Permasalahan Tujuan Manfaat Alat – Alat Bahan – Bahan Prosedur

Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009 PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate merupakan suatu perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan dan pengolahan karet remah. Perkebunan karet yang dimiliki oleh PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate merupakan salah satu sumber bahan baku dalam pengolahan karet remah dibandingkan dengan sumber bahan - bahan baku yang lain yang berasal dari perusahaan luar. PT. Bridgestone Sumatera Rubber Estate mengolah karet menjadi karet remah berdasarkan Standar Indonesian Rubber SIR , hal ini menuntut untuk dilakukannya pengawasan terhadap kualitas dari bahan baku yang digunakan. Berdasarkan analisa dan uraian tersebut maka penulis sangat tertarik untuk membahas masalah tersebut dengan mengambil judul ” PENGARUH KADAR KOTORAN TERHADAP KUALITAS KARET REMAH DI PT. BRIDGESTONE SUMATERA RUBBER ESTATE”.

1.2. Permasalahan

Dalam menentukan kualitas karet banyak parameter – parameter yang harus dipenuhi guna meningkatkan kualitas karet tersebut, salah satu parameter yang harus dipenuhi adalah kadar kotoran Dirt Content . Adapun permasalahannya adalah bagaimana pengaruh kadar kualitas karet bila terdapat kadar kotoran dalam karet remah.

I.3. Tujuan

Untuk mengetahui pengaruh kadar kotoran terhadap kualitas karet remah. Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009

1.4 Manfaat

Untuk memberikan pengetahuan terhadap pembaca mengenai pengaruh kadar kotoran terhadap kualitas karet remah. Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penanganan Bahan Baku

Bahan baku karet yang dihasilkan dari perkebunan karet adalah lateks kebun dan koagulum, lateks kebun berupa yang dapat diolah menjadi lateks pekat. Komposisi kimia lateks segar terdiri dari : - Karet polisopren : 25,0 – 40,0 - Karbohidrat : 1,0 – 2,0 - Protein dan senyawa nitrogen : 1,0 – 1,5 - Lipid dan terpen : 1,0 – 1,5 - Senyawa anorganik : 0,1 – 0,5 - Air : 60 – 75 - pH : 6,8 – 7,0 Komposisi kimia lateks diperngaruhi jenis klon tanaman, umur tanaman, sistem deres, musim dan keadaan lingkungan kebun. Komposisi kimia lateks sangat cocok dan baik sebagai media tumbuh berbagai mikroorganisme, sehingga setelah penyadapan dan kontak langsung dengan udara terbuka lateks akan segera dicemari oleh berbagai mikroba dan kotoran lain yang berasal dari udara, peralatan, air hujan, dan lain – lain. Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009 Mikroba akan menguraikan kandungan protein dan karbohidrat lateks menjadi asam – asam yang berantai, molekul pendek, sehingga dapat menjadi penurunan pH. Bila penurunan pH mencapai 4,5 – 5,5 maka akan terjadi proses koagulasi. Prinsip penanganan bahan baku lateks dalam kaitan agar mutunya terjaga sebaik mungkin dapat dilakukan : 1. Menjaga Kebersihan Areal dan Peralatan yang Digunakan Areal kebun yang menghasilkan harus bersih dari semak belukar, lalang dan gulma lainnya segingga kelembaban lingkungan areal kebun tidak cocok untuk pertumbuhan mikroba. Peralatan yang digunakan terutama kontak langsung dengan lateks harus bersih dan kering seperti pisau deres, talang deres, mangkok sadap, ember tempat pengutipan, tangki penerimaan dan sarana pengolahan dipabrik. 2. Pemberian Bahan Pengawet Dengan Jenis dan Dosis yang Tepat Pemberian bahan pengawet kimia pada bahan baku lateks kebun harus diusahakan sedini mungkin, terutama dalam keadaan cuaca mendung atau musim hujan.

2.1.1 Lateks

Lateks adalah suatu campuran putih yang menyerupai susu yang mengandung 20 – 30 butiran karet yang dikelilingi lapisan protein dan pospolipid. Sifat mekanik dari muatan partikel karet, secara alami sangat dipengaruhi oleh zat – zat lainnya yang semula sudah ada pada lateks. Sebelum lateks dapat dipergunakan menjadi benang karet atau barang jadi lainnya, lateks terlebih dahulu dipekatkan dan disebut lateks pekat untuk mendapatkan lateks pekat ada 4 empat metode yang digunakan yaitu : a. Penguapan, yaitu mengurangi kadar air lateks kebun dengan pemanasan Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009 b. Pemberian bahan kimia yaitu memekatkan lateks dengan menggunakan bahan kimia misalnya garam ammonium algionat. c. Dekantasi listrik yaitu dengan cara memasukkan dua logam elektroda yaitu positif dan negatif kedalam lateks kebun yang ditempatkan dalam sebuah tabung. d. Pemusingan yaitu lateks pekat dipusingkan dengan alat sentrifugasi dengan kecepatan sekitar 6000 putaran per menit rpm . Rubber Stichting, 1983

2.2 Manfaat Karet

Manfaat karet ada dua yaitu : 1. Manfaat karet alam Karet alam banyak digunakan dalam industri – industri barang. Umumnya alat yang dibuat dari karet alam sangat berguna bagi kehidupan sehari – hari maupun dalam usaha industri seperti mesin – mesin penggerak. Barang yang dapat dibuat dari karet alam antara lain aneka ban kendaraan, sepatu karet, sabuk penggerak mesin besar dan mesin kecil, pipa karet, kabel, isolator, dan bahan – bahan pembungkus logam. 2. Manfaat karet sintesis Karena memiliki beberapa kelebihan yang tidak dimiliki oleh karet alam, maka dalam pembuatan beberapa jenis barang banyak digunakan bahan baku karet sintesis. Jenis NBR Nytrile Butadiene Rubber yang memiliki ketahan tinggi terhadap minyak biasa digunakan dalam pembuatan pipa karet untuk bensin dan minyak.

2.2.1 Kegunaan Lain Tanaman Karet

Selain dapat diambil lateksnya untuk bahan baku pembutan aneka barang keperluan manusia, sebenarnya karet masih memiliki manfaat lain. Manfaat ini walaupun Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009 sekadar sampingan, tetapi memberi keuntungan yang tidak sedikit bagi para pemilik perkebunan karet. Hasil sampingan lain dari tanaman karet yang memberikan keuntungan adalah kayu atau barang pohon karet. Biasanya tanaman karet yang tua perlu diremajakan dan diganti dengan tanaman mudah yang masih segar dan berasal dari klon yang lebih produktif. Tanaman tua yang ditebang dapat dimanfaatkan batangnya atau diambil kayunya. Dilihat dari komposisi kimianya, ternyata kandungan protein biji karet terhitung tinggi. Dari hasil analisa diketahui kadar proteinnya sebesar 27 , lemak 32,3 , air 3,6 , abu 2,4 , thiamin 450 µg, asam nikotinat 2,5 µg, karoten dan tokoferol 250 µg, dan sianida sebanyak 330 mg dari setiap 1000 g bahan. Selain kandungan proteinnya cukup tinggi, pola asam amino biji karet juga sangat baik. Semua asam amino esensial yang dibutuhkan tubuh terkandung didalamnya. Agar biji karet dimanfaatkan, maka harus diolah terlebih dahulu menjadi konsentrat. Konsentrat adalah hasil pemekatan fraksi protein biji karet yang kadar sebenarnya sudah tinggi menjadi lebih tinggi lagi.Dalam proses pembuatannya, fraksi protein dibuat lebih tinggi kadarnya dengan mengurangi atau menghilangkan lemak atau komponen - komponen nonprotein lain yang larut. Adanya kandungan sianida membuat biji karet berbahaya dila dikonsumsi mentah, tanpa diolah terlebih dahulu. Melalui proses perendaman selama 24 jam dengan air yang sering diganti dan perebusan terbuka, maka sianida dapat dihilangkan, menguap.

2.3. Penyadapan

Penyadapan merupakan salah satu kegiatan pokok dari pengusahaan tanaman karet. Tujuannya adalah membuka pembuluh lateks pada kulit pohon agar lateks akan berkurang bila takaran cairan lateks pada kulit berkurang. Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009 Kulit karet dengan tinggi 260 cm dari permukaan tanah merupakan modal petani karet untuk memperoleh pendapatan selama kurun waktu sekitar 30 tahun. Oleh sebab itu, penyadapan harus dilakukan dengan hati – hati agar tidak merusak kulit tersebut. Jika terjadi kesalahan dalam penyadapan, maka produksi lateks akan berkurang. Untuk memperoleh hasil sadap yang baik, penyadapannya harus mengikuti aturan tertentu agar diperoleh produksi yang tinggi, menguntungkan, serta berkesinambungan dengan teteap memperhatikan factor kesehatan tanaman.

2.3.1. Peralatan Sadap

Peralatan sadap menentukan keberhasilan penyadapan. Semakin baik alat yang digunakan, semakin baik hasilnya. Berbagai peralatan sadap yang digunakan adalah sebagai berikut : 1. Mal sadap atau patron Mal sadap dibuat dari sepotong kayu dengan panjang 130 cm yang dilengkapi pelat seng selebar ± 4 cm dan panjangnya antara 50 – 60 cm. Pelat seng dengan kayu membentuk sudut 120 o C. Kegunaan mal sadap atau patron ini adalah untuk membuat gambar yang menyangkut kemiringan sadapannya. 2. Pisau sadap Pisau sadap ada dua macam, yaitu pisau untuk sadap atas dan sadap untuk sadap bawah. Pisau ini harus mempunyai ketajaman yang tinggi. Ketajaman pisau berpengaruh pada kecepatan menyadap dan kerapihan sadapan. Pisau sadap atas digunakan untuk menyadap kulit karet pada bidang sadap atas, ketinggian diatas 130 cm, sedangkan pisau sadap bawah digunakan untuk menyadap kulit karet pada bidang sadap bawah, ketinggian mulai 130 cm kearah bawah. Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009 3. Talang lateks atau spout Talang lateks terbuat dari seng dengan lebar 2,5 cm dan panjangnya antara 8 – 10 cm. Pemasangan talang lateks pada pohon karet dilakukan dengan cara ditancapkan 5 cm dari titik atau ujung terendah itisan sadapan. 4. Mangkuk atau cawan Mangkuk atau cawan digunakan untuk menampung lateks yang mengalir dari bidang irisan melalui talang. Mangkuk ini biasanya dibuat dari tanah liat, plastic, atau alumunium. Setiap jenis mempunyai kelebihan dan kelemahan sendiri – sendiri. 5. Cincin mangkuk Cincin mangkuk merupakan alat yang harus disediakan dalam penyadapan karet. Cincin ini digunakan sebagai tempat meletakkan mangkuk sadap atau cawan. Bahan yang digunakan adalah kawat. Untuk menggantungnya pada pohon karet tidak boleh memakai paku atau bahan lain yang runcing karena akan merusak kambium dan vidang sadap. 6. Tali cincin Tali cincin digunakan untuk mencantolkan cincin mangkuk sehingga mutlak harus disediakan. Biasanya tali cincin dibuat dari kawat atau ijuk. Letaknya pada pohon karet disesuaikan dengan keadaan cincin mangkuk, jangan sampai terlalu jauh dari cincin mangkuk. 7. Meteran Meteran digunakan untuk menentukan tinggi bidang sadap dan mengukur lilit batang pohon karet. Oleh karena itu, meteran tidak bisa lepas dari kegiatan penyadapan. Meteran yang digunakan terbuat dari kayu dan dari bahan lunak atau kulit, seperti dijual di toko – toko. Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009 8. Pisau mal Pisau mal digunakan untuk menoreh kulit batang karet saat akan membuat gambar bidang sadap. Alat ini dibuat dari besi panjang dengan ujung runcing dan pegangannya terbuat dari kayu atau plastik. Bagian runcing inilah yang digunakan untuk menoreh kulit batang pohon karet. 9. Quadri atau sigmat Alat ini digunakan untuk mengukur tebalnya kulit yang yang disisakan saat penyadapan. Tujuannya agar penyadapan tidak sampai melukai kambium atau pembuluh empulurnya. Quadri atau sigmat terbuat dari besi, bagian ujungnya seperti jarum dengan panjang 1 – 1,5 mm.

2.4 Parameter Lateks Pekat

Ada beberapa parameter lateks pekat adalah sebagai berikut : - TSC Total solid content yaitu pemeriksaan kadar kepekatan bahan dengan pemanasan - Amoniak NH 3 - MST Mecanical Stability Time yaitu waktu yang diperlukan untuk terjadinya koagulasi sewaktu dipusingkan dengan kecepatan 14000 rpm. - KOH Number yaitu bilangan KOH ekuivalen dengan asam radikal yang bergabung dengan amoniak dalam 100 g lateks pekat - VFA Number atau Volatile Fatty acid yaitu jumlah gram KOH yang dibutuhkan Untuk menetralkan asam lemak yang menguap - DRC Dry rubber Content yaitu kadar karet kering - pH yaitu untuk mengetahui kesadaan lateks Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009

2.4.1 Pengendapan logam dan kotoran

Setelah tangki penerimaan pabrik penuh dengan bahan olah lateks kebun yang memenuhi persyaratan mutu, kemudian diatur kadar amoniaknya dengan penambahan amoniak gas, sesuai dengan jenis lateks pekat yang akan dihasilkan. Bila akan menghasilkan lateks pekat jenis amoniak tinggi High Ammonia, HA dosis amoniak diatur 6,0 – 7,0 g liter, akan tetapi bila akan menghasilkan lateks pekat jenis amoniak rendah low Ammonia, LA dosis amoniak diatur sekitar 4,5 – 5,5 g liter.

2.5 Penyebab terjadinya Prakoagulasi

Prakoagulasi merupakan pembekuan pendahuluan yang menghasilkan lumps atau gumpalan – gumpalan pada cairan getah sadapan. Prakoagulasi terjadi karena kemantapan bagian kaloidal yang terkandung dalam lateks berkurang. Bagian – bagian koloidal ini kemudioan menggumpal menjadi satu dan membentuk komponen yang berukuran lebih besar. Komponen koloidal yang lebih besar ini akan membeku. Inilah yang menyebabkan terjadinya prakoagulasi. Banyak hal yang dapat menyebabkan terjadinya prakoagulasi. Bukan hanya penyebab dari dalam seperti jenis karet yang ditanam atau bahan – bahan enzim saja, melainkan juga hal – hal dari luar keadaan cuaca dan sistem pengangkutan yang seolah tidak berhubungan. Penyebab terjadinya prakoagulasi antara lain sebagai berikut : 1. Jenis karet yang ditanam Perbedaan antara jenis yang ditanam akan menghasilkan lateks yang berbeda – beda pula. Otomatis kestabilan atua kemantapan koloidalnya berbeda. Klon – klon tertentu ada yang rendah kadar kestabilannya. Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009 2. Enzim – enzim Enzim dikenal sebagai biokatalis yang mampu mempercepat berlangsungnya suatu walaupun hanya terdapat dalam jumlah kecil. Cara kerjanya adalah dengan mengubah susunan protein yang melapisi bahan – bahan karet. Akibatnya, kemanta pan lateks berkurang dan terjadilah prakoagulasi. Biasanya enzim – enzim mulai aktif setelah lateks keluar dari batang karet yang disadap. 3. Mikroorganisme atau Jasad- jasad Renik Mikroorganisme banyak terdapat dilingkungan perkebunan karet. Jasad ini dapat berada dipepohonan, udara, tanah, air, atau menempel pada alat – alat yang digunakan. Lateks yang berasal dari pohon karet yang sehat dan baru disadap dapat dikatakan steril atau bersih sama sekali dari mikroorganisme. 4. Faktor Cuaca atau musim faktor cuaca atau musim sering menyebabkan timbulnya prakoagulasi. Pada saat tanaman karet menggugurkan daunnya prakoagulasi terjadi lebih sering. Begitu juga pada saat musim hujan. Lateks yang baru disadap mudah menggumpal jika terkena sinar matahari yang terik karena kestabilan koloidalnya rusak oleh panas yang terjadi. 5. Kondisi Tanaman Tanaman karet yang sedang sakit, masih mudah atau telah tua bisa mempengaruhi prakoagulasi. Penyadapan pada tanaman yang belum siap sadap akan menghasilkan lateks yang kurang mantap, mudap menggumpal. Hasil sadapan tanaman yang menderita penyakit fisiologis sering membeku dalam mangkuk. 6. Air Sadah Air sadah adalah air yang mengandung ion Calsium, ion Magnesium, dan ion Ferri. Apabila air tercampur kedalam lateks, maka prakoagulasi akan terjadi dengan Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009 cepat, untuk menjaga jangan sampai air sadah dipakai dalam pengolahan, maka dilakukan analisis kimia. 7. Cara Pengangkutan Sarana tranportasi baik jalan atau kendaraan yang buruk akan menambah frekuensi terjadinya prakoagulasi. Jalan yang buruk atau angkutan yang berguncang – guncang mengakibatkan lateks yang diangkut terkocok – kocok secara kuat sehingga merusak kestabilan koloidal. 8. Kotoran atau Bahan – bahan lain yang tercampur Prakoagulasi sering terjadi karena pencampuran kotoran atau bahan lain yang mengandung kapur atau asam.

2.5.1 Tindakan Pencegahan Prakoagulasi dan Zat Anti Koagulan

Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya prakoagulasi antara lain sebagai berikut : - Menjaga kebersihan alat – alat yang digunakan dalam penyadapan penampungan, maupun pengangkutan - Mencegah pengenceran lateks dari kebun dengan air kotor - Memulai penyadapan pada pagi hari sebelum matahari terbit Bahan yang digunakan sebagai antikoagulan adalah ; 1. Soda atau Natrium Karbonat Anti koagulan ini tidak mempengaruhi waktu pengeringan dan kualitas produk yang dihasilkan, hanya mudah membentuk gas asam arang CO 2 dalam lateks, sehingga mempermudah pembentukan gelembung gas dalam bekuan koagulum . 2. Amoniak Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009 Bersifat senyawa antikoagulan dan juga sebagai desinfektan. 0,7 NH 3 biasa digunakan untuk pengawetan lateks pusingan. Tiap liter lateks membutuhkan 5 – 10 ml larutan amoniak 2 – 2,5 .

2.5.2 Bahan Senyawa penggumpal Koagulan

- Asam semut disebut juga asam formiat CHOOH , berupa cairan yang jernih dan tidak berwarna, mudah larut dalam air, berbau merangsang, dan masih bereaksi asam pada pengenceran. - Asam cuka disebut juga asam asetat CH 3 COOH , berupa cairan yang jernih dan tidak berwarna, berbau merangsang, dan mudah diencerkan dalam air. Tim Penulis, 1999 Tabel 1 : Kandungan bahan – bahan dalam lateks Segar dan lateks yang Dikeringkan : Bahan Lateks segar Lateks yang dikeringkan Kandungan karet 35,62 88,28 Resin 1,65 4,10 Protein 2,03 5,04 Abu 0,70 0,84 Zat gula 0,34 0,84 Air 59,62 1,00 Karet alam adalah polimer dari suatu isoprena 2 metil 1,3 butadiena CH 2 = C – CH = CH 2 ——— CH 2 – C = CH – CH 2 n | | CH 3 CH 3 Isoprena Poli isoprena 2 metil 1,3 butadiena Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009

2.6 Lateks Pekat

Lateks pekat adalah jenis karet yang berbentuk cairan pekat, tidak berbentuk lembaran atau padatan lainnya. Lateks pekat yang dijual dipasaran ada yang dibuat melalui proses pendadihan atau creamed lateks dan melalui proses pemusingan atau centrifuged lateks. Biasanya lateks pekat banyak digunakan untuk pembuatan bahan – bahan karet yang tipis dan bermutu tinggi. Standar mutu lateks pekat baik lateks pusingan atau lateks dadih dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2 : Standar Mutu Lateks Pekat Lateks pusingan Centrifuged Latex Lateks Dadih Creamed Latex 1. Jumlah padatan minimun 2. kadar karet kering minimum 3. Perbedaan angka butir 1 dan 2 minimum 4. Kadar amoniak minimum 5. Viskositas maksimum pada suhu 25 C 6. Endapan dari berat basah maksimum 7. Kadar koagulan dari jumlah padatan maksimum 8. Bilangan KOH 61,5 60,0 2,0 1,6 50 centipoises 0,10 0,08 0,80 64,0 62,0 2,0 1,6 50 centipoises 0,10 0,08 0,80 Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009 maksimum 9. kemantapan mekanis minimum 10. Persentase kadar tembaga dari jumlah padatan maksimum 11. Persentase yang kadar mangan dari jumlah padatan maksimum 12. Warna 13. Bau setelah dinetralkan dengan asam borat 475 detik 0,001 0,001 tidak biru tidak kelabu tidak boleh berbau busuk 475 detik 0,001 0,001 tidak biru tidak kelabu tidak boleh berbau busuk Boehana S.M, 1993

2.6.1 Karet Bongkah atau Block Rubber

Karet bongkah adalah karet remah yang telah dikeringkan dan dikilang menjadi bandela – bandela dengan ukuran yang telah ditentukan. Karet bongkah ada yang berwarna muda dan setiap kelasnya mempunyai kode warna tersendiri. Standar mutu karet bongkah Indonesia tercantum dalam SIR Standard Indonesian Rubber seperti tertera dalam tabel 3. Di Malaysia daftar seperti SIR diatas tercantum dalam SMR Standard malaysian rubber . Dibanding dengan SIR, SMR mempunyai sedikit perbedaan dan standar yang dibuatpun mencakup lebih banyak ketentuan. Daftar SMR selengkapnya dapat dilihat pada tabiel 4 . Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009 Tabel 3 : Standard Indonesian Rubber SIR 5 L SIR 5 SIR 10 SIR 20 SIR 50 Kadar kotoran maksimum Kadar abu maksimum Kadar zat asiri maksimum PRI maksimum Plastisitas – Po minimum Limit warna maksimum Kode warna 0,05 0,50 1,0 60 30 6 hijau 0,05 0,50 1,0 60 30 _ hijau 0,10 0,75 1,0 50 30 _ hijau 0,20 1,00 1,0 40 30 _ hijau 0,50 1,50 1,0 30 30 _ hijau Tabel 4 : Standard Malaysian Rubber SMR 5 L SMR 5 SMR 10 SMR 20 SMR 50 Kadar kotoran maksimum Kadar abu maksimum Kadar nitrogen maksimum Kadar zat atsiri maksimum PRI maksimum Plastisitas – Po minimum Limit warna maksimum Kode warna Warna bungkus plastik Warna strip plastik 0,05 0,60 0,65 1,0 60 30 6,0 hijau muda jernih jernih 0,05 0,60 0,65 1,0 60 30 _ hijau muda jernih keruh putih 0,10 0,75 0,65 1,0 50 30 _ cokelat jernih keruh putih 0,20 1,00 0,65 1,0 40 30 _ merah jernih keruh putih 0,50 1,50 0,65 1,0 30 30 _ kuning jernih keruh putih Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009

2.6.2 Sifat Karet alam

Karet alam mengandung seratus persen cis – 1,4 – polisoprena, yang terdiri dari rantai polimer lurus dan panjang denga gugus isoprenik yang berulang. Komposisi lateks segar dari kebun dan karet kering disajikan pada tebel berikut Tabel 5 : Tabel 5 : Komposisi lateks segar dan lateks kering menurut Indra Surya Komponen Komponen dalam lateks segar Komponen dalam lateks kering Karet hidrokarbon 36 92 – 94 Protein 1,4 2,5 – 3,5 Karbohidrat 1,6 _ Lipida 1,6 2,5 – 3,2 Persenyawaan organik lain 0,4 _ Persenyawaan anorganik 0,5 0,1 – 0,5 Air 58,5 0,3 – 1,0 Pada saat penyimpanan, kekerasan karet alam bertambah. Penambahan kekerasan ini diindikasikan oleh nilai viskositas mooneynya. Viskositas Mooney merupakan suatu pengujian terhadap viskositas dari karet. Semakin tinggi nilai Viskositas Mooney maka semakin tahan karet tersebut terhadap regangan strain . Pengerasan pada saat penyimpanan disebabkan reaksi sambung silang dari sejumlah kecil gugus aldehid yang terdapat dalam molekul karet. Efek pengerasan ini dapat dicegah dengan mengolah lateks dengan garam hidroksilamin. Garam hidroksilamin akan bereaksi dengan gugus aldehid membentuk oksin tak aktif. Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009 Karet merupakan hasil bumi yang bila diolah dapat menghasilkan berbagai macam produk yang amat dibutuhkan dalam kehidupan. Teknologi karet sendiri semakin berkembang dan akan terus berkembang seiring berjalannya waktu dan akan semakin banyak produk yang dihasilkan dari industri ini. Ada dua jenis karet yang biasa digunakan dalam industri yaitu karet alam dan karet sintesis. Karet alam natural rubber merupakan air getah dari tumbuhan Hevea brasiliensis, yang merupakan polimer alam dengan monomer isoprena, sedangkan karet sintetis sebagian besar dibuat dengan mengandalkan bahan baku minyak bumi. Saat ini jumlah produksi dan konsumsi karet alam jauh di bawah karet sintetis. Kedua jenis karet ini memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Karet alam memiliki daya elastis atau daya lenting yang sempurna, memiliki plastisitas yang baik, tidak mudah panas dan memiliki daya tahan yang tinggi terhadap keretakan. Karet sintetis lebih tahan terhadap berbagai bahan kimia dan harganya relatif stabil. Contoh karet sintetis yang banyak digunakan yaitu styrene butadiene rubber SBR. Untuk mengubah sifat fisik dari karet dilakukan proses vulkanisasi. Vulkanisasi adalah proses pembentukan ikatan silang kimia dari rantai molekul yang berdiri sendiri, meningkatkan elastisitas dan menurunkan plastisitas. Suhu adalah faktor yang cukup penting dalam proses vulkanisasi, namun tanpa adanya panas pun karet tetap dapat divulkanisasi. Proses Vulkanisasi Sejak Goodyear melakukan percobaan memanaskan karet dengan sejumlah kecil sulfur, proses ini menjadi metode terbaik dan paling praktis untuk merubah sifat fisik dari karet. Proses ini disebut vulkanisasi. Fenomena ini tidak hanya terjadi pada karet alam, namun juga pada karet sintetis. Telah diketahui pula bahwa baik panas maupun sulfur tidak menjadi faktor utama dari proses vulkanisasi. Karet dapat divulkanisasi atau mengalami proses curing tanpa adanya panas. Contohnya dengan bantuan sulfur klorida. Banyak pula bahan yang tidak mengandung sulfur tapi dapat memvulkanisasi karet. Bahan ini terbagi dua yaitu oxidizing agents seperti selenium, telurium dan peroksida organik. Serta sumber radikal bebas seperti akselerator, senyawa azo dan peroksida organik. Indra Surya, 2005 Banyak reaksi kimia yang berhubungan dengan vulkanisasi divariasikan, tetapi hanya melibatkan sedikit atom dari setiap molekul polimer. Definisi dari vulkanisasi Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009 dalam kaitannya dengan sifat fisik karet adalah setiap perlakuan yang menurunkan laju alir elastomer, meningkatkan tensile strength dan modulus serta preserve its extensibility. Meskipun vulkanisasi terjadi dengan adanya panas dan sulfur, proses itu tetap berlangsung secara lambat. Reaksi ini dapat dipercepat dengan penambahan sejumlah kecil bahan organik atau anorganik yang disebut akselerator. Untuk mengoptimalkan kerjanya, akselerator membutuhkan bahan kimia lain yang dikenal sebagai aktivator, yang dapat berfungsi sebagai aktivator adalah oksida-oksida logam seperti ZnO. Vulkanisasi dapat dibagi menjadi dua kategori, vulkanisasi nonsulfur dengan peroksida, senyawa nitro, kuinon atau senyawa azo sebagai curing agents; dan vulkanisasi dengan sulfur, selenium atau telurium. Vulkanisasi karet masih merupakan proses yang lambat, sehingga lebih banyak sulfur yang digunakan daripada jumlah optimumnya. Waktu curing beberapa jam, oleh karena itu dibutuhkan bahan yang mampu mempercepat proses vulkanisasi. Kalsium, magnesium atau seng oksida akselerator anorganik dapat mempercepat proses vulkanisasi. Industri karet mengalami perubahan besar ketika diperkenalkan akselerator organik untuk vulkanisasi. Diantaranya ialah senyawa-senyawa yang mengandung sulfur seperti tiourea, tiofenol, merkaptan, ditiokarbamat, tiuram disulfida ditambah akselerator nonsulfur seperti urea. Selain dengan cara mengawali pembentukan radikal bebas atau dengan mengikat proton, beberapa akselerator dapat bekerja dengan bantuan panas. Beberapa akselerator memerlukan aktivator dalam kerjanya. Keberadaan oksida logam atau garam dari kalsium, seng atau magnesium diperlukan untuk mencapai efek penuh dari hampir semua jenis akselerator. Kelarutan dari bahan sangat penting. Oleh karena itu, oksida-oksida logam banyak digunakan Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009 bersama asam organik seperti asam stearat atau sabun dari logam yang digunakan stearat, laurat. Disamping kebutuhan akan aktivator, dengan akselerator seperti merkaptobenzotiazol, adanya oksida logam menjadi sangat penting dalam menentukan jenis reaksi ikatan silang yang terjadi. Ikatan yang terbentuk adalah jembatan ion yang kuat yang terbentuk ketika vulkanisasi. Vulkanisat dengan komposisi karet, sulfur, akselerator, aktivator dan asam organik relatif bersifat lembut. Nilainya dalam industri modern pun relatif rendah. Untuk memperbaiki nilai di industri perlu ditambahkan bahan pengisi. Penambahan ini meningkatkan sifat-sifat mekanik seperti tensile strength, stiffness, tear resistance, dan abrasion resistance. Bahan yang ditambahkan disebut reinforcing fillers dan perbaikan yang ditimbulkan disebut reinforcement. Hanya sedikit bahan pengisi yang bersifat memperbaiki satu atau dua sifat karet alam. Sementara yang lainnya melemahkan vulkanisat pada satu atau dua sifat. Bahan tersebut dikenal sebagai inert fillers. Kemampuan filler untuk memperbaiki sifat vulkanisat dipengaruhi oleh sifat alami filler, tipe elastomer dan jumlah filler yang digunakan. Komposisi kimia dari filler menentukan kemampuan kerja dari filler. Karbon hitam adalah filler yang paling efisien meskipun ukuran partikel, kondisi permukaan dan sifat lain dapat dikombinasikan secara luas. Sifat elastomer juga turut menentukan daya kerja dari filler. Bahan yang baik untuk memperbaiki sifat karet tertentu, belum tentu bekerja sama baiknya untuk jenis karet lain. Peningkatan jumlah filler menyebabkan perbaikan sifat vulkanisat. Karbon hitam adalah satu-satunya bahan murah yang dapat memperbaiki ketiga sifat penting vulkanisat yaitu tensile strength, tear resistance dan abrasion resistance. Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009 Cara pencampuran mengukiti standar dari PT. Bridgestonr juga, yaitu dengan cara sebagai berikut : 1. Kompon nonproduktif Yang terdiri dari karet dengan bahan ramuan kecuali belerang, digiling dengan Banbury Mixing Mill. Suhu penggilingan 80 – 90 o C. Kompon yang diperoleh lalu dibuat lembaran yang tebalnya 5 – 5,2 mm dengan menggunakan sheeting mill. Lembaran didinginkan di dalam air, kemudian dicelupkan di dalam larutan MgCO 3 , untuk mencegah kelengketan. 2. Kompon produktif Kompon produktif dibuat dari nonproduktif ditambah dengan belerang. Pencampuran dilakkan juga dengan Banbury Mixing Mill, kemudian dibuat lembaran dengan sheeting mill. Hasil yang diperoleh ditimbang untuk mengetahui berapa persen berat yang hilang pada penggilingan tersebut. Lembaran lalu dicelupkan di dalam larutan MgCO 3 , kemudian dibiarkan pada suhu kamar selama 16 – 24 jam. Spillane James, 1983 Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009 BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat – Alat

- Analytical Balance - Termometer 200 o C - Labu ukur - Gelas Erlenmeyer - Oven - Saringan 325 mesh - Pemanas infrared - Penjepit - Gunting - Botol pencuci - Talam alumunium - Ultrasonic Cleaner - Slide Projector - Desikator - Kantong Plastik

3.2 Bahan – Bahan

- Mineral Terpentine - Silica Gel Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009 - Karet Sheet - Aquadest - Peptiser

3.3 Prosedur

Giling contoh uji untuk penetapan kadar kotoran sebesar 20 – 25 g melalui gilingan laboratorium setelah penggilingan pertama, lembaran karet dilipat dua , kedua rol berputar dengan kecepatan yang sama dan celah rol diatur 0,35 mm. Timbang kira – kira 10 g lembaran contoh karet dengan ketelitian mendekati 0,1 mg. kemudian digunting kecil – kecil menjadi 12 – 15 potongan. Masukkan potongan tersebut kedalam labu erlenmeyer 200 ml yang telah berisi terpentin mineral 250 ml dan 1 – 2 ml peptiser. Panaskan diatas pemanas infra merah selama 1,5 – 2,5 jam pada suhu kira – kira 120 o C. Kocok sekali – kali untuk mempercepat pelarutan. Jika karet telah sempurna, saring dalam keadaan panas secara dekantasi melalui saringan yang bersih. Saringan yang akan digunakan, sebelumnya harus dikeringkan didalam oven selama 1 jam pada suhu 100 o C dan setelah didinginkan di dalam desikator sampai suhu kamar kemudian ditimbang. Biarkan kotoran mengendap sebanyak mungkin di dasar labu erlenmeyer untuk pencucian selanjutnya. Cuci kotoran di dalam labu sebanak 2 kali masing – masing dengan 30 – 50 ml terpentin panas. Tuangkan cucian kedalam saringan dengan memiringkan labu sehingga mulut labu menghadap ke bawah. Semprotkan terpentin dingin ke dalamnya dengan menggunakan botol semprot. Usahakan agar seluruh sisa kotoran terbawa ke dalam saringan. Pencucian diakhiri dengan menyemprotkan terpentin panas pada sekeliling dinding bagian dalam saringan dengan hati – hati. Keringkan saringan berisi kotoran Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009 di dalam oven pada suhu 90 – 100 o C selama 1 jam, dinginkan dalam desikator selama 30 menit kemudian ditimbang dengan ketelitian mendekati 0,1 mg. Perhitungan : A – B Kadar Kotoran = ————x 100 C Dimana : A = berat kadar kotoran + berat saringan B = berat saringan kosong C = berat contoh Marhot Ritonga : Pengaruh Kadar Kotoran Terhadap Kualitas Karet Remah, 2008. USU Repository © 2009 BAB 4 DATA DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Percobaan