dan melindungi margin serta memberikan dimensi vertikal yang tepat. Inlay sementara, mahkota dan gigi palsu sebagian biasanya dibuat dari resin akrilik atau resin komposit.3

2.1.2.3 Berdasarkan Aktivasi

Klasifikasi resin komposit berdasarkan aktivasi terbagi atas tiga yaitu resin komposit aktivasi cahaya, resin komposit aktivasi kimia dan resin komposit aktivasi

dual.

2.1.2.3.1 Resin komposit aktivasi cahaya (light-cured)

Resin komposit light-cured tersedia dalam berbagai warna dalam syringe yang terbuat dari plastik untuk melindungi bahan dari paparan cahaya. Resin komposit ini menggunakan sinar dengan waktu pengaturan yang dikontrol untuk polimerisasi. Resin komposit ini menggunakan sinar cahaya biru dengan panjang gelombang 470 nm yang diserap dengan foto-aktivator seperti camphoroquinone. 18


(27)

2.1.2.3.2 Resin komposit aktivasi kimia (chemical-cured)

Resin komposit chemical-cured disediakan dalam dua pasta yaitu katalis dan universal. Aktivasi kimia dicapai pada suhu kamar dengan amina organik (pasta katalis) bereaksi dengan peroksida organik (universal) untuk menghasilkan radikal bebas dan menyerang ikatan karbon ganda dan menyebabkan polimerisasi. Dua pasta ini dicampur dalam waktu 20-30 detik. 18

2.1.2.3.3 Resin komposit aktivasi dual (dual-cured)

Jenis resin komposit berdasarkan dual-cured berisi inisiator dan akselerator yang memungkinkan teraktivasi oleh sinar dan mengeras dengan sendirinya (self curing).18

2.1.3 Sifat-sifat Resin Komposit

Sifat-sifat resin komposit terbagi atas empat, yaitu sifat fisik, sifat mekanis, sifat optis dan sifat biologis.

2.1.3.1 Sifat Fisik

2.1.3.1.1 Polymerization shrinkage

Resin komposit memiliki kekurangan yaitu mengalami pengerutan selama polimerisasi. Hal ini akan menyebabkan kebocoran mikro, kegagalan perlekatan bahan adhesif, iritasi pulpa, karies sekunder, sensitif pasca restorasi serta kegagalan restorasi. Dasar dari teknik penambalan sedikit demi sedikit adalah untuk mengompensasi pengerutan yang terjadi pada saat pengerutan. Campuran pertama yang dimasukkan ke dalam dasar kavitas akan sudah terpolimerisasi sebagian sewaktu campuran berikutnya diambil serta dimasukkan ke dalam kavitas sehingga adanya ruangan karena pengerutan lapisan pertama akan diisi oleh lapisan berikutnya.3

2.1.3.1.2 Sifat termal


(28)

ekspansi termal dari resin komposit berkisar 25-38 x 10-6/ºC untuk resin komposit dengan partikel halus dan 55-68 x 10-6/ºC untuk resin komposit dengan partikel

microfine.3 Konduktivitas termal dari semua resin komposit cocok dengan enamel dan dentin dan jauh lebih baik dibandingkan dengan amalgam.1 Konduktivitas termal resin komposit dengan partikel halus adalah lebih besar dari resin komposit dengan partikel microfine karena konduktivitas pengisi anorganik lebih tinggi dibandingkan dengan matriks polimer.3

2.1.3.1.3 Penyerapan air

Penyerapan air resin komposit hybrid (5-17 mg/mm3) lebih rendah dibandingkan dengan resin komposit microfine (26-30 mg/mm3) karena fraksi volume yang lebih rendah dari polimer dalam resin komposit dengan partikel halus. Kualitas dan stabilitas bahan antara silane penting dalam meminimalkan kerusakan ikatan antara bahan pengisi dan polimer dan jumlah penyerapan air. Penyerapan air merupakan proses yang lambat bila dibandingkan dengan polymerization shrinkage dan stress.3 Penyerapan air oleh resin komposit berkorelasi dengan penurunan kekerasan permukaan dan ketahanan aus.1

2.1.3.1.4 Kelarutan

Kelarutan resin komposit bervariasi 0,25-2,5 mg/mm3 dan berkisar antara 1,5% sampai 2,0% dari berat bahan asli.3 Alkohol adalah pelarut bis-GMA dan gel fluor yang ditambah asam akan meningkatkan laju disolusi partikel bahan pengisi. Oleh karena itu, produk yang tidak mengandung alkohol harus digunakan.1

2.1.3.1.5 Kestabilan warna

Warna sangat penting dalam restorasi estetik. Perubahan warna dapat terjadi dari oksidasi dan hasil dari pertukaran air dalam matriks polimer dan interaksi dengan polimer yang tidak bereaksi dan inisiator yang tidak terpakai atau akselerator.3


(29)

2.1.3.1.6 Kekasaran permukaan

Kekasaran adalah suatu bentuk iregularitas pada tekstur permukaan yang disebabkan karena friksi, penggunaan yang berlebihan, goresan mekanis dan kimiawi. Kekasaran permukaan dihitung berdasarkan alat surface roughness tester yang nilainya dinyatakan dalam Ra dengan satuan µm.3,24

2.1.3.2 Sifat Mekanis 2.1.3.2.1 Kekuatan

Kekuatan adalah kemampuan suatu bahan untuk menahan tekanan yang diberikan kepadanya tanpa terjadi kerusakan. Kekuatan tarik dan kekuatan tekan yang diuji dengan metode diametral dan kekuatan lentur dan modulus untuk komposit gigi sangat penting. Kekuatan tekan sangat penting karena diperlukan untuk kekuatan mengunyah.3 Kekuatan lentur dan modulus tekan resin komposit microfilled dan

flowable sekitar 50% lebih rendah dari nilai untuk resin komposit hybrid dan resin komposit packable karena volume persen bahan pengisi yang terdapat di dalam komposit ini sendiri.18

2.1.3.2.2 Modulus elastisis

Modulus lentur dari resin komposit microfilled dan flowable biasanya lebih rendah daripada resin komposit packable karena penurunan volume persen bahan pengisi yang terdapat di dalam resin ini sendiri.3

2.1.3.2.3 Kekerasan permukaan

Restorasi harus memiliki permukaan halus dan teratur tetapi kondisi ini tidak sering terjadi karena resin komposit sering terpapar dengan abrasi, erosi dan atrisi di dalam rongga mulut.24 Kekerasan permukaan memberikan indikasi ketahanan terhadap penetrasi ketika di bebani dengan indentasi. Nilai kekerasan tergantung pada metode yang digunakan untuk pengukuran. Umumnya, nilai yang rendah menunjukkan angka kekerasan bahan yang lunak dan sebaliknya.17 Nilai kekerasan


(30)

dan amalgam (110 kg/mm2). Kekerasan permukaan resin komposit dengan partikel yang halus lebih besar dari nilai untuk resin komposit dengan partikel microfine

karena fraksi kekerasan dan volume partikel bahan pengisi.3

2.1.3.2.4 Wear rates

Dalam kondisi klinis, restorasi resin komposit berkontak dengan permukaan lain seperti gigi antagonis, partikel makanan dan cairan rongga mulut yang dapat menyebabkan keausan dan degradasi. Tekanan oklusal terhadap bahan restorasi gigi lebih besar di posterior dibanding dengan tekanan oklusal di anterior. Beberapa studi klinis telah melaporkan bahwa generasi terbaru dari nanokomposit memiliki ketahanan aus yang sangat baik. Komposit nanofilled telah terbukti menunjukkan ketahanan aus yang mirip dengan enamel alami manusia.3

2.1.3.3 Sifat optis 2.1.3.3.1 Radiopacity

Beberapa bahan pengisi seperti kaca kuarsa, lithium-aluminium dan silika tidak radiopak dan harus dicampur dengan bahan pengisi lain untuk menghasilkan komposit radiopak. Dalam komposit nanofilled, radiopacity dicapai dengan menggunakan zirkonia nanomerik (5-7 nm) atau dengan memasukkan zirkonia di dalam nanocluster bersama dengan silika.3

2.1.3.4 Sifat biologis

2.1.3.4.1 Biokompatibilitas

Hampir semua komponen utama dari resin komposit (Bis-GMA, TEGDMA dan UDMA) bersifat sitotoksik. Organisasi Internasional Standardisasi (ISO) membuat pengujian toksisitas bahan material kedokteran gigi dengan merendam bahan komposit di dalam berbagai medium berair dan organik untuk melihat respon biologis dari bahan komposit. 3


(31)

Komposisi Resin komposit Tradisional Berbahan

pengisi mikro

Partikel kecil

Hybrid

Bahan pengisi anogranik % volume % berat 60-70 70-80 20-59 35-67 65-77 80-90 60-65 75-80 Sifat

Kekuatan kompresi (MPa) 250-300 250-350 350-400 300-350

Kekuatan tarik (MPa) 50-65 30-50 75-90 40-50

Modulus elastik (GPa) 8-15 3-6 15-20 11-15

Koefisien ekspansi termal (10-6/ºC)

25-35 50-60 19-26 30-40

Penyerapan air (mg/cm2) 0,5-0,7 1,4-1,7 0,5-0,6 0,5-0,7

Nilai kekerasan Knoop 55 25-35 50-60 50-60

2.1.4 Reaksi polimerisasi resin komposit

Resin komposit biasanya menggunakan visible light activated light dengan panjang gelombang 450-475 nm. Sumber cahaya meliputi quartz halogen, laser, plasma arc dan yang terbaru light emitting diodes (LED). Energi minimum yang diperlukan untuk mengeraskan resin komposit adalah 300 mW/cm2.21 Faktor-faktor yang mempengaruhi polimerisasi dari resin komposit adalah:

1. Lama curing: Ini tergantung pada warna resin, intensitas cahaya, dalamnya kavitas, ketebalan resin, pengisi komposit

2. Warna resin: Warna yang lebih gelap memerlukan waktu yang lebih lama untuk dicuring (60 detik dengan kedalaman maksimum 0,5 mm)

3. Suhu: resin komposit pada suhu ruangan akan mengeras lebih sempurna dan lebih cepat

4. Ketebalan resin: Ketebalan optimum adalah 1-2 mm

5. Jarak penyinaran: Jarak optimum adalah < 1 mm, dengan posisi cahaya 90º dari permukaan komposit

6. Kualitas sumber cahaya: Panjang gelombang antara 400 – 500 nm22

Reaksi polimerisasi terbagi atas tiga yaitu self-cured resin komposit, light-cured


(32)

mengandung inisiator dan akselerator. Inisiator yang digunakan adalah benzoyl peroxide dan akselerator yang digunakan adalah tertiary aromatic amine. Kemudian, resin komposit akan mengeras dengan sendirinya. Light-cured resin komposit menggunakan sinar dengan panjang gelombang tertentu untuk mengaktivasi polimerisasi. Sinar yang digunakan adalah sinar biru dengan panjang gelombang 470 nm yang akan diserap oleh fotoaktivator (0,2%-1%) dan champoroquinone. Self-cured resin komposit mengandung initiator dan akselerator dan diaktivasi menggunakan sinar dan akan mengeras dengan sendirinya.3

2.2 Obat Kumur

Obat kumur adalah cairan yang digunakan untuk membersihkan dan meningkatkan kesehatan mulut, estetika dan kesegaran nafas.18 Obat kumur merupakan produk oral hygiene yang sangat penting untuk pasien. Obat kumur telah digunakan lebih dari 3,000 tahun yang lalu.16 Obat kumur paling efektif digunakan pada pagi dan sore hari setelah penyikatan gigi dan terdiri atas 3 bahan utama. Agen yang aktif di dalam obat kumur bisa digunakan untuk anti-karies, efek antimikroba, fluor dan pengurangan adhesi plak. Agen aktif ini kemudian berinteraksi dengan air atau alkohol. Alkohol digunakan untuk melarutkan beberapa bahan aktif, meningkatkan rasa dan bertindak sebagai pengawet untuk memperpanjang jangka kerja obat kumur. Di dalam obat kumur juga terdapat agen penyedap untuk menyegarkan napas termasuk eucalyptol, menthol, thymol dan methyl salicylate.18 Dua faktor yang harus dipertimbangkan dalam mengevaluasi obat kumur adalah keasaman dan kadar etanol didalam obat kumur tersebut. Jika dibandingkan dengan minuman beralkohol, bir mengandung sekitar 4% dan wine mengandung sekitar 11% etanol. Meskipun obat kumur tidak ditelan seperti minuman beralkohol tetapi kadar etanol yang tinggi mempunyai efek topikal yang harus dihindari.18 Obat kumur juga memiliki efek terhadap bahan restorasi. 4,5,9-15 Kadar etanol yang tinggi dapat melunakkan permukaan bahan resin seperti komposit resin, kompomer. Ini lebih signifikan pada resin yang menggunakan sinar.18


(33)

Terdapat juga penelitian yang meragukan adanya toksik atau biokompatibilitas obat kumur terutama yang mempunyai kadar etanol yang tinggi. Resiko karsinogenik meningkat dengan meningkatnya durasi terpapar dan frekuensi penggunaan obat kumur yang mengandung alkohol. Faktor resiko ini mirip dengan efek yang dihasilkan dari peningkatan konsumsi minuman beralkohol. Meskipun ada hasil yang berbeda dari berbagai studi klinis tetapi tampaknya terdapat efek hanya ketika kadar etanol yang tinggi dari obat kumur itu sendiri dan penggunaan yang berlebihan. Alkohol dapat dianggap sebagai unsur yang penting di dalam obat kumur karena bertindak sebagai pelarut untuk minyak aromatik, agen aroma dan memberikan bau yang enak pada rongga mulut. Banyak orang awam tidak menyadari bahwa sebagian besar obat kumur mengandung alkohol.18

Banyak obat kumur memiliki warna yang menarik dan rasa yang menyenangkan yang dapat menarik orang awam. Keracunan alkohol pada anak-anak lebih serius jika dibandingkan dengan orang dewasa karena alkohol bisa menyebabkan induksi hipoglikemia yang merupakan komplikasi serius pada anak-anak. Ini dapat menyebabkan kerusakan permanen pada hati dan otak dan kasus fatal telah dilaporkan pada seorang anak berusia 4 tahun yang menelan obat kumur yang mengandung 10% alkohol. Kekhawatiran tentang bahaya keracunan alkohol pada anak-anak mendorong American Dental Association untuk meminta produsen obat kumur yang mengandung lebih dari 5% alkohol untuk meletakkan label peringatan keselamatan untuk anak-anak. The American Academy of Pediatrics telah merekomendasikan ke U.S Food and Drug Administration untuk membatasi kandungan alkohol didalam obat kumur maksimal sebanyak 5% dan harus mempunyai label peringatan keselamatan untuk anak-anak.16


(34)

2.3 Alat-alat tes uji kekerasan

Pengetahuan tentang kekerasan bahan sangat berguna untuk teknisi dan juga dokter gigi. Uji kekerasan termasuk dalam spesifikasi American Dental Association

(ADA) untuk bahan material kedokteran gigi. Ada beberapa jenis tes kekerasan permukaan yang sebagiannya didasarkan pada kemampuan permukaan material untuk menahan penetrasi oleh titik berlian atau steel ball di bawah beban tertentu.2 Tes yang paling sering digunakan dalam menentukan kekerasan bahan material kedokteran gigi dikenal dengan nama Vickers, Knoop, Brinell dan Rockwell.17

Uji kekerasan dilakukan dengan memberikan gaya standar atau beban kepada indentor. Prosedur umum untuk menguji kekerasan adalah gaya standar atau berat diberikan pada titik penetrasi. Gaya standar ini diberikan kepada indentor dan akan menghasilkan lekukan berbentuk simetris yang dapat diukur di bawah mikroskop.18 Lekukan berbentuk simetris diukur di bawah mikroskop untuk kedalaman, area atau lebar lekukan, karena lekukan ini terlalu kecil untuk dilihat dengan mata. Apabila beban tetap diterapkan pada indentor standar, dimensi lekukan akan bervariasi dengan resistensi terhadap penetrasi dari bahan yang diuji. Jadi, beban ringan digunakan untuk bahan yang lebih lunak.3,17 Berbagai uji kekerasan berbeda dalam bahan indentor, geometri dan beban. Indentor dapat dibuat dari baja, tungsten carbide atau berlian dan dibentuk dari 1 sampai dengan 3000 kilogram. Pilihan uji kekerasan tergantung pada bahan, kekerasan yang diharapkan dan tingkat lokalisasinya.18

Tes Knoop dan Vickers diklasifikasikan sebagai tes microhardness manakala tes

Brinell dan Rockwell adalah tes macrohardness. Jumlah kekerasannya berdasarkan kedalaman penetrasi titik indentor kepada bahan tersebut.2 Bagi metode yang melibatkan pengukuran lekukan dengan mikroskop setelah kekuatan indentasi dikeluarkan, nilai kekerasannya berkait dengan tingkat deformasi permanen yang diproduksi pada permukaan bahan uji dengan indentor di bawah beban yang diberikan. Desain piramida indentor yang digunakan pada Vickers dan Knoop

menunjukkan bahwa apabila alat bersentuhan dengan permukaan bahan uji, tekanan awal adalah sangat tinggi. Kekerasan sering digunakan untuk memberi indikasi kemampuan untuk melawan goresan. Oleh karena itu, bahan akrilik lebih mudah


(35)

tergores karena relatif lebih lunak. Bahan yang keras akan lebih sulit untuk dipoles dengan cara mekanis. Kekerasan juga digunakan untuk memberi indikasi ketahanan abrasi material terutama sewaktu pemakaian yang mencakup goresan.17

2.3.1 Vickers Hardness Test

Metode Vickers ini diperkenalkan oleh Smith dan Sandland pada tahun 1925 digunakan untuk mengukur kekerasan sesuatu bahan.20 Vickers Hardness Test ini menggunakan indenter yang berbentuk persegi berlian piramida dengan sudut 136°. Indentor ini menghasilkan lekukan persegi. Kekerasan berlian piramida dihitung dengan membagi beban yang diterapkan oleh luas permukaan lekukan.1,3,17,20 Metode perhitungan Vickers hardness number (VHN) adalah sama dengan Brinell hardness number (BHN) yaitu beban dibagi dengan luas proyeksi lekukan. Panjang diagonal indentasi diukur dan diambil rerata. Vickers hardness test ini digunakan dalam spesifikasi ADA untuk dental casting gold alloys. Uji ini sesuai digunakan untuk mengukur kekerasan struktur gigi.2 Tes ini melibatkan penggunaan sebuah indentor berupa piramida yang lebih keras dari bahan yang diuji.19

Gambar 4: Berlian piramida pada Vickers hardness


(36)

Kekerasan Vickers dihitung dengan rumus:20

Keterangan:

F: gaya yang diberikan (kgf)

d: perhitungan rata-rata dari dua diagonal yaitu d1 dam d2 (mm2)


(37)

2.3.2 Knoop Hardness Test

Tes Knoop merupakan metode yang dikembangkan untuk melakukan metode tes indentasi mikro. Beban yang digunakan dalam tes ini tidak boleh melebihi 3,6 kgf (kilogram-force) yaitu 35 Newton. 3 Tes ini melibatkan penggunaan sebuah indentor berupa bentuk piramida yang lebih keras dari bahan yang diuji.19

2.3.3 Brinell Hardness Test

Tes Brinell merupakan salah satu metode yang tertua di dalam ilmu kedokteran gigi. Tes ini tergantung atas ketahanan bola steel atau bola tungsten karbida dengan diameter 1,6 mm dan beban sebesar 123 Newton. Tes Brinell dilakukan dengan waktu yang telah ditetapkan yaitu 30 detik dan lalu dilihat melalui miksroskop.3 Tes ini melibatkan penggunaan sebuah indentor berupa bentuk bola yang lebih keras dari bahan yang diuji.24

2.3.4 Rockwell Hardness Test

Tes Rockwell merupakan metode yang dikembangkan untuk mengukur kekerasan yang sangat tinggi. Tes ini melibatkan penggunaan sebuah indentor berupa kerucut yang lebih keras dari bahan yang diuji.19 Indentor yang digunakan berbeda diameter dan beban yaitu 60 sampai 150 kgf atau 588 sampai 1470 Newton. 3


(38)

2.4 Kerangka Teori

Resin Komposit

Sifat-sifat

Fisik Mekanis Optis

Komposisi Matriks resin Bahan pengisi Coupling agent

Initiators dan

accelerators Bahan tambahan lain: Penghambat (Inhibitor) Modifier optik Polymerization shrinkage Sifat termal Penyerapan air Kelarutan Kestabilan air Kekuatan Modulus Kekerasan permukaan Radiopacity Wear rates Biokompatibilitas Klasifikasi Berdasarkan ukuran partikel filler:

Tradisional

Berbahan pengisi mikro

Pengisi partikel kecil

Hybrid Partikel nano Berdasarkan penggunaan: Mikrofilled Packable Flowable Laboratory Core Provisional Berdasarkan aktivasi: Sinar Kimia Duel-cured Kekasaran permukaan Biologis Obat Kumur


(39)

2.5 Kerangka Konsep

Resin Komposit Nanohybrid

Sifat

Mekanis Proses pembersihan

rongga mulut

Sikat gigi Obat kumur

Alkohol

Efek kelarutan


(40)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian eksperimental laboratorium.

3.2 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah post test only control group design.

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian 3.3.1 Tempat penelitian

Tempat penelitian:

1. Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi USU: pembuatan sampel penelitian

2. Laboratorium Teknik Mesin, Universitas Negeri Medan (UNIMED), Medan: perendaman sampel dan tes uji kekerasan sampel resin komposit

nanohybrid

3.3.2 Waktu penelitian

Waktu penelitian: September 2014 sampai Maret 2015.

3.4Sampel dan Besar Sampel 3.4.1 Sampel Penelitian

Sampel yang digunakan adalah resin komposit nanohybrid dibuat berbentuk silindris dengan diameter 5 mm dan ketebalan 2 mm.12


(41)

diameter 5 mm

Gambar 6: Sampel penelitian

3.4.2 Besar Sampel Penelitian

Jumlah kelompok dalam penelitian ini adalah: 1. Kelompok I: kontrol yaitu tidak direndam.

2. Kelompok II: kelompok perendaman di dalam obat kumur yang mengandung alkohol 21% selama 2 jam.

3. Kelompok III: kelompok perendaman di dalam obat kumur yang mengandung alkohol 21% selama 4 jam.

4. Kelompok IV: kelompok perendaman di dalam obat kumur yang mengandung alkohol 21% selama 6 jam.

Maka, besar sampel yang akan dilakukan pada penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus Federer.25

(t-1) (r-1) ≥ 15

t = jumlah perlakuan (kontrol, 2 jam, 4 jam, 6 jam) r = besar sampel

(4-1)(r-1) ≥ 15 (3)(r-1) ≥ 15

3r -3 ≥ 15

3r ≥ 18 r ≥ 6

Jumlah sampel minimal yang dibutuhkan untuk penelitian ini adalah 6 untuk setiap perlakuan. Di dalam penelitian ini diambil jumlah sampel 10 untuk setiap perlakuan. Jadi, jumlah sampel yang diperlukan adalah 40 sampel.


(42)

3.5 Kriteria Inklusi dan Kriteria Ekslusi 3.5.1 Kriteria Inklusi

1. Permukaan sampel resin komposit yang halus dan rata 2. Sampel resin komposit berdiameter 5 mm dan tebal 2 mm

3.5.2 Kriteria Ekslusi

1. Permukaan sampel resin komposit yang poreus 2.Sampel resin komposit yang rusak

3.6 Variabel penelitian 3.6.1 Variabel bebas

Waktu perendaman resin komposit nanohybrid dalam obat kumur yang mengandung alkohol 21% yaitu 2, 4 dan 6 jam.

3.6.2 Variabel tergantung

Kekerasan permukaan resin komposit nanohybrid.

3.6.3 Variabel terkendali

Variabel terkendali dalam penelitian ini adalah:

1. Ukuran sampel resin komposit nanohybrid: diameter 5 mm, tebal 2 mm 2. Lama penyinaran: 20 detik

3. Jenis sinar: tungsten halogen

4. Jarak penyinaran: 1 mm 5. Suhu perendaman: 37 ºC

6. Volume media perendaman: 3 ml per 1 sampel 7. Kandungan alkohol media perendaman: 21% 8. Arah penyinaran: 90°

3.6.4 Variabel tidak terkendali


(43)

3.7 Definisi Operasional

1. Resin komposit nanohybrid adalah resin komposit partikel nano yang terdiri atas gabungan nanofiller dan nanohybrid dengan ukuran partikel zirconia/silika 3 µm dan non agregat partikel silika 20 nm.

2. Waktu perendaman adalah waktu yang diperlukan untuk merendam resin komposit nanohybrid yaitu 2 jam, 4 jam dan 6 jam.

3. Obat kumur yang mengandung alkohol 21% adalah suatu produk yang digunakan untuk meningkatkan kebersihan rongga mulut.

4. Kekerasan adalah ketahanan sesuatu bahan terhadap indentasi yang diberikan padanya menggunakan alat Vickers Hardness Tester dengan pemberian beban berlian berbentuk piramida yang membentuk sudut 136º.

3.8 Alat dan bahan penelitian 3.8.1 Alat penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Master model dengan mould berbentuk lingkaran berdiameter 5 mm dan tebal 2 mm yang terbuat dari stainless steel.


(44)

2. Vickers Hardness test (Future-Tech FM-800)

Gambar 8: Vickers hardness test

3. Light curing unit (LITEX 680A)

Gambar 9: Light curing unit

4. Inkubator (Sakura, Jepang)

Gambar 10: Inkubator


(45)

Gambar 11: Instrumen plastis

6. Pinset (Dentica stainless steelсє)

Gambar 12: Pinset

7. Cellophane strip

8. Object glass

9. Wadah perendaman sampel 10.Kertas tisu

11.Sarung tangan 12.Masker

13.Perekat berwarna 14.Spidol

15.Digital Stopwatch


(46)

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Resin komposit nanohybrid (Filtek TM Z250 XT)

Gambar 13: Resin komposit

nanohybrid

Tabel 2: Komposisi resin komposit nanohybrid

Komposisi

Matrix: Bis-GMA, UDMA, Bis-EMA, PEGDMA dan TEGDMA Filler: Zirconia/silika 3 µm, non agregat partikel silika 20 nm, bahan pengisi82% berat (68% volume)

2. Obat kumur yang mengandung alkohol (Fresh Citrus Listerine®)

Gambar 14: Obat kumur Listerine®


(47)

Tabel 3: Komposisi obat kumur Listerine®

No. Komponen Jumlah

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. Eucalyptol Menthol Methyl salicylate Thymol Alkohol Air Sorbitol solution Poloxamer 407

Benzoic acid Zinc chloride Sodium benzoate

Sucralose

Penambah rasa FD & C Kuning No. 6

FD & C Biru No. 1

0,092% 0,042% 0,060% 0,064% 21,6%

3.9 Prosedur penelitian

Prosedur dalam penelitian ini dibagi tiga yaitu dimulai dengan pembuatan

master cast, pembuatan sampel dan perendaman serta pengujian sampel.

3.9.1 Pembuatan master cast

Master cast terbuat dari stainless steel dengan diameter 5 mm dan tebal 2 mm yang digunakan untuk meletakkan resin komposit nanohybrid.

3.9.2 Pembuatan sampel

1. Setelah pembuatan master cast selesai, cellophane strip diambil dan diletakkan dibagian bawah master cast untuk mencegah resin komposit lengket pada master cast.


(48)

Gambar 15: Cellophane strip diletakkan dibagian bawah master cast

2. Resin komposit nanohybrid diambil dengan menggunakan instrument plastis dan diletakkan ke dalam mould master cast tersebut. Resin komposit

nanohybrid dimasukkan sampai padat. Bagian atas diratakan dengan menggunakan cellophane strip dan object glass yang tebalnya 1 mm. Jari diletakkan dan ditekan di atas object glass agar resin padat dan rata di dalam

master cast selama 10 detik. Jari diangkat dan kelebihan resin dibuang.

(a) (b)

Gambar 16: (a) Resin komposit diambil menggunakan instumen plastis (b)

Cellophane strip dan object glass diletakkan agar resin padat dan rata

3. Resin komposit disinar selama 20 detik pada permukaan atas dan bawah dengan menggunakan light curing unit. Light curing unit diletakkan tegak lurus di atas object glass. Setelah mengeras, sampel dikeluarkan dari mould.


(49)

Gambar 17: Sampel disinar dengan

light curing unit

4. Bagian bawah sampel ditandai dengan spidol

Gambar 18: Bagian bawah sampel ditandai

5. Sampel dibagi menjadi empat kelompok:

i. Kelompok I: kelompok kontrol sebanyak 10 sampel

ii. Kelompok II: kelompok perendaman selama 2 jam sebanyak 10 sampel iii. Kelompok III: kelompok perendaman selama 4 jam sebanyak 10 sampel iv. Kelompok IV: kelompok perendaman selama 6 jam sebanyak 10 sampel


(50)

Gambar 19: Sampel dibagi empat kelompok

3.9.3 Perendaman dan pengujian sampel

1. Kelompok pertama, sebanyak 10 sampel tidak dilakukan perendaman (kontrol), masing-masing dibuatkan 3 tanda. Tanda pengukuran terletak di titik pusat sampel dan yang lainnya terletak 1 mm dari tepi kiri dan kanan sampel pada permukaan atas sampel. Tanda pengukuran dilihat dengan menggunakan mikroskop untuk mendapatkan panjang diagonal setiap titik. Setelah itu, sampel diuji dengan memberikan tekanan sebesar 300 g selama 15 detik menggunakan

Vickers hardness tester. Metode ini dilakukan untuk 10 sampel.

(a) (b)

Gambar 20: (a) Skematik tiga titik pada resin komposit (b) Gambaran titik hasil pengujian dengan Vickers Hardness Tester

2. Kelompok kedua, sebanyak 10 sampel direndam selama 2 jam dalam wadah perendaman yang berisi 3ml obat kumur mengandung alkohol di dalam inkubator dengan temperatur 37ºC. Setelah 2 jam, sampel diambil dengan menggunakan pinset dan dikeringkan dengan kertas tisu. Kesepuluh sampel yang


(51)

telah direndam selama 2 jam, masing-masing dibuatkan 3 tanda. Tanda pengukuran terletak pada titik pusat sampel dan 1 mm dari tepi kiri dan kanan sampel pada permukaan atas sampel. Tanda pengukuran dilihat dengan menggunakan mikroskop untuk mendapatkan panjang diagonal setiap titik. Setelah itu, sampel diuji dengan memberikan tekanan sebesar 300 g selama 15 detik menggunakan Vickers hardness tester. Metode ini dilakukan untuk 10 sampel.

Gambar 21: Sampel dimasukkan di dalam inkubator

3. Kelompok ketiga, sebanyak 10 sampel direndam selama 4 jam dalam wadah perendaman yang berisi 3ml obat kumur mengandung alkohol di dalam inkubator dengan temperatur 37ºC. Setelah 4 jam, sampel diambil dengan menggunakan pinset dan dikeringkan dengan kertas tisu. Kesepuluh sampel yang telah direndam selama 4 jam, masing-masing dibuatkan 3 tanda. Tanda pengukuran terletak pada titik pusat sampel dan 1 mm dari tepi kiri dan kanan sampel pada permukaan atas sampel. Tanda pengukuran dilihat dengan menggunakan mikroskop untuk mendapatkan panjang diagonal setiap titik. Setelah itu, sampel diuji dengan memberikan tekanan sebesar 300 g selama 15 detik menggunakan Vickers hardness tester. Metode ini dilakukan untuk 10 sampel.


(52)

Gambar 22: Sampel diuji dengan

Vickers hardness tester

4. Kelompok keempat, sebanyak 10 sampel direndam selama 6 jam dalam wadah perendaman yang berisi 3ml obat kumur mengandung alkohol di dalam inkubator dengan temperatur 37ºC. Setelah 6 jam, sampel diambil dengan menggunakan pinset dan dikeringkan dengan kertas tisu. Kesepuluh sampel yang telah direndam selama 6 jam, masing-masing dibuatkan 3 tanda. Tanda pengukuran terletak pada titik pusat sampel dan pada 1 mm dari tepi kiri dan kanan sampel pada permukaan sampel yang telah disinari. Tanda pengukuran dilihat dengan menggunakan mikroskop untuk mendapatkan panjang diagonal setiap titik. Setelah itu, sampel diuji dengan memberikan tekanan sebesar 300 g selama 15 detik menggunakan Vickers hardness tester. Metode ini dilakukan untuk 10 sampel.

3.10 Pengolahan data dan analisis data

Pengolahan data dilakukan secara komputerisasi. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji ANOVA satu arah untuk melihat ada tidaknya perbedaan antara kelompok. Pada penelitian ini, uji ANOVA digunakan untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan antara kekerasan resin komposit nanohybrid pada kelompok kontrol, 2, 4 dan 6 jam. Uji ANOVA ini menggunakan derajat kepercayaan 95% dan tingkat kemaknaan p ≤ 0,05. Uji Post Hoc LSD dilakukan untuk menentukan perbedaan kemaknaan antar kelompok.


(53)

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS PENELITIAN

4.1 Hasil penelitian

Berdasarkan hasil penelitian ini, didapatkan nilai rerata kekerasan resin komposit nanohybrid kelompok kontrol adalah 86,880 ± 3,6298 VHN, kelompok perendaman selama 2 jam adalah 83,530 ± 2,8016 VHN, kelompok perendaman selama 4 jam adalah 78,390 ± 3,2299 VHN dan kelompok perendaman selama 6 jam adalah 70,950 ± 5,3904 VHN. Dari data tersebut didapatkan pula nilai kekerasan resin komposit nanohybrid terkecil terdapat pada kelompok perendaman selama 6 jam sebesar 70,950 ± 5,3904 VHN dan nilai kekerasan terbesar terdapat pada kelompok kontrol yaitu sebesar 86,880 ± 3,6298 VHN. Hasil penelitian ini dapat di lihat berdasarkan tabel 4.

Tabel 4. Nilai kekerasan resin komposit nanohybrid pada setiap kelompok perlakuan tanpa perendaman (0 jam), perendaman 2 jam, 4 jam dan 6 jam dalam obat kumur yang mengandung alkohol 21% (VHN)

Nomor Sampel

Kekerasan permukaan (VHN) Kelompok I: tanpa perendaman (kontrol) Kelompok II: perendaman selama 2 jam

Kelompok III: perendaman selama 4 jam

Kelompok IV: perendaman selama 6 jam

1 91,3 83,6 75,9 80,7

2 86,8 84,5 85,6 71,0

3 88,4 80,9 80,2 68,0

4 89,2 84,4 79,9 72,5

5 87,7 84,9 75,9 69,8

6 80,4 77,2 74,5 73,9

7 88,2 84,9 79,3 60,3

8 90,3 80,8 79,2 67,1

9 86,8 84,0 77,6 73,0

10 86,5 83,3 75,8 73,2

Rerata ± SD 86,880 ± 3,6298 83,530 ± 2,8016 78,390 ± 3,2299 70,950 ± 5,3904


(54)

Nilai rerata kekerasan permukaan resin komposit nanohybrid dapat diringkaskan dan dilihat melalui gambar 23.

Gambar 23: Nilai rerata kekerasan resin komposit nanohybrid tanpa perendaman (0 jam), perendaman 2 jam, 4 jam dan 6 jam dalam obat kumur yang mengandung


(55)

4.2 Analisis hasil penelitian

Data hasil penelitian dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji ANOVA satu arah dengan tingkat kemaknaan p ≤ 0,05. Uji ANOVA satu arah

didapatkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan yaitu 0,000 (p ≤ 0,05).

Hasil uji ANOVA dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5: Hasil uji statistik ANOVA satu arah

Sum of square df Mean square F Sig. Between Groups 1442,743 3 480,914 32,251 0,000

Within Groups 536,811 36 14,911

Total 1979,554 39

Untuk mengetahui lebih lanjut letak perbedaan tersebut, maka dilanjutkan dengan uji Post Hoc. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji ANOVA satu arah dengan Post Hoc LSD didapatkan rerata perubahan kekerasan resin komposit antara kelompok kontrol dan kelompok perendaman selama 2 jam adalah sebesar 3,350 dengan nilai signifikasi 0,060. Rerata perubahan kekerasan resin komposit antara kelompok kontrol dan kelompok perendaman selama 4 jam adalah sebesar 8,490 dengan nilai signifikasi 0,000. Rerata perubahan kekerasan resin komposit antara kelompok kontrol dengan kelompok perendaman selama 6 jam adalah sebesar 15,930 dengan nilai signifikasi 0,000.

Rerata perubahan kekerasan resin komposit antara kelompok perendaman selama 2 jam dan kelompok perendaman selama 4 jam adalah 5,140 dengan nilai signifikasi sebesar 0,005 manakala rerata perubahan kekerasan resin komposit antara kelompok perendaman selama 2 jam dan kelompok perendaman selama 6 jam adalah 12,580 dengan nilai signifikasi sebesar 0,000. Pada rerata perubahan kekerasan resin komposit antara kelompok perendaman selama 4 jam dengan kelompok perendaman selama 6 jam adalah 7,440 dengan nilai signifikasi sebesar 0,000.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat penurunan kekerasan resin komposit nanohybrid setelah direndam di dalam obat kumur yang mengandung alkohol 21% selama 2 jam, 4 jam dan 6 jam. Namun, perubahan yang signifikan


(56)

hanya terdapat pada kelompok sampel perendaman selama 4 jam dan 6 jam (p ≤

0,05) apabila dibandingkan dengan kelompok kontrol. Perubahan yang signifikan juga dapat dilihat antara kelompok perendaman selama 2 jam dengan kelompok perendaman selama 4 jam dan perendaman selama 6 jam. Kelompok perendaman selama 4 jam juga mengalami perubahan yang signifikan apabila dibandingkan dengan kelompok perendaman selama 6 jam. Hasil uji statistik Post Hoc LSD ini dapat dilihat pada tabel 4. Hipotesis penelitian ditolak dimana terdapat perubahan kekerasan resin komposit nanohybrid setelah perendaman di dalam obat kumur yang mengandung alkohol 21% selama 2, 4 dan 6 jam.

Tabel 6. Hasil uji statistik perubahan kekerasan permukaan resin komposit

nanohybrid tanpa perendaman (0 jam), perendaman 2 jam, 4 jam dan 6 jam dalam obat kumur yang mengandung alkohol 21%

Perbandingan antar kelompok perlakuan Mean difference p Kelompok I: tanpa perendaman (kontrol) -

Kelompok II: perendaman selama 2 jam

3,350 0,060

Kelompok I: tanpa perendaman (kontrol) –

Kelompok III: perendaman selama 4 jam

8,490 0,000*

Kelompok I: tanpa perendaman (kontrol) –

Kelompok IV: perendaman selama 6 jam

15,930 0,000*

Kelompok II: perendaman selama 2 jam -

Kelompok III: perendaman selama 4 jam

5,140 0,005*

Kelompok II: perendaman selama 2 jam –

Kelompok IV: perendaman selama 6 jam

12,580 0,000*

Kelompok III: perendaman selama 4 jam -

Kelompok IV: perendaman selama 6 jam

7,440 0,000*


(57)

BAB 5 PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat penurunan rerata kekerasan resin komposit nanohybrid antar kelompok kontrol (tanpa perendaman) dengan resin komposit nanohybrid yang telah direndam selama 2 jam, 4 jam dan 6 jam di dalam obat kumur yang mengandung alkohol 21%. Nilai rerata kekerasan resin komposit nanohybrid kelompok kontrol adalah 86,880 ± 3,6298 VHN, kelompok perendaman selama 2 jam adalah 83,530 ± 2,8016 VHN, kelompok perendaman selama 4 jam adalah 78,390 ± 3,2299 VHN dan kelompok perendaman selama 6 jam adalah 70,950 ± 5,3904 VHN. Analisa statistik ANOVA menunjukkan perubahan kekerasan yang signifikan yaitu p = 0,000 (p ≤ 0,05). Namun uji Post Hoc LSD menunjukkan perubahan yang signifikan hanya terdapat pada kelompok sampel perendaman 4 jam dan 6 jam dengan nilai

signifikasi 0,000 dan 0,000 (p ≤ 0,05) apabila dibandingkan dengan kelompok

kontrol.

Data tersebut menunjukkan bahwa lama perendaman sampel resin komposit

nanohybrid mempengaruhi nilai kekerasan permukaan resin komposit

nanohybrid. Dari data terlihat bahwa semakin lama waktu perendaman sampel resin komposit nanohybrid maka nilai kekerasan permukaannya semakin menurun.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Azevedo Miranda DD (2011) yang menyatakan bahwa terdapat penurunan kekerasan dan kekasaran resin komposit 4 seasons dan Esthet X yang signifikan setelah perendaman di dalam obat kumur Colgate Plax Overnight dan Colgate Plax selama 12 jam dan 24 jam.9 Lamba B (2012) juga telah meneliti dan menemukan bahwa terdapat penurunan kekerasan bahan kedokteran gigi GIC, kompomer dan resin komposit Esthet X setelah perendaman di dalam obat kumur

Listerine, Plax, Phosflur, Periogard dan Betadine Gargle selama 1 jam, 1 hari, 7 hari dan 14 hari. Kedua penelitian ini menemukan adanya kaitan antara penurunan


(58)

kekerasan dan lamanya waktu perendaman, dimana kekerasan bahan kedokteran gigi akan semakin berkurang seiring dengan lamanya perendaman.4

Penurunan nilai kekerasan permukaan resin komposit yang signifikan pada kelompok perendaman di dalam obat kumur selama 6 jam ini dipengaruhi oleh kandungan etanol yang terdapat di dalam obat kumur tersebut. Etanol bisa melunakkan bahan restorasi gigi.9,15,18 Ateyah NZ (2005) menyimpulkan bahwa penurunan kekerasan permukaan resin komposit dipengaruhi langsung oleh persentase etanol yang terdapat di dalam obat kumur.8 Eliades G (2003) menyatakan bahwa apabila resin komposit direndam di dalam etanol, banyak monomer yang hilang dalam jangka waktu yang singkat jika dibandingkan direndam di dalam air. Etanol ini akan berkontak dengan resin komposit

nanohybrid dan akan menyebabkan dekomposisi matriks resin dan longgarnya ikatan antar partikel bahan pengisi.4 Setelah molekul monomer larut di dalam alkohol, molekul alkohol dapat berdifusi ke dalam resin. Selama proses ini, matriks akan swelling dan meningkatkan jarak antar rantai polimer. Peningkatan jarak rantai polimer ini akan melemahkan interaksi kutub antara rantai polimer yang terpisah.27,29 Swelling ini juga menyebabkan degradasi struktur dan memutuskan ikatan Si-O-Si yang mengikat partikel dengan silane.29 Ini bisa menyebabkan putusnya ikatan antar resin dan bahan pengisi dengan merusakkan ikatan silan tersebut.28,29 Ini akan menghasilkan matriks yang lunak dan matriks yang rentan terhadap alkohol. 27,29

Hal ini dapat menyebabkan resin komposit mengalami keausan, perubahan warna dan penurunan tingkat kekerasan. Semakin lama kontak resin komposit dengan obat kumur menyebabkan penurunan kekerasan permukaan semakin besar.4 Oleh karena itu, alkohol memiliki pengaruh yang jelas terhadap kekerasan resin komposit.26


(59)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah:

1. Terdapat perubahan kekerasan permukaan resin komposit nanohybrid

setelah perendaman di dalam obat kumur yang mengandung alkohol 21% selama 2, 4 dan 6 jam.

2. Kesemua kelompok menunjukkan perubahan kekerasan permukaan resin komposit yang signifikan kecuali pada pada kelompok perendaman 2 jam apabila dibanding dengan kelompok kontrol.

6.2 Saran

Saran dari penelitian ini adalah:

1. Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai data awal untuk penelitian lebih lanjut.

2. Diharapkan penelitian lanjutan dapat meneliti lebih banyak perubahan sifat mekanis, fisik, optis maupun biologis resin komposit lainnya pada saat dilakukan perendaman dalam obat kumur yang mengandung alkohol dengan perbedaan lama waktu perendaman ataupun kadar etanol yang berbeda.

3. Diharapkan adanya penelitian lanjutan tentang perubahan kekerasan permukaan resin komposit terhadap media perendaman yang lain.


(60)

DAFTAR PUSTAKA

1. O’Brien WJ. Dental materials and their selection. 3rd ed., Illinois: Quintessence Publishing Co, Inc., 2002: 41, 202-28.

2. Anusavice KJ. Phillip’s science of dental materials. 11th ed., Missouri: Saunders., 2003: 399-432.

3. Sakaguchi RL, Powers JM. Craig’s restorative dental materials. 13th ed., Philadelphia: Elsevier., 2012: 91, 161-92.

4. Lamba B, Ponnappa KC, Lamba A. Effect of mouth rinse on the hardness of three tooth-colored restorative materials. J Stomat Occ Med 2012; 5: 64-9.

5. Antony Fernandes RA, El Araby M, Siblini M, Al-Shehri A. The effect of different types of oral mouth rinses on the hardness of silorane-based and nano-hybrid composites. Saudi J Oral Sci 2014; 1: 105-9.

6. Featherstone JD. Caries prevention and reversal based on the caries balance. Pediatr Dent 2006; 28 (2): 128-32.

7. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Info terkini tentang obat kumur. Badan POM RI 2011. Juli – Agustus: 5-8.

8. Ateyah NZ. The effect of different mouth rinses on microhardness of tooth-coloured restorative materials. J Pak Dent Assoc 2005; 14: 150-3. 9. Azevedo Miranda DD, Dos Santos Bertoldo CE, Baggio Aguiar FH,

Nunes Leite Lima DA, Lovadino JR. Effects of mouthwashes on knoop hardness and surface roughness of dental composites after different immersion times. Braz Oral Res 2011; 25 (2): 168-73.

10.White DJ. An alcohol-free therapeutic mouth rinse with cetylpyridinium chloride (CPC) - The latest advance in preventive care: crest pro-health rinse. Am J Dent 2005; 18 (3A): 3-6.

11.Jyothi KN, Crasta S, Venugopal P. Effect of five commercial mouth rinses on the microhardness of a nanofilled composite restorative material: an in vitro study. J Conserv Dent 2012; 15: 214-7.

12.Yanikoglu N, Duymus ZY, Yilmaz B. Effects of different solutions on the surface hardness of composite resin materials. Dent Mat J 2009; 28 (3): 344-51.


(61)

13.Kanan SM, Mohammed AK. The effect of mouth rinses on surface microhardness of two esthetic restorative materials. Iraqi Nat J Nurs 2012; 25 (1): 101-8.

14.Santos DM, Massurani L, Goiato MC, Zavanelli AC, Haddad MF, Moreno A. et al. Effect of different solutions on knoop hardness of indirect composite resins. Dentistry 2014; 4 (3): 208-13.

15.Davaloo R, Tavangar M, Darabi F, Pourhabibi Z, Alamouti NA. The surface hardness value of a light cured hybrid composite resin after 12 hours immersion in three alcohol-free mouthwashes. J Dentomax Rad Path Surg 2013; 2 (4): 1-6.

16.Schmalz G, Bindslev DA. Biocompatibility of dental materials. 1st ed., Leipzig: Springer., 2009: 271-3.

17.McCabe JF, Walls AWG. Applied dental materials. 9th ed., Oxford: Blackwell Publishing., 2008: 13, 196-211.

18.Craig RG, Powers JM. Restorative dental materials. 11th ed., Missouri: Mosby, Inc., 2002: 105-06, 203-05.

19.Van Noort R. Introduction to dental materials. 3rd ed., Oxford: Mosby Elsevier., 2008: 48, 99-119.

20.Geels K, Fowler DB, Kopp WU. Ruckert M. Metallographic and materialographic specimen preparation, light microscopy, image analysis and hardness testing. 1st ed., West Conshohocken: ASTM International., 2007: 628-32.

21.Puckett AD, Fitchie JG, Kirk PC, Gamblin J. Direct composite restorative materials. Dent Clin N Am 2007; 51: 659-75.

22.Gracia AH, Lozano MAM, Vila JC, Escribano AB, Galve PF. Composite resins. A review of the materials and clinical indications. Med Oral Patol Oral Cir Bucal 2006; 11: 215-20.

23.Mitra SB, Dong W, Holmes BN. An application of nanotechnology in advanced dental materials. J Am Dent Assoc 2003; 134: 1382-90.

24.Carvalho Rocha A,. Lima CSA, Silva Santos MCM, Resende Montes MAJ. Evaluation of surface roughness of a nanofill resin composite after


(62)

stimulated brushing and immersion in mouthrinses, alcohol and water. Mat Res 2010; 13 (1): 1-10.

25.Hanafiah KA. Percobaan teori dan aplikasi. eds 3., Jakarta. RajaGrafindo Persada., 2003: 94-103.

26.de Moraes Porto IC, das Neves LE, de Souza CK, Parolia A, Barbosa dos Santos N. A comparative effect of mouthwashes with different alcohol concentration on surface hardness, sorption and solubility of composite resin. OHDM 2014; 13 (2): 502-6.

27.Eliades G, Eliades T, Brantley WA, Watts DC. Dental materials in vivo aging and related phenomena. 1st ed., Hong Kong: Quintessence Publishing Co, Inc., 2003: 118-20.

28.Yusuf F, Srirekha A, Hegde J, Karale R, Bashetty K, Adiga S. Effect of alcoholic and non alcoholic beverages on the wear and fracture toughness of teeth and resin composite materials. J Res Dent 2013; 1 (1): 11-7. 29.Karabela MM, Sideridou ID. Effect of the structure of silane coupling

agent on sorption characteristics of solvents by dental resin nanocomposites. Dent Mat 2008; 24: 1631-9.


(63)

Alur penelitian

Sampel resin komposit nanohybrid

Disinar selama 20 detik

Masukkan ke master cast (diameter 5 mm dan tebal 2 mm)

Kelompok 1: tanpa perendaman (kontrol) (n=10 buah) Kelompok 2: direndam dalam obat kumur alkohol 21% selama 2 jam (n=10 buah)

Kelompok 3: direndam dalam obat kumur alkohol 21% selama 4 jam (n=10 buah)

Kelompok 4: direndam dalam obat kumur alkohol 21% selama 6 jam (n=10 buah) Uji kekerasan resin komposit (Vickers hardness test) Uji kekerasan resin komposit (Vickers hardness test) Uji kekerasan resin komposit (Vickers hardness test) Uji kekerasan resin komposit (Vickers hardness test)

Analisis data statistik (ANOVA)

Kesimpulan


(64)

(65)

(66)

(1)

(2)

(3)

(4)

HASIL PENGUKURAN

Tipe Alat Uji

:

Micro Vicker Hardness Tester

Model

:

Future-Tech

FM-800

Load

: 300 gf selama 15 detik

Bahan

: Resin komposit

nanohybrid

Pengukuran Average Pengukuran Average Pengukuran Average Pengukuran Average

94 90.3 73.5 85.8

93.6 83.9 77.8 75.7

86.2 76.7 76.3 80.5

85.7 73.3 88.8 45.9

87.8 89.7 91.3 77.8

86.8 90.4 76.6 89.2

84.7 74 73.4 53.2

90.3 81 78.8 74.3

90.3 87.8 88.4 76.4

95.9 92.6 77.1 78

99.5 78.6 74.1 71

72.3 81.9 88.6 68.6

85.6 88.7 76.9 51.9

89.6 78.4 71.1 82.8

88 87.5 79.7 74.7

88.5 67.7 69.8 74.7

70.2 89.9 70.9 77.3

82.5 74 82.8 69.8

89.5 88.7 73.9 53.6

78.5 78.4 76.5 59

96.5 87.5 87.6 68.2

89 74 87.9 62.4

98.1 88.9 70.9 67.4

83.8 79.6 78.9 71.5

85.7 90.9 78.1 65

87.8 78.5 79.1 75.5

86.8 82.6 75.7 78.6

85.8 83.7 69.7 73.3

87.8 80.4 76.4 73.1

85.9 85.8 81.4 73.1

75.8 73.2

77.6 73.0

8 90.3 80.8 79.2 67.1

9 86.8 84.0

79.3 60.3

6 80.4 77.2 74.5 73.9

7 88.2 84.9

75.9 69.8

4 89.2 84.4 79.9 72.5

5 87.7 84.9

10 86.5 83.3

2 86.8 84.5

Perendaman selama 6 jam

1 91.3 83.6 75.9 80.7

Nomor Sampel Tanpa perendaman (kontrol) Perendaman selama 2 jam Perendaman selama 4 jam

85.6 71.0


(5)

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Kontrol ,177 10 ,200* ,952 10 ,689

2 jam ,119 10 ,200* ,968 10 ,871

4 jam ,101 10 ,200* ,973 10 ,918

6 jam ,233 10 ,133 ,921 10 ,362

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Data terdistribusi normal, p>0,05

One Way

Descriptives

Nilai

N Mean

Std. Deviation

Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

Kontrol 10 86,880 3,6298 1,1478 84,283 89,477 80,4 91,3

2 jam 10 83,530 2,8016 ,8859 81,526 85,534 77,2 87,7

4 jam 10 78,390 3,2299 1,0214 76,079 80,701 74,5 85,6

6 jam 10 70,950 5,3094 1,6790 67,152 74,748 60,3 80,7

Total 40 79,938 7,1245 1,1265 77,659 82,216 60,3 91,3

Test of Homogeneity of Variances

Nilai

Levene Statistic df1 df2 Sig.


(6)

ANOVA

Nilai

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 1442,743 3 480,914 32,251 ,000

Within Groups 536,811 36 14,911

Total 1979,554 39

Ada beda, Ho ditolak p<0,05 (p=0,000)

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

Nilai LSD

(I) Kelompok (J) Kelompok

Mean

Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Kontrol 2 jam 3,3500 1,7269 ,060 -,152 6,852

4 jam 8,4900* 1,7269 ,000 4,988 11,992

6 jam 15,9300* 1,7269 ,000 12,428 19,432

2 jam Kontrol -3,3500 1,7269 ,060 -6,852 ,152

4 jam 5,1400* 1,7269 ,005 1,638 8,642

6 jam 12,5800* 1,7269 ,000 9,078 16,082

4 jam Kontrol -8,4900* 1,7269 ,000 -11,992 -4,988

2 jam -5,1400* 1,7269 ,005 -8,642 -1,638

6 jam 7,4400* 1,7269 ,000 3,938 10,942

6 jam Kontrol -15,9300* 1,7269 ,000 -19,432 -12,428

2 jam -12,5800* 1,7269 ,000 -16,082 -9,078

4 jam -7,4400* 1,7269 ,000 -10,942 -3,938