Pengertian Ibu Keluarga Berencana

mana hal-hal yang perlu dan mana yang tidak perlu dilayani. Jadi semua pengalaman di beri penilaian lalu dipilih. 4. Sebagai pernyataan kepribadian Sikap sering mencerminkan pribadi seseorang ini disebabkan karena sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya oleh karena itu sikap-sikap pada objek tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi orang tersebut.

C. Pengertian Ibu

Ibu merupakan wanita yang melahirkan seorang anak. Pada dasarnya Ibu adalah perempuan karena fungsinya yang mulia maka disebut Ibu. Ibu bukanlah seorang yang telah menikah, seorang istri, atau seorang anak perempuan yang mempunyai kedudukan atau posisi penting. Tetapi Ibu adalah sebutan untuk menghormati kodrat perempuan sebagai satu-satunya jenis kelamin yang mampu melahirkan anak, menikah, atau tidak mempunyai kedudukan maka perempuan adalah seorang Ibu.

D. Keluarga Berencana

1. Definisi Keluarga Berencana Menurut WHO World Health Organisation Expert Committee 1970 adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol Universitas Sumatera Utara waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri dan menentukan jumlah anak dalam keluarga Hartanto, 2004, hlm.26-27. Menurut UU No.10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan PUP, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera Arum, Sujiyatini, 2009, hlm.28. 2. Tujuan Program KB Tujuan utama program KB nasional adalah untuk memenuhi perintah masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas, menurunkan tingkat atau angka kematian Ibu, bayi dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil berkualitas. E Definisi Tubektomi Kontrasepsi mantap pada wanita adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur yang mengakibatkan orang atau pasangan yang bersangkutan tidak akan mendapat keturunan lagi. Kontrasepsi ini untuk jangka panjang dan sering disebut tubektomi atau sterilisasi Handayani, 2010, hlm.182. Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas kesuburan seorang perempuan yang dilakukan dengan cara eksisi atau menghambat Universitas Sumatera Utara tuba fallopi yang membawa ovum dari ovarium ke uterus. Tindakan ini mencegah ovum dibuahi oleh sperma di tuba falopii Everett,2008, hlm.252. 1. Jenis-jenis Tubektomi a. Minilaporatomi adalah sterilisasi tuba yang dilakukan melalui suatu insisi suprapubik kecil dengan panjang biasanya 3-5 cm. Minilaparotomi merupakan metode sterilisasi wanita yang paling sering dilakukan di seluruh dunia karena keamananya, kesederhanaannya, dan kemudahan adaptasinya terhadap lingkungan bedah Speroff, Darney, hlm.357. Keuntungan minilaparotomi dapat dikerjakan oleh setiap tenaga medis yang memiliki dasar-dasar ilmu bedah dan keterampilan bedah, hanya memerlukan alat- alat yang sederhana dan tidak mahal terutama alat-alat bedah standar, komplikasi umumnya hanya komplikasi minor dan dapat dilakukan segera setelah melahirkan Hartanto, 2004, hlm.251. Kerugian minilaparotomi yaitu waktu operasi sedikit lebih lama dibandingkan dengan laparoskopi yang rata-rata memerlukan 10-20 menit, sukar pada wanita yang sangat gemuk bila ada perlekatan-perlekatan pelvis atau pernah mengalami operasi pelvis, operasi ini meninggalkan bekas luka parut kecil yang masih dapat terlihat, rasa sakit abdomen yang singkat karena luka insisi terjadi pada 50 wanita, angka kejadian infeksi luka operasi lebih tinggi dibandingkan dengan laparoskopi. Universitas Sumatera Utara b. Laparoskopi adalah suatu pemeriksaan endoskopik dari bagian dalam rongga peritoneum dengan alat laparoskop yang dimasukkan melalui dinding anterior abdomen Hartanto, 2004, hlm.252. Keuntungan laparoskopi yaitu komplikasi rendah dan pelaksanaannya cepat rata- rata 5-15 menit, insisi kecil sehingga luka parut sedikit sekali, dapat dipakai juga untuk diagnostik maupun terapi, kurang menyebabkan rasa sakit bila dibandingkan dengan mini laparotomi, sangat berguna bila jumlah calon akseptor banyak. Kerugian laparoskopi resiko komplikasi dapat serius bila terjadi, lebih sukar dipelajari, memerlukan keahlian dan keterampilan dalam bedah abdomen, harga peralatanya mahal dan memerlukan perawatan yang teliti, tidak dianjurkan untuk digunakan segera post-partum Hartanto, 2004, hlm.258 2. Indikasi dan Kontra indikasi Tubektomi a. Indikasi Dengan sifatnya yang permanen, sterilisasi hanya cocok untuk pasangan yang tidak menginginkan anak lagi. Secara lebih luas, indikasi sterilisasi dapat dibagi lima macam yaitu : Universitas Sumatera Utara 1 Indikasi Medis Yang termasuk indikasi medis adalah penyakit yang berat kronik seperti jantung, ginjal, paru-paru, dan penyakit kronik lainnya. Tetapi tidak semua penyakit tersebut merupakan indikasi, hanya yang membahayakan keselamatan Ibu kalau ia mengandung merupakan indikasi untuk sterilisasi. 2 Indikasi Obstetris Indikasi obstetris adalah keadaan di mana resiko kehamilan berikutnya meningkat meskipun secara medis tidak menunjukkan kelainan apa-apa, termasuk kedalam indikasi obstetric adalah multiparitas banyak anak, apalagi dengan usia yang relatif lanjut misal grandemultigravida, yakni paritas lima atau lebih dengan umur 35 tahun atau lebih, sesio sesarea dua kali atau lebih dan lain-lain. 3 Indikasi Genetik Indikasi genetik adalah penyakit herediter yang membahayakan kesehatan dan keselamatan anak, seperti hemophilia. 4 Indikasi Kontrasepsi Indikasi kontrasepsi adalah indikasi yang murni ingin menghentikan mengakhiri kesuburan, artinya pasangan tersebut tidak menginginkan anak lagi Universitas Sumatera Utara meskipun tidak terdapat keadaan lain yng membahayakan keselamatan Ibu seandainya ia hamil. 5 Indikasi Ekonomis Indikasi ekonomis artinya pasangan suami istri menginginkan sterilisasi karena merasa beban ekonomi keluarga menjadi terlalu berat dengan bertambahnya anak dalam keluarga tersebut siswosudarmo, 2007, hlm.52-53. b. Konta indikasi Kontra indikasi kontrasepsi mantap pada wanita adalah masalah hubungan, ketidaksetujuan terhadap operasi dari salah satu pasangan, dan keadaan sakit atau disabilitas yang dapat meningkatkan resiko pada operasi Everett, 2008, hlm.253. 3. Keuntungan Tubektomi Sterilisasi wanita adalah bentuk kontrasepsi yang sangat efektif dengan angka kegagalan 1-5 per 1000 kasus yang berarti efektifitasnya 99,4-99,8 per 100 wanita pertahun, keefektifannya tercapai begitu operasi selesai dikerjakan. Tubektomi merupakan cara KB jangka panjang yang tidak memerlukan tindakan ulang artinya cukup sekali dikerjakan, meskipun kontap harus ditempuh melalui sebuah operasi metode ini merupakan cara yang paling aman, bebas dari efek samping asal semua prosedur dan persyaratan operasi terpenuhi. Sebagaimana cara KB lainnya kontap bersifat praktis artinya tidak membutuhkan kunjungan ulang yang terjadwal, dan tidak Universitas Sumatera Utara mengganggu hubungan seksual. Metode ini bebas dari efek samping hormonal sebagaimana pil, KB suntik maupun susuk. Kontap tidak mengganggu hubungan seksual, tidak pula menurunkan libido. Sekarang sterilisasi merupakan tindakan operasi kecil di mana klien hanya memerlukan istirahat beberapa jam sebelum ia bisa meninggalkan tempat pelayanan dan dapat dikerjakan di lapangan dengan memanfaatkan kamar operasi di puskesmas Siswosudarmo, Anwar, 2007, hlm.51-52. 4. Keterbatasan Tubektomi a. Harus dipertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi ini tidak dapat dipulihkan kembali, kecuali dengan operasi rekanalisasi, maka sebelum tindakan perlu pertimbangan matang dari pasangan sehingga klien akseptor tidak menyesal dikemudian hari. b. Resiko komplikasi kecil meningkat apabila digunakan anestesi umum. c. Adanya rasa sakit atau ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan. d. Dilakukan oleh dokter yang terlatih dIbutuhkan dokter spesialis bedah untuk proses laparoskopi. e. Tidak melindungi diri dari IMS, termasuk HIV atau AIDS Sujiyatini, Arum, 2009, hlm.164. Universitas Sumatera Utara 5. Yang Dapat Menjalani Tubektomi a. Usia Ibu 26 sampai 46 tahun, memiliki paritas 2. b. Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai dengan kehendaknya sehingga klien tidak menyesal dikemudian hari. c. Pada kehamilanya akan menimbulkan resiko kesehatan yang serius. d. Pada saat pascapersalinan dan pascakeguguran. e. Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini Saifuddin, 2006, hlm.MK-83. 6. Yang Tidak Dapat Menjalani Tubektomi a. Hamil atau dicurigai hamil. b. Perdarahan melalui vagina yang belum terjelaskan penyebabnya. c. Infeksi sistematik atau pelvic akut yang belum sembuh atau masih dikontrol. d. Tidak boleh menjalani proses pembedahan. e. Belum mantapkurang pasti dengan keinginanya untuk fertilitas dimasa mendatang. f. Belum memberikan persetujuan tertulis pinem, 2009, hlm.293. Universitas Sumatera Utara 7. Waktu Pelaksanaanya a. Dapat dilakukan setiap saat selama klien tidak hamil, apabila ingin melakukan prosedur ini klien disarankan memakai kondom pada siklus menstruasi sebelum dilakukan prosedur untuk memastikan tidak ada sperma didalam tuba fallopii yang dapat membuahi sebuah ovum yang dilepaskan sesaat setelah pembedahan yang kemudian mengakibatkan kehamilan ektopik. b. Hari ke 6 sampai ke 13 dari siklus menstruasi fase proliferasi. c. Pascapersalinan 48 jam pertama atau setelah 6 minggu, jika ingin dilakukan diluar waktu tersebut, klien sudah di imunisasi Tetanus Toxoid, dan mendapat lindungan antibiotik maka tubektomi dapat dilaksanakan oleh operator yang berpengalaman. d. Pasca keguguran segera atau dalam 7 hari pertama, selama tidak ditemukan komplikasi infeksi pelvis. 8. Persiapan Pre-operatif Tubektomi a. Konseling perihal kontrasepsi dan jelaskan kepada klien bahwa ia mempunyai hak untuk berubah pikiran setiap waktu sebelum prosedur dilakukan. b. Menanyakan riwayat medis yang mempengaruhi keputusan pelaksanaan operasi atau anestesi antara lain meliputi penyakit-penyakit pelvis, pernah mengalami Universitas Sumatera Utara operasi abdominal atau pelvis, riwayat diabetes mellitus, riwayat penyakit paru- paru seperti asthma, bronchitis, pernah mengalami problem dengan anestesi, penyakit-penyakit perdarahan, alergi dan pengobatan yang dijalani saat ini. c. Pemeriksaan fisik : meliputi kondisi-kondisi yang mungkin mempengaruhi keputusan pelaksanaan operasi atau anestesi. d. Pemeriksaan laboratorium meliputi pemerisaan darah lengkap, pemeriksaan urin dan pap smear. e. Informed consent harus diperoleh. Standard consent form harus ditandatangani oleh suami atau istri yang dari calon akseptor kontrasepsi mantap sebelum dilakukan. Umumnya penandatanganan dokumen Informed consent dilakukan setelah calon akseptor dan pasangannya mendapatkan konseling Pinem, 2009, hlm.294. 9. Komplikasi Yang Mungkin Terjadi dan Penanganannya a. Infeksi luka, apabila terlihat infeksi luka obati dengan antibiotik. b. Demam pasca operasi 38 c, obati infeksi berdasarkan apa yang ditemukan. c. Luka pada kandung kemih, intestinal jarang terjadi. Apabila kandung kemih atau usus luka dan diketahui sewaktu operasi, lakukan reparasi primer, apabila ditemukan pascaoperasi,dirujuk kerumah sakit yang tepat bila perlu. Universitas Sumatera Utara d. Hematoma subkutan, gunakan packs yang hangat dan lembab ditempat tersebut. Amati hal ini biasannya akan berhenti dengan berjalannya waktu tetapi dapat membutuhkan drainase bila ekstensif. e. Emboli gas yang diakibatkan laparoskopi sangat jarang terjadi. f. Rasa sakit pada lokasi pembedahan, pastikan adanya infeksi, atau abses dan obati berdasarkan apa yang ditemukan. g. Perdarahan superficial tepi-tepi kulit atau subkutan, mengontrol perdarahan dan obati berdasarkan apa yang ditemukan Saifuddin, 2006, hlm.MK-84. 10. Perawatan dan Informasi postoperatife Jagalah luka operasi tetap kering hingga pembalut dilepaskan. Mulai lagi aktivitas normal secara bertahap sebaiknya dapat kembali ke aktivitas normal dalam waktu 7 hari setelah pembedahan, hindarilah hubungan intim hingga merasa cukup nyaman, hindari mengangkat benda-benda berat dan apabila merasa sakit minumlah 1 atau 2 analgesik penghilang rasa sakit setiap 4 hingga 6 jam. 11. Persyaratan Peserta Kontrasepsi a. Syarat Sukarela Calon peserta secara sukarela, tetap memilih kontrasepsi mantap setelah diberi konseling mengenai jenis-jenis kontrasepsi, efek samping, keefektifan, serta telah diberikan waktu untuk berfikir lagi. Universitas Sumatera Utara b. Syarat Bahagia Setelah syarat sukarela terpenuhi, maka perlu dinilai pula syarat kebahagian keluarga. Yang meliputi terikat dalam perkawinan yang sah dan harmonis, memiliki sekurang- kurangnya dua anak yang hidup dan sehat baik fisik maupun mental, dan umur istri sekitar 25 tahun. c. Syarat Sehat Setelah syarat bahagia dipenuhi, maka syarat kesehatan perlu dilakukan pemeriksaan Handayani, 2010, hlm.182-183. Universitas Sumatera Utara BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Dokumen yang terkait

Perbedaan Pola Menstruasi Antara Ibu yang Menggunakan Alat Kontrasespsi IUD dengan Kontrasespi Suntik di Desa Bangun Rejo, Tanjung Morawa

6 92 83

Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Vaksin Human Papiloma Virus (HPV) Sebagai Pencegahan Kanker Leher Rahim Di Dusun 1 Desa Bangun Rejo Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2012.

8 60 74

Pengetahuan Dan Sikap Ibu Postpartum Terhadap Ikterus Neonatorum Di Klinik Bersalin Tutun Sehati Tanjung Morawa

7 124 49

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Wanita Terhadap Osteoporosis Di Desa Arapayung Dusun II Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai 2010

0 29 65

Pengetahuan dan Sikap Suami Terhadap Kesehatan Reproduksi Wanita di Dusun III Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010

0 27 83

Pengalaman Ibu Hamil Dalam Menghadapi Stres Persalinan Di Desa Bangun Rejo Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008 - 2009

2 71 49

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Pus Akseptor Kontrasepsi Non Hormoal Tentang Kontrasepsi Hormonal Di Desa Telaga Sari Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2009

2 36 56

Efektifitas Penyuluhan dengan metode ceramah dan Media Leaflet terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita tentang Gizi Balita di Dusun VII Desa Bangun Rejo Kecamatan Tanjung Morawa Provinsi Sumatera Utara

3 43 86

Efektifitas Penyuluhan dengan metode ceramah dan Media Leaflet terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita tentang Gizi Balita di Dusun VII Desa Bangun Rejo Kecamatan Tanjung Morawa Provinsi Sumatera Utara

0 4 86

EKSISTENSI SENI PERTUNJUKAN TRADISIONAL KUDA LUMPING DI DESA BANGUN REJO KECAMATAN TANJUNG MORAWA.

5 16 24