PEMBAHASAN Perbedaan Efek Ekstrak Jintan Hitam terhadap Candida albicans Denture Stomatitis dan Candida albicans (ATCC® 10231™)

BAB 5 PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui berapa konsentrasi Kadar Hambat Minimum KHM dan konsentrasi Kadar Bunuh Minimum KBM dari ekstrak jintan hitam terhadap Candida albicans denture stomatitis dan Candida albicans ATCC ® 10231 ™ , serta untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan efek ekstrak jintan hitam terhadap kedua jenis Candida albicans . Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris yang menggunakan satu sampel biakan Candida albicans yang diisolasi dari pasien denture stomatitis DS yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan sebelumnya, serta satu biakan Candida albicans ATCC ® 10231 ™ . Penderita DS dipilih karena insidensi penyakit ini cukup tinggi yaitu 65-70 dari pemakai gigi tiruan. 13,18 Etiologi utama terjadinya penyakit DS adalah jamur Candida albicans . 13-16 Candida albicans merupakan jamur yang sering ditemukan pada pemakai gigi tiruan lepasan, yaitu sebesar 50-65. 13 Selain itu, penggunaan obat-obatan antifungal secara luas telah menyebabkan berkembangnya resistensi obat. 35 Selain Candida albicans yang diisolasi dari pasien DS, penelitian ini juga menggunakan Candida albicans ATCC ® 10231 ™ sebagai perbandingan. Candida albicans ATCC ® 10231 ™ adalah produk yang dihasilkan oleh American Type Culture Collection , dimana produk ini ditujukan hanya untuk penelitian, bukan untuk tujuan diagnostik ataupun terapeutik. 29 Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode dilusi pengenceran dengan MHB untuk mendapatkan berbagai konsentrasi dari ekstrak jintan hitam. Pada setiap konsentrasi kemudian ditambahkan suspensi Candida albicans dan diinkubasi dalam inkubator. Pengamatan konsentrasi KHM dilakukan setelah tabung reaksi diinkubasi dalam inkubator selama 24 jam pada suhu 37 o C. Tabung reaksi yang tidak terbentuk endapan merupakan tabung yang menunjukkan efek fungistatis, dan konsentrasi terkecil dimana tidak terbentuk endapan adalah konsentrasi KHM. Universitas Sumatera Utara Setelah didapat konsentrasi KHM, dilakukan subkultur pada media SDA dan diinkubasi dalam inkubator selama 24 jam pada suhu 37 o C. Hasil subkultur kemudian diamati untuk mendapatkan konsentrasi KBM. Subkultur yang tidak terdapat pertumbuhan koloni adalah subkultur yang menunjukkan efek fungisidal, dan konsentrasi terkecil dimana tidak terdapat pertumbuhan koloni adalah konsentrasi KBM. Penelitian ini dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali dan dihitung rata-rata konsentrasi KHM dan KBM dari ekstrak jintan hitam. Hasil penelitian menunjukkan adanya efek fungistatis dan fungisidal dari berbagai konsentrasi ekstrak jintan hitam terhadap Candida albicans denture stomatitis dan Candida albicans ATCC ® 10231 ™ . Pada Candida albicans yang diisolasi dari pasien DS, didapati bahwa rata-rata nilai KHM terdapat pada konsentrasi 50 dan rata-rata nilai KBM terdapat pada konsentrasi 50. Sedangkan pada Candida albicans ATCC ® 10231 ™ , rata-rata nilai KHM terdapat pada konsentrasi 4,17 dan rata-rata nilai KBM terdapat pada konsentrasi 9,38. Adapun faktor yang mempengaruhi kemampuan ekstrak jintan hitam dalam bersifat fungistatis dan fungisidal yaitu adanya senyawa aktif seperti timokuinon, 3,10,11 timol, 11,12 dan karvakrol. 12 Timokuinon adalah senyawa dalam minyak atsiri jintan hitam yang menunjukkan aktivitas antifungal. 3,10,22 Mekanisme timokuinon sebagai antifungal adalah dengan menghambat germinasi spora, serta dapat mencegah terbentuknya biofilm jamur. 22 Selain timokuinon, senyawa lain yang mempunyai efek antifungal adalah timol dan karvakrol. Mekanisme timol dan karvakrol sebagai antifungal adalah dengan menghambat sintesis ergosterol. Ergosterol adalah komponen sterol utama dari membran sel jamur yang berfungsi untuk mempertahankan integritas dan fungsi sel jamur. Dengan terhambatnya sintesis ergosterol, maka akan menyebabkan kematian sel jamur. 12 Selain menghambat sintesis ergosterol, timol, senyawa fenol, mempunyai kemampuan untuk meracuni protoplasma, merusak, dan menembus dinding sel, serta mengendapkan protein sel mikroba. Komponen fenol juga dapat mendenaturasi enzim yang bertanggung jawab terhadap germinasi spora atau berpengaruh terhadap asam amino yang terlibat dalam proses germinasi. 11 Selain itu, Universitas Sumatera Utara senyawa fenol juga dapat mendenaturasi ikatan protein pada membran sel, sehingga membran sel menjadi lisis dan memungkinkan fenol untuk menembus ke dalam inti sel sehingga jamur tidak berkembang. 23 Selain penelitian ini, berbagai penelitian juga telah dilakukan oleh peneliti lain, dan semua penelitian tersebut mempunyai persamaan yang menunjukkan adanya efek fungistatis dan fungisidal dari ekstrak jintan hitam terhadap pertumbuhan Candida albicans . Penelitian Mashhadian dan Rakhshandeh 2005 di Iran mengemukakan ekstrak metanol jintan hitam mempunyai daya antimikroba terhadap Candida albicans . Pembuatan ekstrak jintan hitam dilakukan dengan metode refflux extraction . Candida albicans pada penelitian ini berasal dari luka, vagina, urin, dan tenggorokan. Penelitian ini dilakukan dengan metode dilusi dan difusi. Adapun hasil penelitian ini didapat KHM ekstrak metanol jintan hitam terhadap Candida albicans adalah 0,0625 g100ml dan zona hambat lebih dari 20mm ditunjukkan oleh 2mg ekstrak dalam 15ml media Mueller Hinton Agar . 8 Penelitian Raval dkk 2010 di India juga mengemukakan ekstrak jintan hitam dapat menghambat pertumbuhan beberapa strain jamur, diantaranya yaitu Candida albicans -MTCC-183. Ekstrak jintan hitam diperoleh dengan merendam biji jintan hitam dalam metanol dan etanol dan kemudian disaring dengan kertas saring dan dilakukan penguapan sampai ekstrak mengering. Penelitian ini menggunakan metode spektofotometer dan diperoleh nilai kadar ekstrak metanol dan etanol dari jintan hitam yang dapat menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans masing-masing 6,484 µgml dan 28,758 µgml. 10 Penelitian Haloci dkk 2012 di Italia mengemukakan ekstrak biji jintan hitam mempunyai efek antimikroba terhadap Candida albicans . Pada penelitian ini dilakukan pengujian ekstrak eter dan metanol jintan hitam terhadap Candida albicans ATCC ® 2091 ™ dengan metode difusi. Ekstrak diperoleh dengan metode Soxhlet apparatus . Hasil penelitian menunjukkan bahwa zona hambat 10µg ekstrak eter dan metanol dalam dimethylsulfoxide DMSO terhadap Candida albicans masing-masing adalah 21±0,5mm dan 24±0,8mm. 2 Penelitian Rahmawati, Al-Anwary, dan Sasongkowati tahun 2012 di Surabaya Universitas Sumatera Utara juga mengemukakan ada pengaruh pemberian infusa jintan hitam terhadap pertumbuhan Candida albicans dari biakan murni. Infusa jintan hitam diperoleh dari merebus jintan hitam dengan aquades mulai suhu 90 o C selama 15 menit. Pada penelitian ini didapat nilai KHM dan KBM masing-masing 20 dan 40. 11 Dari uraian diatas, dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan nilai KHM dan KBM yang didapat pada penelitian ini dengan penelitian lain. Hal ini berarti terdapat perbedaan kemampuan antifungal dari ekstrak jintan hitam. Adapun hal yang mungkin menyebabkan adanya perbedaan kemampuan tersebut adalah keadaan tanah, curah hujan, dan lingkungan asal tanaman. Selain faktor geografis, lama penyimpanan biji jintan hitam juga dapat menyebabkan perbedaan kemampuan antifungal. Penelitian Kamal, Arif, dan Ahmad 2010 di India mengemukakan aktivitas antimikroba tertinggi ditunjukkan oleh biji jintan hitam pada 9-11 hari setelah germinasi. Hal ini disebabkan karena pada saat germinasi, terjadi peningkatan volume karena sel biji menyerap air masuk ke dalam sel sehingga berbagai aktivitas metabolik juga dimulai. 36 Faktor lain yang mungkin menyebabkan perbedaan kemampuan antifungal yaitu metode pembuatan ekstrak jintan hitam. Pada penelitian ini, ekstrak diperoleh dengan metode maserasi, sedangkan pada penelitian yang lain menggunakan metode reflux dan soxhlet . Penelitian yang dilakukan Zeidan, Hijazi, Rammal, Kobaissi, dan Badran 2014 di Lebanon mengemukakan dari beberapa metode pembuatan ekstrak, metode reflux dan soxhlet dapat digunakan secara efisien untuk mendapatkan ekstrak dari bahan alami karena dapat menghasilkan ekstrak dalam jumlah yang lebih besar dengan waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan metode maserasi. 37 Metode ekstraksi memiliki kelebihan daripada metode infusa, dimana pada penelitian ini nilai KHM dan KBM ekstrak terhadap Candida albicans ATCC ® 10231 ™ yaitu 4,17 dan 9,38, sedangkan pada penelitian Rahmawati 2012, nilai KHM dan KBM infusa terhadap Candida albicans yaitu 20 dan 40. Hal ini disebabkan karena senyawa aktif yang terdapat pada infusa lebih kecil jumlahnya daripada ekstrak karena infusa hanya proses perebusan bahan alami, sedangkan ekstrak merupakan hasil proses penarikan zat aktif dari bahan alami. 11 Universitas Sumatera Utara Selain faktor geografis tanaman dan metode pembuatan ekstrak, hal lain yang mungkin menyebabkan perbedaan hasil penelitian adalah jenis Candida albicans yang digunakan dan metode pengujian ekstrak jintan hitam terhadap Candida albicans . Pada penelitian ini, nilai KHM dan KBM ekstrak jintan hitam terhadap Candida albicans denture stomatitis sama yaitu sebesar 50. Nilai yang sama ini mungkin dikarenakan bahwa ekstrak jintan hitam yang didapat berwarna hitam sehingga peneliti mendapat kesulitan saat membaca hasil penelitian. Pada penelitian ini, peneliti juga membandingkan nilai KHM dan KBM dari ekstrak jintan hitam terhadap Candida albicans yang diisolasi dari pasien DS dengan Candida albicans ATCC ® 10231 ™ . Hasil uji T tidak berpasangan yang diperoleh Tabel 7 menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan p0,05 antara rata-rata nilai KHM dan KBM dari ekstrak jintan hitam terhadap Candida albicans yang diisolasi dari pasien DS dan Candida albicans ATCC ® 10231 ™ , yang berarti H ditolak dan H α diterima. Hal ini berarti, ekstrak jintan hitam efektif terhadap Candida albicans ATCC ® 10231 ™ , namun tidak efektif terhadap Candida albicans yang diisolasi dari DS. Salah satu penyebab terjadinya perbedaan efek ekstrak jintan hitam tersebut adalah Candida albicans yang diisolasi dari pasien DS tersebut kemungkinan telah mengalami resistensi sehingga efek fungistatis dan fungisidal baru terdapat pada ekstrak jintan hitam dengan konsentrasi 50. Adapun faktor yang mungkin menyebabkan terjadinya resistensi tersebut adalah penggunaan obat antifungal yang terlalu sering. Biakan Candida albicans diperoleh dari penderita denture stomatitis yang telah menggunakan gigi tiruan selama lima tahun dengan kondisi gigi tiruan tersebut longgar, sehingga ada kemungkinan bahwa penderita telah berulang kali mengunjungi dokter gigi untuk mengobati denture stomatitis tersebut. Mekanisme terjadinya resistensi tersebut dikarenakan Candida albicans memiliki kecenderungan untuk mengalami perubahan fenotip, yang meliputi perubahan morfologi koloni dan perubahan ekspresi gen. Fenomena ini dikenal dengan istilah phenotype switching . 13,16 Salah satunya adalah perubahan white-opaque switching pada Candida albicans , dimana sel ragi normal yang berwarna putih Universitas Sumatera Utara berubah menjadi sel opak yang mengalami perpanjangan. Sel opak merupakan sel yang lebih sulit untuk difagosit oleh sel neutrofil dibandingkan sel putih. 38 Hal inilah yang mungkin menyebabkan zat antifungal sulit untuk membunuh jamur tersebut. Adapun mekanisme lain yang mungkin terjadi yaitu strain fungi memproduksi membran sel yang tidak mengandung ergosterol, namun mengandung sterol lain sehingga timol dan karvakrol tidak mengenali sterol tersebut dan tidak dapat menghambat sintesis sterol tersebut. 35,39,40 Hal inilah yang mungkin menyebabkan terjadinya perbedaan efek ekstrak jintan hitam terhadap Candida albicans denture stomatitis dan Candida albicans ATCC ® 10231 ™ . Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN