Sari Hayati : Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Kesepian Pada Lansia, 2010.
D. PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL LANSIA
Masa lansia adalah masa perkembangan terakhir dalam hidup manusia. Disebut perkembangan disini bukan berarti perkembangan fisik seperti yang dialami
oleh remaja, akan tetapi adalah perkembangan psikologis dan sosial. Seperti yang diuraikan oleh Erikson, bahwa tugas perkembangan di lanjut usia adalah tercapainya
integritas dalam diri. Artinya, lansia berhasil memenuhi komitmen dalam hubungan dirinya dengan orang lain, menerima kelanjutan usianya, menerima keterbatasan
fisiknya. Akan tetapi ketika seseorang tidak bisa mencapai integritas diri, maka lansia tersebut akan mengalami keputusasaan, merasa tidak berguna dalam hidup, banyak
mengeluh, dan banyak menuntut yang akan menyebalkan keluarganya. Menurut Syme 1984, salah satu faktor psikososial adalah perubahan-perubahan hidup yang
menekan seperti kehilangan orang yang dicintai dalam Prawitasari, 1994. Kehilangan orang-orang yang dicintai dapat memicu hadirnya perasaan
kesepian pada lansia. Kesepian pada lansia sendiri lebih mengacu pada kesepian dalam konteks ”sindrom sarang kosong”, dimana kesepian yang muncul diakibatkan
kepergian anak-anak untuk hidup terpisah dengan mereka dan juga akibat dari kepergian pasangan hidup untuk kembali kepada Sang Pencipta. Jadi kesepian tidak
semata-mata muncul akibat kesendirian fisik atau ketidakberadaan orang lain di sekeliling hidup seseorang, tetapi juga akibat dari perasaan ditinggalkan khususnya
Sari Hayati : Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Kesepian Pada Lansia, 2010.
oleh mereka yang tadinya memiliki hubungan emosional yang amat dekat Gunarsa, 2004.
E. PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP KESEPIAN PADA LANSIA
Perlmutter dan Hall 1985 menyatakan bahwa lansia umumnya mengalami perubahan-perubahan dalam perkembangannya seperti penurunan struktur dan fungsi,
sehingga menjadi tua diasumsikan sebagai orang yang tidak lagi berkembang. Hal itu merupakan sesuatu yang tidak menyenangkan, bahkan di Indonesia sebagian anggota
masyarakat masih beranggapan bahwa lansia adalah orang yang sudah tidak berguna bahkan kadang-kadang dirasakan sebagai suatu beban dalam Martini dkk, 1993.
Akan tetapi, lansia di indonesia biasanya juga dikaitkan dengan kearifan. Makin tua seseorang, dia akan dianggap arif dan bijaksana. Anak cucu akan datang
dan minta restu padanya. Meskipun ia sudah pikun, anak, cucu, ataupun keluarga lainnya akan merawatnya dengan penuh hormat. Banyak pula lansia mempunyai
rumah tangga sendiri. Biasanya mereka hidup berdekatan dengan anggota keluarga lainnya. Beberapa penelitian menunjukkan keanekaragaman kehidupan lansia di
Indonesia. Ada yang hidup bahagia di panti werdha, ada yang labih suka mandiri dan tinggal dirumah sendiri, dan banyak pula yang masih menghendaki tinggal dirumah
anak. Penelitian-penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa lansia tersebut merasa
Sari Hayati : Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Kesepian Pada Lansia, 2010.
cukup bahagia dengan keadaan tersebut, tapi ada pula yang merasa kesepian Prawitasari, 1994.
Kesepian merupakan kondisi yang sering mengancam kehidupan para orang tua, khususnya lansia, dimana kesepian ini tidak semata-mata muncul akibat
kesendirian fisik atau ketidakberadaan orang lain di sekeliling hidup seseorang, tetapi juga akibat perasaan ditinggalkan, khususnya oleh mereka yang tadinya memiliki
hubungan emosional yang amat dekat. Kesepian pada lansia lebih mengacu pada kesepian dalam konteks ”sindrom sarang kosong”, dimana kesepian yang muncul
diakibatkan kepergian anak-anak untuk hidup terpisah dengan mereka dan juga akibat dari kepergian pasangan hidup untuk kembali kepada Sang Pencipta Gunarsa, 2004.
Peplau dan Perlman menyimpulkan tiga elemen dari definisi kesepian yaitu : merupakan pengalaman subyektif, yang mana tidak bisa diukur dengan observasi
sederhana, kesepian merupakan perasaan yang tidak menyenangkan, secara umum merupakan hasil dari kurangnya atau terhambatnya hubungan sosial dalam Deaux,
Dane dan Wrightsman, 1993. Pada saat mengalami kesepian, individu akan merasa dissatisfied tidak puas, deprivied kehilangan, dan distressed menderita. Banyak
pula penelitian yang menemukan bahwa kesepian dapat menyebabkan seseorang mudah terserang penyakit, depresi, bunuh diri, bahkan sampai menyebabkan
kematian pada lansia Ebersole, Hess, Touhy, 2005. Untuk itu, kesepian merupakan suatu hal yang sangat ditakuti oleh lansia.
Sari Hayati : Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Kesepian Pada Lansia, 2010.
Beyene, Becker, Mayen 2002 menjelaskan bahwa ketakutan akan kesepian merupakan gejala yang amat dominan terjadi pada lansia. Kondisi ketakutan
tersebut memiliki kadar yang berbeda, meskipun begitu secara khas hal tersebut dipengaruhi oleh derajat dan kualitas dari dukungan sosial. Ketika lansia mengalami
kesepian akibat keterpisahan dengan anak-anak mereka, ataupun akibat ditinggal mati oleh pasangan hidupnya, lansia tersebut pada dasarnya kehilangan dukungan sosial
dari orang yang paling dekat dalam Gunarsa, 2004. Ada berbagai pendapat yang mengemukakan bahwa kesepian terkait langsung
dengan keterbatasan dukungan sosial. Fessman dan Lester 2000 menjelaskan bahwa dukungan sosial merupakan prediktor bagi munculnya kesepian. Maksudnya disini
adalah individu yang memperoleh dukungan sosial terbatas lebih berpeluang mengalami kesepian, sementara individu yang memperoleh dukungan sosial yang
lebih baik tidak terlalu merasa kesepian. Hal ini juga menunjukkan akan pentingnya interaksi sosial dikalangan lansia untuk mengantisipasi masalah kesepian tersebut
dalam Gunarsa, 2004. Menurut Baron dan Byrne 2002, dukungan sosial adalah kenyamanan fisik dan
psikologis yang diberikan oleh teman-teman dan keluarga individu tersebut. Dukungan sosial sendiri pada dasarnya dapat berasal dari berbagai sumber seperti
pasangan hidup, keluarga, pacar, teman, rekan kerja, dan organisasi komunitas Sarafino, 2006.
Sari Hayati : Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Kesepian Pada Lansia, 2010.
Untuk memperoleh dukungan sosial tersebut para lansia perlu berinteraksi dengan orang lain seperti membuat kontak sosial. Hal ini sesuai dengan penelitian
Haditono dkk 1983, yang menunjukkan bahwa lansia akan lebih merasa senang dan bahagia dengan adanya aktivitas rutin serta mempunyai hubungan sosial dengan
kelompok seusianya, karena hal tersebut dapat mengisi waktu luang mereka dalam Prawitasari, 1994. Dukungan sosial mungkin saja datang dari berbagai pihak, tetapi
dukungan sosial yang amat bermakna dalam kaitannya dengan masalah kesepian adalah dukungan sosial yang bersumber dari mereka yang memiliki kedekatan
emosional, seperti anggota keluarga dan kerabat dekat Gunarsa, 2004.
F. HIPOTESA PENELITIAN