16
Kawasan Industri Medan Persero Studi Kasus Putusan PK No. 94
PKPDT2004. 2.
Secara Praktis Mengharapkan bahwa hasil penelitian ini dapat memberikan jalan keluar yang
akurat terhadap permasalahan yang akan diteliti dan disamping itu hasil penelitian ini dapat mengungkapkan teori-teori baru serta pengembangan teori-
teori yang sudah ada.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan penelusuran kepustakaan baik perpustakaan pusat maupun
yang ada di Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, ternyata belum ditemukan judul mengenai Pelaksanaan Eksekusi Diatas Hak Pengelolan HPL No. 3 Milik
PT. Kawasan Industri Medan Persero Studi Kasus Putusan PK No. 94 PKPDT2004. Ada beberapa tesis atau penelitian dilakukan oleh Mahasiswa Pasca Sarjana tentang
eksekusi antara lain :
1. Problematika Yang Terjadi Dalam Mewujudkan Perlindungan dan Kepastian
Hukum Terhadap Pemegang Hak Atas Tanah Studi Di Kantor Pertanahan Kota Batam, oleh : Romelda P. Simamora 087011096, Mahasiswi Magister
Kenotariatan USU. Permasalahannya :
a. Bagaimana problematika yang terjadi dalam Pendaftaran Tanah di Kota Batam?
Universitas Sumatera Utara
17
b. Bagaimana upaya Pemerintah Kota Batam dalam mewujudkan perlindungan hukum terhadap pemegang hak atas tanahnya?
c. Bagaimana eksistensi PP No. 24 Tahun 1997 untuk mewujudkan kepastian hukum bagi pemegang hak atas tanah?
Kesimpulannya : a. Bahwa problematika pertanahan di kota Batam disebabkan oleh kewenangan
hak pengelolaan yang dimiliki Otorita Batam berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 41 Tahun 1993 tentang Daerah Industri Pulau Batam untuk
merencanakan peruntukan dan penggunaan tanah tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kota
Batam, dimana adanya penerapan prinsip KISS Koordinasi, Integrasi, Sinkronisasi dan Simplikasi dalam penyelenggaraan pemerintahan Kota
Batam serta ketidaksinkronan data dan peraturan-peraturan yang berlaku antara Otorita batam dengan lembaga pemerintahan Kota Batam yakni
Dinas Kehutanan Kota Batam, BPN Kota Batam dan Pemerintah Kota Batam akan status lahan yang ada di kota Batam sehingga terjadi tumpang tindih
akibat gesekan dan benturan di lapangan dalam menerapkan kewenangan masin-masing institusi.
b. Bahwa upaya yang dilakukan pemerintah Kota Batam dalam rangka mewujudkan kepastian hukum dan perlindungan hukum bagi pemegang
sertifikat berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 43 Tahun 1977 tentang Pengelolaan dan Penggunaan Tanah di daerah Industri Pulau
Universitas Sumatera Utara
18
Batam, demikian juga dalam Keputusan Menteri AgrariaKepala BPN Nomor 9- VIII-1993 tentang Pengelolaan dan Pengurusan Tanah di Daerah Industri Pulau
Rempang, Pulau Galang dan pulau-pulau lain disekitarnya yakni dengan adanya pemberian ganti rugi dari pemegang hak pengelolan terhadap
masyarakat. Dan persoalan sertifikat yang telah terbit diatas kawasan hutan lindung, BPN Kota Batam hanya mengeluarkan surat pernyataan yang
menyatakan bahwa sertifikat yang telah diterbitkan tersebut adalah sah dan bersifat sebagai alat pembuktian yang kuat, dan untuk kedepannya persoalan
ini tidak akan terjadi dengan peningkatan kinerja yang maksimal dengan melakukan penolakan terhadap persyaratan yang tidak lengkap dan memeriksa
secara mendetail tentang kebenaran materil dan fisik dan data yuridis sampai kepada penelusuran aspek kesejarahan terhadap objek tersebut untuk
menciptakan kepastian hukum, dengan sasaran untuk mencapai perlindungan hukum bagi pemegang hak atas tanah sesuai dengan tujuan pendaftaran tanah
sebagaimana dimaksud dalam UUPA dan PP No. 24 tahun 1997. c. Bahwa eksistensi sertifikat sebagai alat bukti yang sangat kuat mutlak
sebagaimana disebutkan dalam Pasal 32 ayat 2 PP Nomor 24 Tahun 1997 pada kenyataannya belum terwujud, terdaftarnya bagian tanah tersebut
sebenarnya tidak semata-mata akan terwujudnya jaminan keamanan akan kepemilikannya dalam menuju kepastian hukum. Disatu sisi pasal ini
mempunyai keinginan untuk memberikan kepastian hukum bagi pemilik tanah yang sudah bersertifikat, tetapi di sisi lain juga tidak mempunyai keyakinan
Universitas Sumatera Utara
19
atas kebenaran data fisik maupun data yuridis yang digunakan untuk melakukan pendaftaran tanah hingga terbitnya sertifikat. Apabila pasal ini
benar-benar dapat diterapkan dengan catatan masyarakat mengetahui aturan ini, dan memperoleh sertifikat sebagai alat bukti haknya agar di kemudian hari
tidak diganggu gugat oleh pihak lain maka kepastian akan pendaftaran tanah di Indonesia aka terwujud dengan baik.
2. Perlindungan Hukum Pembeli Hak Atas Tanah Berdasarkan Alas Hak Yang
Berasal Dari
Surat Keterangan
Camat Analisa
Kasus PTUN
No.72G.TUN2005PTUN-MDN, oleh
: Hafni
Cholida Nasution
107011015.Mahasiswi Magister Kenotariatan USU. Permasalahannya :
a. Bagaimana kekuatan pembuktian Surat Keterangan Camat sebagai alas hak kepemilikan atas tanah?
b. Bagaimana keabsahan jual beli tanah yang disertai dengan dokumen yang lengkap dan memenuhi persyaratan materiil menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan tetapi kemudian terbukti dalam proses pengalihan haknya dilakukan secara melawan hukum?
c. Bagaimana perlindungan hukum bagi pembeli hak atas tanah berdasarkan alas hak yang berasal dari Surat Keterangan Camat?
Kesimpulannya : a. Kekuatan pembuktian Surat Keterangan Camat sebagai alas kepemilikan atas
tanah bisa saja mengalahkan sertipikat karena dasar dari sertipikat adalah syarat-syarat yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan. Walaupun
Universitas Sumatera Utara
20
Surat Keterangan Tanah merupakan alat bukti tertulis dibawah tangan yang kekuatan pembuktiannya tidak sekuat akta otentik, namun karena Surat
Keterangan Tanah tersebut merupakan surat-surat yang dikategorikan alas hak atau data yuridis atas tanah yang dijadikan syarat kelengkapan persyaratan
permohonan hak atas tanah sebagaimana diatur dalam ketentuan perundang- undangan, maka Surat Keterangan Tanah tersebut merupakan dokumen yang
sangat penting dalam proses penerbitan sertipikat hak atas tanah. b. Keabsahan jual beli tanah yang mengandung unsur perbuatan melawan hukum
dalam proses pendaftaran tanah yang terjadi pada pendaftaran tanah pertama kali atau pendaftaran perubahan data melalui pemindahan hak sebelum sampai
kepada pemegang hak atas tanah yang terakhir karena adanya perbuatan melawan hukum dalam riwayat kepemilikan tanah yang dijadikan alas hak
dalam proses pendaftaran tanah yang terjadi pada pendaftaran tanah pertama kali sebelum sampai kepada pemegang hak atas tanah yang terakhir, bukti
kepemilikan sejak adanya perbuatan melawan hukum adalah batal demi hukum termasuk pendaftaran pemindahan hak atas tanah yang dilakukan
secara sah. c. Perlindungan hukum bagi pembeli hak atas tanah berdasarkan alas hak yang
berasal dari Surat Keterangan Camat yaitu apabila timbul gugatan dari pihak ketiga, maka pembeli tanah yang digugat masih berkesempatan untuk
mempertahankan kepemilikannya melalui perlawanan hukum di Pengadilan. Oleh karena itu sebagai pembeli yang beritikad baik maka apabila terjadi
Universitas Sumatera Utara
21
pembatalan dan pencabutan sertipikat hak milik yang mengakibatkan kerugian, maka pembeli yang beritikad baik tersebut dapat mengajukan
gugatan ke Pengadilan Negeri setempat mengenai ganti rugi sehubungan dengan eksekusi putusan Pengadilan Tata Usaha Negara.
3. Hambatan-Hambatan Eksekusi Putusan Pengadilan Dalam Kasus Tanah Berikut
Bangunan Diatasnya Studi Kasus di Pengadilan Negeri Medan, oleh : Tiur Ivo Hutabarat 017011064 Mahasiswi Magister Kenotariatan USU.
Permasalahannya : a. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab meningkatnya kasus eksekusi
tanah beserta berikut bangunan diatasnya yang disidangkan di Pengadilan Negeri Medan?
b. Hambatan-hambatan apa yang dihadapi Pengadilan Negeri Medan dalam melaksanakan eksekusi yang telah berkekuatan hukum tetap dalam kasus
tanah dan bangunan? Kesimpulannya :
a. Faktor-faktor penyebab meningkatnya kasus eksekusi tanah beserta berikut bangunan diatasnya yang disidangkan di pengadilan negeri Medan, adalah :
- Adanya penyimpangan hukum terhadap penetapan pelaksanaan eksekusi. - Tidak terjangkaunya biaya eksekusi yang terlalu tinggi tergantung kualitas
objek yang dieksekusi.
Universitas Sumatera Utara
22
- Adanya campur tangan intervensi dari atasan, misalnya kebijakan pengadilan yang lebih tinggi mempengaruhi adanya penetapan pelaksanaan
putusan yang lebih rendah. b. Hambatan-hambatan
yang dihadapi Pengadilan
Negeri Medan
dalam melaksanakan eksekusi tanah beserta bangunan diatasnya terhadap putusan
yang telah berkekuatan hukum tetap, adalah : - Adanya penundaan dan keterlambatan dalam pelaksanaan eksekusi.
- Biaya dalam proses pelaksanaan eksekusi terlalu besar yang harus dikeluarkan oleh eksekutan.
- Tidak adanya koordinasikerjasama dalam pelaksanaan eksekusi dilapangan Polisi, Militer dan CamatKelurahan serta Pemuda setempatOKP.
- Adanya perbedaan pendapat tentang batas tanah dan bangunan, artinya ukuran tanah tidak cocok yang tertulis dalam putusan dengan kemyataan
yang ada. 4.
Eksekusi Dibawah Tangan Objek Jaminan Fidusia Atas Kredit Macet Kepemilikan Mobil Di Lembaga Keuangan Non-Bank PT.Batavia Prosperindo
Finance Cabang Medan, oleh Leni Marlina 087011063 Mahasiswa Magister Kenotariatan USU.
Permasalahannya : a. Faktor-faktor apa yang menyebabkan eksekusi objek jaminan fidusia pada
lembaga pembiayaan konsumen?
Universitas Sumatera Utara
23
b. Hambatan dan upaya apa saja yang dilakukan dalam penarikan objek jaminan fidusia atas kredit macet?
c. Bagaimana prosedur eksekusi dibawah tangan objek jaminan fidusia atas kredit macet kepemilikan mobil?
Kesimpulannya : a. Faktor-faktor penyebab eksekusi pada jaminan fidusia pada lembaga
pembiayaan adalah adanya cidera janji sebagaimana diatur dalam KUH Perdata pasal 1234 KUH Perdata unsur-unsurnya antara lain lalai memenuhi
perjanjian, tidak memenuhi prestasi dalam jangka waktu yang telah ditentukan, dalam perjanjian telah diatur secara rinci mengenai hal-hal yang
berkenaan dengan wanprestasi. Kemudian pada Pasal 11 dalam isi perjanjian Kredit pada PT. Batavia Prosperindo Finance yang mengatur tentang kelalaian
dan pengakhiran Perjanjian. b. Adapun hambatan dan upaya yang dilakukan dalam penarikan barang jaminan
yaitu : barang jaminan di jual, barang jaminan di gadai, penerima fasilitas tidak mampu lagi, pendapatan bulanan penerima jaminan tidak pasti, penerima
fasilitas hanya atas nama, kurangnya pemahaman penerima fasilitas atas Perjanjian Pembiayaan Konsumen. Upaya yang dilakukan adalah menawarkan
kebijakan, mendatangi rumah debitur, mengawasi rumah debitur, melibatkan informan tetap, pelaporan pada pihak kepolisian.
c. Prosedur eksekusi dibawah tangan objek jaminan fidusia atas kredit macet kepemilikan mobil. Prosedur yang dilakukan oleh PT. Batavia Prosperindo
Finance adalah penjualan dibawah tangan seperti jual beli biasa namun
Universitas Sumatera Utara
24
pelaksanaannya tidak mengikuti seluruh ketentuan formal menurut Pasal 29 Undang-undang Jaminan Fidusia terutama dalam hal ini ketentuan mengenai
pengumuman pada surat kabar yang beredar di Medan. Oleh karena itu, dengan berkeyakinan bahwa judul tesis ini dan permasalahan
yang diajukan belum pernah diteliti dan dibahas, sehingga dapat dikatakan asli.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi
1. Kerangka teori