waktu perjanjian dari awal perjanjian hingga berakhirnya perjanjian, hak-hak serta kewajiban-kewajiban masing-masing para pihak, force majeure jika terjadi
sesuatu yang tidak diinginkan diantara kedua belah pihak, penyelesaian perselisihan apabila terjadi perselisihan dalam kerjasama diantara kedua belah
pihak dan ditandatanganinya draft perjanjian oleh direktur masing-masing kedua belah pihak.
B. Bentuk Kerjasama PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk dengan PT. Asuransi
Takaful Keluarga
Untuk memaksimalkan pemasaran dan pelayanan kepada nasabah dalam pemanfaatan kartu Shar-e, maka Bank Muamalat bekerjasama dengan Takaful
Keluarga dalam menerbitkan fulPROTEK, sebuah terobosan baru produk bancassurance yang menawarkan berbagai kelebihan meliputi kartu multiguna
yang berfungsi sebagai kartu asuransi, ATM dan debit. Adapun kerja sama ini disebut dengan co-branding.
Co-branding adalah bentuk kerjasama dua belah pihak dari kasus ini
adalah kerjasama Bank Muamalat dengan Takaful Keluarga dalam menggabungkan dua produk yang berbeda menjadi satu produk yang baru dalam
hal ini produk Shar-E dengan produk Takaful di dalam fulPROTEK.
51
Kerja sama ini merupakan Syirkah Al-‘Inân yaitu persekutuan perserikatan antara dua orang atau lebih yang timbul dengan adanya perjanjian
51
Wa w a nc a ra Prib a d i d e ng a n Ahm a d Se hu Ib ra him . Ja ka rta , 6 Fe b rua ri 2008.
untuk bekerjasama dalam modal masing-masing tidak harus sama dan keuntungan dibagi bersama sesuai kesepakatan.
Sedangkan akad yang terjadi dalam fulPROTEK ini ada dua, yaitu pertama
, akad antara Bank Muamalat dengan nasabah dalam tabungan investasi adalah akad mudharabah dengan nisbah bagi hasil 85:15
bank:nasabah; kedua, akad antara Takaful dengan nasabah dalam asuransi adalah wakalah bil ujrah.
Penyusunan perjanjian akad pada lembaga-lembaga keuangan Syariah di Indonesia harus didasarkan pada ketentuan hukum Islam. Berbeda dengan
penyusunan perjanjian pada lembaga keuangan konvensional yang berpedoman pada ketentuan KUHPerdata, pada penyusunan perjanjian akad pada lembaga-
lembaga keuangan syariah tidak boleh menyimpang dari ketentuan hukum positif nasional maupun dari ketentuan hukum Syariah Islam.
Perjanjian kerja sama ini telah memenuhi asas-asas dalam hukum Islam. Asas-asas itu adalah:
1. Al-Hurriyah Kebebasan
Hukum Islam memberikan kebebasan bagi para pihak untuk membuat suatu perjanjian selama tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Hal ini juga berlaku
pada perjanjian penerbitan fulPROTEK, dimana asas ini telah dipenuhi dengan tidak adanya nilai-nilai yang bertentangan dengan nilai agama.
2. Al-Musawah Persamaan atau Kesetaraan
Asas ini memberikan landasan bahwa kedua belah pihak yang melakukan perjanjian mempunyai kedudukan yang sama antara satu dan lainnya. Dalam
perjanjian penerbitan fulPROTEK asas ini telah dipenuhi, karena perjanjian tersebut dibuat oleh kedua pihak dimana pada saat menentukan hak dan
kewajiban masing-masing para pihak dianggap setara dan sama. 3.
Al-‘Adâlah Keadilan Dalam hal ini para pihak telah memenuhi asas keadilan, dimana para pihak
dituntut untuk melakukan yang benar dalam pengungkapan kehendak dan keadaan, memenuhi semua kewajibannya serta mendatangkan keuntungan
yang adil dan seimbang. 4.
Ar-Ridhâ Kerelaan Pernyataan untuk mengikatkan diri dalam perjanjian penerbitan fulPROTEK
betul-betul muncul dari kesadaran dan keikhlasan para pihak untuk melakukan perjanjian tersebut, maka asas kerelaan ini terpenuhi. Karena segala transaksi
yang dilakukan harus atas dasar kerelaan antara masing-masing pihak sebab kerelaan merupakan prasyarat terwujudnya semua transaksi dan harus
didasarkan pada kesepakatan bebas dari para pihak dan tidak boleh ada unsur paksaan, tekanan dan penipuan.
5. Ash-Shidiq Kejujuran dan Kebenaran
Dalam membuat perjanjian para pihak harus berusaha untuk terbuka mengenai kebutuhan dan kepentingan masing-masing tanpa ada maksud untuk
memalsukan, mendustai dan menipu atau memperdaya pihak lain. Apabila asas ini tidak dijalankan maka akan merusak legalitas akad yang dibuat.
6. Al-Kitâbah Tertulis
Agar perjanjian kerjasama yang dibuat ini benar-benar baik bagi semua pihak yang terkait, maka akad dibuat secara tertulis. Jadi asas ini telah terpenuhi
dalam perjanjian tersebut, sehingga jika dikemudian hari timbul sengketa maka terdapat alat bukti tertulis mengenai sengketa yang terjadi.
Objek perjanjian ini merupakan produk Syariah, karena telah memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Hal yang diperjanjikan dan objek transaksi halal menurut Islam;
2. Tidak terdapat ketidakjelasan gharar dalam rumusan akad maupun transaksi
yang diperjanjikan; 3.
Para pihaknya tidak menzalimi dan tidak dizalimi; 4.
Transaksi harus adil; 5.
Transaksi tidak mengandung unsur perjudian maisir; 6.
Terdapat prinsip kehati-hatian; 7.
Tidak membuat barang-barang yang tidak bermanfaat dalam Islam ataupun barang najis najasy;
8. Tidak mengandung riba.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa bentuk kerja sama tentang co-branding produk Shar-e dengan produk Takaful adalah tertulis
dan merupakan Syirkah Al-‘Inân yaitu persekutuan perserikatan antara dua orang
atau lebih yang timbul dengan adanya perjanjian untuk bekerjasama dalam modal masing-masing tidak harus sama dan keuntungan dibagi bersama sesuai
kesepakatan. Serta terpenuhinya dalam asas-asas perjanjian menurut hukum Islam, diantaranya Al-Hurriyah Kebebasan, Al-Musawah Persamaan atau
Kesetaraan, Al-‘Adâlah Keadilan, Ar-Ridhâ Kerelaan, Ash-Shidiq Kejujuran dan Kebenaran dan Al-Kitâbah Tertulis.
C. Pandangan Hukum Islam Tentang Mekanisme Kerjasama PT. Bank