Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009
maksimum 9.
kemantapan mekanis minimum
10. Persentase kadar tembaga
dari jumlah padatan maksimum
11. Persentase yang kadar
mangan dari jumlah padatan maksimum
12. Warna
13. Bau setelah dinetralkan
dengan asam borat 475 detik
0,001
0,001
tidak biru tidak kelabu
tidak boleh berbau busuk
475 detik
0,001
0,001
tidak biru tidak kelabu
tidak boleh berbau busuk
Boehana S.M, 1993
2.6.1 Karet Bongkah atau Block Rubber
Karet bongkah adalah karet remah yang telah dikeringkan dan dikilang menjadi bandela – bandela dengan ukuran yang telah ditentukan. Karet bongkah ada yang
berwarna muda dan setiap kelasnya mempunyai kode warna tersendiri. Standar mutu karet bongkah Indonesia tercantum dalam SIR Standard Indonesian Rubber seperti
tertera dalam tabel 3. Di Malaysia daftar seperti SIR diatas tercantum dalam SMR Standard
malaysian rubber . Dibanding dengan SIR, SMR mempunyai sedikit perbedaan dan standar yang dibuatpun mencakup lebih banyak ketentuan. Daftar SMR selengkapnya
dapat dilihat pada tabiel 4 .
Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009
Tabel 3 : Standard Indonesian Rubber
SIR 5 L SIR 5
SIR 10 SIR 20
SIR 50 Kadar kotoran maksimum
Kadar abu maksimum Kadar zat asiri maksimum
PRI maksimum Plastisitas – Po minimum
Limit warna maksimum Kode warna
0,05 0,50
1,0 60
30 6
hijau 0,05
0,50 1,0
60 30
_
hijau
0,10 0,75
1,0 50
30 _
hijau
0,20 1,00
1,0 40
30 _
hijau
0,50 1,50
1,0 30
30 _
hijau Tabel 4 : Standard Malaysian Rubber
SMR 5 L SMR 5
SMR 10 SMR 20 SMR
50 Kadar kotoran maksimum
Kadar abu maksimum Kadar nitrogen maksimum
Kadar zat atsiri maksimum PRI maksimum
Plastisitas – Po minimum Limit warna maksimum
Kode warna
Warna bungkus plastik Warna strip plastik
0,05 0,60
0,65 1,0
60 30
6,0 hijau
muda jernih
jernih 0,05
0,60 0,65
1,0 60
30 _
hijau muda
jernih keruh
putih 0,10
0,75 0,65
1,0 50
30 _
cokelat
jernih keruh
putih
0,20 1,00
0,65 1,0
40 30
_ merah
jernih keruh
putih
0,50 1,50
0,65 1,0
30 30
_ kuning
jernih keruh
putih
Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009
2.6.2 Sifat Karet alam
Karet alam mengandung seratus persen cis – 1,4 – polisoprena, yang terdiri dari rantai polimer lurus dan panjang denga gugus isoprenik yang berulang.
Komposisi lateks segar dari kebun dan karet kering disajikan pada tebel berikut Tabel 5 :
Tabel 5 : Komposisi lateks segar dan lateks kering menurut Indra Surya
Komponen Komponen dalam lateks
segar Komponen dalam lateks
kering Karet hidrokarbon
36 92 – 94
Protein 1,4
2,5 – 3,5 Karbohidrat
1,6 _
Lipida 1,6
2,5 – 3,2 Persenyawaan organik
lain 0,4
_
Persenyawaan anorganik 0,5
0,1 – 0,5 Air
58,5 0,3 – 1,0
Pada saat penyimpanan, kekerasan karet alam bertambah. Penambahan kekerasan ini diindikasikan oleh nilai viskositas mooneynya. Viskositas Mooney
merupakan suatu pengujian terhadap viskositas dari karet. Semakin tinggi nilai Viskositas Mooney maka semakin tahan karet tersebut terhadap regangan strain .
Pengerasan pada saat penyimpanan disebabkan reaksi sambung silang dari sejumlah kecil gugus aldehid yang terdapat dalam molekul karet. Efek pengerasan ini dapat
dicegah dengan mengolah lateks dengan garam hidroksilamin. Garam hidroksilamin akan bereaksi dengan gugus aldehid membentuk oksin tak aktif.
Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009
Karet merupakan hasil bumi yang bila diolah dapat menghasilkan berbagai macam produk yang amat dibutuhkan dalam kehidupan. Teknologi karet sendiri
semakin berkembang dan akan terus berkembang seiring berjalannya waktu dan akan semakin banyak produk yang dihasilkan dari industri ini. Ada dua jenis karet yang
biasa digunakan dalam industri yaitu karet alam dan karet sintesis. Karet alam natural rubber merupakan air getah dari tumbuhan Hevea brasiliensis, yang
merupakan polimer alam dengan monomer isoprena, sedangkan karet sintetis sebagian besar dibuat dengan mengandalkan bahan baku minyak bumi. Saat ini jumlah
produksi dan konsumsi karet alam jauh di bawah karet sintetis. Kedua jenis karet ini memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Karet alam memiliki daya
elastis atau daya lenting yang sempurna, memiliki plastisitas yang baik, tidak mudah panas dan memiliki daya tahan yang tinggi terhadap keretakan. Karet sintetis lebih
tahan terhadap berbagai bahan kimia dan harganya relatif stabil. Contoh karet sintetis yang banyak digunakan yaitu styrene butadiene rubber SBR. Untuk mengubah sifat
fisik dari karet dilakukan proses vulkanisasi. Vulkanisasi adalah proses pembentukan ikatan silang kimia dari rantai molekul yang berdiri sendiri, meningkatkan elastisitas
dan menurunkan plastisitas. Suhu adalah faktor yang cukup penting dalam proses vulkanisasi, namun tanpa adanya panas pun karet tetap dapat divulkanisasi.
Proses Vulkanisasi
Sejak Goodyear melakukan percobaan memanaskan karet dengan sejumlah kecil sulfur, proses ini menjadi metode terbaik dan paling praktis untuk merubah sifat fisik
dari karet. Proses ini disebut vulkanisasi. Fenomena ini tidak hanya terjadi pada karet alam, namun juga pada karet sintetis. Telah diketahui pula bahwa baik panas maupun
sulfur tidak menjadi faktor utama dari proses vulkanisasi. Karet dapat divulkanisasi atau mengalami proses curing tanpa adanya panas. Contohnya dengan bantuan sulfur
klorida. Banyak pula bahan yang tidak mengandung sulfur tapi dapat memvulkanisasi karet. Bahan ini terbagi dua yaitu oxidizing agents seperti selenium, telurium dan
peroksida organik. Serta sumber radikal bebas seperti akselerator, senyawa azo dan peroksida organik.
Indra Surya, 2005 Banyak reaksi kimia yang berhubungan dengan vulkanisasi divariasikan, tetapi
hanya melibatkan sedikit atom dari setiap molekul polimer. Definisi dari vulkanisasi
Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009
dalam kaitannya dengan sifat fisik karet adalah setiap perlakuan yang menurunkan laju alir elastomer, meningkatkan tensile strength dan modulus serta preserve its
extensibility. Meskipun vulkanisasi terjadi dengan adanya panas dan sulfur, proses itu tetap berlangsung secara lambat. Reaksi ini dapat dipercepat dengan penambahan
sejumlah kecil bahan organik atau anorganik yang disebut akselerator. Untuk mengoptimalkan kerjanya, akselerator membutuhkan bahan kimia lain yang dikenal
sebagai aktivator, yang dapat berfungsi sebagai aktivator adalah oksida-oksida logam seperti ZnO. Vulkanisasi dapat dibagi menjadi dua kategori, vulkanisasi nonsulfur
dengan peroksida, senyawa nitro, kuinon atau senyawa azo sebagai curing agents; dan vulkanisasi dengan sulfur, selenium atau telurium.
Vulkanisasi karet masih merupakan proses yang lambat, sehingga lebih banyak sulfur yang digunakan daripada jumlah optimumnya. Waktu curing beberapa jam,
oleh karena itu dibutuhkan bahan yang mampu mempercepat proses vulkanisasi. Kalsium, magnesium atau seng oksida akselerator anorganik dapat mempercepat
proses vulkanisasi. Industri karet mengalami perubahan besar ketika diperkenalkan akselerator organik untuk vulkanisasi. Diantaranya ialah senyawa-senyawa yang
mengandung sulfur seperti tiourea, tiofenol, merkaptan, ditiokarbamat, tiuram disulfida ditambah akselerator nonsulfur seperti urea. Selain dengan cara mengawali
pembentukan radikal bebas atau dengan mengikat proton, beberapa akselerator dapat bekerja dengan bantuan panas. Beberapa akselerator memerlukan aktivator dalam
kerjanya.
Keberadaan oksida logam atau garam dari kalsium, seng atau magnesium diperlukan untuk mencapai efek penuh dari hampir semua jenis akselerator. Kelarutan
dari bahan sangat penting. Oleh karena itu, oksida-oksida logam banyak digunakan
Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009
bersama asam organik seperti asam stearat atau sabun dari logam yang digunakan stearat, laurat. Disamping kebutuhan akan aktivator, dengan akselerator seperti
merkaptobenzotiazol, adanya oksida logam menjadi sangat penting dalam menentukan jenis reaksi ikatan silang yang terjadi. Ikatan yang terbentuk adalah jembatan ion yang
kuat yang terbentuk ketika vulkanisasi.
Vulkanisat dengan komposisi karet, sulfur, akselerator, aktivator dan asam organik relatif bersifat lembut. Nilainya dalam industri modern pun relatif rendah.
Untuk memperbaiki nilai di industri perlu ditambahkan bahan pengisi. Penambahan ini meningkatkan sifat-sifat mekanik seperti tensile strength, stiffness, tear resistance,
dan abrasion resistance. Bahan yang ditambahkan disebut reinforcing fillers dan perbaikan yang ditimbulkan disebut reinforcement. Hanya sedikit bahan pengisi yang
bersifat memperbaiki satu atau dua sifat karet alam. Sementara yang lainnya melemahkan vulkanisat pada satu atau dua sifat. Bahan tersebut dikenal sebagai inert
fillers. Kemampuan filler untuk memperbaiki sifat vulkanisat dipengaruhi oleh sifat alami filler, tipe elastomer dan jumlah filler yang digunakan. Komposisi kimia dari
filler menentukan kemampuan kerja dari filler. Karbon hitam adalah filler yang paling efisien meskipun ukuran partikel, kondisi permukaan dan sifat lain dapat
dikombinasikan secara luas. Sifat elastomer juga turut menentukan daya kerja dari filler. Bahan yang baik untuk memperbaiki sifat karet tertentu, belum tentu bekerja
sama baiknya untuk jenis karet lain. Peningkatan jumlah filler menyebabkan perbaikan sifat vulkanisat. Karbon hitam adalah satu-satunya bahan murah yang dapat
memperbaiki ketiga sifat penting vulkanisat yaitu tensile strength, tear resistance dan abrasion resistance.
Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009
Cara pencampuran mengukiti standar dari PT. Bridgestonr juga, yaitu dengan cara sebagai berikut :
1. Kompon nonproduktif
Yang terdiri dari karet dengan bahan ramuan kecuali belerang, digiling dengan Banbury Mixing Mill. Suhu penggilingan 80 – 90
o
C. Kompon yang diperoleh lalu dibuat lembaran yang tebalnya 5 – 5,2 mm dengan menggunakan sheeting mill.
Lembaran didinginkan di dalam air, kemudian dicelupkan di dalam larutan MgCO
3
, untuk mencegah kelengketan.
2. Kompon produktif
Kompon produktif dibuat dari nonproduktif ditambah dengan belerang. Pencampuran dilakkan juga dengan Banbury Mixing Mill, kemudian dibuat lembaran
dengan sheeting mill. Hasil yang diperoleh ditimbang untuk mengetahui berapa persen berat yang hilang pada penggilingan tersebut. Lembaran lalu dicelupkan di dalam
larutan MgCO
3
, kemudian dibiarkan pada suhu kamar selama 16 – 24 jam.
Spillane James, 1983
Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat – Alat