Katalis Homogen Katalis Heterogen

Katalis merupakan suatu senyawa yang dapat meningkatkan laju reaksi tetapi tidak ikut terkonsumsi oleh reaksi. Katalis digunakan secara luas baik di laboratorium dan industri Shriver Atkins, 1999 . Suatu katalis biasanya bekerja dengan membentuk ikatan kimia ke satu atau lebih pereaksi yang kemudian dapat membantu konversi dari pereaksi menjadi produk. Katalis tidak mempengaruhi kesetimbangan reaksi. Penjelasan kimia dari proses katalisis secara kualitatif diberikan melalui mekanisme reaksi Gates, 1991. Katalis pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: katalisis homogen, katalisis heterogen, dan katalisis enzim.

2.3.1. Katalis Homogen

Pada sistem katalisis homogen, katalis mempunyai fasa yang sama dengan reaktan dan produk reaksi Istadi,2011, katalis homogeny juga dapat dibagi menjadi katalis asam dan katalis basa. Katalis asam homogen umumnya digunakan adalah H 2 SO 4 , HCl, dan H 3 PO 4 . Akan tetapi penggunaan katalis ini memerlukan waktu reaksi yang lama, dapat menyebabkan korosi pada reaktor yang digunakan, rasio molar alkohol dengan minyak harus besar serta memerlukan suhu yang tinggi Helwani, 2009. Cara kerja katalis homogen umumnya melibatkan pembentukan senyawa kompleks antara yang bersifat tidak stabil dalam tahap – tahap reaksi. Katalis dengan reaktan membentuk kompleks antara yang mengakibatkan reaktan dalam kompleks menjadi aktif membentuk produk baru dan disertai dengan pelepasan katalisatornya Sugiyarto,2003. Kerugian katalis homogen adalah sulit untuk dipisahkan dari produk dan biayanya mahal. Katalis homogen juga dapat menyebabkan korosi dan pencemaran lingkungan Gates, dkk.,1979.

2.3.2. Katalis Heterogen

Pada sistem katalisis heterogen, katalis dan reaktan berbeda fasanya. Biasanya katalis adalah berupa padatan dengan reaktan berupa cairan atau gas, atau kadang- kadang fasa cair-gas Istadi,2011. Katalis heterogen juga terbagi menjadi katalis asam dan basa. Katalis heterogen basa juga dapat berupa pencampuran atau pendopingan oksida logam untuk meningkatkan kebasaannya seperti oksida logam Na, Li, dan K yang didoping pada CaO, MgO dan BaO D’Cruz, 2007 dan oksida campuran antara oksida logam Na, Li, dan La 2 O 3 Singh dan Fernando 2009. Selain katalis heterogen basa, banyak juga katalis heterogen asam yang dapat digunakan untuk reaksi esterifikasi. Katalis senyawa karbon berbasis sulfonat menjadi katalis yang paling diminati saat ini karena memiliki gugus –SO 3 H dengan kerangka karbon yang stabil dan memiliki aktifitas katalitik yang Voort,dkk, 2013. Kiss, dkk 2006 telah meneliti penggunaan resin penukar ion sebagai katalis reaksi esterifikasiyaitu Amberlyst-15 dan Nafion-NR50. Dari hasil yang diperoleh, diketahui bahwa kedua katalis ini meskipun memiliki banyak gugus sulfonat, namun kedua resin tersebut menunjukkan ketidakstabilan selama proses reaksi. Kedua katalis ini menunjukkan aktivitas awal yang cukup tinggi, tapi katalis Amberlyst-15 setelah 2 jam reaksi menjadi tidak aktif, sedangkan katalis Nafion-NR50 setelah 4,5 jam reaksi. Hal ini membuat kedua katalis resin tersebut tidak dapat digunakan secara terus- menerus dalam proses industri. Disamping itu, harga kedua katalis tersebut sangat mahal. Sidabutar 2011 telah menggunakan katalis padat polistirena sulfonat dengan derajat sulfonasi 6,24 pada reaksi transesterifikasi minyak jarak berkadar asam lemak bebas tinggi menghasilkan metil ester sebesar 93. Namun katalis ini tidak tahan terhadap suhu tinggi dan mudah terdegradasi. Bangun,dkk 2015 baru-baru ini telah mensintesis katalis berfase padat turunan dari silana yang tersubsitusi dengan gugus fenil sulfonat yaitu 1,2-dimetil- 1,1,2,2-tetrafenilsulfonatodisilana DMTPS dengan cara mensulfonasi 1,2-dimetil- 1,1,2,2-tetrafenildisilana. Katalis ini memiliki kestabilan termal sangat baik, dapat digunakan pada suhu tinggi yang bersifat reusable dan mampu mengkatalisis reaksi esterifikasi asam karboksilat rantai panjang dengan alkohol primer dan skunder. Senyawa dengan basis silikon dapat mengikat lebih banyak cincin benzena untuk disubstitusi oleh gugus sulfonat sehingga derajat sulfonasi menjadi lebih tinggi Fang, 2013. Dengan meningkatnya jumlah gugus SO 3 H maka daya pencampuran antara alkohol dengan minyak atau lemak akan semakin besar sehingga tidak perlu menggunakan co-solvent seperti dietil eter dan benzen.

2.3.3. Katalis Enzim

Dokumen yang terkait

Pembuatan 1,2,3-trioleilgliserol dari Esterifikasi Asam Oleat dengan Gliserol Menggunakan Katalis 1,1-dimetil- 1,1,2,2- tetrafenilsulfonatodisilana

3 82 63

Pembuatan Monooleilgliserol Dan Dioleilgliserol dari Esterifikasi Asam Oleat dengan Gliserol menggunakan katalis 1,1-dimetil- 1,1,2,2- tetrafenilsulfonatodisilana

3 61 49

Pembuatan Monooleilgliserol Dan Dioleilgliserol dari Esterifikasi Asam Oleat dengan Gliserol menggunakan katalis 1,1-dimetil- 1,1,2,2- tetrafenilsulfonatodisilana

0 4 49

Pembuatan 1,2,3-trioleilgliserol dari Esterifikasi Asam Oleat dengan Gliserol Menggunakan Katalis 1,1-dimetil- 1,1,2,2- tetrafenilsulfonatodisilana

0 8 63

Transformasi magnesium hidroksisitrat menjadi metilester hidrksisitrat menggunakan katalis 1,2-dimetil-1,1,2,2-tetrafenilsulfonatodisilana

0 0 12

Transformasi magnesium hidroksisitrat menjadi metilester hidrksisitrat menggunakan katalis 1,2-dimetil-1,1,2,2-tetrafenilsulfonatodisilana

0 0 2

Transformasi magnesium hidroksisitrat menjadi metilester hidrksisitrat menggunakan katalis 1,2-dimetil-1,1,2,2-tetrafenilsulfonatodisilana

0 0 5

Transformasi magnesium hidroksisitrat menjadi metilester hidrksisitrat menggunakan katalis 1,2-dimetil-1,1,2,2-tetrafenilsulfonatodisilana

0 0 13

Transformasi magnesium hidroksisitrat menjadi metilester hidrksisitrat menggunakan katalis 1,2-dimetil-1,1,2,2-tetrafenilsulfonatodisilana

0 0 4

Transformasi magnesium hidroksisitrat menjadi metilester hidrksisitrat menggunakan katalis 1,2-dimetil-1,1,2,2-tetrafenilsulfonatodisilana

0 0 2