Efektifitas Penyuluhan dengan metode ceramah dan Media Leaflet terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita tentang Gizi Balita di Dusun VII Desa Bangun Rejo Kecamatan Tanjung Morawa Provinsi Sumatera Utara

(1)

EFEKTIFITAS PENYULUHAN DENGAN METODE CERAMAH DAN MEDIA LEAFLET TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU

YANG MEMILIKI BALITA TENTANG GIZI BALITA DI DUSUN VII DESA BANGUN REJO KEC.TANJUNG MORAWA

PROVINSI SUMATERA UTARA

HARAULY LADY LUCYANA MANALU 125 102 102

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

(4)

Efektifitas Penyuluhan Dengan Metode Ceramah Dan Media Leaflet Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Ibu Yang Memiliki Balita Tentang Gizi Balita di Dusun VII Desa Bangun Rejo

Kec.Tanjung Morawa Provinsi Sumatera Utara Harauly L L Manalu

Abstrak

Latar Belakang : Gizi buruk yang diteliti diperkirakan menyebabkan kematian 54% pada anak balita. Menurut Riskesdas 2010, data prevalensi balita gizi balita berdasarkan tempat tinggal menunjukkan bahwa di perdesaan prevalensi balita gizi buruk (20,7%) lebih besar daripada di perkotaan (15,3%). Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan kepala keluarga dan tempat tinggal berpengaruh kepada status gizi balita. Data yang disajikan dalam Laporan Pencapaian MDGs tersebut menujukkan angka penurunan yang kurang signifikan.Prevalensi balita gizi buruk turun dari 5,4% (2007) menjadi 4,9% (2010), namun untuk prevalensi balita gizi kurang tidak mengalami penurunan dari angka 13,0% dari tahun 2007 ke tahun 2010. Paramastri.I, dkk (2007) mengatakan bahwa Intervensi penyuluhan dapat dilakukan sebagai upaya untuk merangsang masyarakat terutama keluarga (yaitu ibu rumah tangga) agar mampu menjadi motivator dilingkungan rumah tangganya dalam memperbaiki gizi balita, dengan tujuan penelitian untuk mengidentifikasi efektivitas penyuluhan dan media leaflet terhadap perubahan pengetahuan dan sikap ibu balita tentang gizi balita di Dusun VII Desa Bangun Rejo Kec. Tanjung Morawa Tahun 2013.

Tujuan Penelitian : Untuk mengidentifikasi efektifitas penyuluhan dan medialeaflet terhadap perubahan pengetahuan dan sikap ibu tentang gizi balita di Dusun VII Desa Bangun Rejo Kec. Tanjung Morawa.

Metodologi Penelitian : Jenis penelitian ini adalah pre-eksperimental design dengan menggunakan rancangan/desain one group Pretest dan Post-test dengan besar sampel 37 orang. Metode pengambilan sampel adalah total sampling.

Hasil Penelitian : Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pengetahuan dan sikap ibu tentang gizi balita pada pretest dan posttest berbeda secara signifikan antara pengetahuan dan sikap ibu sebelum dilakukan penyuluhan dengan setelah dilakukan penyuluhan dan media leaflet.

Kesimpulan : ada perubahan pengetahuan dan sikap ibu setelah dilakukan posttest dibandingkan saat pretest


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmatNya peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Efektifitas Penyuluhan dengan metode ceramah dan Media Leaflet terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita tentang Gizi Balita di Dusun VII Desa Bangun Rejo Kecamatan Tanjung Morawa Provinsi Sumatera Utara”.

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, peneliti banyak menerima bantuan moril maupun materil dari berbagai pihak, untuk itu peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes, Selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU.

2. Nur Asnah Sitohang, S,Kep, Ns, M.Kep. selaku ketua program studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU.

3. Evi Karota Bukit, S.Kp, M.Ns selaku dosen pembimbing penelitian yang selalu menyediakan waktu untuk member bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah.

4. Ikhsanuddin, SKp. MNs selaku penguji I

5. dr.Sarma N Lumbanraja, Sp.OG (K) selaku penguji II

6. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU.

7. Bejo Siswoyo, selaku Kepala Desa Bangun Rejo yang telah memberikan izin penelitian di Desa Bangun Rejo.

8. Ayahanda dan Ibunda yang telah memberikan dukungan, motivasi dan doa. 9. Teman- teman bimbingan yang selalu bersama dalam suka dan duka selama


(6)

10.Teman- teman D-IV Bidan Pendidik yang telah memberikan dukungan, dan semua pihak yang telah mendukung dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini sehingga bermanfaat bagi pembaca untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.

Medan, 03 Juli 2013 Penulis


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR SKEMA ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Perumusan Masalah ... 4

C.Tujuan Penelitian ... 4

D.Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A.Penyuluhan ... 6

1. Pengertian dan tujuan penyuluhan ... 6

2. Proses adopsi dalam penyuluhan ... 7

3. Metode Penyuluhan ... 8

4. Media Penyuluhan ... 9

5. Pengelolaan Penyuluhan ... 9

B.Media ... 14

1. Pengertian Media ... 14

a. Media Leaflet dan Poster ... 15

b. Media Leaflet ... 17

c. Poster dan Leaflet dalam perubahan perilaku ... 18


(8)

C.Pengetahuan ... 20

1. Defenisi Pengetahuan ... 20

2. Tingkatan Pengetahuan ... 21

D.Sikap ... 22

1. Defenisi Sikap ... 22

2. Komponen Sikap ... 23

3. Berbagai Tingkatan Sikap ... 24

4. Perubahan Sikap ... 25

E.Pengertian Gizi Buruk dan Status Gizi ... 25

1. Defenisi Gizi ... 25

2. Status Gizi ... 26

a. Penilaian Status Gizi secara Antropometri ... 27

F. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak ... 30

1. Pola Asuh Terhadap Anak ... 30

2. Peranan Orangtua Terhadap Anak ... 31

3. Praktek Pemberian Makanan Anak ... 32

4. Food Habbit ... 32

a. Tinjauan KEP ... 33

b. Klasifikasi KEP ... 33

c. Gejala Klinis Balita KEP Berat/Gizi Buruk ... 33

G.Landasan Teori ... 34

BAB III KERANGKA KONSEP ... 35

A.Kerangka konsep ... 35

B.Hipotesis ... 36


(9)

BAB IV METODE PENELITIAN ... 38

A.Desain penelitian ... 38

B.Populasi dan sampel ... 39

1. Populasi ... 39

2. Sampel ... 39

C.Tempat penelitian ... 39

D.Waktu penelitian ... 39

E. Etika penelitian ... 40

F. Instrumen Penelitian ... 40

G.Validitas dan reabilitas ... 42

H.Prosedur pengumpulan data ... 43

I. Rencana analisis data ... 44

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45

A. Hasil ... 45

B. Pembahasan ... 55

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 59

A. Kesimpulan ... 59

B. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 61 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Variabel dan Defenisi Opersional ... 37

Tabel 5.1 : Distribusi frekuensi karakteristik responden ... 46

Tabel 5.2 : Distribusi frekuensi pengetahuan sebelum penyuluhan ... 48

Tabel 5.3 : Distribusi frekuensi pengetahuan sesudah penyuluhan ... 50

Tabel 5.4 : Distribusi frekuensi pengetahuan ibu pada pretest dan posttest. ... 51

Tabel 5.5 : Distribusi frekuensi sikap sebelum penyuluhan ... 52

Tabel 5.6 : Distribusi frekuensi sikap setelah penyuluhan ... 53

Tabel 5.7 : Distribusi frekuensi sikap ibu pada saat pretest dan posttest ... 53

Tabel 5.8 : Efektivitas Penyuluhan terhadap pengetahuan ibu ... 54


(11)

DAFTAR SKEMA

Skema 1 : Kerangka Konsep ... 35 Skema 2 : Desain Penelitian ... 38


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 2 : Kuisioner

Lampiran 3 : Surat Izin Survei Pendahuluan

Lampiran 4 : Surat Balasan Izin Survei Pendahuluan Lampiran 5 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 6 : Surat Balasan Izin Penelitian Lampiran 7 : Content Validity

Lampiran 8 : Data Output Analisis


(13)

Efektifitas Penyuluhan Dengan Metode Ceramah Dan Media Leaflet Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Ibu Yang Memiliki Balita Tentang Gizi Balita di Dusun VII Desa Bangun Rejo

Kec.Tanjung Morawa Provinsi Sumatera Utara Harauly L L Manalu

Abstrak

Latar Belakang : Gizi buruk yang diteliti diperkirakan menyebabkan kematian 54% pada anak balita. Menurut Riskesdas 2010, data prevalensi balita gizi balita berdasarkan tempat tinggal menunjukkan bahwa di perdesaan prevalensi balita gizi buruk (20,7%) lebih besar daripada di perkotaan (15,3%). Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan kepala keluarga dan tempat tinggal berpengaruh kepada status gizi balita. Data yang disajikan dalam Laporan Pencapaian MDGs tersebut menujukkan angka penurunan yang kurang signifikan.Prevalensi balita gizi buruk turun dari 5,4% (2007) menjadi 4,9% (2010), namun untuk prevalensi balita gizi kurang tidak mengalami penurunan dari angka 13,0% dari tahun 2007 ke tahun 2010. Paramastri.I, dkk (2007) mengatakan bahwa Intervensi penyuluhan dapat dilakukan sebagai upaya untuk merangsang masyarakat terutama keluarga (yaitu ibu rumah tangga) agar mampu menjadi motivator dilingkungan rumah tangganya dalam memperbaiki gizi balita, dengan tujuan penelitian untuk mengidentifikasi efektivitas penyuluhan dan media leaflet terhadap perubahan pengetahuan dan sikap ibu balita tentang gizi balita di Dusun VII Desa Bangun Rejo Kec. Tanjung Morawa Tahun 2013.

Tujuan Penelitian : Untuk mengidentifikasi efektifitas penyuluhan dan medialeaflet terhadap perubahan pengetahuan dan sikap ibu tentang gizi balita di Dusun VII Desa Bangun Rejo Kec. Tanjung Morawa.

Metodologi Penelitian : Jenis penelitian ini adalah pre-eksperimental design dengan menggunakan rancangan/desain one group Pretest dan Post-test dengan besar sampel 37 orang. Metode pengambilan sampel adalah total sampling.

Hasil Penelitian : Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pengetahuan dan sikap ibu tentang gizi balita pada pretest dan posttest berbeda secara signifikan antara pengetahuan dan sikap ibu sebelum dilakukan penyuluhan dengan setelah dilakukan penyuluhan dan media leaflet.

Kesimpulan : ada perubahan pengetahuan dan sikap ibu setelah dilakukan posttest dibandingkan saat pretest


(14)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Gizi Balita merupakan komposisi makanan yang dibutuhkan dan berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan yang menentukan kualitas hidup anak dalam pertumbuhan selanjutnya (Kusumawati, 2011). Kemunduran dan keterbelakangan serta rendahnya daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit dapat dijadikan cermin, seberapa jauh makanan anak dapat diperhatikan oleh orangtua. Paramastri.I, dkk (2007) mengatakan Ibarat sebuah lingkaran besar penyebab kematian pada balita, maka inti lingkaran kecil yang berada dalam lingkaran besar adalah kondisi kekurangan gizi yang melandasi terjadinya kematian jika balita menderita suatu penyakit yang mematikan balita ketika asupan gizinya kurang. Gizi buruk yang diteliti diperkirakan menyebabkan kematian 54% pada anak balita. Menurut Riskesdas 2010, data prevalensi balita gizi balita/kurang berdasarkan tempat tinggal menunjukkan bahwa di perdesaan prevalensi balita gizi buruk/kurang (20,7%) lebih besar daripada di perkotaan (15,3%). Berdasarkan pendidikan kepala keluarga, dapat disimpulkan bahwa prevalensi balita gizi buruk/kurang pada balita yang kepala keluarganya berpendidikan rendah lebih besar dibandingkan balita yang kepala keluarganya berpendidikan tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan kepala keluarga dan tempat tinggal berpengaruh kepada status gizi balita. Semua upaya dilakukan agar gizi balita terpenuhi dan balita dapat tumbuh secara optimal, baik secara fisik maupun intelektual. Namun pada kenyataannya tidak demikian karena Angka kematian bayi selama 5 tahun terakhir belum menurun yang merupakan salah satu target MDGs 2015. Sebab Data yang disajikan dalam Laporan


(15)

Pencapaian MDGs tersebut menujukkan angka penurunan yang kurang signifikan.Prevalensi balita gizi buruk turun dari 5,4% (2007) menjadi 4,9% (2010), namun untuk prevalensi balita gizi kurang tidak mengalami penurunan dari angka 13,0% dari tahun 2007 ke tahun 2010. Paramastri.I, dkk (2007) mengatakan bahwa perbaikan gizi penting untuk meningkatkan kesehatan, menurunkan angka kematian bayi dan balita, meningkatkan kemampuan tumbuh kembang, fisik mental, sosial anak, produktivitas kerja serta prestasi akdemik. Salah satu pendekatan yang sering digunakan adalah dengan menyampaikan pesan atau informasi sehingga informasi dapat diterima dan dipahami. Intervensi penyuluhan dapat dilakukan sebagai upaya untuk merangsang masyarakat terutama keluarga (yaitu ibu rumah tangga) agar mampu menjadi motivator dilingkungan rumah tangganya.

Berdasarkan hasil penelitian Jayanti (2011) diketahui bahwa terdapat perubahan nilai rata-rata pengetahuan ibu balita gizi balita pre test dan post test dengan penyuluhan yaitu dari 16,65 menjadi 16,81 sesudah diberi perlakuan dengan penyuluhan. Hasil uji pair-t test diperoleh nilai p=0,000, artinya secara statistik menunjukkan terdapat perbedaan pengetahuan pre test dan post test dengan penyuluhan pada ibu balita gizi buruk. Pemberian penyuluhan tentang gizi dengan metode ceramah ternyata mampu meningkatkan pengetahuan ibu balita gizi balita. Hal ini senada dengan penelitian Supardi (2002) yang dikutip oleh Sri (2009) yang membuktikan bahwa ada pengaruh penyuluhan dengan metode ceramah terhadap pengetahuan ibu. Penguatan pemberian penyuluhan dalam pengetahuan dipengaruhi oleh karakteristik responden seperti tingkat pendidikan . Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat perubahan nilai rata-rata sikap ibu balita gizi buruk pre test dan post test dengan penyuluhan


(16)

yaitu dari 8,12 menjadi 15,81 sesudah diberi perlakuan dengan penyuluhan. Hasil uji pair-t test diperoleh nilai p=0,000, artinya secara statistik menunjukkan terdapat pengaruh sikap pre test dan post test dengan penyuluhan pada ibu balita gizi buruk. Penyuluhan sebagai proses perubahan pengetahuan dan sikap yang menuntut persiapan dan pengetahuan yang memadai bagi penyuluh maupun sasarannya. Pegawai Promkes di Puskesmas sebagai penyuluh berperan dalam menyuluh ibu balita gizi buruk di Medan Denai untuk mengubah pengetahuan dan sikap ibu balita setelah diberi penyuluhan dalam mengurangi balita gizi buruk. Penyuluhan dapat mengubah pengetahuan dan sikap ibu balita gizi buruk di Medan Denai untuk memperhatikan pemberian gizi Balita yang dapat mengurangi balita gizi buruk di Medan Denai.

Berdasarkan hasil penelitian Jayanti (2011) diketahui bahwa terdapat perubahan nilai rata-rata pengetahuan ibu balita gizi buruk pre test dan post test dengan media leaflet yaitu dari 16,08 menjadi 31,12 sesudah diberi perlakuan dengan media leaflet. Hasil uji pair-t test diperoleh nilai p=0,000, artinya secara statistik menunjukkan terdapat pengaruh pengetahuan pre test dan post test dengan media leaflet pada ibu balita gizi buruk. Pemberian informasi dalam bentuk leaflet ternyata mampu meningkatkan pengetahuan ibu balita gizi buruk. Hal ini sesuai dengan penelitian Supardi (2002) yang dikutip oleh Sri (2009) yang membuktikan bahwa ada pengaruh pemberian leaflet terhadap pengetahuan ibu. Media Leaflet berisi informasi tentang gizi yang dikemas dengan rancangan tulisan, gambar, dan warna yang menarik. Penentuan pesan dan kesan dalam rancang media harus diperkuat dengan melihat kebiasaan dan kesukaan masyarakat Medan Denai. Media leaflet mempunyai keunggulan yang dapat menyesuaikan ibu balita gizi buruk dapat melihat informasi tentang gizi balita.


(17)

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat perubahan nilai rata-rata sikap ibu balita gizi buruk pre test dan post test dengan media leaflet yaitu dari 8,46 menjadi 14,23 sesudah diberi perlakuan dengan media leaflet. Hasil uji pair-t pair-tespair-t diperoleh nilai p=0,000, arpair-tinya secara spair-tapair-tispair-tik menunjukkan pair-terdapapair-t pengaruh sikap pre test dan post test dengan media leaflet pada ibu balita gizi buruk. Oleh karena itu, Efektifitas Penyuluhan dan Media Leaflet terhadap pengetahuan dan sikap ibu balita tentang gizi balita perlu diteliti dan didukung oleh data yang didapat dari beberapa literatur .

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ”Bagaimana efektivitas penyuluhan dan media leaflet terhadap pengetahuan dan sikap ibu balita tentang gizi balita di Dusun VII Desa Bangun Rejo Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2012”.

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengidentifikasi efektivitas penyuluhan dan media leaflet terhadap perubahan pengetahuan dan sikap ibu balita tentang gizi balita di Dusun VII Desa Bangun Rejo Kec. Tanjung Morawa Tahun 2012.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi praktek kebidanan / Institusi Pelayan Kesehatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan memberikan pelayanan kesehatan yang efektif dan efesien, memberikan informasi yang akurat mengenai efektivitas penyuluhan dan media leaflet terhadap pengetahuan dan sikap ibu balita tentang gizi balita.


(18)

2. Bagi pendidikan kebidanan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pengembangan ilmu tentang efektivitas penyuluhan dan media leaflet terhadap pengetahuan dan sikap ibu balita tentang gizi balita khususnya pendidikan mata kuliah kebidanan.

3. Bagi penelitian kebidanan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data awal penelitian terkait dengan penelitian tentang pengetahuan dan sikap ibu balita tentang gizi balita bagi penelitian selanjutnya dalam konteks penelitian yang sama.

4. Bagi responden

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai motivasi / pedoman sehingga masyarakat mengerti tentang gizi balita.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penyuluhan

1. Pengertian dan Tujuan Penyuluhan

Upaya pendidikan atau penyuluhan gizi merupakan salah satu usaha yang sangat penting mengatasi masalah gizi kurang, dengan usaha itu diharapkan seseorang bisa memahami pentingnya makan dan gizi sehingga mau bersikap dan bertindak mengikuti norma-norma gizi. Pendekatan edukatif diartikan sebagai rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistematik, terencana, terarah dengan peran serta aktif individu maupun kelompok atau masyarakat untuk memecahkan masalah masyarakat dengan memperhitungkan faktor sosial ekonomi dan budaya setempat. Dalam hal penyuluhan di masyarakat sebagai pendekatan edukatif untuk menghasilkan perilaku, maka terjadi proses komunikasi antar provider dan masyarakat. Dari proses komunikasi ini ingin diciptakan masyarakat yang mempunyai mental dan kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Sesuai dengan pengertian yang diuraikan diatas, maka penyuluhan gizi adalah suatu pendekatan edukatif untuk menghasilkan perilaku individu/masyarakat yang diperlukan dalam peningkatan dan mempertahankan gizi baik. Tujuan penyuluhan gizi adalah terciptanya sikap positif terhadap gizi, terbentuknya pengetahuan dan kecakapan memilih dan menggunakan sumber-sumber pangan, timbulnya kebiasaan makan yang baik dan adanya motivasi untuk mengetahui lebih lanjut tentang hal-hal yang berhubungan dengan gizi (Maulana,2007).


(20)

2. Proses Adopsi dalam Penyuluhan

Penyuluhan tidak terlepas dari bagaimana agar sasaran penyuluhan dapat mengerti, memahami, tertarik, dan mengikuti apa yang kita sampaikan dengan baik dan benar dan atas kesadarannya sendiri berusaha untuk menerapkan ide-ide baru tersebut dalam kehidupannya. Menurut Notoadmodjo (2007), indikasi yang dapat dilihat pada diri seseorang pada setiap tahapan adopsi dalam penyuluhan adalah sebagai berikut :

a. Tahap sadar (arwarness)

Pada tahap ini seseorang sudah mengetahui sesuatu yang baru karena hasil dari berkomunikasi dengan pihak lain.

b. Tahap minat (interest)

Pada tahap ini seseorang mulai ingin mengetahui lebih banyak tentang hal-hal baru yang sudah diketahuinya dengan jalan mencari keterangan atau informasi yang lebih terperinci.

c. Tahap menilai (evaluation)

Pada tahap ini seseorang mulai menilai atau menimbang-menimbang serta menghubungkan dengan keadaan atau kemampuan diri, misalnya kesanggupan serta resiko yang akan ditanggung baik dari segi sosial maupun ekonomi.

d. Tahap mencoba (trial)

Pada tahap ini seseorang mulai menerapkan atau mencoba dalam skala kecil sebagai upaya meyakinkan apakah dapat dilanjutkan atau tidak. e. Tahap penerapan atau adopsi (adoption)

Pada tahap ini seseorang sudah yakin akan hal baru dan mulai melaksanakan dalam skala besar.


(21)

3. Metode Penyuluhan

Menurut Notoadmodjo (2007), pilihan seorang agen penyuluhan terhadap suatu metode atau tehnik penyuluhan sangat tergantung pada tujuan khusus yang ingin dicapai. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah ceramah. Ceramah merupakan metode penyuluhan yang efektif pada kelompok sasaran yang besar yaitu lebih dari 15 orang. Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode ceramah adalah :

a. Persiapan

Ceramah akan berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai materi yang akan diceramahkan. Untuk itu penceramah harus mempersiapkan diri dengan:

1. Mempelajari materi dengan sistematika yang baik. Lebih baik lagi kalau disusun dalam diagram atau skema.

2. Mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran, misalnya : makalah singkat, slide, transparan, sound sistem dan sebagainya.

b. Pelaksanaan

Kunci dari keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah tersebut dapat menguasai sasaran ceramah. Untuk itu penceramah dapat melakukan hal-hal sebagai berikut : Sikap dan penampilan yang meyakinkan, tidak boleh bersikap ragu-ragu dan gelisah, Suara hendaknya cukup keras dan jelas, Pandangan harus tertuju ke seluruh peserta ceramah, Berdiri di depan (dipertengahkan) dan tidak boleh duduk, Menggunakan alat-alat bantu lihat atau Audio Visual Aid (AVA) semaksimal mungkin.


(22)

4. Media Penyuluhan

Media penyuluhan yang dimaksud adalah alat bantu penyuluhan yang peranannya berfungsi sebagai perantara yang dapat dipercaya menghubungkan antara penyuluh dan sasaran sehingga pesan atau informasi akan lebih jelas dan nyata. Salah satu media penyuluhan adalalah brosur. Brosur merupakan salah satu bentuk media penyuluhan yang pada hakikatnya adalah alat bantu penyuluhan atau Audio Visual Aid (AVA). Disebut media penyuluhan karena media folder merupakan saluran (channel) untuk menyampaikan informasi kesehatan dan arena alat bantu tersebut digunakan untuk mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat. Brosur yang merupakan media cetak disebut juga media bellow the line (media lini bawah) berbentuk lembaran yang dapat dilihat satu kali/lebih dalam bidang /halaman bagiuan luar di desain lebih memikat layaknya sampul/cover (Notoadmojo, 2007). Kelebihan brosur adalah dapat disimpan untuk dibaca berulang-ulang dan isinya dapat agak terinci, desain cetak dan ilustrasi dapat dibuat semenarik mungkin dan mampu memilih khalayak secara perinci. Sedangkan kekurangannya adalah kurang cocok untuk audience dengan tingkat pendidikan rendah dan eye catcher (umpan untuk menangkap mata) sangat tergantung pada desain ilustrasi, jenis kertas dan kualitas cetak (Notoadmojo, 2007)

5. Pengelolaan Penyuluhan a. Perencanaan Penyuluhan

Perencanaan adalah serangkaian kegiatan dimana keputusan yang dituangkan dalam bentuk tindakan-tindakan. Perencanaan merupakan langkah awal dari suatu kegiatan. Tahap perencanaan ini di tata secara


(23)

sistematis tentang kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan. Perencanaan berarti pula bagaimana cara dan strategi dalam mencapai tujuan sebaik-baiknya dengan menggunakan segala sumber daya yang ada agar lebih efektif dan efisien dengan memperlihatkan sosial budaya, psikis, dan biologis dari sasaran penyuluhan. Langkah-langkah dalam penyuluhan adalah mengenal masalah masyarakat dan wilayah, menentukan prioritas, menentukan tujuan penyuluhan, menentukan sasaran penyuluhan, menentukan isi/materi penyuluhan, menentukan metode penyuluhan yang akan digunakan, melihat alat-alat peraga atau media yang dibutuhkan, menyusun rencana penilaian dan menyusun rencana kerja/rencana pelaksanaan.

b. Pelaksanaan Penyuluhan

Penyuluhan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan sasaran penyuluhan dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan sikap petugas gizi dan kader tentang pemberian dan manfaat tablet zat besi. Kegiatan ini mengacu kepada perencanaan yang telah ditentukan (Notoadmojo, 2007). c. Waktu dan Tempat Penyuluhan

Dalam pelaksanaan penyuluhan kadang-kadang persiapan yang dilakukan oleh penyuluh menjadi berantakan disebabkan karena hal-hal yang dianggap sepele yaitu waktu dan tempat penyuluhan yang tidak tepat. Biasanya kader dikumpulkan di ruangan tertutup. Kegiatan dilakukan pada umumnya mulai pagi hari hingga siang hari dan durasi penyuluhan sekitar 1-2 jam, oleh karena itu seorang penyuluh sebaiknya tahu kapan kader mempunyai waktu yang luang dan kapan mereka berkumpul bersama. Maka jadwal kegiatan sehari-hari kader perlu untuk


(24)

diketahui sehingga pada saat diadakan penyuluhan tidak terkesan menganggu atau merugikan kader (Maulana, 2007).

d. Evaluasi Penyuluhan

Penilaian (evaluasi) adalah proses menentukan nilai atau keberhasilan dalam mencapai tujuan yang sudah ditentukan sebelumnya yang digunakan untuk menilai sejauh mana keberhasilan dari suatu kegiatan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam evaluasi adalah apakah dalam tujuan penyuluhan sudah jelas dijabarkan dan sesuai dengan tujuan program, apakah indikator/kriteria yang akan dipakai dalam penilaian, kegiatan penyuluhan yang mana yang akan dievaluasi, metode apa yang akan digunakan dalam evaluasi, instrumen apa yang digunakan dalam evaluasi, siapa yang melaksanakan evaluasi, sarana-sarana apa yang dipergunakan untuk evaluasi, apakah ada fasilitas dan kesempatan untuk mempersiapkan tenaga yang melaksanakan evaluasi dan bagaimana cara untuk memberikan umpan balik hasil evaluasi (Maulana, 2007).

e. Penyuluhan sebagai Proses Perubahan Perilaku

Proses perubahan perilaku akan menyangkut aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental, sehingga mereka tahu, mau dan mampu melaksanakan perubahan-perubahan dalam kehidupannya demi tercapainya perbaikan kesejahteraan keluarga yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan. Titik berat penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku adalah penyuluhan yang berkesinambungan. Dalam proses perubahan perilaku dituntut agar sasaran berubah tidak semata-mata karena adanya penambahan pengetahuan saja, namun diharapkan juga adanya perubahan pada keterampilan sekaligus sikap menetap yang


(25)

menjurus kepada tindakan atau kerja yang lebih baik, produktif dan menguntungkan.

Penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku tidak mudah, hal ini menuntut suatu persiapan yang panjang dan pengetahuan yang memadai bagi penyuluhan maupun sasarannya. Penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku, selain membutuhkan waktu yang relatif lama juga membutuhkan perencanaan yang matang, terarah dan berkesinambungan (Maulana, 2007). Menurut Notoatmodjo (2007) untuk merubah perilaku seseorang harus mengikuti tahap-tahap proses perubahan : pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), praktek (practice). Dalam hal ini penyuluhan berperan sebagai salah satu metode penambahan dan peningkatan pengetahuan seseorang sebagai tahap awal terjadinya perubahan perilaku.

f. Kekuatan yang mempengaruhi Penyuluhan

Secara umum ada beberapa faktor atau kekuatan yang mempengaruhi proses perubahan keadaan yang disebabkan karena penyuluhan, diantaranya sebagai berikut (Maulana, 2007):

1. Keadaan pribadi sasaran

Beberapa hal yang perlu diamati pada diri sasaran penyuluhan adalah ada tidaknya motivasi pribadi sasaran penyuluhan dalam melakukan suatu perubahan. Berikutnya, adanya ketakutan atau trauma di masa lampau yang berupa ketidakpercayaan pada pihak lain karena pengalaman ketidak berhasilan atau kegagalan, kekurang siapan dalam melakukan perubahan karena keterbatasan


(26)

pengetahuan, keterampilan dana, saran, dan pengalaman serta adanya perasaan puas dengan kondisi yang dirasakan sekarang tanpa harus melakukan perubahan.

2. Keadaan Lingkungan Fisik

Yang dimaksud lingkungan fisik dalam hal ini adalah lingkungan yang berpengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung dalam keberhasilan penyuluhan.

3. Keadaan Sosial dan Budaya Masyarakat

Sebagai pola perilaku sudah sewajarnya apabila kondisi sosial budaya di masyarakat akan mempengaruhi efektivitas penyuluhan karena kondisi sosial budaya merupakan suatu pola perilaku yang dipelajari, dipegang teguh oleh setiap warga masyarakat dan diteruskan secara turun-temurun dan akan sangat sulit merubah perilaku masyarakat jika sudah berbenturan dengan keadaan sosial budaya masyarakat.

4. Keadaan dan Macam Aktivitas

Kelembagaan yang tersedia dan Menunjang Kegiatan Penyuluhan.Ada tidaknya peran serta terkait dalam proses penyuluhan akan menentukan efektivitas penyuluhan. Dalam hal ini lembaga berfungsi sebagai pembuat keputusan yang akan ditetapkan sehingga harus dilaksanakan oleh masyarakat. Berdasarkan penelitian Rajagukguk T (2007) tentang pengaruh penyuluhan konsumsi sayur dan buah terhadap perilaku ibu rumah tangga di Kelurahan Padang Bulan, mengatakan bahwa terdapat perbedaan pengetahuan responden dan sikap responden tentang konsumsi sayur


(27)

dan buah sebelum diberikan penyuluhan dan setelah diberikan penyuluhan. Dimana pemberian penyuluhan tentang konsumsi sayur dan buah ternyata mampu mempengaruhi peningkatan pengetahuan responden mengenai sayur dan buah dan responden mempunyai sikap yang positif setelah mendapat penyuluhan.

B. Media

1. Pengertian Media

Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itu melalui media cetak, elektronika, dan media luar ruang, sehingga sasaran dapat meningkatkan pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat merubah perilakunya ke arah positif terhadap kesehatan (Notoatmodjo, 2007). Menurut Suhardjo (2007), media sebagai sarana belajar mengandung pesan atau gagasan sebagai perantara untuk menunjang proses belajar atau penyuluhan tertentu yang telah direncanakan. Notoadmodjo (2007), mengelompokkan media berdasarkan jenisnya, yaitu :

1. Media auditif, yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja seperti tape recorder.

2. Media visual leaflet, yaitu media yang hanya mengandalkan indra penglihatan dalam wujud visual.

3. Media audiovisual, yaitu media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, dan media ini dibagi ke dalam dua jenis, yaitu : Audiovisual diam, yang menampilkan suara dan visual diam, seperti film sound slide, Audiovisual


(28)

gerak, yaitu media yang dapat menampilkan suara dan gambar yang bergerak, seperti film, video casset dan VCD.

Menurut Notoatmodjo (2007), berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan-pesan kesehatan, media dibagi menjadi 3 yaitu media cetak, seperti booklet, leaflet, flyer, flip chart, rubrik/tulisan-tulisan poster, foto. Media elektronik, seperti televisi, radio, video compact disc, slide, film strip, serta media papan (bill board), yang mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada kendaraan umum.

a. Media Leaflet dan Poster

Poster adalah lembaran kertas yang besar, sering berukuran 60 cm lebar dan 90 cm tinggi dengan kata-kata dan gambar atau simbol untuk penyampaian suatu pesan. Poster biasa dipakai secara luas oleh perusahaan dagang untuk mengiklankan produknya serta memperkuat pesan yang telah disampaikan melalui media massa lain (Notoadmodjo, 2007). Sedangkan menurut Sadiman (2007), poster tidak saja penting untuk menyampaikan kesan-kesan tertentu tapi dia mampu pula untuk mempengaruhi dan memotivasi tingkah laku orang yang melihatnya.

Secara umum poster yang baik hendaklah sederhana, dapat menyajikan satu ide untuk mencapai satu tujuan pokok, bewarna dan tulisannya jelas. Selain itu, slogan pada poster harus ringkas dan jitu, motif yang digunakan juga bervariasi.

1. Tujuan Poster

Menurut Maulana (2007), poster dapat dipakai secara efektif untuk tiga tujuan, yaitu untuk memberi informasi dan nasihat, memberikian arah dan petunjuk, serta mengumumkan peristiwa dan program penting.


(29)

2. Kelebihan dan Kelemahan Poster

Menurut Notoadmodjo (2007), kelebihan poster antara lain dapat meningkatkan kesadaran terhadap kesehatan dan merangsanmg kepercayaan, sikap dan perilaku. Poster dapat menyampaikan informasi, mengarahkan orang melihar sumber lain (alamat, nomor telepon, mengambil leaflet). Poster juga dapat dibuat dirumah dengan murah. Poster memiliki kelemahan karena penggunaannya untuk audiens terbatas (kecuali poster komersil besar), mudah rusak, dan diacuhkan, materi berkualitas tinggi memerlukan ahli grafis dan peralatan cetak yang baik, dan ini sangat mahal. Selain itu, biasanya poster di beli dengan biaya relatif mahal. Uji coba dengan kelompok pengguna sangat disarankan. Menurut Notoatmodjo (2007), kelebihan poster dari media yang lainnya adalah tahan lama, mencakup banyak orang, biaya tidak tinggi, tidak perlu listrik, dapat dibawa keman-kemana, dapat mengungkit rasa keindahan, mempermudah pemahaman dan meningkatkan gairah belajar. Kelemahannya adalah media ini tidak dapat menstimulir efek suara dan efek gerak dan mudah terlipat.

3. Besar Kelompok

Kelompok sasaran dapat besar atau kecil. Dapat juga seluruh masyarakat. Kadang-kadang anda mungkin juga ingin menggunakan poster untuk perorangan. Anda mungkin memberikan konsultasi kepada seseorang di klinik, di sekolah, atau dikantor (Notoadmojo, 2007).

4. Isi Poster

Sejumlah aturan harus diikuti untuk pembuatan poster seperti semua kata yang digunakan harus dalam bahasa setempat. Kata-kata harus


(30)

sedikit dan sederhana, penggunaan simbol juga harus dapat dimengerti oleh orang yang buta huruf. Isi poster hanya menempatkan satu gagasan pada poster karena terlalu banyak gagasan akan membuat semberaut dan membingungkan. Poster harus cukup besar agar dapat dilihat jelas. Apabial poster digunakan untuk satu kelompok, pastikan bahwa orang dibelakang dapat melihatnya dengan jelas (Notoadmojo, 2007).

5. Syarat Penempatan Poster

Adapun syarat penempatan poster antaralain menurut Notoadmojo (2007), yaitu poster dipajang di tempat yang diperkirakan akan banyak dilalui orang (daerah pasar, ruang pertemuan), meminta izin sebelum memasang poster dirumah atau bangunan. Beberapa tempat, gedung, batuan, atau pohon dapat merupakan tempat yang khusus tau mempunyai nilai tertentu. Oleh karen itu, janagn menaruh poster di tempat demikian karen membuat penduduk marah sehingga mereka tidak mau belajar. Selain itu, jangan membiarkan poster lebih dari sebulan sehingga orang akan menjadi bosan.

b. Media Leaflet

Leaflet adalah bentuk penyampaian informasi atau pesan kesehatan melalui lembar yang dilipat (Notoatmodjo, 2007).

1. Kegunaan dan Keunggulan Leaflet

Menurut Maulana (2007) kegunaan dan keunggulan dari leaflet adalah sederhana dan sangat murah klien dapat menyesuaikan dan belajar mandiri, pengguna dapat melihat isinya pada saat santai, informasi dapat dibagikan dengan keluarga dan teman. Leaflet juga dapat memberikan


(31)

detil misalnya statistik yang tidak mungkin disampaikan lisan. Klien dan pengajar dapat memberikan informasi yang rumit.

2. Keterbatasan Leaflet

Menurut Maulana (2007) leaflet profesional sangat mahal, materi yang diproduksi masal dirancang untuk sasaran pada umumnya dan tidak cocok untuk setiap orang serta terdapat materi komersial berisi iklan. Leaflet juga tidak ntahan lama dan mudah hilang, dapat menjadi kertas percuma kecuali pengajar secara aktif. Uji coba dengan sasaran sangat perbolehkan.

c. Poster dan Leaflet dalam Perubahan Perilaku

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk tindakan seseorang karena dari pengalaman dengan penelitian yang ada. Ternyata perilaku yang didasari pengetahuan akan bertahan lama daripada tidak didasari oleh pengetahuan. Jadi, sebelum seseorang berperilaku baru dia sudah tahu arti dan manfaat perilaku. Salah satu strategis dalam perubahan perilaku adalah pemberian informasi. Dengan memberikan informasi tentang cara hidup sehat, cara pemeliharaan kesehatan, cara menghindari penyakit, dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hal tersebut. Pengetahuan itu selanjutnya akan menimbilkan kesadaran, dan akhirnya akan menyebabkan orang berperilaku sesuai dengan pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).

Penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2008) tentang poster sebagai promosi kesehatan terhadapa perilaku hidup dalam pemberian MP-ASI (Makanan Pendamping ASI) kepada baduta menyimpulkan bahwa


(32)

pemasangan poster di posyandu juga mempengaruhi perilaku ibu memiliki anak usia 2 tahun. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan Rahmawati (2006) tentang efektivitas leaflet diabetes melitus (DM) modifikasi terhadap pengendalian kadar gula darah penderita DM tipe 2 menyimpulkan bahwa penggunaan leaflet dapat meningkat pengetahuan penderita DM tipe 2 yang sebelumnya memiliki pengetahuan rendah. Penelitian yang dilakukan Pujiadi (1979) tentang pengaruh media visual gambar terhadap peningkatan status gizi anak balita menyimpulkan bahwa metoda visual kartu bergambar ternyata dapat meningkatkan pengetahuan gizi para ibu yang mempunyai latar belakang pendidikan yang berbeda-beda.

Media promosi kesehatan yang baik adalah media yang mampu memberikan informasi atau pesan-pesan kesehatan yang sesuai dengan tingkat penerimaan sasaran sehingga sasaran mau dan mampu untuk mengubah perilaku sesuai dengan pesan-pesan yang disampaikan. Promosi Kesehatan di sekolah merupakan langkah yang startegis dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat, khususnya dalam mengembangkan perilaku hidup sehat (Notoatmodjo, 2007).

d. Proses Adopsi Perilaku

Dari pengalaman dan penelitian terbukti yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baik), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yakni : kesadaran, interes, evaluasi, percobaan, dan adopsi. Namun demikian dalam penelitian lanjutan Rogers (1983), telah menemukan


(33)

model baru dalam memperbaiki penelitiannya proses perubahan perilaku terdahulu dengan teori yang dikenal “Deffusion of Innovation” meliputi : 1. Knowledge (Pengetahuan) terjadi biloa individu (ataupun suatu unit

perbuatan keputusan lainnya) di ekspos terhadap eksitensi inovasi dan memperoleh pemahamannya.

2. Persuasion (Persuasi) terjadi bila suatu individu (ataupun suatu unit keputusan lainnya) suatu sikap mendukung atau tidak mendukung terhadap inovasi.

3. Decision (keputusan)terjadi bila individu (atau unit pembuat keputusan lainnya) terlibat dalam berbagai aktivitas yang mengarah kepada pilihan untuk menerapkan dan menolak inovasi.

4. Implementation (implementasi)terjadi bila individu(atau unit keputusan lainnya) menggunakan inovasi

5. Confirmation (konfirmasi) terjadi bila individu (atau unit keputusan lainnya) mencari dukungan atas inovasi yang sudah dibuat, akan tetapi ia sendiri mungkin mencanangkan keputusan sebelumnya jika diarahkan terhadap pesan-pesan yang menimbulkan konflik tentang inovasi tersebut. Apabila penerimaan perilaku baru dan adopsi perilaku melalui proses seperti ini, dimana didasari pengetahuan, kesadaqran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku ini tidak didasari oleh pengetahuan lama (soekidjo, 2007)


(34)

C. Pengetahuan

1. Defenisi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007), Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu indra penglihatan, Pendengaran , penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

2. Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan yang dicapai di dalam domain kognitif mempunyai 5 tingkatan yakni :

a. Tahu, diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali atau recall terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat yang paling rendah. Kata kerja bahwa untuk mengukur orang tahu tentang apa yang telah dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya.

b. Comprehention (memahami), diartikan sebagai sesuatu untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, memperkirakan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.


(35)

c. Aplikasi, diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real atau sebenarnya. Aplikasi ini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis, adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis tersebut dapat dilihat dari penggunaan kata kerja. e. Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam bentuk suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang ada. Dan evaluasi, berkaitan dengan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria tersendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Notoadmodjo, 2007). Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penilaian atau responden. Kedalaman pengetahuan orang tua yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas.

D. Sikap

1. Defenisi Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulasi atau objek. Dari pengertian tersebut dapat


(36)

disimpulkan manifestasi sikap itu tidak dapat dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahuliu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb dalam Soekidjo (2007), salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap merupakan kesiapan untuk beraksi terhadap objek dilingkungan tertentu sebagai penghayatan terhadap objek.

Ciri-ciri sikap adalah sebagai berikut :

a) Sikap seseorang tidak dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan orang tersebut.

b) Sikap tidak berdiri sendiri melainkan senantiasa mengandung relasi terhadap suatu objek. Dengan kata lain sikap terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.

c) Sikap dapat berubah-ubah oleh karena itu dipelajari olh sebagian orang tua sebaliknya

d) Objek sikap dapat merupakan satu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut. Jadi sikap dapat berkenaan dengan satu objek saja tetapi juga berkenaan dengan sederetan objek-objek yang serupa.


(37)

e) Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan. Sifat inilah yang membedakan sikap dengan kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki seseorang (Soekidjo, 2007).

2. Komponen Pokok Sikap

Dalam bagian lain Allport (1945) yang dikutip oleh Nurasiyah (2007), menjelaskan bahwa sikap itun mempunyai 3 komponen pokok yakni : kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek , kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek ; kecenderungan untuyk bertindak (trend to behave). Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting (Soekidjo, 2007). Selanjutnya ciri-ciri sikap menurut WHO adalah : a) Sikap akan terwujud didalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat

itu

b) Sikap akan ikut atau tidak diikuti oleh tindakan yang mengacu pada pengalaman orang lain.

c) Sikap akan diikutio atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasarkan pada banyak atau sedikitnya pada pengalaman seseorang.

d) Didalam suatu masyarakat apapun selalu berlaku nilai-nilai yang menjadi pegangan setiap orang dalam menyelenggarakan hidup bermasyarakat 3. Berbagai Tingkatan Sikap

Serbagai halnya dengan pengetahuan sikap ini terdiri berbagai tingkatan yakni:

a) Menerima (receiving), diartikan bahwa orang atau subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek.


(38)

b) Merespon (responding), memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap ini, karena dengan suatu usaha untuk menjawab suatu pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan terlepas pekerjaan itu benar atau salah adalah bahwa orang menerima ide tersebut,.

c) Menghargai (valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat ini. d) Bertanggung jawab (responsible), bertanggung jawab atas segala sesuatu

yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi dalam tingkatan sikap (Soekidjo, 2007). Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek.

4. Perubahan Sikap

Theory of Reasoned Action (TRA) pertama kali diperkenalkan pada tahun 1967 untuk melihat hubungan keyakinan , sikap, niat dan perilaku. Fishbein, 1967 mengembangkan TRA ini dengan sebuah usaha untuk melihat perubahan hubungan sikap dan perilaku (Maulana, 2007). Faktor yang paling penting dalam seseorang berperilaku adalah adanya niat. Niat akan ditentukan oleh sikap seseorang. Kemudian sikap ditentukan oleh keyakinan seseorang akibat dari tindakan yang akan dilakukan. Diukur dengan evaluasi terhadap masing-masinhg akibat. Jadi, seseorang yang emmiliki keyakinan yang kuat akan akibat dari tindakan yang akan dilakukan secara positif akan menghasilkan sikap yang positif pula. Sebaliknya jika seseorang tidak yakin akibat dari perilaku yang dilakukan dengan positif akan menghasilkan sikap


(39)

yang negatif (Maulana, 2007). Niat seseorang untuk berperilaku juga dapat dipengaruhi oleh norma individu dan motivasi untuk mengikuti. Norma individu dapat dipengaruhi oleh norma-norma atau kepercayaan masyarakat. E. Pengertian Gizi dan Status Gizi

1. Defenisi Gizi

Gizi berasal dari bahasa Arab “gidza”yang berarti makanan. Gizi Balita merupakan komposisi makanan yang dibutuhkan dan berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan yang menentukan kualitas hidup anak dalam pertumbuhan selanjutnya (Kusumawati, 2011). Apabila kebutuhan gizi tersebut tidak terpenuhi maka akan menimbulkan dampak yang negative, salah satunya adalah gizi buruk. Gizi buruk mempunyai beberapa pendapat tentang defenisinya, diantaranya Depkes RI mendefenisikan gizi buruk adalah keadaan kekurangan energi dan protein tingkat berat akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit dalam waktu lama. Itu ditandai dengan status gizi yang sangat kurus (menurut BB terhadap TB) dan atau hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus, kwashiorkor atau marasmus kwashiorkor (Depkes RI, 2006). Menurut WHO gizi buruk adalah bentuk terparah atau akut dari proses terjadinya kekurangan gizi anak balita atau kurang gizi yang dapat diketahui dari pertambahan berat badannya tiap bulan sampai usia minimal 2 tahun(Atikah, Kusuma Wati, 2011).

2. Status Gizi

Menurut Atikah (2011), status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat atau kondisi yang dapat diukur. Indikator status gizi salah satunya adalah ukuran tubuh


(40)

(antropometri) merupakan refleksi dari pengarah faktor genetik dan lingkungan. Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari natriture dalam bentuk variabel tertentu. Dimasyarakat cara pengukuran status gizi yang paling sering digunakan adalah antropometri gizi. Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting, pada masa bayi-balita berat badan dapat dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizinya (Atikah,Kusuma Wati, 2011). Kesesuaian komposisi dan nilai gizi makanan berperan dalam menentukan kualitas hidup anak. Kemunduran dan keterbelakangan serta rendahnya daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit dapat dijadikan cermin seberapa jauh makanan anak dapat diperhatikan oleh orang tua mereka. Dalam menilai status gizi dapat dilakukan dengan 4 cara yaitu (Atikah,Kusuma Wati, 2011):

1. Secara antropometri yaitu dengan mengukur berat badan, tinggi badan, atau mengukur bagian tubuh tertentu seperti lingkar lengan atas, lingkar kepala, tabnel, lapisan lemak dan lain-lain.

2. Secara klinis yaitu dengan pemeriksaan jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut, mukosa oral, dan lain-lain.

3. Secara biokimia yaitu dengan pemeriksaan darah, urin, tinja dan beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.

4. Secara biofisik yaitu dengan melihat kemempuan fungsi (Khususnya jaringan) dan melihat perubahan status jaringan

a. Penilaian Status Gizi Secara Antropometri

Antropometri gizi adalah berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.


(41)

Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi. Kombinasi antara beberapa parameter disebut indeks antropometri. Indeks antropometri yang umum digunakan dalam menilai status gizi adalah berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) atau panjang badan menurut umur ( PB/U) dan berat badan menurut umur BB/U. Indeks ini menggambarkan status gizi seseorang saat ini.

1. Berat Badan Menurut Umur (BB/U)

Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil, oleh karena itu indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini, dengan pedoman yang dikenal star baku dalam KMS (kartu menuju sehat) dimana :

a. Kelebihan indeks BB/U : Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum, Baik untuk mengukur status gizi saat akut dan kronis, Sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil, Dapat mendeteksim kegemukan

b. Kelemahan indeks BB/U: Dapat mengakibatkan intepretasi status gizi yang keliru bila terdapat edema maupun ascites, Memerlukan data umur yang akurat, terutama anak untuk dibawah umur lima tahun, Sering terjadi kesaloahan dalam pengukuran seperti pengaruh pakaian atau gerakan pada anak saat penimbangan.,


(42)

Sering mengalami hambatan karena masalah sosial budaya setempat. Dalam hal ini orangtua tidak mau menimbangkan anaknya karena dianggap seperti barang dagangan.

2. Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)

Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan nampak dalam waktu yang relatif lama. Untuk balita digunakan istilah Panjang Badan menurut Umur (PB/U).

a. Keuntungan Indeks TB/U : Baik untuk menilai status gizi masa lampau, Ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah dan mudah di bawa.

b. Kelemahan Indeks TB/U: Tinggi badan tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin menurun, Pengukuran rerlatif sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak, sehingga diperlukan 2 orang untuk melaksanakannya.

Untuk menilai status gizi seseorang atau masyarakat digunakan daftar baku antropometri. Saat ini dikenal dua baku antropometri untuk menilai status gizi yaitu baku Harvard dan baku WHO-NCHS (World Health Organization-National Center for Health and Statistic). Salah satu sasaran yang dianjurkan pada semiloka antropometri di Cilito Februari 1991 dalah penggunaan secara seragam di Indonesia baku rujukan pertumbuhan perorangan maupun masyarakat. Penilaian


(43)

status gizi berdasrkan BB/U dan PB/U dapat dihitung dengan menggunakn Z-Score atau Standart Deviasi (SD). Penilaian status gizi berdasarkan panjang badan terhadap umur (PB/U) menurut klasifikasi WHO yang dikutip Atikah (2011), dibagi menjadi tiga kategori antara lain : tinggi normal dan pendek.

F. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Menurut Jeliffe yang dikutip oleh Rukiyah (2010), pertumbuhan adalah peningkatan secara bertahap dari tubuh, organ dan jaringan dari masa konsepsi sampai dengan remaja. Pertumbuhan berarti bertambah besar dalam arti fisik akibat membesarnya sel-sel tubuh manusia. Sedangkan perkembangan berarti pertambahan keterampilan dan fungsi kompleks dari seseorang akibat bertambahnya jumlah sel. Pertumbuhan dan perkembangan pada prakteknya saling berkaitan, sehingga sulit untuk mengadakan pemisahan. Sejak masa bayi sampai dewasa terjadi pertumbuhan dan perkembangan dari segi jasmaniah, mental dan intelektual.

Perkembangan kecerdasan manusia sejalan dengan pertumbuhan jaringan otaknya, berbeda dengan pertumbuhan bagian otak yang lain. Pertumbuhan otak berlangsung cepat dalam waktu yang relatif singkat. Waktu lahir, otak bayi telah mencapai 25% berat otak orang dewasa dan pada usia 12 bulan mencapai 70%. Sedangkan pertumbuhan bagian tubuh yang lain hanya mencapai 5% pada waktu lahir dan bru 50% pada waktu umur 10 tahun. Jadi masa kritis tersebut anak menderita kuarang gizi, maka pertumbuhan otak menjadi terhambat dan tidak dikejar untuk memperbaikinya di kemudian hari (Alimul Hidayat, 2010).


(44)

1. Pola Asuh Terhadap Anak

Pengasuhan brasal dari kata asuh (to rear) yang mempunyai makna menjaga, merawat dan mendidik anak yang masih kecil serta membimbing menuju pertumbuhan ke arah kedewasaan dengan memberikan pendidikan, makanan,dan sebagainya terhadap mereka yang di asuh Sunarti (1989), yang kutip oleh Nurasiyah (2007). Sedangkan menurut Engle (1997) pola asuh adalah kemampuan keluarga dan masyarakat untuk menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental, sosial dari seorang anak yang sedang tumbuh dan anggota keluarga lainnya (Alimul Hidayat, 2011).

Pengasuhan juga menyangkut aspek manajerial, berkaitan dengan kemampuan merencanakan, melaksanakan, serta mengontrol atau mengevaluasi semua hal yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Kemampuan orang tua dalam mengevaluasi bisa ditunjukkan dari kemampuan mengantisipasi hal-hal atau kondisi yang dapat mengganggu optimalisasi pertumbuhan dan perkembangan anak (Sunarti, 2004) yang dikutip oleh Nurasiyah (2007).

2. Peranan Orangtua Terhadap Anak

Orangtua adalah ibu dan ayah dari penderita anak gizi buruk. Peranan orangtua baik ibu maupun ayah merupakan kunci di dalam menjaga, merawat dan mendidik anak yang berkualiatas sehingga mencapai sukses. Oleh sebab itu di dalam pertumbuhan anak, perhatian orangtua adalah hal yang tidak bias dipungkiri. Orangtua berkewajiban menjaga anaknya dari barbagai serangan penyakit, member makanan yang cukup dan memenuhi


(45)

gizi sesuai dengan pertumbuhannya. Seorang ayah berperan sebagai pengayom dalam rumah tangga dimana anak akan merasa terlindungi di dalam proses hidup kesehariannya. Sedangkan seorang ibu, berperan untuk merawat anak-anak dirumah dari dalam kandungan hingga mencapai usia dewasa, kemudian memperhatikan pola makan anak, gizi anak, pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan usianya. Selain itu peranan nenek, bibi dan pembantu rumah tangga dalam mengasuh anak-anak juga sangat diperhitungkan di saat orangtua tidak bersama anak. Namun peranan mereka tidak sebanding dengan peranan orangtua dalam mengasuh anak (www.polaasuh.com)

3. Praktek Pemberian Makanan Anak

Makanan memegang peranan penting dalam tumbuuh kembang anak, karena anak sedang tumbuh sehingga kebutuhannya berbeda dengan orang dewasa. Kekurangan makanan yang bergizi akan menyebabkan retardasi (perlambatan pembaharuan) pertumbuhan anak (Marimbi, 2010). Upaya untuk memberikan makanan pada anak dengan cara yang baik, tidak memaksa, walaupun anak dalam keadaan keadaan menangis, menolak atau sulit makan akan memberikan dampak positif terhadap keadaan gizi. Anak-anak yang selalu diupayakan untuk mendapatkan makanan walaupun menangis, dan menolak makanan, keadaan gizinyalebih baik dibandingkan dengan mereka yang tidak diperhatikan atau didiamkan saja (Atikah, 2009). 4. Food Habit (Kebiasaan Makan)

Pola makan adalah cara seseorang atau sekelompok orang (keluarga) memilih makanan sebagai tanggapan terhadap pengaruh fisiologiis, psiikologis, kebudayaan dan sosial (Suhardjo, 1989). Sikap orang terhadap


(46)

makanan dapat bersifat positif, negatif bersumber pada nilai-nilai efektif yang berasal dari lingkungan (alam, budaya, sosial, ekonomi dimana manusia atau kelompok manusia itu tumbuh (Rukiyah, 2010). Setiap manusia membutuhkan makanan untuk mempertahankan hidupnya. Sikap manusia terhadap makanan banyak dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman dan respon-respon yang diperlihatkan oleh orang lain terhadap makanan sejak masa kanak-kanak.

a. Tinjauan Kurang Energi Protein (KEP)

KEP adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehinggga tidak memenuhi angka kecukupan gizi/AKG (Depkes, 2000) dan Marimbi (2009).

b. Klasifikasi KEP

Untuk tingkat Puskesmas, penentuan kurang energi pprotein (KEP) yang dilakukan dengan menimbang berat badan anak dibandingkan dengan umur dengan menggunakan KMS dan tabel berat badan menurut umur (BB/U) baku median WHO. Klasifikasi kurang energi protein (KEP) (Depkes, 2000) dan Atikah (2011) :

a. Kurang energi protein (KEP) ringan bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak pita kuning

b. Kurang energi protein (KEP) sedang bila hasil penimbangan BB/U <60% baku median, sehingga untuk menentukan KEP berat/gizi buruk digunakan tabel BB/U baku median WHO-NCHS.


(47)

c. Gejala Klinis Balita KEP Berat/ Gizi Buruk

Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang ditemukan hanya anak tampak kurus. Gejala KEP berat / gizi buruk secara garis besar dapat dibedakan sebagai marasmus, kwashiorkor, atau marasmic-kwashiorkor. Tanpa mengukur/ melihat BB bila disertai edema yang bukan karena penyakit lain adalah kurang energy protein (KEP)/ gizi buruk tipe kwashiorkor.

a. Kwashiorkor : Edema, kedua punggung kaki bengkak, Wajah membulat dan sembab, Pandangan mata sayu (Apathis), Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung mudah dicabut tanpa rasa sakit, rontok, Cengeng dan rewel, Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman di tungkai atau di pantat, Sering disertai penyakit infeksi, umumnya akut, anemia dan diare.

b. Marasmus : Tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit, Wajah seperti orangtua, Cengeng dan rewel, Rambut tipis, jarang dan kusam, Pantat kendur dan keriput, Perut cekung

c. Marasmus – Kwashiorkor adalah penyakit yang memperlihatkan gejala klinis campuran antara marsmus dan kwashiorkor (Depkes RI, 2006)

d. Gejala klinis yang umum adalah tumbuh kembang, di samping itu terdapat satu atau lebih gejala kwashiorkor seperti edema, dermatitis, mental hipertropi otot jaringan lemakk subkutan berkurang, kerdil dan anemia (Atikah, 2011)


(48)

G. Landasan Teori

Keadaan gizi buruk masyarakat di Indonesia saat ini masih memprihatinkan, walaupun berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasinya. Untuk mengatasi gizi buruk tersebut, maka diperlukan promosi kesehatan, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap dalam upaya pencegahan gizi buruk. Promosi kesehatan sebaiknya menggunakan metode yang sesuai dengan kelompok sasaran, sehingga tujuan promosi kesehatan tercapai. Teori difusi inovasi yang dikemukakan oleh Roggers (1973), merupakan suatu landasan yang menekankan pada sumber media yang bertujuan untuk mengubah perilaku melalui penyebaran informasi dan upaya mempengaruhi motivasi dan sikap.


(49)

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL A.Kerangka Konseptual

Kerangka Konsep Penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya atau antara variabel yang satu dengan variabel lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoadmodjo, 2010). Kerangka konsep dalam penelitian ini akan menjabarkan tentang efektifitas metode penyuluhan dan media leaflet tentang pengetahuan dan sikap ibu balita tentang gizi buruk yang diberikan sekaligus yang meliputi pengertian gizi, tujuan pemenuhan kebutuhan gizi pada balita, dampak apabila gizi balita tidak terpenuhi, pola pemberian yang meliputi jenis makanan yang diberikan, frekuensi, dan porsinya. Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat pada skema berikut ini :

Skema 1 Kerangka Konsep Penelitian tentang Efektifitas Penyuluhandan Media Leaflet Terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita tentang Gizi Balita di Dusun VII Desa Bangun Rejo Kec. Tanjung Morawa

Variabel Independent

Pre test / sebelum intervensi Post Test / setelah intervensi

Variabel Dependent

Intervensi Metode Penyuluhan

Media Leaflet

Pengetahuan dan sikap ibu tentang gizi buruk setelah diberi intervensi tetang gizi balita yang meliputi pengertian, tujuan, dampak, dan pola pemberian makanan

Pengetahuan dan sikap ibu tentang gizi buruk sebelum diberi intervensi tentang gizi balita yang meliputi pengertian, tujuan, dampak, dan pola pemberian makanan


(50)

B.Hipotesa Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari suatu penelitian yang kebenarannya masih dangkal dan perlu diuji (Setiadi, 2007). Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :

 Ada perubahan pengetahuan dan sikap ibu yang memiliki balita tentang gizi balita sebelum dan sesudah penyuluhan dengan metode ceramah dan media leaflet.

C.Defenisi Operasional

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variable independen dan dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah penyuluhan dan media leaflet dan variabel dependen adalah pengetahuan dan sikap ibu balita tentang gizi balita. Defenisi operasional dalam penelitian ini adalah Penyuluhan yaitu penyampaian informasi kepada sekelompok orang tertentu tentang gizi balita yang ditempatkan dalam satu ruangan secara bersamaan dengan memberikan penjelasan tentang tentang Gizi Balita di Dusun VII Desa Bangun Rejo Kec. Tanjung Morawa, Media Leaflet yaitu alat bantu dalam menyampaikan pesan kesehatan berupa lembaran kertas yang berisi kata-kata dan gambar atau simbol yang menyampaikan informasi tentang gizi balita, Pengetahuan yaitu segala sesuatu hal yang diketahui oleh ibu balita tentang gizi balita, dan Sikap yaitu reaksi atau respon tentang sesuatu yang dimiliki oleh ibu balita terhadap stimulus atau objek tentang gizi balita. Penilaian pengetahuan dan sikap ibu balita dinilai dengan Kuisioner tentang Gizi Balita dan dijelaskan pada instrument penelitian.


(51)

Tabel 3.1 Variabel dan Defenisi Operasional No Variabel Cara

Ukur

Alat Ukur

Hasil

Pengukuran Kategori Skala 1 Variabel Bebas

yaitu Penyuluhan danMedia Leaflet sebagai Variabel

Terikat

Observasi - Baik / Buruk

- Ordinal

2 Pengetahuan Angket Kuisioner Gizi Balita

Skor > 50% (>= 7) Skor < 50% (<7)

Baik

Buruk

Ordinal

3 Sikap Angket Kuisioner Gizi Balita

Skor > 50% (>= 7) Skor < 50% (<7)

Baik

Buruk


(52)

BAB IV

METODE PENELITIAN A.Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah pre-eksperimental design dengan menggunakan rancangan/desain one group Pretest dan Post-test untuk mengetahui Efektifitas penyuluhan dan media leaflet terhadap pengetahuan dan sikap ibu balita tentang gizi balita di dusun VII Desa Bangun Rejo Kecamatan Tanjung Morawa, dimana rancangan ini tidak menggunakan kelompok perbandingan (Kelompok) tetapi sesudah dilakukan observasi pertama (pretest) yang memungkinkan peneliti dapat menguji perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya perlakuan (Notoatmodjo, 2007). Rancangan ini dapat di gambarkan sebagai berikut :

Pretsest Perlakuan Post-test

O1 = Pretest sebelum diberi penyuluhan dan media leaflet pada ibu balita tentang gizi balita.

O2 = Post-test setelah diberi penyuluhan dan media leaflet pada ibu balita yang sama tentang gizi balita pada hari yang sama

X = Memberikan penyuluhan dan media leaflet pada ibu balita tentang gizi balita pada hari yang sama

B.Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai balita di

O1 X O2


(53)

Dusun VII Desa Bangun Rejo Kecamatan Tanjung Morawa. Berdasarkan survey awal yang peneliti lakukan pada tanggal 22 November 2012 jumlah ibu yang mempunyai balita di disun VII Desa Bangun Rejo Kec. Tanjung Morawa yaitu sebanyak 37 orang dan data yang diperoleh dari petugas kesehatan setempat.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang mewakili populasi.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling yaitu semua populasi digunakan sebagai responden penelitian dengan kriteria inklusi yang hampir sama yaitu ibu yang memiliki balita. Sampel yang ditetapkan sebanyak 37 responden yang merupakan objek sebelum dan sesudah penyuluhan dan media leaflet tentang gizi balita pada hari yang sama.

C.Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan Di Dusun VII Desa Bangun Rejo Kecamatan Tanjung Morawa dengan pertimbangan banyaknya ibu yang mempunyai balita dapat dijumpai dan belum dilakukan penyuluhan tentang gizi balita untuk dijadikan sampel dalam penelitian di Desa tersebut.

D.Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan 16-18 April 2013. E. Etika Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik, yaitu Peneliti memberikan penjelasan kepada responden penelitian tentang tujuan dan prosedur penelitian. Responden yang bersedia dipersilahkan untuk menandatangani informed consent. Tetapi responden yang


(54)

tidak bersedia berhak untuk menolak dan mengundurkan diri. Responden juga berhak mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung, kebebasan dari tindakan yang merugikan atau resiko dan mendapat keadilan tanpa adanya diskriminasi saat responden tidak bersedia atau dikeluarkan dari penelitian. Kerahasian catatan mengenai data responden dijaga dengan cara tidak menuliskan nama responden pada instrumen, tetapi mengunakan inisial. Data-data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner dengan bentuk pertanyaan tertutup yang disusun secara terstruktur. Kuisioner tersebut disusun berdasarkan literatur untuk mengukur perilaku responden pada kelompok intervensi sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Kuisioner penelitian tersebut terdiri dari dua kategori yaitu Kuisioner data demografi dan Kuisioner Gizi Balita. Kuisioner data demografi meliputi umur ibu, pendidikan terakhir, pekerjaan, agama, suku, jumlah anak, jumlah pendapatan keluarga, dan umur anak, berat badan anak, tinggi badan anak. Kuisioner demografi disusun untuk mengidentifikasi karakteristik responden dengan tujuan untuk merandomisasi responden.

Kuisioner gizi balita meliputi kuisioner pengetahun dan kuisioner sikap yang terdiri dari pengertian gizi balita, tujuan pemenuhan gizi pada balita, penyebab, tanda- tanda dan cara penanggulangan gizi balita dengan skala Guttman sebagai acuan dalam penilaian Kuisioner Gizi Balita, dimana Kuisioner Gizi Balita meliputi 2 aspek yaitu Kuisioner Pengetahuan dan Kuisioner Sikap. Kuisioner pengetahuan terdiri dari 15 pertanyaan yang masing-masing dengan jawaban “Ya”


(55)

dan “Tidak”. Skor untuk jawaban “Ya” adalah 1 dan skor untuk jawaban “Tidak” adalah 0. Total skor untuk pengetahuan adalah 15 dengan skor tertinggi 15 dan skor terendah adalah 0. Kuisioner sikap terdiri dari 15 pertanyaan yang masing-masing dengan jawaban “Ya” dan “Tidak”. Skor untuk jawaban “Ya” adalah 1 dan skor untuk jawaban “Tidak” adalah 0. Total skor untuk sikap adalah 15 dengan skor tertinggi 15 dan skor terendah adalah 0. Kuisioner yang dipakai dalam penelitian ini adalah Kuisioner Gizi Balita dimana penilaian berdasarkan jawaban dari responden dan disesuaikan dengan skor yang didapat oleh masing-masing responden terhadap kuisioner yang diberikan, Selanjutnya dibuat dengan penilaian, yaitu: Kategori Baik apabila total nilai yang diperoleh >= 50% , Kategori Buruk apabila total nilai yang diperoleh < 50% dengan uji pair t-test. Pengetahuan Baik apabila nilai responden >= 50 % ( >= 7) dan Pengetahuan Buruk apabila nilai responden < 50 % (< 7).Sikap Baik apabila nilai responden >= 50% ( >= 7) dan Sikap Buruk apabila nilai responden < 50% (< 7), Kategori ini dapat dikelompokkan dengan menggunakan rumus dalam buku notoadmodjo yaitu .

G. Uji Validitas dan Reliabilitas

Agar alat ukur yang dipakai benar-benar mengukur pengetahuan dan sikap ibu serta dapat melakukan fungsi ukurnya secara cermat dan dapat dipercaya maka dilakukan uji kuisioner yaitu uji validitas dan reabilitas.

1. Uji Validitas

Uji Instrument menggunakan Content Validity dengan mengkonsultasikan instrument penelitian pada 1 orang ahli yaitu dr.Sarma N Lumbanraja, Sp.OG (K). Adapun Content Validity Indeks (CVI) yang diperoleh adalah 0,733. Instrumen dikatakan valid apabila nilai r hitung lebih besar dibandingkan


(56)

dengan nilai r tabel pada alfa 0,05 (Arikunto, 2006). Seluruh item ini dibandingkan dengan nilai r tabel yaitu sebesar 0,444. Sehingga r hitung > r tabel sehingga seluruh item dinyatakan valid.

2. Uji Reliabilitas

Uji reabilitas menggunakan Internal Consistensy yaitu dengan cara mengujicobakan instrument kepada 10 orang responden di Desa Bangun Rejo yang memiliki karakteristik yang sama dengan responden subjek penelitian. Kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan system komputerisasi dan diperoleh nilai Cronbach’s Alpha 0,954.

H. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data yang dilakukan adalah :mengajukan surat permohonan izin penelitian pada institusi pendidikan Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, dan mengajukan surat permohonan izin melaksanakan penelitian di Dusun VII Desa Bangun Rejo Kec. Tanjung Morawa tanggal 12 Maret 2013. Setelah mendapat izin, peneliti melaksanakan pengumpulan data pada ibu yang memiliki balita sesuai kriteria penelitian tgl 15-17 maret 2013. Peneliti menemui responden di tempat penelitian, dengan cara peneliti meninggalkan nomor handphone dan menyimpan nomor handphone untuk memperlancar proses pengumpulan data. Saat peneliti bertemu dengan responden, peneliti menjelaskan kepada responden tentang tujuan dan manfaat penelitian. Pada tanggal 16-18 April 2013 Peneliti meminta persetujuan responden untuk menjadi responden dengan menandatangani informed consent. Setelah responden bersedia, peneliti kemudian mengisi lembar kuisioner data demografi yaitu nama (inisial), umur, paritas, dan pendidikan responden melalui wawancara. Lalu, peneliti


(57)

menjelaskan prosedur metode yang dilakukan oleh peneliti atau tenaga medis yang ada di dalam ruangan. Untuk ibu balita sebelum diberi penyuluhan dan media leaflet tentang gizi balita seluruh responden diberi arahan tentang cara kegiatan, kemudian dilanjutkan dengan pretest dengan menggunakan kuesioner tanpa diberi penyuluhan dengan metode ceramah dan media leaflet. Selanjutnya, Pada hari yang sama diberi penyuluhan dengan metode ceramah dan media leaflet pada ibu balita yang sama dan dilakukan post-test dengan menggunakan kuesioner untuk melihat mana yang lebih baik pengetahuan dan sikap ibu balita tentang gizi balita sebelum dan sesudah diberi penyuluhan. Pada pelaksanaan penelitian, peneliti mendampingi responden dalam pengisian kuisioner tentang gizi balita. Setelah data terkumpul lalu dilakukan pengolahan data dengan bantuan program komputerisasi yaitu SPSS dengan uji statistik uji pair t-test untuk mengukur pengetahuan dan sikap ibu balita sebelum dan sesudah diberi penyuluhan dan diperoleh perbedaan sebelum dengan sesudah pada pengetahuan dan sikap ibu balita tentang gizi balita.

I. Rencana Pengolahan dan Analisis Data 1. Pengolahan Data

Sebelum data dianalisis, terlebih dahulu peneliti melakukan pengolahan data yaitu dengan beberapa langkah sebagai berikut:

a. Editing yaitu meneliti kembali data-data yang sudah terkumpul untuk diketahui apakah data tersebut layak diolah atau tidak.

b. Coding yaitu memberikan tanda agar memudahkan dalam pengolahan data. Pada penelitian ini koding dilakukan untuk memberian pengkodean pada kuesioner.


(58)

c. Scoring yaitu memberikan nilai pada jawaban pertanyaan yang berupa angka. Pada penelitian ini untuk skore jawaban Ya adalah 2 dan skor jawaban Tidak adalah 1.

d. Tabulating yaitu data yang sudah dilakukan scoring kemudian disusun dalam tabel untuk memudahkan analisa data

2. Analisis Data

Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan program komputerisasi yang meliputi data univariat dan bivariat. Deskriptif statistik yang digunakan untuk menganalisa data pengetahuan dan sikap ibu balita. Sedangkan untuk menilai efektifitas penyuluhan terhadap pengetahuan dan sikap ibu balita tentang gizi balita menggunakan pair t-test (dependent t-test) untuk melihat perbedaan pengetahuan dan sikap ibu balita sebelum dan sesudah pemberian

penyuluhan dan medialeaflet tentang gizi balita dengan tingkat kemaknaan (α)

0,05 (95%), kemudian diinterpretasikan untuk menjawab tujuan penelitian sebagai kesimpulan penelitian.


(59)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN A.HASIL PENELITIAN

1. Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.1 dari 37 orang ibu yang berada di Dusun VII Desa Bangun Rejo Kec. Tanjung Morawa menunjukkan bahwa responden sebagian besar berusia antara 25-35 tahun, pendidikan terakhir sebagian besar adalah SMA dan pekerjaan responden seluruhnya adalah ibu rumah tangga. Seluruh responden beragama Islam, dan seluruhnya menganut suku jawa. Adapun jumlah anak dari responden sebagian besar mempunyai anak berjumlah 3 atau lebih. Umur balita sebagian besar berusia 1-12 bulan dengan berat badan dominan < 10 kg

Tabel 5.1

Distribusi frekuensi karakteristik responden di Dusun VII Desa Bangun Rejo Kec. Tanjung Morawa Tahun 2013.

Karakteristik Responden Frekuensi

Umur Ibu < 25 tahun 25-35 tahun > 35 tahun

3 25 9 Pendidikan SD SMP SMA PT 1 7 29 0 Pekerjaan

Ibu rumah tangga Wiraswasta Pegawai Swasta PNS 37 0 0 0


(60)

Karakteristik Responden Frekuensi Agama

Islam 37

Suku Batak Jawa Melayu/minang 0 37 0 Jumlah anak Satu Dua

Tiga atau lebih

4 15 18 Berat Badan 4-10 kg 11-16 kg 24 13 Umur balita 1-12 bulan 13-24 bulan 3-4 tahun 19 4 14

2. Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Gizi Balita a. Pengetahuan saat pretest dan posttest

1. Sebelum penyuluhan (pretest)

Setelah dilakukan uji analisis univariat terhadap jawaban responden sebelum dilakukan penyuluhan, maka dapat diketahui bahwa pengetahuan responden sebanyak (5%) mengetahui sejarah gizi, dan sebanyak (14%) mengetahui tentang tanda-tanda gizi buruk pada balita.


(61)

Tabel 5.2

Distribusi frekuensi pengetahuan sebelum penyuluhan di Dusun VII Desa Bangun Rejo Kec. Tanjung Morawa Tahun 2013

Pengetahuan Ya

% (n)

Tidak % (n) Saya tahu Pengertian Gizi, Gizi Balita dan Gizi

Buruk

43(16) 57(21) Saya tahu dampak gizi balita jika tidak

terpenuhi

54(20) 46(17) Saya tahu penyebab gizi buruk 49(18) 51(19) Kekurangan energi dan protein adalah salah

satu penyebab gizi buruk

57(21) 43(16)

Saya tahu tanda yang timbul apabila balita kurang energy protein

60(22) 40(15)

Wajah bulat, mata sayu, cengeng, kulit keriput, sangat kurus atau oedeme adalah tanda-tanda gizi buruk pada balita

14(5) 86(32)

Gizi Buruk mempengaruhi tumbuh kembang balita

54(20) 46(17) Kematian dapat terjadi pada balita jika

kekurangan gizi

40(15) 60(22) Sayur, Ikan, Buah serta sumber vitamin dan

protein lainnya sangat bermanfaat untuk perkembangan balita

32(12) 68(25)

Gizi balita yang baik dapat meningkatkan kecerdasan,

38(14) 62(23) Saya tahu makanan yang bergizi bagi balita 35(13) 65(24) Kekurangan makanan bergizi membuat

pertumbuhan anak menjadi lambat

32(12) 68(25)

Gizi buruk,keadaan kekurangan energy dan protein akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi

35(13) 65(24)

Gizi dalam bahasa Arab “gidza” berarti makanan

5(2) 95(35) Gizi Balita merupakan makanan yang berperan

penting dalam pertumbuhan dan perkembangan kualitas hidup anak


(62)

2. Setelah Penyuluhan (posttest)

Hasil analisis univariat pada tabel 5.3 menunjukkan bahwa pengetahuan responden sebanyak 100% mengetahui tentang tanda-tanda balita kurang energy protein, dan hal yang mempengaruhi tumbuh kembang balita.

Tabel 5.3

Distribusi frekuensi pengetahuan sesudah penyuluhan di Dusun VII Desa Bangun Rejo Kec. Tanjung Morawa Tahun 2013

Pengetahuan Ya

% (n)

Tidak % (n) Saya tahu Pengertian Gizi, Gizi Balita dan Gizi

Buruk

97 (36) 3 (1) Saya tahu dampak gizi balita jika tidak terpenuhi 95 (35) 5 (2) Saya tahu penyebab gizi buruk 95 (35) 5 (2) Kekurangan energi dan protein adalah salah satu

penyebab gizi buruk

97 (36) 3 (1)

Saya tahu tanda yang timbul apabila balita kurang energy protein

100(37) 0 (0)

Wajah bulat, mata sayu, cengeng, kulit keriput, sangat kurus adalah tanda-tanda gizi buruk pada balita

97 (36) 3 (1)

Gizi Buruk mempengaruhi tumbuh kembang balita 100(37) 0 (0) Kematian dapat terjadi pada balita jika kekurangan

gizi

97 (36) 3 (1) Sayur, Ikan, Buah serta sumber vitamin dan protein

lainnya sangat bermanfaat untuk perkembangan balita

97 (36) 3 (1)

Gizi balita yang baik dapat meningkatkan kecerdasan

97 (36) 3 (1) Saya tahu makanan yang bergizi bagi balita 97 (36) 3 (1) Kekurangan makanan bergizi membuat

pertumbuhan anak menjadi lambat


(63)

Tabel 5.3 (Lanjutan)

Pengetahuan Ya

% (n)

Tidak % (n) Gizi buruk, keadaan kekurangan energy dan protein

akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi

95 (35) 5 (2)

Gizi dalam bahasa Arab “gidza”yang berarti makanan

87 (32) 13 (5) Gizi Balita merupakan makanan yang berperan

penting dalam pertumbuhan dan perkembangan kualitas hidup anak

92 (34) 8 (3)

Adapun rata-rata skor (mean) pengetahuan ibu sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan dapat dilihat pada tabel 5.4 adalah skor pretest 5.81 dengan standar deviasi 1.431 dan rata-rata skor posttest lebih tinggi dari pretest yaitu 14.41 dengan standar deviasi 1.481

Tabel 5.4

Distribusi frekuensi pengetahuan ibu tentang gizi balita pada saat pretest dan posttest

Variabel N F % Mean Std.

deviasi Pengetahuan ibu sebelum

penyuluhan (Pretest)

37 5,81 1,431

Baik 8 22

Buruk 29 78

Pengetahuan ibu setelah penyuluhan (Posttest)

37 14,41 1,481

Baik 37 100


(64)

b. Sikap Saat pretest dan posttest 1. Sebelum penyuluhan

Setelah dilakukan uji analisis univariat terhadap jawaban responden sebelum dilakukan penyuluhan, maka dapat diketahui bahwa sikap responden sebanyak (24%) mengetahui tentang kebutuhan gizi balita, dan sebanyak (27%) mengetahui tentang asupan makanan balita setiap hari.

Tabel 5.5

Distribusi frekuensi sikap sebelum penyuluhan di Dusun VII Desa Bangun Rejo Kec. Tanjung Morawa Tahun 2013

Sikap Ya

% (n)

Tidak % (n) Saya sebaiknya mengetahui kebutuhan gizi

balita

24 (9) 76 (28) Saya sebaiknya mengetahui tanda-tanda dari

gizi buruk

38 (14) 62 (23) Saya sebaiknya mengetahui penyebab gizi

buruk

38 (14) 62 (23) Memberikan ASI adalah gizi yang sangat

bermanfaat untuk balita

46 (17) 54 (20) Memberikan ASI sejak dini adalah upaya

pemenuhan gizi balita

49 (18) 51 (19) Melakukan imunisasi dapat mencegah gizi

buruk

38 (14) 62 (23) Memaksa anak makan lebih baik daripada diam

tanpa memberikan kebutuhan gizi yang cukup

40 (15) 60 (22) Memberikan makanan bergizi seperti sayur dan

buah adalah upaya pemenuhan gizi yang baik daripada jajan

41 (15) 59 (22)

Saya memberikan buah dan sayuran, lauk pauk dan susu pada anak setiap hari

27 (10) 73 (27) Saya menimbang dan memantau pertumbuhan

anak saya setiap bulan kepuskesmas sampai berumur 2 thn

32 (12) 68 (25)

Sebagai orangtua,saya merasa

bertanggungjawab dalam penanggulangan gizi buruk


(65)

Tabel 5.5 (Lanjutan)

Sikap Ya

% (n)

Tidak % (n) Ada atau tidak penyuluhan gizi balita sama saja 30 (11) 70 (26) Dengan memperoleh informasi gizi balita, saya lebih

memperhatikan pentingnya gizi untuk kesehatan anak

35 (13) 65 (24)

Didaerah saya ada upaya penyuluhan tentang gizi balita

38 (14) 62 (23) Upaya penyuluhan gizi balita sangat dibutuhkan ibu

yang mempunyai balita

38 (14) 62 (23)

2. Setelah Penyuluhan (posttest)

Hasil analisis univariat pada tabel 5.6 menunjukkan bahwa sikap responden sebanyak (100%) mengetahui tentang pemantauan tumbang anak kepuskesmas, dan penyuluhan gizi balita yang dibutuhkan para ibu dimasyarakat.

Tabel 5.6

Distribusi frekuensi sikap setelah penyuluhan di Dusun VII Desa Bangun Rejo Kec. Tanjung Morawa Tahun 2013

Sikap Ya

% (n)

Tidak % (n) Saya sebaiknya mengetahui kebutuhan gizi balita 89 (33) 11 (4) Saya sebaiknya mengetahui tanda-tanda dari gizi

buruk

92 (34) 8 (3) Saya sebaiknya mengetahui penyebab gizi buruk 95 (35) 5 (2) Memberikan ASI adalah gizi yang sangat bermanfaat

untuk balita

97 (36) 3 (1) Memberikan ASI sejak dini adalah upaya pemenuhan

gizi balita

92 (34) 8 (3) Melakukan imunisasi dapat mencegah gizi buruk 92 (34) 8 (3) Memaksa anak makan lebih baik daripada diam

tanpa memberikan kebutuhan gizi yang cukup

95 (35) 5 (2) Memberikan makanan bergizi seperti sayur dan buah

adalah upaya pemenuhan gizi yang baik daripada jajan


(66)

Tabel 5.6 (Lanjutan)

Sikap Ya

% (n)

Tidak % (n) Saya memberikan buah dan sayuran, lauk pauk dan

susu pada anak setiap hari

95 (35) 5 (2) Saya menimbang dan memantau pertumbuhan anak

saya setiap bulan kepuskesmas sampai berumur 2 thn

100(37) 0 (0)

Sebagai orangtua,saya merasa bertanggungjawab dalam penanggulangan gizi buruk

97 (36) 3 (1) Ada atau tidak penyuluhan gizi balita sama saja 95 (35) 5 (2) Dengan memperoleh informasi gizi balita, saya lebih

memperhatikan pentingnya gizi untuk kesehatan anak

92 (34) 8 (3)

Didaerah saya ada upaya penyuluhan tentang gizi balita

97 (36) 3 (1) Upaya penyuluhan gizi balita sangat dibutuhkan ibu

yang mempunyai balita

100(37) 0 (0)

Adapun rata-rata skor (mean) sikap ibu sebelum dan sesudah dilakukan penyuluhan (pretest) dapat dilihat pada tabel 5.7 adalah skor pretest 5.46 dengan standar deviasi 1.693 dan rata-rata skor posttest lebih tinggi dari pretest yaitu 14.22 dengan standar deviasi 1.548

Tabel 5.7

Distribusi frekuensi sikap ibu tentang gizi balita pada saat pretest dan posttest

Variabel N F % Mean Std.

deviasi Sikap ibu sebelum penyuluhan

(Pretest)

37 5,46 1.693

Baik 8 22

Buruk 29 78

Sikap ibu setelah penyuluhan (posttest)

37 14,22 1,548

Baik 37 100


(1)

III. SIKAP

No Pernyataan Ya Tidak

1 Saya sebaiknya mengetahui kebutuhan gizi balita 2 Saya sebaiknya mengetahui tanda-tanda dari gizi

buruk 3

Saya sebaiknya mengetahui penyebab gizi buruk 4 Memberikan ASI adalah gizi yang sangat bermanfaat

untuk balita

5 Memberikan ASI sejak dini adalah upaya pemenuhan gizi balita

6

Melakukan imunisasi dapat mencegah gizi buruk 7 Memaksa anak makan lebih baik daripada diam

tanpa memberikan kebutuhan gizi yang cukup 8 Memaksa anak makan makanan bergizi seperti sayur

dan buah adalah upaya pemenuhan gizi yang lebih baik daripada jajan sembarangan

9 Saya memberikan buah dan sayuran, lauk pauk dan susu pada anak setiap hari

10 Saya menimbang dan memantau pertumbuhan anak saya setiap bulan kepuskesmas sampai berumur 2 thn 11 Sebagai orangtua,saya merasa bertanggungjawab

dalam penanggulangan gizi buruk 12

Ada atau tidak penyuluhan gizi balita sama saja 13 Dengan memperoleh informasi gizi balita, saya lebih

memperhatikan pentingnya gizi untuk kesehatan anak

14 Didaerah saya ada upaya penyuluhan tentang gizi balita

15 Upaya penyuluhan gizi balita sangat dibutuhkan ibu yang mempunyai balita


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Penyuluhan oleh Tenaga Pelaksana Gizi dengan Metode Ceramah Disertai Media Poster dan Leaflet terhadap Perilaku Ibu dan Pertumbuhan Balita Gizi Kurang di Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2010

5 47 160

Pengetahuan dan Sikap Ibu Terhadap Penerimaan Medis Operatif Wanita Sebagai Pilihan Kontrasepsi di Dusun II Desa Bangun Rejo Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2011

2 42 66

Efektivitas Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Ibu Balita Tentang Penanggulangan Diare Di Kecamatan Lhoksukon Kabupaten Aceh Utara

2 43 133

Efektivitas Penyuluhan Dan Media Leaflet Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Ibu Balita Gizi Buruk Di Kecamatan Medan Denai

2 51 103

Pengaruh Penyuluhan Media Lembar Balik Gizi Terhadap Peningkatan Pengetahuan Ibu Balita Gizi Kurang Di Puskesmas Pamulang, Tangerang Selatan Tahun 2015

0 19 97

Efektifitas Penyuluhan dengan metode ceramah dan Media Leaflet terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita tentang Gizi Balita di Dusun VII Desa Bangun Rejo Kecamatan Tanjung Morawa Provinsi Sumatera Utara

0 4 86

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG MAKANAN BALITA TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI DESA MALANGJIWAN, KECAMATAN COLOMADU, KABUPATEN Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Makanan Balita Terhadap Status Gizi Balita Di Desa Malangjiwan, Kecamatan

0 2 11

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG MAKANAN Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Makanan Balita Terhadap Status Gizi Balita Di Desa Malangjiwan, Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar.

0 2 16

PENDAHULUAN Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Tentang Makanan Balita Terhadap Status Gizi Balita Di Desa Malangjiwan, Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar.

0 2 4

Pengaruh Penyuluhan oleh Tenaga Pelaksana Gizi dengan Metode Ceramah Disertai Media Poster dan Leaflet terhadap Perilaku Ibu dan Pertumbuhan Balita Gizi Kurang di Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2010

0 0 16