intensif beberapa kali sehari, karena begitu reaksi obatnarkoba sudah habis akan terjadi gejala putus obat sakau seperti amat sakit yang taktertahan serta
tidak bisa diatasi kecuali dengan NARKOBA.
3
B. Tindak Pidana NARKOBA
Walaupun tidak disebutkan secara tegas dalam undang-undang bahwa tindak pidana yang diatur di dalamnya adalah tindak kejahatan, akan tetapi tidak
perlu disangsikan lagi bahwa seluruh tindak pidana dalam undang-undang merupakan kejahatan. Alasannya, NARKOBA itu digunakan hanya untuk
pengobatan dan kepentingan ilmu pengetahuan.
4
maka apabila ada kepentingan- kepentingan diluar kepentingan dua hal tersebut sudah dikategorikan kejahatan,
mengingat besarnya akibat yang ditimbulkan dari pemakaian NARKOBA tersebut secara tidak sah dan sangat membahayakan jiwa manusia.
5
Dalam undang-undang juga mengenal ancaman pidana minimal, namun ancaman pidana minimal dimaksudkan hanya untuk pemberatan hukuman saja,
bukan untuk dikenakan perbuatan pokoknya.
6
Ancaman pidana minimal hanya dapat dikenakan apabila tindak pidananya:
1 Didahului dengan pemufakatan jahat
2 Dilakukan secara terorganisasi
3
Nicholas, “Bahaya Narkoba”, artikel diakses pada 29 september 2010 dari http:www.dharana-lastarya.org
4
Hukum Narkoba Indonesia, h. 198.
5
M. Ridho Ma’ruf, Narkotika, Masalah dan Bahayanya, Jakarta: CV. Marga Jaya, 1976, h. 34.
6
Soedjono. D, Kriminalitas dan Ilmu Forensik, Bandung: PT. Tribisana Karya, 1976, h. 146.
3 Dilakukan oleh korporasi
7
Ketentuan di atas berlaku dalam undang-undang narkotika sedangkan dalam undang-undang psikotropika ancaman pidana minimal justru dikenakan
pada perbuatan pokoknya.
8
Dalam undang-undang narkotika ada empat pasal yang mengatur tentang hukuman minimal yaitu pasal 78, pasal 80, pasal 81, dan pasal 82. Sedangkan
dalam undang-undang psikotropika hanya terdapat satu pasal yaitu pasal 59.
9
Dan mengenai pengelompokkan kejahatan dibidang NARKOBA dari segi bentuk perbuatannya adalah:
1
Kejahatan yang menyangkut memproduksi, bukan hanya perbuatan
memproduksi saja melainkan perbuatan yang sejenis dengan itu, seperti mengolah, merakit, dan menyediakan NARKOBA untuk semua golongan.
2
Kejahatan yang menyangkut jual beli, bukan hanya jual beli dalam arti
sempit melainkan termasuk pula perbuatan ekspor dan impor dan tukar menukar barang.
10
3
Kejahatan yang menyangkut pengangkutan dan transito, dalam arti luas
kejahatan ini berarti perbuatan seperti membawa dan mengirim. 4
Kejahatan yang menyangkut penguasaan, dalam penguasaan ini seperti
memelihara atau memiliki untuk dimiliki atau untuk persediaan.
11
7
Ibid., h. 155.
8
Hukum Narkoba Indonesia, h. 199.
9
Penyalahgunaan Narkoba Dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum Nasional, h. 133.
10
Hukum Narkoba Indonesia, h. 199.
5 Kejahatan
yang menyangkut
penyalahgunaan NARKOBA,
penyalahgunaan ini dibedakan menjadi dua yaitu untuk orang lain dan diri sendiri dan keduanya mempunyai aturan hukuman yang berbeda dalam
undang-undang narkotika, sedangkan dalam undang-undang psikotropika
tidak diatur khusus tentang penyalahgunaan NARKOBA. 6
Kejahatan yang menyangkut tidak melaporkan pecandu, bahwa dalam
aturan sub bab yang lalu, baik pecandu ataupun dari pihak keluarga harus melaporkan apabila ada yang kecanduan NARKOBA.
12
7 Kejahatan yang menyangkut label dan publikasi, bagi pabrik obat harus
mencantumkan label narkotika ataupun psikotropika apabila menggunakan
bahan tersebut. 8
Kejahatan yang menyangkut penyitaan dan pemusnahan, yaitu kejahatan
yang menyangkut jalannya peradilan dalam penyidikan, penuntutan yaitu
mempersulit jalannya pemeriksaan. 9
Kejahatan yang menyangkut keterangan palsu, yaitu seseorang yang akan
menyampaikan keterangan terkait kasus narkoba harus diambil sumpah agar
tidak memberikan keterangan palsu. 10
Kejahatan yang menyangkut penyimpangan fungsi lembaga, yaitu
lembaga-lembaga yang diberikan wewenang untuk melakukan kegiatan
11
Ibid., h. 204.
12
Ibid., h. 206.
narkotika ataupun psikotropika dan ternyata tidak melaksanakannya sesuai dengan tujuan.
13
C. Penerapan Hukum Tindak Pidana NARKOBA