Pengetahuan dan Sikap Ibu Terhadap Penerimaan Medis Operatif Wanita Sebagai Pilihan Kontrasepsi di Dusun II Desa Bangun Rejo Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2011

(1)

PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TERHADAP PENERIMAAN MEDIS OPERATIF WANITA SEBAGAI PILIHAN KONTRASEPSI

DI DUSUN II DESA BANGUN REJO KECAMATAN TANJUNG MORAWA

DESI ANGGRAINI NIM : 105102055

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

LEMBAR PERNYATAAN

PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TERHADAP PENERIMAAN MEDIS OPERATIF WANITA SEBAGAI PILIHAN KONTRASEPSI DI

DUSUN II DESA BANGUN REJO KECAMATAN TANJUNG MORAWA TAHUN 2011

KARYA TULIS ILMIAH

Dengan ini saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini tidak terdapat Karya Tulis orang lain yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat orang lain atau terlibat orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam karya ilmiah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka

Medan, Juni 2011


(4)

PROGRAM DIV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2011 Desi Anggraini

Pengetahuan dan Sikap Ibu Terhadap Penerimaan Medis Operatif Wanita Sebagai Pilihan Kontrasepsi di Dusun II Desa Bangun Rejo

Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2011 Ix +43hal + 3 tabel +1 skema + 9 lampiran

Abstrak

Keluarga Berencana telah menjadi salah satu pilar gerakan sayang ibu, sehingga dapat dicapai pembatasan jumlah anak, tidak terlalu tua atau terlalu muda untuk hamil, interval kehamilan tidak terlalu pendek, menambah kesehatan rohani dan jasmani sehingga ibu hamil pada tingkat kesejahteraan optimal. Tubektomi merupakan metode KB yang paling efektif, murah, aman, dan mempunyai nilai demografi yang tinggi. Metode kontap tubektomi adalah operasi kecil dan merupakan suatu kontrasepsi permanen yang dilakukan dengan cara melakukan tindakan pada kedua saluran telur sehingga menghalangi pertemuan sel telur (ovum) dengan sel mani (sperma). Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan dan sikap ibu terhadap penerimaan medis operatif wanita sebagai pilihan kontrasepsi di Dusun II Desa Bangun Rejo Kecamatan Tanjung Morawa. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan sampel 58 orang dengan menggunakan total sampling. Penelitian ini dilakukan pada bulan September sampai juni 2011. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner yang terlebih dahulu diuji dengan uji validitas konten. Dari hasil penelitian didapat bahwa responden berpengetahuan baik sebanyak 22 orang (37,9%), berpengetahuan cukup sebanyak 29 orang (50,0%) dan berpengetahuan kurang sebanyak 7 orang (12,1%). Mayoritas responden yang bersikap negatif sebanyak 35 orang (60,3%) dan responden yang bersikap positif sebanyak 23 orang (39,7%). Diharapkan kepada ibu untuk sebanyak mungkin mencari informasi mengenai metode kontrasepsi tubektomi dari media elektronik, media massa, dan petugas kesehatan. Dengan demikian agar ibu lebih mengerti tentang metode kontasepsi tubektomi khususnya.

Kata Kunci :Pengetahuan, Sikap, Ibu Pasangan Usia Subur, Medis Operatif Wanita


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-Nya peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Pengetahuan dan Sikap Ibu Terhadap Penerimaan Medis Operatif Wanita Sebagai Pilihan Kontrasepsi di Dusun II Desa Bangun Rejo Kec.Tanjung Morawa Tahun 2011”.

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, peneliti banyak menerima bantuan moril maupun materil dari berbagai pihak, untuk itu peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Ketua Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

3. dr. Christoffel L. Tobing, Sp.OG(K) selaku pembimbing penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini yang telah dapat menyediakan waktu, memberikan arahan dan masukan berharga dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

4. dr. Isti Ilmiati Fujiati, M.Sc, (CM-FM), selaku dosen penguji yang telah memberikan Masukan dan saran demi perbaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku dosen penguji yang telah memberikan Masukan dan saran demi perbaikan Karya Tulis Ilmiah ini.


(6)

6. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi program studi D-IV bidan pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

7. Orang tua tercinta yang selalu memberikan kasih sayang, dorongan moril maupun materil kepada penulis untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 8. Juga semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah ini.

Peneliti menyadari atas kekurangan dari karya tulis ilmiah ini, peneliti memberikan kesempatan kepada berbagai pihak untuk melakukan koreksi dan kritik untuk kesempurnaan laporan ini, semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.

Medan, JUNI 2011 Penulis


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR SKEMA ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

1. Tujuan Umum ... 4

2. Tujuan Khusus ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

1. Bagi Pelayanan Kebidanan ... 5

2. Bagi Pendidikan Kebidanan ... 5

3. Bagi Penulis ... 5

BAB II TINJAUAN PUTAKA A. Pengetahuan ... 6

1. Definisi Pengetahuan ... 6

2. Tingkat Pengetahuan ... 6

B. Sikap ... 8

C. Pengertian Ibu ... 10

D. Keluarga Berencana ... 11

E. Definisi Tubektomi ... 11

1. Jenis-Jenis Tubektomi ... 12

2. Indikasi dan Kontraindikasi Tubektomi ... 13


(8)

4. Keterbatasan Tubektomi ... 15

5. Yang Dapat Menjalani Tubektomi ... 16

6. Yang Tidak Dapat Menjalani Tubektomi ... 16

7. Waktu Pelaksanaan ... 17

8. Persiapan Pre-operatif Tubektomi ... 18

9. Komplikasi Yang Mungkin Terjadi ... 18

10. Perawatan dan Informasi Postoperatif ... 19

Persyaratan Peserta Kontrasepsi ... 20

BAB III KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep ... 21

B. Definisi Operasional ... 22

BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 23

B. Populasi dan Sampel ... 23

C. Lokasi Penelitian ... 24

D. Waktu Penelitian ... 24

E. Etika Penelitian ... 24

F. Alat Pengumpulan Data ... 25

G. Uji Validitas dan Realibilitas ... 27

H. Prosedur Pengumpulan Data ... 28

I. Analisis Data ... 28

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian ... 30

Pembahasan ... 36

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 39


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Karakteristik Responden Ibu di Dusun II Desa Bangun Rejo Kecamatan Tanjung Morawa……...31 Tabel 2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Pengetahuan Responden Terhadap Medis Operatif Wanita di Dusun II Desa Bangun Rejo Kecamatan Tanjung Morawa………..32 Tabel 3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Sikap Ibu Terhadap Medis Operatif Wanita

di Dusun II Desa Bangun Rejo Kecamatan Tanjung Morawa………..34


(10)

DAFTAR SKEMA


(11)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 2 : Kuesioner Penelitian

Lampiran 3 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah Lampiran 4 : Master Data Penelitian

Lampiran 5 : Hasil Out Put Penelitian

Lampiran 6 : Surat Izin Data Pendahuluan dari Fakultas Keperawatan USU Lampiran 7 : Balasan Surat Izin Data Pendahuluan

Lampiran 8 : Surat Izin Pengambilan Data Penelitian dari Fakultas Keperawatan USU Lampiran9 : Balasan Surat Izin Penelitian


(12)

PROGRAM DIV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2011 Desi Anggraini

Pengetahuan dan Sikap Ibu Terhadap Penerimaan Medis Operatif Wanita Sebagai Pilihan Kontrasepsi di Dusun II Desa Bangun Rejo

Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2011 Ix +43hal + 3 tabel +1 skema + 9 lampiran

Abstrak

Keluarga Berencana telah menjadi salah satu pilar gerakan sayang ibu, sehingga dapat dicapai pembatasan jumlah anak, tidak terlalu tua atau terlalu muda untuk hamil, interval kehamilan tidak terlalu pendek, menambah kesehatan rohani dan jasmani sehingga ibu hamil pada tingkat kesejahteraan optimal. Tubektomi merupakan metode KB yang paling efektif, murah, aman, dan mempunyai nilai demografi yang tinggi. Metode kontap tubektomi adalah operasi kecil dan merupakan suatu kontrasepsi permanen yang dilakukan dengan cara melakukan tindakan pada kedua saluran telur sehingga menghalangi pertemuan sel telur (ovum) dengan sel mani (sperma). Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan dan sikap ibu terhadap penerimaan medis operatif wanita sebagai pilihan kontrasepsi di Dusun II Desa Bangun Rejo Kecamatan Tanjung Morawa. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan sampel 58 orang dengan menggunakan total sampling. Penelitian ini dilakukan pada bulan September sampai juni 2011. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner yang terlebih dahulu diuji dengan uji validitas konten. Dari hasil penelitian didapat bahwa responden berpengetahuan baik sebanyak 22 orang (37,9%), berpengetahuan cukup sebanyak 29 orang (50,0%) dan berpengetahuan kurang sebanyak 7 orang (12,1%). Mayoritas responden yang bersikap negatif sebanyak 35 orang (60,3%) dan responden yang bersikap positif sebanyak 23 orang (39,7%). Diharapkan kepada ibu untuk sebanyak mungkin mencari informasi mengenai metode kontrasepsi tubektomi dari media elektronik, media massa, dan petugas kesehatan. Dengan demikian agar ibu lebih mengerti tentang metode kontasepsi tubektomi khususnya.

Kata Kunci :Pengetahuan, Sikap, Ibu Pasangan Usia Subur, Medis Operatif Wanita


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kondisi kependudukan di Indonesia saat ini baik yang menyangkut jumlah, kualitas, maupun persebaranya merupakan tantangan yang berat yang harus diatasi bagi tercapainya keberhasilan pembangunan bangsa Indonesia. Situasi dan kondisi kependudukan yang ada pada saat ini merupakan suatu fenomena yang memerlukan perhatian dan penanganan secara seksama, lebih sungguh-sungguh, dan berkelanjutan (Handayani, 2010, hlm.9).

Indonesia merupakan negara dengan nomor urut ke empat dalam besarnya jumlah penduduk setelah China, India, dan Amerika Serikat. Menurut data statistik jumlah penduduk Indonesia saat ini adalah 230 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk (LPP) saat ini yaitu 1,35% atau 3,2 juta jiwa per tahun. Bila tanpa pengendalian yang berarti maka jumlah penduduk Indonesia akan bertambah menjadi 249 juta jiwa pada tahun 2010 dan 293,7 juta jiwa pada tahun 2015.

Metode kontrasepsi mantap terdiri dari dua macam yaitu Medis Operatif Wanita (MOW) dan Medis Operatif Pria (MOP). Medis Operatif Wanita (MOW) sering dikenal dengan tubektomi (sterilisasi) karena prinsip metode ini adalah memotong atau mengikat saluran tuba fallopi sehingga mencegah pertemuan antara ovum dan sperma. Sedangkan Medis Operatif Pria (MOP) sering dikenal dengan vasektomi yaitu memotong atau


(14)

mengikat saluran vasdeferens sehingga cairan sperma tidak diejakulasi (Handayani, 2010, hlm.36).

Di seluruh dunia diperkirakan terdapat lebih dari 150 juta wanita yang memilih sterilisasi sebagai metode kontrasepsi mereka. Di Inggris, hampir 30% pasangan, dan hampir 50% dari mereka yang berusia lebih dari 40 tahun menggunakan sterilisasi, di Cina (37%) dan India (22%). Di Kanada, Korea Selatan dan Puerto Rico, lebih dari 40% populasi usia subur menjalani sterilisasi. Di beberapa negara lain, termasuk Brazil, Republik Domanika, Elsavador, Panama, Sri Langka, Thailand, Taiwan, Amerika Serikat dan Inggris, lebih dari 25% dari warga tersebut yang berusia subur mengandalkan kontasepsi mantap wanita sebagai metode kontrasepsi (Glasier, Gabbie, 2005, hlm.4).

Provinsi Sumatera Utara tahun 2009 telah berhasil mendapatkan akseptor KB (Keluarga Berencana) baru sebanyak 368.387 atau 110,91%, sedang peserta KB aktif yang telah dapat dibina sebesar 1.404.182 akseptor atau 67,66% dari jumlah pasangan usia subur (PUS) sebanyak 2.075.286 pasangan (BKKBN Provinsi Sumatera Utara, 2010).

Pada juli 2010, di Propinsi Sumatera Utara akseptor KB sebanyak 32.457 akseptor (8,74%) sedangkan pada Agustus 2010 mengalami penurunan sekitar 0,09% sebanyak 28.758 akseptor (7,75%). Komposisi pencapaian peserta KB berdasarkan pemakaian alat kontrasepsi pada bulan Agustus dari yang terbesar sampai yang terkecil adalah sebagai berikut: Pil 10.273 peserta (35,72%), Suntik 10.086 peserta (35,07%),


(15)

Kondom 4.360 peserta (15,16%), Implant 1.974 peserta (7,61%), IUD 1.529 peserta (5,32%), MOW 365 peserta (1,27%) dan MOP 171 peserta (0,59%).

Angka prevalensi metode kontrasepsi jangka panjang khususnya tubektomi masih sangat rendah dibandingkan dengan kontrasepsi lainnya. Di mana peminat medis operatif wanita (tubektomi) mengalami penurunan dari 2,94% pada tahun 2007 menjadi 2,65% pada akhir tahun 2008 dan turun kembali menjadi 2,47% pada tahun 2009 (BKkbN provinsi Sumatera Utara, 2010).

Mekanisme kerja Medis Operatif Wanita (MOW) yaitu dengan mencapai tuba fallopi dan menutup atau mengoklusi tuba fallopi (mengikat dan memotong atau memasang cincin) sehingga spermatozoa tidak dapat bertemu dengan ovum (Pinem, 2009 hlm.292).

Sterilisasi wanita adalah satu-satunya metode kontrasepsi wanita yang permanen. Metode ini pertama kali dilontarkan oleh Hipokrates. Saat ini sterilisasi wanita dilakukan melalui abdomen, baik dengan laparotomi mini maupun dengan sterilisasi laparoskopik atau melalui vagina dengan kuldoskopi. Sterilisasi wanita dapat dilakukan sebagai prosedur 1 hari, baik dengan anestesi umum maupun lokal (Everet, 2008, hlm.252).

Kontrasepsi mantap atau sterilisasi merupakan metode keluarga berencana yang paling efektif, murah, aman, dan mempunyai nilai demografi yang sangat tinggi. Peningkatan jumlah peserta, bahkan terdapat peserta dari jumlah golongan usia yang masih muda. Ternyata kontap mendapat tanggapan baik dari masyarakat sehingga jumlahnya makin membesar (Manuaba, 1999, hlm.462).


(16)

Rendahnya pemakaian metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) seperti alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), implant, Medis Operatif Wanita (MOW)/tubektomi dan Medis Operatif Pria (MOP)/vasektomi dikarenakan kurangnya pengetahuan serta kesadaran pasangan usia subur untuk menggunakan metode kontrasepsi ini, lemahnya ekonomi juga mempengaruhi partisipasi masyarakat terhadap pemakaian metode kontrasepsi tubektomi.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti ingin melakukan penelitian tentang “Pengetahuan dan Sikap Ibu Terhadap Penerimaan Medis Operatif Wanita Sebagai Pilihan Kontrasepsi”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah ini adalah: Bagaimanakah pengetahuan dan sikap Ibu terhadap penerimaan medis operatif wanita sebagai pilihan kontrasepsi di Dusun II Desa Bangun Rejo Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2011?.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengetahuan dan sikap Ibu terhadap penerimaan medis operatif wanita sebagai pilihan kontrasepsi di Dusun II Desa Bangun Rejo Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2011.


(17)

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui bagaimana pengetahuan Ibu terhadap penerimaan medis operatif wanita sebagai pilihan kontrasepsi di Dusun II Desa Bangun Rejo Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2011.

b. Untuk mengetahui bagaimana sikap Ibu terhadap penerimaan medis operatif wanita sebagai pilihan kontrasepsi di Dusun II Desa Bangun Rejo Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2011.

D. Manfaat Penelitian 1. Pelayanan Kebidanan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi pelayanan kebidanan dalam praktek memberikan asuhan kebidanan di masyarakat.

2. Bagi Responden

Untuk menambah pengetahuan dan motivasi responden dalam memilih kontrasepsi.

3. Bagi Penulis

Sebagai pengalaman penulis dalam menerapkan mata ajaran metode penelitian dan menambah pengetahuan penulis tentang Medis Operatif Wanita .


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu, yang terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan merupakan hasil dari apa yang diketahui seseorang yang didapatkan secara formal maupun informal. Pengetahuan formal ini diperoleh dari pendidikan sekolah, sedangkan pendidikan informal diperoleh dari luar sekolah seperti dari lingkungan keluarga, orang lain dalam pergaulan sehari-hari dan dapat juga diperoleh dari media informasi yaitu media cetak seperti: buku, majalah, media elektronik seperti tv, radio, dan internet (Notoatmodjo, 2007, hlm.139).

2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overtt behavior). Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:


(19)

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

b. Memahami (Komprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya).

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam struktur organisasi dan masih kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.


(20)

Sintesis menunjukan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam satu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan justrifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek penelitian tersebut di dasarkan kriteria yang di tentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

B. Sikap (Attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Newcomb salah seorang ahli psikologi sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu (Notoadmojo, 2007, hlm.142).

Sikap mempunyai beberapa ciri-ciri yaitu :

1. Sikap bukan di bawa sejak lahir, melainkan di bentuk atau di pelajari sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan objek.


(21)

2. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat di pelajari dan karena itu pula sifat dapat berubah-ubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap orang itu.

3. Sikap tidak berdiri sendiri, senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek. Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari data-data tersebut.

4. Sikap mempunyai segi motivasi dan segi-segi perasaan.

Selain itu, Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3 komponen pokok, antara lain :

1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. 3. Kecenderungan untuk bertindak.

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengethuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting (Notoatmodjo, 2007, hlm.143).

Seperti halnya pengetahuan, sikap juga terdiri dari berbagai tingkatan yaitu Menerima (receiving) diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek), Merespon (responding) memberikan jawaban bila di tanya,


(22)

mengerjakan atau menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap, Menghargai (valuing) mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi tingkat tiga, dan Bertanggung jawab (responsibility) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala resiko adalah sikap yang paling tinggi.

Sedangkan fungsi sikap dibagi menjadi 4 golongan yaitu : 1. Sebagai alat untuk menyesuaikan

Sikap adalah sesuatu yang bersifat communocable, artinya sesuatu yang mudah mengajar, sehingga mudah pula menjadi milik bersama. Sikap bisa menjadi rantai penghubung antara orang dengan kelompok atau dengan anggota kelompok lainnya. 2. Sebagai alat pengatur tingkah laku

Pertimbangan dan reaksi pada anak, dewasa, dan yang sudah lanjut usia tidak ada. Perangsang itu pada umumnya tidak diberi perangsang spontan, akan tetapi terdapat adanya proses secara sadar untuk menilai perangsang-perangsang itu.

3. Sebagai alat pengatur pengalaman


(23)

mana hal-hal yang perlu dan mana yang tidak perlu dilayani. Jadi semua pengalaman di beri penilaian lalu dipilih.

4. Sebagai pernyataan kepribadian

Sikap sering mencerminkan pribadi seseorang ini disebabkan karena sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya oleh karena itu sikap-sikap pada objek tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi orang tersebut.

C. Pengertian Ibu

Ibu merupakan wanita yang melahirkan seorang anak. Pada dasarnya Ibu adalah perempuan karena fungsinya yang mulia maka disebut Ibu. Ibu bukanlah seorang yang telah menikah, seorang istri, atau seorang anak perempuan yang mempunyai kedudukan atau posisi penting. Tetapi Ibu adalah sebutan untuk menghormati kodrat perempuan sebagai satu-satunya jenis kelamin yang mampu melahirkan anak, menikah, atau tidak mempunyai kedudukan maka perempuan adalah seorang Ibu.

D. Keluarga Berencana 1. Definisi Keluarga Berencana

Menurut WHO (World Health Organisation) Expert Committee 1970 adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol


(24)

waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri dan menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto, 2004, hlm.26-27).

Menurut UU No.10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (Arum, Sujiyatini, 2009, hlm.28).

2. Tujuan Program KB

Tujuan utama program KB nasional adalah untuk memenuhi perintah masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas, menurunkan tingkat atau angka kematian Ibu, bayi dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil berkualitas.

E Definisi Tubektomi

Kontrasepsi mantap pada wanita adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur yang mengakibatkan orang atau pasangan yang bersangkutan tidak akan mendapat keturunan lagi. Kontrasepsi ini untuk jangka panjang dan sering disebut tubektomi atau sterilisasi (Handayani, 2010, hlm.182).


(25)

tuba fallopi yang membawa ovum dari ovarium ke uterus. Tindakan ini mencegah ovum dibuahi oleh sperma di tuba falopii (Everett,2008, hlm.252).

1. Jenis-jenis Tubektomi

a. Minilaporatomi adalah sterilisasi tuba yang dilakukan melalui suatu insisi suprapubik kecil dengan panjang biasanya 3-5 cm. Minilaparotomi merupakan metode sterilisasi wanita yang paling sering dilakukan di seluruh dunia karena keamananya, kesederhanaannya, dan kemudahan adaptasinya terhadap lingkungan bedah (Speroff, Darney, hlm.357).

Keuntungan minilaparotomi dapat dikerjakan oleh setiap tenaga medis yang memiliki dasar-dasar ilmu bedah dan keterampilan bedah, hanya memerlukan alat-alat yang sederhana dan tidak mahal terutama alat-alat-alat-alat bedah standar, komplikasi umumnya hanya komplikasi minor dan dapat dilakukan segera setelah melahirkan (Hartanto, 2004, hlm.251).

Kerugian minilaparotomi yaitu waktu operasi sedikit lebih lama dibandingkan dengan laparoskopi yang rata-rata memerlukan 10-20 menit, sukar pada wanita yang sangat gemuk bila ada perlekatan-perlekatan pelvis atau pernah mengalami operasi pelvis, operasi ini meninggalkan bekas luka parut kecil yang masih dapat terlihat, rasa sakit abdomen yang singkat karena luka insisi terjadi pada 50% wanita, angka kejadian infeksi luka operasi lebih tinggi dibandingkan dengan laparoskopi.


(26)

b. Laparoskopi adalah suatu pemeriksaan endoskopik dari bagian dalam rongga peritoneum dengan alat laparoskop yang dimasukkan melalui dinding anterior abdomen (Hartanto, 2004, hlm.252).

Keuntungan laparoskopi yaitu komplikasi rendah dan pelaksanaannya cepat (rata-rata 5-15 menit), insisi kecil sehingga luka parut sedikit sekali, dapat dipakai juga untuk diagnostik maupun terapi, kurang menyebabkan rasa sakit bila dibandingkan dengan mini laparotomi, sangat berguna bila jumlah calon akseptor banyak.

Kerugian laparoskopi resiko komplikasi dapat serius (bila terjadi), lebih sukar dipelajari, memerlukan keahlian dan keterampilan dalam bedah abdomen, harga peralatanya mahal dan memerlukan perawatan yang teliti, tidak dianjurkan untuk digunakan segera post-partum (Hartanto, 2004, hlm.258)

2. Indikasi dan Kontra indikasi Tubektomi a. Indikasi

Dengan sifatnya yang permanen, sterilisasi hanya cocok untuk pasangan yang tidak menginginkan anak lagi. Secara lebih luas, indikasi sterilisasi dapat dibagi lima macam yaitu :


(27)

1) Indikasi Medis

Yang termasuk indikasi medis adalah penyakit yang berat kronik seperti jantung, ginjal, paru-paru, dan penyakit kronik lainnya. Tetapi tidak semua penyakit tersebut merupakan indikasi, hanya yang membahayakan keselamatan Ibu kalau ia mengandung merupakan indikasi untuk sterilisasi.

2) Indikasi Obstetris

Indikasi obstetris adalah keadaan di mana resiko kehamilan berikutnya meningkat meskipun secara medis tidak menunjukkan kelainan apa-apa, termasuk kedalam indikasi obstetric adalah multiparitas (banyak anak), apalagi dengan usia yang relatif lanjut (misal grandemultigravida, yakni paritas lima atau lebih dengan umur 35 tahun atau lebih), sesio sesarea dua kali atau lebih dan lain-lain.

3) Indikasi Genetik

Indikasi genetik adalah penyakit herediter yang membahayakan kesehatan dan keselamatan anak, seperti hemophilia.

4) Indikasi Kontrasepsi

Indikasi kontrasepsi adalah indikasi yang murni ingin menghentikan (mengakhiri) kesuburan, artinya pasangan tersebut tidak menginginkan anak lagi


(28)

meskipun tidak terdapat keadaan lain yng membahayakan keselamatan Ibu seandainya ia hamil.

5) Indikasi Ekonomis

Indikasi ekonomis artinya pasangan suami istri menginginkan sterilisasi karena merasa beban ekonomi keluarga menjadi terlalu berat dengan bertambahnya anak dalam keluarga tersebut (siswosudarmo, 2007, hlm.52-53). b. Konta indikasi

Kontra indikasi kontrasepsi mantap pada wanita adalah masalah hubungan, ketidaksetujuan terhadap operasi dari salah satu pasangan, dan keadaan sakit atau disabilitas yang dapat meningkatkan resiko pada operasi (Everett, 2008, hlm.253).

3. Keuntungan Tubektomi

Sterilisasi wanita adalah bentuk kontrasepsi yang sangat efektif dengan angka kegagalan 1-5 per 1000 kasus yang berarti efektifitasnya 99,4-99,8% per 100 wanita pertahun, keefektifannya tercapai begitu operasi selesai dikerjakan. Tubektomi merupakan cara KB jangka panjang yang tidak memerlukan tindakan ulang artinya cukup sekali dikerjakan, meskipun kontap harus ditempuh melalui sebuah operasi metode ini merupakan cara yang paling aman, bebas dari efek samping asal semua


(29)

mengganggu hubungan seksual. Metode ini bebas dari efek samping hormonal sebagaimana pil, KB suntik maupun susuk. Kontap tidak mengganggu hubungan seksual, tidak pula menurunkan libido. Sekarang sterilisasi merupakan tindakan operasi kecil di mana klien hanya memerlukan istirahat beberapa jam sebelum ia bisa meninggalkan tempat pelayanan dan dapat dikerjakan di lapangan dengan memanfaatkan kamar operasi di puskesmas (Siswosudarmo, Anwar, 2007, hlm.51-52). 4. Keterbatasan Tubektomi

a. Harus dipertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi ini (tidak dapat dipulihkan kembali), kecuali dengan operasi rekanalisasi, maka sebelum tindakan perlu pertimbangan matang dari pasangan sehingga klien (akseptor) tidak menyesal dikemudian hari.

b. Resiko komplikasi kecil (meningkat apabila digunakan anestesi umum).

c. Adanya rasa sakit atau ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan. d. Dilakukan oleh dokter yang terlatih (dIbutuhkan dokter spesialis bedah untuk

proses laparoskopi).

e. Tidak melindungi diri dari IMS, termasuk HIV atau AIDS (Sujiyatini, Arum, 2009, hlm.164).


(30)

5. Yang Dapat Menjalani Tubektomi

a. Usia Ibu > 26 sampai 46 tahun, memiliki paritas >2.

b. Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai dengan kehendaknya sehingga klien tidak menyesal dikemudian hari.

c. Pada kehamilanya akan menimbulkan resiko kesehatan yang serius. d. Pada saat pascapersalinan dan pascakeguguran.

e. Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini (Saifuddin, 2006, hlm.MK-83).

6. Yang Tidak Dapat Menjalani Tubektomi a. Hamil atau dicurigai hamil.

b. Perdarahan melalui vagina yang belum terjelaskan penyebabnya.

c. Infeksi sistematik atau pelvic akut yang belum sembuh atau masih dikontrol. d. Tidak boleh menjalani proses pembedahan.

e. Belum mantap/kurang pasti dengan keinginanya untuk fertilitas dimasa mendatang.


(31)

7. Waktu Pelaksanaanya

a. Dapat dilakukan setiap saat selama klien tidak hamil, apabila ingin melakukan prosedur ini klien disarankan memakai kondom pada siklus menstruasi sebelum dilakukan prosedur untuk memastikan tidak ada sperma didalam tuba fallopii yang dapat membuahi sebuah ovum yang dilepaskan sesaat setelah pembedahan yang kemudian mengakibatkan kehamilan ektopik.

b. Hari ke 6 sampai ke 13 dari siklus menstruasi (fase proliferasi).

c. Pascapersalinan (48 jam pertama atau setelah 6 minggu, jika ingin dilakukan diluar waktu tersebut, klien sudah di imunisasi (Tetanus Toxoid), dan mendapat lindungan antibiotik maka tubektomi dapat dilaksanakan oleh operator yang berpengalaman.

d. Pasca keguguran segera atau dalam 7 hari pertama, selama tidak ditemukan komplikasi infeksi pelvis.

8. Persiapan Pre-operatif Tubektomi

a. Konseling perihal kontrasepsi dan jelaskan kepada klien bahwa ia mempunyai hak untuk berubah pikiran setiap waktu sebelum prosedur dilakukan.

b. Menanyakan riwayat medis yang mempengaruhi keputusan pelaksanaan operasi atau anestesi antara lain meliputi penyakit-penyakit pelvis, pernah mengalami


(32)

operasi abdominal atau pelvis, riwayat diabetes mellitus, riwayat penyakit paru-paru seperti asthma, bronchitis, pernah mengalami problem dengan anestesi, penyakit-penyakit perdarahan, alergi dan pengobatan yang dijalani saat ini.

c. Pemeriksaan fisik : meliputi kondisi-kondisi yang mungkin mempengaruhi keputusan pelaksanaan operasi atau anestesi.

d. Pemeriksaan laboratorium meliputi pemerisaan darah lengkap, pemeriksaan urin dan pap smear.

e. Informed consent harus diperoleh. Standard consent form harus ditandatangani oleh suami atau istri yang dari calon akseptor kontrasepsi mantap sebelum dilakukan. Umumnya penandatanganan dokumen Informed consent dilakukan setelah calon akseptor dan pasangannya mendapatkan konseling (Pinem, 2009, hlm.294).

9. Komplikasi Yang Mungkin Terjadi dan Penanganannya

a. Infeksi luka, apabila terlihat infeksi luka obati dengan antibiotik.

b. Demam pasca operasi (> 38 c), obati infeksi berdasarkan apa yang ditemukan. c. Luka pada kandung kemih, intestinal (jarang terjadi). Apabila kandung kemih


(33)

d. Hematoma subkutan, gunakan packs yang hangat dan lembab ditempat tersebut. Amati hal ini biasannya akan berhenti dengan berjalannya waktu tetapi dapat membutuhkan drainase bila ekstensif.

e. Emboli gas yang diakibatkan laparoskopi (sangat jarang terjadi).

f. Rasa sakit pada lokasi pembedahan, pastikan adanya infeksi, atau abses dan obati berdasarkan apa yang ditemukan.

g. Perdarahan superficial (tepi-tepi kulit atau subkutan), mengontrol perdarahan dan obati berdasarkan apa yang ditemukan (Saifuddin, 2006, hlm.MK-84).

10. Perawatan dan Informasi postoperatife

Jagalah luka operasi tetap kering hingga pembalut dilepaskan. Mulai lagi aktivitas normal secara bertahap (sebaiknya dapat kembali ke aktivitas normal dalam waktu 7 hari setelah pembedahan), hindarilah hubungan intim hingga merasa cukup nyaman, hindari mengangkat benda-benda berat dan apabila merasa sakit minumlah 1 atau 2 analgesik (penghilang rasa sakit) setiap 4 hingga 6 jam.

11. Persyaratan Peserta Kontrasepsi a. Syarat Sukarela

Calon peserta secara sukarela, tetap memilih kontrasepsi mantap setelah diberi konseling mengenai jenis-jenis kontrasepsi, efek samping, keefektifan, serta telah diberikan waktu untuk berfikir lagi.


(34)

b. Syarat Bahagia

Setelah syarat sukarela terpenuhi, maka perlu dinilai pula syarat kebahagian keluarga. Yang meliputi terikat dalam perkawinan yang sah dan harmonis, memiliki sekurang- kurangnya dua anak yang hidup dan sehat baik fisik maupun mental, dan umur istri sekitar 25 tahun.

c. Syarat Sehat

Setelah syarat bahagia dipenuhi, maka syarat kesehatan perlu dilakukan pemeriksaan (Handayani, 2010, hlm.182-183).


(35)

BAB III

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan dan sikap ibu terhadap penerimaan medis operatif wanita sebagai pilihan kontrasepsi. Hal ini dapat dilihat dari kerangka konsep dibawah ini :

Skema 1. Kerangka konsep penelitian Pengetahuan Ibu

Tubektomi


(36)

B. Definisi Operasional No Variabel Definisi

Operasional

Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur 1 Pengetahuan

Ibu

Pengetahuan ibu adalah segala sesuatu yang diketahui oleh ibu terhadap

tubektomi.

Kuesioner Dengan menghitung jawaban kuesioner

1.Nilai baik, jika

responden mampu menjawab dengan skor (11-15)

2.Nilai cukup, jika responden mampu menjawab dengan skor (6-10)

3.Nilai kurang, jika responden mampu menjawab dengan skor (0-5).

Ordina

2. Sikap Sikap ibu adalah reaksi atau respon ibu terhadap tubektomi

Kuesioner Dengan menghitung jawaban kuesioner

1.Sikap positif, jika responden mampu menjawab dengan skor (25-40)

2. Sikap negatif, jika responden mampu menjawab dengan skor (10-24)


(37)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui Pengetahuan dan Sikap Ibu Terhadap Penerimaan Medis Operatif Wanita Sebagai Pilihan Kontrasepsi di Dusun II Desa Bangun Rejo Kecamatan tanjung Morawa Tahun 2011.

B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi.

Populasi dalam penelitian ini adalah Ibu Pasangan Usia Subur (PUS) di Dusun II Desa Bangun Rejo Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2011.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah Ibu Pasangan Usia Subur (PUS) di Dusun II Desa Bangun Rejo Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2011 yang memenuhi kriteria inklusi yaitu ibu yang tidak ingin punya anak lagi, Umur Ibu > 25 tahun dan bersedia mengikuti penelitian dengan mengisi kuesioner secara lengkap, yang berjumlah 58 orang dan seluruhnya dijadikan sampel (total sampling).


(38)

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Dusun II Desa Bangun Rejo Kecamatan Tanjung Morawa dengan pertimbangan bahwa lokasi ini belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya yaitu pengetahuan dan sikap Ibu terhadap penerimaan medis operatif wanita sebagai pilihan kontrasepsi di Dusun II Desa Bangun Rejo Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2011.

D. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2010 sampai bulan Juni 2011. E. Etika penelitian

Sebelum dilakukannya penelitian ini peneliti mendapat surat persetujuan dari institusi pendidikan yakni ketua program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Peneliti mengajukan permohonan kepada Kepala Desa Bangun Rejo untuk melakukan penelitian di Desa tersebut. Dalam melaksanakan penelitian ini harus dipertimbangkan masalah etika penelitian. Adapun masalah etika yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut : 1) Informed consent, merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden setelah responden menerima penjelasan. Jika calon responden bersedia, maka calon responden menandatangani lembar persetujuan menjadi responden, dan jika responden tidak bersedia maka peneliti harus menghormati hak pasien. 2) Anonymity (tanpa nama) dan 3) Confidentialy (kerahasiaan). Data-data yang diperoleh dari responden hanya digunakan untuk


(39)

F. Alat Pengumpulan Data

Untuk memperoleh informasi responden, peneliti menggunakan alat pengumpulan data berupa kuesioner yang telah disusun berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka konsep. Kuesioner ini terdiri dari tiga bagian yaitu :

a. Karakteristik Responden

Data demografi :Umur, Pendidikan Terakhir, Pekerjaan, Paritas, Sumber Informasi b. Data Pengetahuan

Bagian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan Ibu mengenai Tubektomi. Terdiri dari 15 pertanyaan tertutup dengan menggunakan pilihan jawaban A, B, dan C. Untuk jawaban yang benar diberi skor 1 dan untuk jawaban yang salah diberi skor 0. Nilai minimum yang mungkin didapat adalah 0 dan nilai maksimum adalah 15.

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan rumus menurut Hidayat (2007, hlm. 104-106).

Kelas Banyak

Rentang P=

Ket : P = Panjang kelas interval

Rentang = Nilai tertinggi – Nilai terendah Banyak Kelas = Jumlah kategori


(40)

Rentang kelas sebesar 15 didapat dari nilai tertinggi-nilai terendah (15-0=15) dan banyak kelas sebanyak 3 kelas maka didapatkan panjang kelas sebesar 5. Jika skor maksimum adalah 15 dan skor minimum adalah 0 dapat dikategorikan :

1. Baik : 11-15 2. Cukup : 6-10 3. Kurang : 0-5 c. Data sikap

Pertanyaan untuk sikap terdiri dari 10 pernyataan, pemberian skornya menurut Skala Likert dengan menggunakan empat kategori yakni untuk pernyataan positif maka jawaban “Setuju (S) = diberi skor 3, Kurang Setuju (KS) = diberi skor 2, dan Tidak Setuju (TS) = diberi skor 1. Bila bentuk pernyataan negatif maka jawaban “Sangat Setuju (ST) = diberi skor 1, Kurang Setuju (KS) = diberi skor 2, Tidak Setuju (TS) = diberi skor 3 (Azis, A. hlm. 102). Maka total skor untuk tertinggi adalah 30 dan terendah adalah 10. Berdasarkan rumus statiska P =

kelas Banyak

(R) Rentang

Untuk mendapatkan kriteria digunakan perhitungan dengan menentukan skor tertinggi dan skor terendah.

a. Skor tertinggi adalah 30 dan terendah adalah 10 b. Menentukan nilai rentang (R)


(41)

a. Menentukan panjang kelas (P )

Panjang kelas ( P) =

kelas Banyak

(R) Rentang

= 20/2 =10

Untuk menentukan kategori sikap sebagai berikut :

- Jika skor responden 20-30 maka sikap responden positif - Jika skor responden 10-19maka sikap responden negatif

G. Uji Validitas dan Reliabilitas

Kuesioner pengetahuan dan sikap ibu terhadap tubektomi disusun dan dikembangkan sendiri oleh penulis. Sehingga sebelum disebar, dilakukan uji coba kuesioner tersebut kepada 10 orang ibu yang memiliki kriteria yang sama dengan sampel, yaitu ibu yang tidak ingin punya anak lagi dan umur ibu > 25 tahun.

1. Uji Validitas

Validitas adalah pengukuran atau pengamatan yang berarti prinsip keandalan instrument dalam pengumpulan data. Instrument harus dapat mengukur apa yang seharusnya diukur (Nursalam,2006, hlm. 104). Uji validitas yang dilakukan adalah dengan cara validitas isi(content validity) yang diuji oleh dr. Christoffel L. Tobing, SpOG(K), dan kuesioner dikatakan valid.


(42)

Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran dan pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan. Koefisien reliabilitasnya dilakukan pada 10 ibu yang mempunyai kriteria yang sama dengan sampel, kemudian data tersebut diolah menggunakan Program SPSS dengan mencari nilai koefisien reliabilitas Alpha Cronbach untuk pengetahuan 0,891 dan untuk sikap Alpha Cronbach 0,774.

H. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner oleh responden untuk mengetahui pengetahuan dan sikap ibu terhadap penerimaan medis operatif wanita sebagai pilihan kontrasepsi di Dusun II Desa Bangun Rejo Kecamtan Tanjung Morawa. Prosedur pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan mengajukan permohonan izin penelitian pada institusi pendidikan Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, dan mengajukan permohonan izin melaksanakan penelitian kepada kepala Desa Bangun Rejo, setelah mendapat izin maka peneliti melaksanakan penelitian. Setelah itu peneliti mencari calon responden yang sesuai dengan kriteria dan menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian ini dan meminta persetujuan calon responden untuk menjadi responden dengan menandatangani informed consent, setelah itu peneliti mendampingi responden dan menjelaskan kepada responden jika ada pertanyaan yang kurang jelas. Kemudian peneliti memeriksa kembali kelengkapan data. Selanjutnya data yang telah terkumpul dianalisis.


(43)

I. Rencana Analisis Data

Setelah semua data terkumpul, dilakukan analisis data kembali dengan tahapan : 1) Editing, yaitu memeriksa kuesioner yang telah kembali apakah semua pertanyaan telah diisi oleh responden sesuai dengan petunjuk. 2) Coding, yaitu memberi kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk mempermudah tabulasi dan analisa. 3) Entering, yakni memasukan data yang telah diskor kedalam computer/program SPSS, 4) Cleaning, mengecek kembali data yang sudah dientry apakah ada kesalahan atau tidak sehingga terhindar dari kesalahan pengolahan data.

Analisis data yang dilakukan adalah analisis univariat, semua variabel dianalisis secara deskriptif dengan menghitung frekuensinya. Dari pengolahan data deskriptif, data demografi dalam tabel distribusi frekuensi dan persentase. Hasil analisis data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi untuk melihat pengetahuan dan sikap Ibu terhadap medis operatif wanita di Dusun II Desa Bangun Rejo Kecamatan Tanjung Morawa.


(44)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.

Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan tentang “Pengetahuan dan Sikap Ibu Terhadap Penerimaan Medis Operatif Wanita Sebagai Pilihan Kontrasepsi Di Dusun II Desa Bangun Rejo Kecamatan Tanjung Morawa”. Jumlah responden yang terlibat dalam penelitian ini adalah 58 orang pasangan usia subur yang tidak ingin punya anak lagi. Desain deskriptif digunakan dalam penelitian ini dengan tujuan untuk mengidentifikasi Pengetahuan dan Sikap Ibu Terhadap Penerimaan Medis Operatif Wanita Sebagai Pilihan Kontrasepsi Di Dusun II Desa Bangun Rejo Kecamatan Tanjung Morawa. Adapun data – data yang diperoleh adalah sebagai berikut :

1. Data Demografi

Pada penelitian ini didapatkan karakteristik responden yaitu berdasarkan umur responden, mayoritas umur responden adalah 30 – 35 tahun sebanyak 40 orang (69,0%), mayoritas responden berpendidikan SLTA sebanyak 28 orang (48,3%). mayoritas responden adalah ibu yang tidak bekerja sebanyak 29 orang (50,0%), mayoritas responden berparitas 3 sebanyak 21 orang (36,2%),mayoritas responden adalah sumber informasi lingkungan sebanyak 48 orang (82,8%),


(45)

Tabel 1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Karakteristik Responden Ibu Pasangan Usia Subur di Dusun II Desa Bangun Rejo

Kecamtan Tanjung Morawa.

Karakteristik f %

Umur

25-29 tahun 18 31,0

30-35 tahun 40 69,0

Total 58 100

Pendidikan

SD 5 8,6

SLTP 17 29,3

SMA 28 48,3

SI 8 13,8

Total 58 100

Pekerjaan

Tidak bekerja 29 50,0

Pedagang 12 20,7

Pegawai swasta 11 19,0

PNS 6 10,3

Total 58 100

Jumlah Paritas

1 orang 9 15,5

2 orang 15 25,9

3 orang 21 36,2

4 orang 13 22,4

Total 58 100

Sumber Informasi

Lingkungan 48 82,8

Media elektronik 4 6,9

Petugas kesehatan 6 10,3


(46)

2. Pengetahuan ibu terhadap Tubektomi.

Berdasarkan tabel 2 menyatakan pengetahuan sebagian mayoritas menunjukan pengetahuan cukup terhadap tubektomi yaitu 29 orang (50%) dan pengetahuan baik 22 orang (37,9%).

Tabel 2

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan ibu Terhadap Tubektomi di Dusun II Desa Bangun Rejo Kecamatan Tanjung Morawa

Tahun 2011

Kategori F (%)

Baik 22 37,9

Cukup Kurang

29 7

50 12,1

Total 58 100

Berdasarkan tabel 2.1 pilihan jawaban pengetahuan ibu didapat bahwa ibu yang banyak menjawab pertanyaan benar yaitu pada pertanyaan definisi keluarga berencana sebanyak 48 responden (82,75%) dan efek samping dilakukannya tindakan operasi tutup sebanyak 47 responden (81,03%), dan didapat bahwa ibu yang sedikit menjawab benar yaitu pada pertanyaan yang disebut dengan operasi tutup pada wanita dan indikasi medis dari operasi tutup sebanyak 29 responden (50%).


(47)

Tabel 2.1 Distribusi Jawaban Pengetahuan Responden Terhadap Medis Operatif Wanita di Dusun II Desa Bangun Rejo Kecamatan

Tanjung Morawa Tahun 2011

No

Pertanyaan Pilihan Jawaban

Benar Salah

f % f %

1. Definisi keluarga berencana 48 82,7 10 17,2

2. Tujuan keluarga berencana 39 67,2 19 32,7

3. Definisi kontrasepsi mantap 29 50 29 50

4. Saat dilakukan operasi tutup 35 60,3 23 39,6

5. Syarat operasi tutup 39 67,2 19 32,7

6. Keuntungan operasi tutup 38 65,5 20 34,4

7. Kerugian operasi tutup 45 77,5 13 22,4

8. Efek samping operasi tutup 47 81,0 11 18,9

9. Alasan dilakukan operasi tutup 37 63,7 21 36,2

10 11. 12. 13. 14 15

Indikasi operasi tutup Indikasi medis operasi tutup Usia menjalani operasi tutup Manfaat operasi tutup Kegagalan operasi tutup Pelayanan operasi tutup

44 31 29 43 45 45 75,8 53,4 50 75,6 77,5 77,5 14 27 29 14 13 13 24.1 46,5 50 24,1 22,4 22,4

3. Sikap ibu terhadap Tubektomi.

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu.

Tabel 3 menunjukkan gambaran sikap ibu pasangan usia subur terhadap Tubektomi. Hasil penelitian diperoleh responden yang bersikap positif sebanyak 23 orang (39,65%) dan responden yang bersikap negatif sebanyak 35 orang (60,35%).


(48)

Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Ibu Terhadap Tubektomi di Dusun II Desa Bangun Rejo Kecamatan

Tanjung Morawa.

Kategori Frekuensi Persentase (%)

Positif 23 39,65

Negatif 35 60,34

Total 58 100

Berdasarkan tabel 3.1 hasil pilihan jawaban ibu mengenai pernyataan sikap terhadap tubektomi didapatkan bahwa untuk pernyataan positif (nomor 1,2,3,4,dan 5), paling banyak ibu memilih jawaban setuju pada nomor 1 yaitu sebanyak 40 orang (68,9%), yang menjawab kurang setuju pada nomor 3 yaitu sebanyak 43 orang (74,1 %), dan responden yang paling banyak menjawab tidak setuju pada pernyataan nomor 4 yaitu sebanyak 31 orang (53,4 %).

Untuk pernyataan yang negatif (nomor 6,7,8,9,dan 10), paling banyak responden yang menjawab setuju pada nomor 10 sebanyak 28 orang (48,2 %), yang menjawab kurang setuju pada nomor 8 yaitu sebanyak 32 orang (55,1 %) dan yang menjawab tidak setuju pada nomor 6 yaitu sebanyak 23 orang (39,6 %).


(49)

Tabel 3.1 Distribusi RespondenBerdasarkan Sikap Terhadap Tubektomi di Dusun II Desa Bangun Rejo Kecamatan Tanjung

Morawa Tahun 2011

No Pernyataan Pilihan Jawaban

Setuju Kurang setuju

Tidak Setuju

f % F % F %

1. Bila saya menggunakan operasi tutup saya tidak perlu berulang kali melakukan tindakan operasi karena kontrasepsi ini bersifat jangka panjang

40 68,9 16 27,5 2 3,44

2. Saya tidak perlu khawatir bila menggunakan operasi tutup karena kontrasepsi ini tidak bergantung pada faktor senggama

16 27,5 40 68,9 2 3,44

3. Operasi tutup tidak mempengaruhi produksi ASI bagi yang menyusui

6 10,3 43 74,1 9 15,5 4. Saya tidak akan menyesal dikemudian hari bila

saya menggunakan operasi tutup karena kontrasepsi ini tidak mempunyai efek samping

1 1,7 26 44,8 31 53,4

5. Pada saat waktu ibu merasa sudah memiliki cukup anak apakah ibu akan memilih operasi tutup sebagai pilihan kontrasepsi

7 12,0 22 37,9 29 50

6.

7

8

9

10

Menurut ibu pemakaian operasi tutup adalah pilihan bagi pasangan yang ingin mempunyai anak lagi

Saya merasa kurang percaya diri bila harus menggunakan operasi tutup sebagai alat kontrasepsi

Bagi saya tidak ada perbedaan antara kontrasepsi operasi tutup dengan kontrasepsi yang lain yang penting aman digunakan

Dengan memakai operasi tutup ibu mencegah penyakit menular seksual

Operasi tutup memerlukan biaya yang cukup mahal 7 6 11 13 28 12,0 10,3 18,9 22,4 48,2 28 31 32 30 16 48,2 53,4 55,1 51,7 27,5 23 21 15 15 14 39,6 36,2 25,8 25,8 24,1


(50)

B.

Pembahasan

Pembahasan hasil penelitian disajikan dengan mengacu pada tujuan penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi Pengetahuan dan Sikap Ibu Terhadap Medis Operatif Wanita di Dusun II Desa Bangun Rejo Kecamatan Tanjung Morawa.

1. Karakteristik Ibu terhadap Tubektomi

Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa dari 58 ibu yang menjadi responden ditemukan mayoritas ibu berumur 30-35 tahun sebanyak 40 0rang (69,0 %) dan minoritas ibu yang berumur 25-29 tahun sebanyak 18 orang (31,0 %). Hal ini dikaitkan dengan pendapat Mubarak (2007) yang menyatakan bahwa dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan aspek psikis dan psikologi (mental) dimana taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa. Hal ini sesuai dengan teori bahwa usia reproduktif memang lebih aktif mencari dan mendapatkan informasi dibandingkan usia yang tidak produktif lagi.

Pada tingkat pendidikan ditemukan bahwa mayoritas ibu berpendidikan SLTA yaitu 28 orang (48,3 %) dan minoritas berpendidikan SD yaitu 5 orang (8,6 %). Sesuai dengan pendapat Notoadmojo (2007) yang menyatakan konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik, lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat. Bertitik tolak dari konsep pendidikan tersebut, maka proses belajar pada individu, kelompok atau masyarakat dari tidak tahu tentang


(51)

semakin tinggi pendidikan yang dimiliki oleh responden maka semakin mudah dalam menyerap informasi serta ide-ide yang ada. Tingginya pendidikan seseorang diharapkan pada pengetahuan dan kemampuan yang dimilikinya untuk berprilaku hidup sehat.

Pada pekerjaan ditemukan mayoritas ibu yang tidak bekerja yaitu 29 orang (50 %) dan minoritas ibu bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) yaitu sebanyak 6 orang (10,3 %). Menurut Mubarak (2007) bahwa lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

Dilihat dari jumlah paritas mayoritas ibu memiliki 3 orang anak yaitu 21 orang (36,2 %) dan minoritas ibu berparitas 1 orang sebanyak 9 orang (15,5 %). Hal ini bertolak belakang dengan pendapat Notoadmojo (2007) yang menyatakan bahwa terdapat kecendrungan kesehatan ibu maupun bayi yang berparitas rendah lebih baik dari yang berparitas tinggi, terdapat asosiasi antara tingkat paritas dengan penyakit tertentu. 2.Pengetahuan Ibu terhadap Tubektomi

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh mayoritas responden memiliki pengetahuan yang cukup terhadap tubektomi yaitu sebanyak 29 orang (50 %) dan minoritas responden berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 7 orang (12,1 %).

Responden masih banyak menjawab salah pada pengetahuan tentang efek samping dari operasi tutup. Menurut Notoadmojo (2003) bahwa pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah melakukan pengamatan terhadap objek tertentu. Pengetahuan akan mempengaruhi perilaku hidup sesorang dalam meningkatkan kesehatan secara kondusif.


(52)

3. Sikap Ibu terhadap Tubektomi.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa mayoritas ibu memiliki sikap yang negatif yaitu sebanyak 35 orang (60,34%).

Responden lebih banyak memilih setuju pada pernyataan positif tentang bila menggunakan operasi tutup tidak perlu berulang kali melakukan tindakan operasi. Untuk pernyataan yang negatif, responden mayoritas menjawab tidak setuju tentang pemakaian operasi tutup pilihan bagi pasangan yang ingin mempunyai anak lagi.

Menurut asumsi penulis bahwa mayoritas responden memiliki sikap negatif belum tentu hal itu diaplikasiakan langsung kepada tindakan ibu dalam memilih kontrasepsi. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi predisposisi tindakan

Sikap ibu yang negatif mengenai Tubektomi disebabkan karena kurangnya pemahaman tentang Tubektomi atau bisa juga ibu pasangan usia subur kurang percaya diri untuk memilih kontrasepsi ini sebagai pilihan kontrasepsi karena ini merupakan hal yang baru bagi mereka.


(53)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan uraian dari hasil tinjaun Pengetahuan dan Sikap Ibu Terhadap Medis Operatif Wanita di Dusun II Desa Bangun Rejo Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2011, maka penulis dapat menyimpulkan dan memberikan saran-saran yang dapat ditemukan disini adalah :

A. Kesimpulan

1. Mayoritas umur responden adalah 30-35 tahun sebanyak 40 orang (69,0%), mayoritas responden berpendidikan SLTA sebanyak 28 orang (48,3%), mayoritas responden adalah ibu yang tidak bekerja sebanyak 29 orang (50,0%), mayoritas responden berparitas 3 sebanyak 21 orang (36,2%) dan mayoritas sumber informasi lingkungan sebanyak 48 orang (82,8%).

2. Mayoritas responden berpengetahuan baik sebanyak 22 orang (37,9%), yang terdapat pada responden yang berusia 30-35 tahun, berpendidikan SLTA, tidak bekerja, paritas 3 dan sumber informasi lingkungan.

3. Mayoritas responden bersikap negatif sebanyak 35 orang (60,3%) yang terdapat pada responden yang berpengetahuan baik sebanyak 10 orang (17,2%), pada responden yang berpengetahuan cukup sebanyak 21 orang (36,2%), pada responden berpengetahuan kurang sebanyak 4 orang (6,9%).


(54)

B. Saran

1. Bagi Pelayanan Kebidanan

Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat menjadi masukan bagi setiap pelayanan kebidanan baik di rumah sakit maupun di Bidan Praktek Swasta dapat memberikan informasi dan pemahaman tentang Tubektomi agar masyarakat lebih memahami kontrasepsi ini.

2. Bagi Responden

Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman masyarakat khususnya ibu-ibu yang merasa sudah cukup anak sehingga memilih Tubektomi ini sebagai pilihan kontrasepsi.

3. Bagi Penulis

Untuk pemahaman yang lebih baik, penulis perlu melakukan penelitian yang lebih luas dalam meneliti yang berhubungan dengan Tubektomi. Dan bagi peneliti selanjutnya dapat dijadikan sebagai bahan awal acuan dalam melakukan penelitian.


(55)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka cipta

Arum, D. N. S., dan Sujiyatini. (2009). Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini, Jogjakarta : Mitra Cendikia

Budiarto, E. (2002). Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat, Jakarta : EGC

Everett, S. (2007). Buku Saku Kontrasepsi Seksual Reproduktif, Edisi 2, Jakarta : EGC Glasier, A., dan Gebbie, A. (2005). Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi,

Jakarta : EGC

Handayani, S. (2010). Pelayanan Keluarga Berencana, Yogyakarta : Pustaka Rihama Hartanto, H. (2004). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, Jakarta : Pustaka Sinar

Harapan

Hidayat, A. A. (2010). Metode Penelitian Kebidanan dan Tehnik Analisa Data, Jakarta : Salemba Medika

Manuaba, I. B. G. (1999). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita, Jakarta : Arca Medika

Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : PT. Rineka Cipta ...(2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Prilaku, Jakarta : PT. Rineka Cipta Pinem, S. (2010). Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi, Jakarta : Trans Info Media Saifuddin, B. A., et al.(2004). Buku Panduan Praktis Pelayanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo

Sastroasmoro, S., dan Ismael, S. (2006). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis, Jakarta : Sagung Seto

Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan, Yogyakarta : Graha Ilmu Siswosudarmo, HR., Anwar, H., Emilia, O. (2007). Teknologi Kontrasepsi, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press


(56)

Speroff, L., Darney, P. (2003). Pedoman Klinis Kontrasepsi , Edisi 2, Jakarta : EGC Suyanto. Salamah, U. (2009). Riset Kebidanan, Jogjakarta : Mitra Cendikia Press Tim Penyusun Program D-IV USU. (2010). Panduan Penulisan Karya Tulis Ilmiah, Medan : tidak dipublikasikan


(57)

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Judul Penelitian :Pengetahuan dan sikap Ibu terhadap penerimaan medis operatif wanita sebagai pilihan kontrasepsi

Peneliti :Desi Anggraini

Dengan menandatangani lembaran ini saya memberikan persetujuan untuk mengisi kuesioner yang diberikan peneliti. Saya mengerti bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengetahuan Ibu tentang pengetahuan dan sikap Ibu terhadap penerimaan medis operatif wanita sebagai pilihan kontrasepsi di Dusun II Desa Bangun Rejo Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2011. Saya mengerti bahwa penelitian ini tidak mengandung resiko yang berarti dan saya telah diberitahukan bahwa jawaban kuesioner ini tidak akan diberitahukan kepada siapa pun. Saya telah mendapatkan penjelasan mengenai penelitian ini dan diberi kesempatan untuk bertanya. Saya secara sukarela berperan serta dalam penelitian ini.

Tanda Tangan,Responden Medan, Januari 2011 Peneliti


(58)

KUESIONER PENELITIAN

Penelitian pengetahuan dan sikap Ibu tentang medis operatif wanita sebagai pilihan kontrasepsi di Dusun II Desa Bangun Rejo

Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2011

Kode responden

Isi sesuai dengan identitas Ibu

Umur : 25-30 Tahun 36-40 Tahun

: 31-35 Tahun > 40 Tahun

Pendidikan Terakhir : SD SLTA

: SLTP Diploma SI

Pekerjaan : Tidak bekerja Pegawai Swasta

: Pedagang PNS

Jumlah Anak :1 3

:2 >4


(59)

PERTANYAAN FORMAT A Pengetahuan Ibu tentang medis operatif wanita

Petunjuk pengisian :

Bacalah pertanyaan berikut dengan baik kemudian pilih salah satu jawaban yang tersedia dengan memberikan tanda silang (X) pada jawaban yang menurut anda benar.

1. Apa yang dimaksud dengan Keluarga Berencana?

A.Menentukan jumlah anak dalam keluarga dan mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan suami istri.

B.Memperoleh anak yang banyak. C.Keluarga besar, keluarga sejahtera. 2. Tujuan program Keluarga Berencana adalah

A.Menaikkan angka kelahiran.

B.Menaikkan angka kematian ibu dan anak.

C.Menurunkan angka kematian ibu, bayi dan anak dalam rangka membangun keluarga kecil berkualitas.

3. kontrasepsi mantap atau operasi tutup pada wanita disebut dengan A.AKDR.


(60)

C.Vasektomi.

4. Operasi tutup dapat dilakukan pada saat A.Kehamilan.

B.Yang belum mempunyai anak.

C.Pasca keguguran dan pasca persalinan.

5. Karena sifat dari operasi tutup ini permanen (tetap), kontrasepsi ini hanya cocok untuk pasangan

A.Yang sukarela atas dasar permintaan. B.Yang masih menginginkan anak lagi. C.Yang belum punya anak.

6. Keuntungan dari operasi tutup adalah

A.Permanen, tidak mempengaruhi proses menyusui, dan tidak mengganggu pada saat senggama.

B.Tidak permanen, mempengaruhi proses menyusui, dan mengganggu saat senggama.

C.Tidak efektif dan tidak permanent


(61)

B.Melibatkan prosedur pembedahan.

C.Tidak melibatkan prosedur pembedahan /operasi. 8. Efek samping dilakukannya tindakan operasi tutup adalah

A.Rasa sakit pada tempat irisan. B.Diare.

C.Masuk angin.

9. Operasi tutup yang dapat dilakukan dengan alasan kebidanan adalah A.Ibu dengan banyak anak dan tidak ingin punya anak lagi.

B.Ibu yang belum punya anak. C.Wanita yang belum menikah

10.Indikasi dari operasi tutup berdasarkan beban sosio ekonomi yang sekarang ini terasa bertambah lama bertambah berat termasuk jenis indikasi

A.Indikasi medis umum. B.Indikasi ginekologi. C.Indikasi sosio ekonomi.

11.Yang merupakan indikasi medis dari operasi tutup yaitu A.Hamil (sudah terdeteksi atau dicurigai).


(62)

C.Gangguan fisik seperti penyakit jantung, ginjal, dan sebagainya. 12.Usia ibu yang dapat menjalani operasi tutup yaitu

A.< 20 tahun. B.20-24 tahun C.> 25 tahun.

13.Adapun manfaat operasi tutup bagi akseptor KB yaitu A.Sangat efektif.

B.Tidak mengganggu senggama.

C.Berkurangnya resiko kanker ovarium pada perempuan. 14.Operasi tutup dianggap gagal apabila ibu tersebut

A.Hamil. B.Tidak hamil. C.Melahirkan.

15. Proses operasi tutup biasanya dilakukan melalui pelayanan A.Suntikan. B. Pembedahan/operasi. C. Minum pil KB.


(63)

Pernyataan Format B Sikap Ibu terhadap medis operatif wanita

Petunjuk Pengisian :

Beri tanda checklis (√ ) pada kolom jawaban yang ada disamping pernyataan . S : Setuju

KS : Kurang Setuju

TS : Tidak Setuju

Setiap orang dapat memiliki jawaban yang berbeda, jadi jawablah sesuai dengan pendapat Ibu

No Pernyataan S KS TS

1 saya tidak perlu khawatir bila menggunakan operasi tutup karena kontrasepsi ini tidak bergantung pada faktor senggama.

2 Bila saya menggunakan operasi tutup saya tidak perlu berulang kali melakukan tindakan operasi karena kontrasepsi ini bersifat jangka panjang.

3 Operasi tutup tidak mempengaruhi produksi ASI bagi yang menyusui.

4 Saya tidak akan menyesal dikemudian hari Bila saya menggunakan operasi tutup karena kontrasepsi ini tidak mempunyai efek samping.

5 Pada saat waktu ibu merasa sudah memiliki cukup anak apakah ibu akan memilih operasi tutup sebagai pilihan kontrasepsi.


(64)

6 Menurut ibu pemakaian operasi tutup adalah pilihan bagi pasangan yang ingin mempunyai anak lagi.

7 Saya merasa kurang percaya diri bila harus menggunakan operasi tutup sebagai alat kontrasepsi.

8 Bagi saya tidak ada perbedaan antara operasi tutup dengan kontrasepsi yang lain yang penting aman digunakan.

9 Dengan memakai operasi tutup ibu pasti terlindungi dari penyakit menular seksual.


(65)

(66)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

NAMA : DESI ANGGRAINI

Tempat / Tanggal Lahir : Tanjung Morawa / 29 Desember 1988

Agama : Islam

Alamat : Dusun II Desa Bangun Rejo Kecamatan Tanjung Morawa

Riwayat Pendidikan

1994-2000 : SD Swasta Pembangunan Tanjung Morawa 2000-2003 : SMP Bersubsidi Tanjung Morawa

2003-2006 : SMU Nur Azizi Tanjung Morawa 2006-2009 : Akademi Kebidanan Dr. RUSDI Medan


(1)

B. Melibatkan prosedur pembedahan.

C. Tidak melibatkan prosedur pembedahan /operasi.

8. Efek samping dilakukannya tindakan operasi tutup adalah A. Rasa sakit pada tempat irisan.

B. Diare.

C. Masuk angin.

9. Operasi tutup yang dapat dilakukan dengan alasan kebidanan adalah A. Ibu dengan banyak anak dan tidak ingin punya anak lagi.

B. Ibu yang belum punya anak. C. Wanita yang belum menikah

10. Indikasi dari operasi tutup berdasarkan beban sosio ekonomi yang sekarang ini terasa bertambah lama bertambah berat termasuk jenis indikasi

A. Indikasi medis umum. B. Indikasi ginekologi. C. Indikasi sosio ekonomi.


(2)

C. Gangguan fisik seperti penyakit jantung, ginjal, dan sebagainya.

12. Usia ibu yang dapat menjalani operasi tutup yaitu

A. < 20 tahun. B. 20-24 tahun C. > 25 tahun.

13. Adapun manfaat operasi tutup bagi akseptor KB yaitu A. Sangat efektif.

B. Tidak mengganggu senggama.

C. Berkurangnya resiko kanker ovarium pada perempuan. 14. Operasi tutup dianggap gagal apabila ibu tersebut

A. Hamil. B. Tidak hamil. C. Melahirkan.

15. Proses operasi tutup biasanya dilakukan melalui pelayanan A. Suntikan. B. Pembedahan/operasi. C. Minum pil KB.


(3)

Pernyataan Format B

Sikap Ibu terhadap medis operatif wanita Petunjuk Pengisian :

Beri tanda checklis (√ ) pada kolom jawaban yang ada disamping pernyataan . S : Setuju

KS : Kurang Setuju

TS : Tidak Setuju

Setiap orang dapat memiliki jawaban yang berbeda, jadi jawablah sesuai dengan pendapat Ibu

No Pernyataan S KS TS

1 saya tidak perlu khawatir bila menggunakan operasi tutup karena kontrasepsi ini tidak bergantung pada faktor senggama.

2 Bila saya menggunakan operasi tutup saya tidak perlu berulang kali melakukan tindakan operasi karena kontrasepsi ini bersifat jangka panjang.

3 Operasi tutup tidak mempengaruhi produksi ASI bagi yang menyusui.

4 Saya tidak akan menyesal dikemudian hari Bila saya menggunakan operasi tutup karena kontrasepsi ini tidak mempunyai efek samping.


(4)

6 Menurut ibu pemakaian operasi tutup adalah pilihan bagi pasangan yang ingin mempunyai anak lagi.

7 Saya merasa kurang percaya diri bila harus menggunakan operasi tutup sebagai alat kontrasepsi.

8 Bagi saya tidak ada perbedaan antara operasi tutup dengan kontrasepsi yang lain yang penting aman digunakan.

9 Dengan memakai operasi tutup ibu pasti terlindungi dari penyakit menular seksual.


(5)

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

NAMA : DESI ANGGRAINI

Tempat / Tanggal Lahir : Tanjung Morawa / 29 Desember 1988

Agama : Islam

Alamat : Dusun II Desa Bangun Rejo Kecamatan Tanjung Morawa

Riwayat Pendidikan

1994-2000 : SD Swasta Pembangunan Tanjung Morawa 2000-2003 : SMP Bersubsidi Tanjung Morawa

2003-2006 : SMU Nur Azizi Tanjung Morawa 2006-2009 : Akademi Kebidanan Dr. RUSDI Medan


Dokumen yang terkait

Perbedaan Pola Menstruasi Antara Ibu yang Menggunakan Alat Kontrasespsi IUD dengan Kontrasespi Suntik di Desa Bangun Rejo, Tanjung Morawa

6 92 83

Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Vaksin Human Papiloma Virus (HPV) Sebagai Pencegahan Kanker Leher Rahim Di Dusun 1 Desa Bangun Rejo Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2012.

8 60 74

Pengetahuan Dan Sikap Ibu Postpartum Terhadap Ikterus Neonatorum Di Klinik Bersalin Tutun Sehati Tanjung Morawa

7 124 49

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Wanita Terhadap Osteoporosis Di Desa Arapayung Dusun II Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai 2010

0 29 65

Pengetahuan dan Sikap Suami Terhadap Kesehatan Reproduksi Wanita di Dusun III Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010

0 27 83

Pengalaman Ibu Hamil Dalam Menghadapi Stres Persalinan Di Desa Bangun Rejo Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008 - 2009

2 71 49

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Pus Akseptor Kontrasepsi Non Hormoal Tentang Kontrasepsi Hormonal Di Desa Telaga Sari Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2009

2 36 56

Efektifitas Penyuluhan dengan metode ceramah dan Media Leaflet terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita tentang Gizi Balita di Dusun VII Desa Bangun Rejo Kecamatan Tanjung Morawa Provinsi Sumatera Utara

3 43 86

Efektifitas Penyuluhan dengan metode ceramah dan Media Leaflet terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita tentang Gizi Balita di Dusun VII Desa Bangun Rejo Kecamatan Tanjung Morawa Provinsi Sumatera Utara

0 4 86

EKSISTENSI SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL KUDA LUMPING DI DESA BANGUN REJO KECAMATAN TANJUNG MORAWA.

5 16 24