menerima rata-rata harga sebesar 84,80 dari rata-rata harga pasar, sedangkan yang memasarkan bukan ke STA menerima rata-rata harga sebesar 83,77 dari
rata-rata harga pasar. Dalam penelitian ini rata-rata harga pasar diperoleh dari Kartu Monitor Harga Komoditi Pangan Kabupaten Asahan Tahun 2012 di Dinas
Pertanian Kabupaten Asahan.
4.4. Hasil Analisis
4.4.1. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemasaran STA
Analisis lingkungan strategis yang mempengaruhi kinerja dalam proses pemasaran STA Hessa Air Genting dibagi atas faktor internal dan eksternal.
Faktor internal yang merupakan suatu kekuatan dan kelemahan dalam pemasaran STA Hessa Air Genting adalah sosialisasi, harga pembelian di STA, sarana dan
prasarana STA, modal STA dan kelembagaan STA. Hasil observasi menunjukkan skor faktor-faktor internal tersebut masing-masing adalah sebagai
berikut : Tabel 11. Penentuan Skor Faktor Internal
No. Parameter
Rata- Rata
Skor Hasil
Penilaian Sumber Keterangan
Jumlah Orang
1. 2.
3. 4.
5. Sosialisasi
Harga pembelian di STA Sarana dan Prasarana STA
Modal STA Kelembagaan STA
1 3
1 3
1 Kelemahan
Kekuatan Kelemahan
Kekuatan Kelemahan
Pengelola STA
Petani dan pedagang yang memasarkan di STA
Pengelola STA Pengelola STA
Pengelola STA 1
12 1
1 1
Sumber : Lampiran 5, 6, 9
Tabel 11 menunjukkan bahwa hasil penilaian faktor internal yang mempengaruhi dalam pemasaran Hessa Air Genting terdapat 2 kekuatan dan 3
kelemahan. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
1. Sosialisasi tidak ada.
Dalam penelitian, sosialisasi diukur dengan kegiatan memperkenalkan dan menyampaikan informasi tentang STA kepada petani maupun pedagang
pengumpul desa. Ternyata dari hasil wawancara STA tidak pernah melakukan kegiatan tersebut lampiran 9, parameter 1. Hal ini disebabkan karena SDM
pengelola STA sangat kurang. Sampai saat ini pengelolaan STA dijalankan oleh Gapoktan Subur dan kegiatan utama yang dilaksanakan hanya difokuskan pada
kegiatan pemasaranjual beli sayuran saja. 2.
Harga pembelian di STA tinggi. Harga pembelian STA adalah harga rata-rata yang diterima petani dan
pedagang yang memasarkan ke STA. Hasil penelitian menunjukkan nilainya rata-rata 84,80 dari rata-rata harga pasar dengan rentang antara 82,63 -
87,14 lampiran 17. Harga tersebut relatif tinggi jika dibandingkan dengan harga pembelian pedagang pengumpul desa yang rata-rata sebesar 62,61 dari
rata-rata harga pasar dengan rentang antara 50,88 - 72,17 lampiran 18. Padahal dari 30 petani sampel, hanya 5 orang 16,67 yang menjual ke STA.
Selebihnya menjual kepada pedagang pengumpul desa lampiran 3. 3.
Sarana dan prasarana STA sangat kurang Dalam penelitian ini sarana dan prasarana yang dicakup adalah sarana
transportasi, sarana komunikasi, bantuan modal, sortir dan grading. Sarana transportasi sangat dibutuhkan karena umumnya petani lebih suka kalau hasil
panennya diambil langsung ke lahan karena selain tidak mempunyai sarana transportasi mereka juga tidak sempat untuk mengantar. Sarana komunikasi
dibutuhkan untuk menghubungkan petani dengan STA sehingga STA dapat
Universitas Sumatera Utara
mengetahui situasi pertanaman dan komoditi yang ada. Bantuan modal sangat dibutuhkan karena umumnya petani banyak yang mempunyai keterikatan modal
untuk usaha taninya. Adanya sortir dan grading sehingga keseluruhan hasil panen dapat diambil sesuai dengan kualitas.
Selama ini petani lebih suka menjual hasil panennya kepada pedagang pengumpul desa karena para pedagang pengumpul desa aktif mendatangi para
petani di tempat produksi ketika mendekati masa panen, semua hasil diambil dengan harga yang berbeda sesuai dengan kualitas dan mereka juga memberikan
bantuan modal kepada petani yang membutuhkan. 4.
Modal STA kuat Modal STA diukur dari kemampuan STA untuk membeli produksi
sayuran di lima kecamatan penelitian. Dari hasil wawancara dengan pengelola STA bahwa modal STA berasal dari bantuan Pemerintah yaitu dari APBD I
Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara dan dari dana APBN yaitu bantuan PUAP untuk Gapoktan Subur. Modal tersebut digunakan untuk modal usaha
STA. Dengan modal tersebut diperkirakan STA akan mampu membeli produksi sayur-sayuran di lima kecamatan.
5. Kelembagaan STA belum ada
Kelembagaan STA diukur dari adanya Struktur Organisasi Pasar di Tingkat Petani Ditjen P2HP Departemen Pertanian, 2006. Hasil pengamatan
di lapangan ternyata menunjukkan bahwa STA belum mempunyai kepengurusanstruktur organisasi. Berdasarkan SK Kepala Dinas Pertanian
Kabupaten Asahan sebenarnya Gapoktan Subur ditetapkan sebagai pengelola STA. Namun demikian struktur organisasikelembagaan STA yang khusus
Universitas Sumatera Utara
menangani STA dengan unit-unit organisasi sesuai dengan tugas dan fungsi belum dibentuk, sehingga sampai saat ini hanya Gapoktan Subur sebagai
pengelola STA. Hal ini disebabkan belum adanya tindak lanjut SK Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Asahan untuk membentuk struktur
organisasikelembagaan STA. Faktor Eksternal yang merupakan peluang dan ancaman dalam
pemasaran STA Hessa Air Genting adalah lokasi STA, harga jual yang diterima petani dari pedagang pengumpul desa, harga jual yang diterima pedagang
pengumpul desa dari luar STA, modal petani, dukungan Pemerintah dan permintaan pasar. Hasil observasi menunjukkan skor faktor eksternal tersebut
masing-masing adalah sebagai berikut : Tabel 12. Penentuan Skor Faktor Eksternal
No. Uraian
Rata- Rata
Skor Hasil
Penilaian Sumber Keterangan
Jumlah Orang
1. 2.
3. 4.
5. 6.
Lokasi STA Harga jual yang diterima
petani dari pedagang
pengumpul desa Harga jual yang diterima
pedagang pengumpul desa dari luar STA
Modal petani Dukungan Pemerintah
Permintaan 4
3
2 2
3 4
Peluang Peluang
Ancaman Ancaman
Peluang Peluang
Pengelola STA Petani yang tidak
memasarkan di STA Pedagang yang tidak
memasarkan di STA Petani yang tidak
memasarkan di STA Pengelola STA
Pengelola STA 1
25 15
25 1
1 Sumber : Lampiran 5, 7, 8, 9
Tabel 12 menunjukkan bahwa hasil penilaian faktor eksternal yang mempengaruhi dalam pemasaran Hessa Air Genting terdapat 4 peluang dan 2
ancaman. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
1. Lokasi STA strategis.
Dalam penelitian ini lokasi STA dikatakan strategis diukur dari terletak di jalan lintas dan berada pada sentra produksi. Dari hasil wawancara STA Hessa
Air Genting terletak di jalan lintas Sumatera, di Desa Hessa Air Genting yang merupakan salah satu sentra produksi sayur-sayuran di Kabupaten Asahan
lampiran 9, parameter 2. Lokasi STA yang terletak di jalan lintas memudahkan para petani, pedagang pengumpul desa maupun pedagang luar daerah untuk
memasarkan sayur-sayurannya ke`STA. Selain itu juga memudahkan STA untuk memasarkan sayur-sayuran karena pada umumnya pembeli membawa barang
dagangannya ke luar kota dan juga sebagian pembeli berasal dari luar kota. 2.
Harga jual yang diterima petani dari pedagang pengumpul desa rendah. Harga jual yang diterima petani dari pedagang pengumpul desa adalah
harga yang diterima petani yang memasarkan produksi sayur-sayurannya kepada pedagang pengumpul desa. Hasil penelitian menunjukkan nilainya rata-rata
62,61 dari rata-rata harga pasar dengan rentang antara 50,88 - 72,17 lampiran 18. Harga tersebut relatif rendah jika dibandingkan dengan harga
yang diterima petani jika memasarkan sayur-sayurannya ke STA. Harga yang diterima rata-rata sebesar 84,80 dari rata-rata harga pasar dengan rentang
antara 82,63 - 87,14 lampiran 17. Dari 30 petani sampel, sebanyak 25 orang 83,33 memasarkan ke pedagang pengumpul desa, hanya 5 orang
16,67 yang memasarkan ke STA lampiran 3.
Universitas Sumatera Utara
3. Harga jual yang diterima pedagang pengumpul desa dari luar STA relatif
sama dengan STA Harga jual yang diterima pedagang pengumpul desa adalah harga yang
diterima pedagang pengumpul desa yang memasarkan ke pedagang besar di kecamatan, pedagang luar daerah, maupun kepada pengecer. Hasil penelitian
menunjukkan nilainya rata-rata 83,77 dari rata-rata harga pasar dengan rentang antara 81,34 - 86,26 lampiran 19. Harga tersebut relatif sama jika
dibandingkan dengan harga yang diterima pedagang pengumpul desa jika memasarkan sayur-sayurannya ke STA selisih 1,03. Harga yang diterima
rata-rata sebesar 84,80 dari rata-rata harga pasar dengan rentang antara 82,63 - 87,14 lampiran 17. Dari 22 pedagang pengumpul desa sampel, sebanyak 15
orang 68,18 memasarkan ke selain STA, hanya 7 orang 31,82 yang memasarkan ke STA lampiran 4.
4. Modal petani lemah.
Modal petani diukur dari sumber modal yang diperoleh petani dalam usaha taninya. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa modal petani lemah.
Dari 25 sampel petani yang tidak memasarkan ke STA diperoleh bahwa 8 orang 32 seluruh modal untuk usaha taninya hutang kepada pedagangagen, 14
orang 56 sumber modal sebagian pinjam kepada pedagangagen. Hanya 3 petani sampel 12 menggunakan modal sendiri lampiran 7, parameter 8.
5. Adanya Dukungan Pemerintah.
Dalam penelitian ini dukungan Pemerintah diukur dari adanya pembinaan dan bantuan kepada STA. Dari wawancara dengan pengelola STA dan
pengamatan di lapangan, pembinaan dilakukan oleh Dinas Pertanian Kabupaten
Universitas Sumatera Utara
Asahan dan Dinas Pertanian Provinsi. Pembinaan terutama dilakukan terhadap kelengkapan administrasi STA. Bantuan yang diberikan berupa bantuan modal,
sarana dan prasarana baik oleh Pemerintah Kabupaten, Provinsi maupun Pusat. 6.
Permintaan pasar Permintaan pasar adalah permintaan sayur-sayuran oleh pembeli STA.
Dari hasil wawancara ternyata STA belum bisa untuk memenuhi keseluruhan permintaan. Dalam satu bulan rata-rata permintaan yang masih belum terpenuhi
untuk semua komoditi sekitar 10. Hal ini disebabkan karena masih sedikitnya petani dan pedagang pengumpul desa yang memasarkan sayur-
sayurannya ke STA. Selain itu juga karena sedikit atau kurangnya komoditi tertentu di lapangan
Pembobotan Faktor Internal dan Eksternal
Tahapan selanjutnya adalah penentuan bobot dari faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan pemasaran STA Hessa Air Genting. Dalam
penelitian ini pembobotan hanya dilakukan pada pengelola STA sebagai pelaksana strategi sehingga dalam pembobotan sangat ditentukan oleh
kemampuan pengelola STA sebagai responden untuk merespon faktor-faktor strategis internal maupun faktor-faktor strategis eksternal.
4.4.2. Matriks Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal