Konsep geologi laut dalam al-Qur'an dan sains: analisa surat, ar Rahman (55): 19-20, surat an Naml (27):61, dan surat al-Furqan (25):53

(1)

Surat Al Furqân [25]: 53

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)

Oleh

NURI QOMARIAH MARITTA

Nim: 106034001250

PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

dan Surat Al-Furqan [25]: 53

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)

Oleh

Nuri Qomariah Maritta

NIM: 106034001250

Di Bawah Bimbingan Pembimbing

Prof. Dr. Hamdani Anwar, MA NIP: 19530107 198303 1 001

Jurusan Tafsir-Hadis Fakultas Ushuluddin

UIN Syarif Hidayatullah


(3)

Analisa Surat al-Rahman (55): 19-20, al-Naml (27): 61, dan al-Furqan (25): 53 telah diujikan dalam siding munaqasyah Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 08 September 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh

gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I.) pada Program Studi Tafsir-Hadis.

Jakarta, 08 September 2010

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota

Prof. Dr. M. Ikhsan Tanggok, M.Si. Rifqi Muhammad Fathi, M.A. NIP: 19651129 199403 1 002 NIP. 19770120 200312 1 003

Anggota,

Penguji I, Penguji II,

Dr. Ahsin Sakho Muhammad, MA. Dr. Lilik Ummi Kultsum, MA. NIP: 19670213 199203 1 002 NIP: 19711003 199903 2 001

Pembimbing,

Prof. Dr. Hamdani Anwar, MA NIP: 19530107 198303 1 001


(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil plagiat dari karya orang lain maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 12 November 2010


(5)

Nuri Qomariah Maritta

The concept of Marine Geology in al-Quran and Science: Analysis of the letter Ar-Rahman/55: 19-20, An-Naml/27 Letter: 61, and Letters Al-Furqan/25: 53

Along with the development of science and technology a lot of things or events that initially considered taboo and an open secret among mankind. Now, to be revealed and proven. As the development of knowledge in the field of oceanography various phenomenal secrets that occur in the ocean.

In the methodology of research on methods of data collection, the writer uses library research (Library Research), which collects data and information from various books, articles and other library materials. The data required in this study there are two sources, namely primary and secondary, primary sources are the Qur'an and its translation in Surat ar-Rahman: 19-20, Surah al-Naml: 61, and Surah al-Furqan: 53 and Al-Quran and the Lake. While the secondary source of Tafsir Al-Misbah, Fi Dhilal al Qur’an, At-Tafsir al-Kabir wa Mafatih Ghaib, Al-Quran Bayan, Jami’ul Bayan Fi Ta’wili Qur’an, Tafsir al-Maraghi’, Tafsir al-Azhar, al-Jawahir Fi Tafsir al-Qur’an, dictionaries and other books relating to the subject. In the method of interpretation, the author uses the method maudhu'I, in the method of discussion, the author uses descriptive-comparative method is a method to collect some data and opinions to then be reviewed and compared the scientific cues that preached the Qur'an, with the findings geologist's findings mainly related to the concept of marine geology, resulting in a conclusion. The technique of writing, the author uses the book "Guidelines for Scientific Writing (Thesis, Thesis and Dissertation UIN Syarif Hidayatullah Jakarta). Jakarta: CeQDA, 2007. "

The author concludes that the concept of Marine Geology in al-Quran and Science: Analysis of the letter al-Rahman/55: 19-20, al-Naml/27 Letter: 61, and Letters al-Furqan/25: 53 makes this verse as one of the miracles ilamiah al-Quran, the science of physics states because of the force called "surface tension", the water of the sea adjacent to each other and not fused. As a result of differences in density, surface tension prevents the ocean from mixing with one another, as if there is a thin wall that separates (permeability). basically all the experts said that the influence of levels of physical and chemical properties are different from the taste of water and a different color.


(6)

يرﻮ

تﺮ

ﺔ ﺮ

مﻮ او

ةﺪ ﺎﻘ ا

نﺁﺮﻘ ا

ﺔ ﺮ ﺒ ا

ﺎ ﻮ ﻮ ﺠ ا

مﻮﻬﻔ

:

ﻦ ﺣﺮ ا

/

ﺔ ﺎﺳﺮ ا

:

٩

ا

/

٧

ﺔ ﺎﺳر

:

و

،

نﺎ ﺮﻔ ا

/

ﺋﺎﺳر

:

وأ

ءﺎ ﺷﻷا

ﺮ ﻜ ا

ﺎ ﺟﻮ ﻮ ﻜ او

مﻮ ا

رﻮﻄﺗ

ﻰ إ

ﺎ ﺟ

تﺮ ا

ا

ثاﺪ ﻷا

ﺮﺸ ا

اﺮﺳو

تﺎ ﺮ ا

ﺔ اﺪ ا

.

ﺎهاوﺪﺟ

ﺛأو

ﺸآ

نأ

،

ن ا

.

ﺮ ﻮﻄﺗو

ا

ثﺪ ﺗ

ا

ا

ﺋﺎﻬ ا

راﺮﺳأ

رﺎ ا

مﻮ

لﺎ

ﺔ ﺮ ا

.

ﺔ ﻜ ا

ا

ﺗﺎﻜ ا

مﺪ ﺴ و

،

تﺎ ﺎ ا

قﺮ

ﺔ ﻬ

)

ﺔ ﻜ ا

(

،

ﺬ ا

ىﺮ ﻷا

ﺔ ﻜ ا

داﻮ او

تﻻﺎ او

ﻜ ا

تﺎ ﻮ او

تﺎ ﺎ ا

ي

.

ردﺎ

او

،

يﻮ ﺎ او

ﺋاﺪ ﻻا

يأ

،

نارﺪ

كﺎ ه

ﺔﺳارﺪ ا

ﺬه

ﺔ ﻮ ﻄ ا

تﺎ ﺎ ا

نﺁﺮ ا

ه

ﺔ وﻷا

ﺮ ا

ةرﻮﺳ

ﻪ ﺟﺮﺗو

)

ع

: (

٩

ـ

ا

ةرﻮﺳ

،

:

ةرﻮﺳو

،

نﺎﻗﺮ ا

:

ﺁﺮ ا

لﺁ

و

ةﺮ او

ن

.

،

ﺪ ﻻا

ﺮ ﺴ ا

حﺎ

ﺎ ﻮ ﺎﺛ

ارﺪ

نأ

لﻻذ

لﺁ

او

دﺎ

،

ﺮ ﺴ ا

و

،

ﺮﻜ ا

نﺁﺮ ا

ﺋﺎﻏ

يﺎ

نﺎ

،

نﺁﺮ ا

لﺁ

نﺎ

،

وﺎ ا

ﻏاﺮ ا

لﺁ

ﺮ ﺴ ﺗ

،

نﺁﺮ ا

،

ةﺪ ﺎ ا

ﻈ ﺗ

'

ﺮهاﻮﺟ

لﺁ

،

ﺮهزﻷا

ﺮ ﺴ او

،

او

نﺁﺮ ا

لﺁ

ﺮ ﺴ ﺗ

يﺎ

عﻮﺿﻮ ا

اﺬﻬ

ا

ﻜ ا

ﺎهﺮ ﻏو

اﻮ

.

تﺎ ﺎ ا

ﺔ ﺳو

ﻮه

نرﺎ ا

ﺻﻮ ا

ﻬ ا

مﺪ ﺴ

ﺗﺎﻜ ا

،

ﺔﺸﻗﺎ ا

ﺔ ﺮ

ﺋﺎ ا

،

ﺮﻜ ا

نﺁﺮ ا

ﺮﺸ

ا

ا

تارﺎﺷﻻا

ﺔ رﺎ و

ﺮﻈ ا

ةدﺎ إ

ﻰ إ

ءار او

ﺎ ﺟﻮ ﻮ ا

ءﺎ

ﺎﻬ إ

ﺻﻮﺗ

ا

ﻰ إ

ىدأ

،

ﺔ ﺮ ا

ﺎ ﺟﻮ ﻮ ا

مﻮﻬ

ﺎﺳﺎﺳأ

جﺎ ﺳﻻا

.

بﺎ آ

مﺪ ﺴ

ﺗﺎﻜ او

،

ﺔ ﺎ ﻜ ا

بﻮ ﺳأ

"

ا

ﺔ ﺎ ﻜ

ﺔ ﻬ ﺟﻮ ا

ئدﺎ ا

)

ﺔ وﺮ أو

ﺔ وﺮ أ

،

ﺔ وﺮ ﻷا

UIN

ﺎﺗﺮآﺎﺟ

ﺔ اﺪه

رﺎ ﺳ

.(

كرﻮ ﻮ

:

CeQDA

،

٧

."

مﻮ او

ةﺪ ﺎ ا

نﺁﺮ ا

ﺔ ﺮ ا

ﺎ ﺟﻮ ﻮ ا

مﻮﻬ

نأ

ﻰ إ

ﺗﺎﻜ ا

:

ﺔ ﺎﺳﺮ ا

ﺮ ا

/

،

ا

/

٧

ﺔ ﺎﺳر

:

تﺎ ﺎﻄ و

،

نﺎﻗﺮ ا

/

ﺋﺎﺳر

:

ﺔ ا

ﺬه

تاﺰ

ا

ةﺪ او

ﻰ ﺴﺗ

ةﻮﻗ

لوﺪ ا

ءﺎ ﺰ ا

مﻮ و

،

ﺮﻜ ا

نﺁﺮ ا

لﺁ

"

ﺮﺗﻮ ا

ﻄﺴ ا

"

ﺮﻬ ﺗو

ا

ﺎﻬ

ةروﺎ ا

ﺮ ا

ﺎ و

،

.

تﺎ ﻼ ﻼ

كﺎ ه

نﺎآ

ﺎ آ

،

ﺮ ﺁ

ﺪ او

ا

طﻼ ﻻا

ﻄﺴ ا

ﺮﺗﻮ او

ﺔ ﺎ ﻜ ا

ﻗر

راﺪﺟ

)

ﺔ ذﺎ ا

.(

ﺋﺎ

ا

تﺎ ﻮ ﺴ

ﺮ ﺛﺄﺗ

نأ

ءاﺮ ا

سﺎﺳﻷا

لﺎﻗو

ﺔ ﺋﺎ ﻜ او

ﺔ ﺋﺎ ﺰ ا

نﻮ و

ﺎ ا


(7)

Nuri Qomariah Maritta

Konsep Geologi Laut dalam al-Quran dan Sains; Analisa surat Ar-Rahman/55: 19-20, Surat An-Naml/27: 61, dan Surat Al-Furqan/25: 53

Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi banyak hal-hal atau peristiwa yang awalnya dianggap tabu dan menjadi rahasia di kalangan umat manusia. Kini, menjadi terkuak dan terbukti. Seperti berkembangnya ilmu pengetahuan dalam bidang oseanografi menyingkapi berbagai rahasia fenomenal yang terjadi dalam lautan.

Dalam metodologi penelitian pada metode pengumpulan data, penulis menggunakan penelitian kepustakaan (Library Research), yaitu mengumpulkan data dan informasi dari berbagai buku-buku, artikel dan materi pustaka lainnya. Data yang diperlukan dalam penelitian ini ada dua sumber, yaitu primer dan sekunder, sumber primer yaitu al-Qur’an dan terjemahannya pada Q.S ar-Rahman: 19-20, Q.S al-Naml: 61, dan Q.S al-Furqan: 53 dan Al‐ Qur’an dan Lautan. Sedangkan sumber sekunder yaitu Tafsir al-Misbah, Fi Dhilal al Qur’an, At-Tafsir al-Kabir wa Mafatih al-Ghaib, Al-Quran Bayan, Jami’ul Bayan Fi Ta’wili al-Qur’an, Tafsir al-Maraghi’, Tafsir al-Azhar, al-Jawahir Fi Tafsir al-Qur’an, kamus dan buku-buku lainnya yang berhubungan dengan pokok pembahasan. Dalam metode penafsiran, penulis menggunakan metode maudhu’I, dalam metode pembahasan, penulis menggunakan metode deskriptif-komparatif yaitu sebuah metode dengan mengumpulkan beberapa data dan pendapat untuk kemudian dikaji kembali dan membandingkan isyarat-isyarat ilmiah yang diberitakan al-Qur’an, dengan temuan-temuan ahli geologi terutama yang berhubungan dengan konsep geologi laut, sehingga menghasilkan suatu kesimpulan. Adapun teknik penulisan, penulis menggunakan buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta). Jakarta: CeQDA, 2007.”

Penulis berkesimpulan bahwa Konsep Geologi Laut dalam al-Quran dan Sains; Analisa surat al-Rahman/55: 19-20, Surat al-Naml/27: 61, dan Surat al-Furqan/25: 53 menjadikan ayat ini sebagai salah satu mukjizat ilamiah al-Quran, dalam ilmu sains menyatakan karena gaya fisika yang dinamakan “tegangan permukaan”, air dari laut yang saling bersebelahan dan tidak menyatu. Akibat adanya perbedaan masa jenis, tegangan permukaan mencegah lautan dari bercampur satu sama lain, seolah terdapat dinding tipis yang memisahkan (permeabilitas). pada dasarnya semua para ahli menyatakan bahwa adanya pengaruh dari kadar sifat fisika dan kimia yang berbeda dengan rasa air dan warna yang berbeda.


(8)

ﻪﺗﺎآﺮ و

ﷲا

ﺔ رو

مﻼﺴ ا

ﻪ ا

ﻰ و

ﺎ ﺪ ﺳ

مﻼﺴ او

ةﻼ ا

و

ا

بر

ﺪ ا

و

ﻪ ﺎ ﺻأو

ب

إ

نﺎﺴ

ﺪ ا

مﻮ

ﺎ أ

.

Segala Puji dan syukur tersanjung kehadirat Allah Swt. Atas izin dan karunian-Nya, sehingga penulis diberikan jalan kemudahan dan kemampuan untuk menyelesaikan skripsi ini, karena setiap lintasan perjalanan kita selalu di limpahi rahmat dan ridha-Nya. Shalawat dan salam seiring kerinduan, senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad Saw, seorang teladan yang sempurna hingga akhir zaman.

Penulis berniat untuk menulis masalah kelautan ditinjau dari wujud laut dan fenomena laut di dalam al-Qur’an, sesungguhnya telah muncul ketika penulis melihat di tayangan stasiun televisi swasta bahwa adanya rasa air yang berbeda di dalam laut sehingga menyebabkan adanya fenomena yang terjadi pada laut. Maka timbullah rasa keingin tahuan penulis terhadap fenomena ini.

Inilah yang menjadi moment di saat penulis mengerjakan skripsi, penulis berterimakasih juga kepada:

1. Segenap civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; Prpf. Dr. Komaruddin Hidayat (Rektor), Prof. Dr. Zainun Kamal, M.A (Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat), Dr. Bustamin, M.Si (Ketua Jurusan Tafsir–Hadis), Rifqi Muhammad Fatkhi, MA (Sekjur Tafsir-Hadis).

2. Prof. Dr. Hamdani Anwar, MA, selaku Pembimbing yang telah banyak membantu, membimbing serta pengarahkan penulisan skripsi.


(9)

Sekretaris, Dr. Ahsin Sakho M. A, MA selaku penguji I dan Dr. Lilik Ummi Kultsum, MA selaku penguji II, yang telah menguji penulis sehingga dapat menjadi tahap akhir skripsi ini.

4. Segenap dosen Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Khususnya dosen-dosen Tafsir-Hadis yang telah banyak berbagi ilmu kepada penulis, sehingga berkat merekalah penulis mendapat setetes dari samudra ilmu yang sangat bermanfaat.

5. Pimpinan dan segenap staff karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan FUF, UIN Syarif Hidayatullah, Perpustakaan Umum Islam Iman Jama’ Jakarta Perpustakaan Universitas Satya Negara Indonesia, Perpustakaan Universitas Negeri Jakarta, dan Perpustakaan Nasional Jakarta.

6. Teristimewa Alm. Ayahanda H. Tabrani dan Ibunda Asani tersayang yang telah membesarkan, merawat dan mendidik penulis dengan kelembutan dan cinta kasihnya, serta memberikan motivasi dan semangat yang begitu luar biasa agar penulis dapat meraih cita-cita setinggi langit. Mereka sangat begitu berarti bagi penulis karena merekalah penulis mengerti apa arti kasih sayang dan cinta yang tulus.

7. Seluruh keluarga besar penulis di Pondok Labu, afwan tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan motivasi, kasih sayang dan membantu penulis dalam melaksanakan skripsi, khususnya ka Nung, Ka umi, dan ka Mimi yang telah selalu menasehati dan memberi pemasukan

ii 


(10)

iii 

 

bad mod,. Thanks very much for it’s and information, hopefully they will give guide and safety by Allah Swt, Amin.

8. Sahabat-sahabat penulis di manapun berada, seluruh mahasiswa Tafsir-Hadis angkatan 2006/2007, TH A dan TH B khususnya Daeng, Kocom, Noer, Uni Ama, Lay, Via, Mona dan semuaa juga Sahabat KKN Garut euy, satu dari ku untuk kalian semua ingat, kebersamaan kita begitu indah dan tak akan bisa terlupakan. Thank you all for being such amazing friends of me and support me for this journey. You are all the best ever I had.

Dengan segala kerendahan hati yang penulis miliki, penulis ingin menyampaikan harapan yang begitu besar semoga skripsi ini bermanfaat buat segenap pembaca, semoga juga setiap bantuan yang diberikan kepada penulis mendapat imbalan dari Allah Swt, karena hanya pada Allah jugalah penulis memohon, semoga jasa baik yang kalian sumbangkan menjadi amal shaleh dan mendapat balasan yang lebih baik dari Allah Swt. Amin ya Rabb..

Jakarta, 18 Oktober 2010


(11)

Persembahan

Halaman Pengesahan Dosen Pembimbing Halaman Pengesahan Panitia Ujian Pedoman Transliterasi

Lembar Pernyataan Abstrak

Kata Pengantar . . .

i

Daftar Isi . . . i

v

Daftar Gambar . . .

vii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah . . . 1

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah . . . 9

C. Tinjauan Pustaka . . . 10

D. Ruang Lingkup Pembahasan . . . 11

E. Metodologi Penelitian . . . 13

F. Tujuan Penelitian . . . 15

G. Sistematika Penulisan . . . 16

BAB II. PANDANGAN AL-QUR’AN TENTANG LAUT A. Laut dalam Al-Qur’an . . . 17

1. Lafaz - lafaz yang digunakan . . . 17


(12)

1. Thanthawi Jauhari . . . 26

2. Fakhr ad-Din ar-Razi . . . 27

BAB III. PENGUNGKAPAN LAUT DALAM PANDANGAN SAINS A. Pengertian Laut . . . 29

B. Asal - Usul Laut . . . 30

C. Macam - macam Laut . . . 35

1. Samudera Atlantik . . . 35

2. Samudera Pasifik . . . 36

3. Samudera Hindia . . . 38

BAB IV. KONSEP GEOLOGI LAUT DALAM AL-QUR’AN DAN SAINS; MENGENAI SURAT AR-RAHMAN: 19-20, AN-NAML: 61 DAN SURAT AL-FURQAN: 53 A. Fungsi dan Peran Laut dalam Al-Qur’an dan Sains . . . 40

B. GambaranAspek Fisik Konsep Geologi Laut . . . 58

1. Komposisi Kimia dan Fisika dalam air Laut . . . 58

2. Proses Pembentukan Laut dan Macam-macam Tekstur Dasar laut . . . 62

C. Pernyataan Bahwa Adanya Pemisah Laut dalam Surat Ar-Rahman: 19-20, Surat An-Naml: 61 dan Surat Al-Furqan: 53 yang Mempunyai Sifat Geologi Dalam Al-Qur’an dan Sains . . . 66

1. Analisa Surat Ar-Rahman : 19-20 . . . 66

2. Analisa Surat An-Naml : 61 . . . 70


(13)

vi

Batasan Laut, serta Pertemuannya . . . 77

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan . . . 97 B. Saran . . . 99 DAFTAR PUSTAKA . . . 100


(14)

Gambar 3-1 Peta samudera Atlantik Gambar 3-2 Peta samudera Pasifik Gambar 3-3 Peta samudera Hindia

Gambar 4-1 Ilustrasi bentuk tekstur dasar dalam laut

Gambar 4-2 Ilustrasi batas Dua laut yang dapat diartikan sebagai batas vertikal (gambar kiri) atau sebagai batas horizontal (gambar kanan)

Gambar 4-3 Peta Laut Baltik antara batasan Swedia dan Finlandia

Gambar 4-4 Selat Giblatar yang menjadi batasan pada laut mediterania dan Laut Atlantik.

Gambar 4-5 Peta Selat Boporus batasan antara laut hitam dan Laut Marmara dimana menemukan batas yang melintang horizontal

Gambar 4-6 Air Laut Mediterania ketika memasuki Atlantik melalui selat Jibraltar dengan tetap membawa sifatnya yang lebih hangat berkadar garam lebih tinggi

Gambar 4-7 Ilustrasi adanya batasan (laut Hindia dan Laut Atlantik Selatan), di dalam gambar ini adanya perbedaan warna pada masing-masing laut.

Gambar 4-8 Ilustrasi gambar teksur laut yang menyatakan adanya batasan di dalam laut.

vii 


(15)

Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini berpedoman pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Nomor: 158 Tahun 1987 dan Nomor 0543b/U/1987.

A. Konsonan Tunggal

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama ا ب ت ث ج ح خ د ذ ر ز س ش ص ض ط Alif ba’ ta’ sa’ jim’ ha’ kha dal zal ra’ zai sin syin sad dad ta Tidak dilambangkan b t j h kh d r z s sy s d Tidak dilambangkan be te

es (dengan titik di atas) je

ha (dengan titik di bawah) ka dan ha

de

zet (dengan titik di atas) er

zet es es dan ye

es (dengan garis di bawah) de (dengan garis di bawah) te (dengan garis di bawah)


(16)

ع غ ف ق ك ل م ن و ء ي gain fa qaf kaf lam mim nun waw ha’ hamzah ya ‘ g f q k l m n w h ` y ge ef qi ka ‘el ‘em ‘en w ha Accent grave ye

B. Konsonan Rangkap Karena Syaddah ditulis Rangkap

ةدﺪ ةﺪ ditulis ditulis Muta’addidah ‘iddah

C. Ta’ marbutah di Akhir Kata

1. Bila di matikan ditulis h

ﺔ ﻜ ﺔ ditulis ditulis Hikmah ‘Illah


(17)

aslinya).

2. Bila diikuti dengan kata sandang ‘al’ serta bacaan kedua itu terpisah, maka ditulis dengan h.

ﺮﻄ اةﺎآز ءﺎ ؤﻻاﺔ اﺮآ

ditulis ditulis

Zakāh al-Fitri Karāmah al-Auliyā’

D. Vokal Pendek ______ ______ ﺮآذ ______ هﺬ Fathah Kasrah Dammah ditulis ditulis ditulis ditulis ditulis ditulis a fa’ala i zukira u yazhabu

E. Vokal Panjang

1

2

3

4

Fathah + alif ﺔ هﺎﺟ

Fathah + ya’ mati ﻰ ﺗ

Kasrah + ya’ mati ﺮآ

Dammah + wawu mati ﺮ ضو ditulis ditulis ditulis ditulis ditulis ditulis ditulis ditulis â jâhiliyyah â tanhâ î karîm û furûd


(18)

2 ﻜ

Fathah + wawu mati لﻮﻗ

ditulis ditulis ditulis

bainakum au qaul

G. Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata dipisahkan dengan apostrof

أأ أ تﺪ ﺗﺮﻜﺷ ﺌ

ditulis ditulis ditulis

a’antum u’iddat la’in syakartum

H. Kata Sandang Alif + Lam

Alif lam ta’rif (لا) dalam lafaz atau kalimat, baik yang bersambung dengan huruf qamariyyah maupun syamsiyyah ditulis dengan huruf kecil (al), dan diikuti dengan kata penghubung “ _ ”. Namun, jika terletak di awal kalimat, maka ia ditulis dengan huruf besar (Al). Contoh:

1. “al” ditulis dengan huruf kecil

- al-Quran = seperti, “sebagaimana disebutkan al-Quran” - al-Baihaqi = seperti, “menurut al-Baihaqi, bahwasannya…” 2. “Al” ditulis dengan huruf besar

- Al-Baihaqî = seperti, “Al-Baihaqî menyatakan bahwa…”


(19)

ضوﺮ ايوذ أ ﺔ ﺴ ا ه

ditulis ditulis

Zawi al-Furūd Ahl al-Sunnah

J. Singkatan

swt = Subhanahu wa ta’ala H = Hijriyah

as = ’Alaih al-Salam W = Wafat

M = Masehi Qs. = al-Quran: Surat

saw = Salla Allah ‘alaih wa sallam hal. = Halaman

K. Lain-lain

- Transliterasi syaddah

(

ّ−

)

dilakukan dengan menggandakan huruf yang sama. - Transliterasi ta’marbûtah adalah “ h “.

- Untuk terjemahan ayat al-Qur’an, penulis mengutip Mushaf al-Quran Terjemah Departemen Agama RI.


(20)

Skripsi ini aku persembahkan untuk

Buyah (Alm) dan Mama ku tercinta dan

tersayang

yang telah mengajariku arti cinta

&

kasih sayang yang sangat tulus


(21)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al-Qur’an sebagai Kalamullah telah diwahyukan kepada Muhammad Saw. yang hidup 1400 tahun lalu, melalui perantara Malaikat Jibril. Sampai saat ini masih menyampaikan rahasia-rahasia yang tersembunyi serta masih menantang para ilmuwan maupun para penentangnya untuk membuktikan kebenarannya.

Indonesia yang secara khas memiliki kombinasi dua potensi yang khas, yaitu:

pertama, penduduk Muslim yang terbesar sekitar 190 juta yang memegang kitab suci al-Qur’an, dan kedua, negara kepulauan terluas di muka bumi (80% lautan, 18.108 pulau) yang secara rill juga sangat strategis.

Ilmu kebumian atau Earth science kini telah lebih maju selangkah dalam menguak sekelumit misteri tentang bumi yang masih tersembunyi. Tetapi masih banyak yang belum diketahui mengenai lautan yang luas dan sangat dalam. Namun, hasil penelitian dan eksplorasi sejak dekade 50-an para peneliti telah menemukan pengetahuan baru mengenai lautan. Laut selain pemisah daratan sekaligus penghubungnya dengan perahu-perahu layar yang mengarunginya. Laut memegang peranan penting dalam terbentuknya iklim, karena laut lebih luas (79%) dari daratan (21%), maka penguapan lebih besar dari presipitasi hujan, sisanya jatuh didaratan yang kembali kelaut melewati sungai.1

Lautan merupakan ciri khas planet bumi yang membedakan dengan planet-planet tata surya lainnya. Posisi yang terdekat dengan matahari menjadikan

1

Saryono, Pengetahuan Hutan, Tanah, dan Air Dalam Perspektif al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka al-Husna Baru), h. 131


(22)

merkurius yang gersang. Jangankan air, untuk mempertahankan atmosfer saja merkurius sangat sulit. Planet mars, para peneliti astronom memperkirakan pernah ada air meski sangat sedikit.2

Maha suci Allah Swt, yang menempatkan manusia di planet pertengahan

yang sangat nyaman ini. Suhu yang cukup hangat untuk keberadaan air di seantero bumi dan es dikedua kutubnya sekaligus. Gaya gravitasinya pun cukup hangat untuk mengikat air dipermukaan bumi, serta densitas (bobot dibagi dengan volume) air laut yang sempurna agar media ini bisa mengalir sekaligus mengusung beban yang mengapung di atasnya.

Setiap aktivitas manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya pasti mempengaruhi lingkungannya. Maka dari itu, Allah telah menjadikan manusia diatas bumi ini sebagai khalifah. Banyak rahasia kebesaran dan kekuasaan Ilahi menjadi jelas dalam dunia. Manusia diciptakan Allah bukan hanya sebagai makhluk individualisme, tetapi sekaligus ia merupakan makhluk sosial, artinya manusia sebagai makhluk individu diciptakan dengan bentuk jasad yang sempurna, memiliki akal, panca indra, nafsu dan. semangat, sehingga dengan kelengkapan itu manusia dapat mengembangkan dirinya sebagai khalifah dimuka bumi yang diciptakan Allah sebagai tempat untuk berkembang biak. Sebab itu maka menjadi khalifah hendaklah menjadi muslih, yang berarti suka memperbaiki dan memperindah. Adapun sebagai makhluk sosial manusia berkaitan erat dengan alam lingkungannya secara timbal balik.3

Adanya hubungan timbal balik inilah yang membuat manusia harus selalu berusaha terhadap adanya keseimbangan ekologi demi kelestarian makhluk hidup

2

Agus S. Djamil, Al-Qur’an dan Lautan, (Bandung: Arasy Mizan Pustaka, 2004), h. 3 3


(23)

dari semua makhluk hidup penghuni bumi, hanya manusialah yang paling dianggap mampu untuk beradaptasi dengan keadaan dan perubahan yang terjadi dibumi ini apalagi ditunjang dengan penemuan dalam kemajuan ilmu pengetahuan teknologi pada saat ini.

Penemuan-penemuan tersebut dapat dicapai karena kemajuan ilmu (sains) yang mendorong manusia untuk mengembangkan dan menerapkan menjadi teknologi.

Para pakar ilmu dari berbagai bidang berusaha mengungkap banyak rahasia dari fenomena yang tersembunyi, rahasia tersembunyi yang diisyaratkan oleh al-Qur’an dalam firman-Nya. Tak luput pula pakar ilmu di bidang geologi, ikut ambil upaya dalam pembuktian ini.

Seperti yang tersirat dalam surat ar-Rahman [55] 19-20 bahwa adanya pertemuan dua laut, sebagaimana Allah Swt berfirman:

“Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya Kemudian bertemu, Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing.”

Dalam surat al-Naml [27] ayat 61 dan al-Furqan [25] ayat 53 menjelaskan bahawa adanya pemisah lautan yang luas dan mempunyai sifat yang berbeda, Allah berfirman:


(24)

“Siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, dan yang menjadikan gunung-gunung untuk (mengkokohkan)nya dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut? Apakah disamping Allah ada Tuhan (yang lain)? bahkan (sebenarnya) kebanyakan dari mereka tidak mengetahui.

surat al-Furqan [25] ayat 53,

“Dan dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan); yang Ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.”

Apakah maksud al-Qur’an menyatakan bahwa adanya fenomena pada lautan yang sangat luas, sedangkan pada 1400 tahun lalu ternyata tak seorang menyangka bahwa adanya batasan-batasan dalam dua lautan hanya pada dekade tahun 50-an yang dimana manusia belum mengenalnya.

Semua paham bahwa ilmu pengetahuan selalu berkembang dan mengalami perubahan. Namun, data selalu bertambah dari hari ke hari sesuai dengan kemajuan manusia dalam menciptakan alat pengumpul data dan informasi. Ilmu yang dikembangkan melalui susunan teori-teorilah yang kemudian selalu berubah serta selalu mengalami perubahan.

Dalam ayat di atas, menjelaskan bahwa adanya suatu pemisah antara dua laut, sifat laut yang baru ditemukan adalah apa yang dinyatakan dalam sepenggal ayat al-Quran.4

4

Harun Yahya, Al-Qur’an Mengungkap Teknologi dan Ilmu Pengetahuan Modern, (Wacana Ilmiah Press, 2004), h. 59


(25)

Para pakar geologi pun memandang lautan sekalipun larut bersama-sama memiliki sifat permeabel yang memisahkan antara dua laut. Sifat permeabel

inilah satu penemuan dalam pakar geologi khususnya bidang oseanografi.5 Hasil dari satu daya fisika.6 Tetapi mengapa bisa demikian?

Al-Qur’an dalam menggambarkan kejadian-kejadian alam, semenjak awal diwahyukan hingga saat ini tetap seperti adanya, lain halnya dengan ilmu pengetahuan. Seperti yang tersirat dalam surat al-Furqan [25]: 2, Allah Swt berfirman:

“Kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu baginya dalam kekuasaan(Nya), dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.”

Semua ciptaan Allah di alam ini tersusun sangat rapi, teratur, ukuran yang akurat dan dengan ketepatan yang tinggi. Kesempurnaan ukuran dan kadar yang sangat rapi tersebut menjamin keseimbangan kepada alam ciptaan-Nya. Satu takaran tidak melebihi yang lain agar tidak mengganggu keseimbangan dialam ini.

5

Oseanografi berasal dari bahasa Yunani oceanos yang berarti laut dan graphos yang berarti gambaran atau deskripsi juga disebut oseanologi atau ilmu kelautan, yakni cabang dari ilmu bumi (geologi) yang mempelajari segala aspek dari samudera dan lautan. Secara sederhana oseanografi dapat diartikan sebagai gambaran atau deskripsi tentang laut. Dalam bahasa lain yang lebih lengkap, oseanografi dapat diartikan sebagai studi dan penjelajahan (eksplorasi) ilmiah mengenai laut dan segala fenomenanya. Laut sendiri adalah bagian dari hidrosfer. Seperti diketahui bahwa bumi terdiri dari bagian padat yang disebut litosfer, bagian cair yang disebut hidrosfer dan bagian gas yang disebut atmosfer. Sementara itu bagian yang berkaitan dengan sistem ekologi seluruh makhluk hidup penghuni planet Bumi dikelompokkan ke dalam biosfer. (Artikel ini di akses pada tanggal 25 Maret 2010 dari www.wikipedia.com, pukul 13.00 WIB

6

Davis, Richard A., Principles of Oceanography, (Addison: Wesley Publishing), Hlm. 92-93


(26)

Keseimbangan yang Allah berikan yaitu membuat makhluk hidup yang berada di atas bumi ini memperoleh kenikmatan serta kenyamanan.7

Hal-hal semacam inilah yang mengerakkan para ilmuwan untuk terus mengkaji maksud dari isyarat-isyarat ilmiah yang diberitakan al-Qur’an.

Al-Qur’an sendiri menentang para pembacanya, umatnya untuk menggunakan akalnya demi mengungkapkan isyarat alam sehingga dapat membuka tabir pengetahuan yang akhirnya bermuara kepada adanya pengakuan, bahwa di balik semua yang ada ini karna adanya kekuatan yang Maha Besar dan Mengetahui segala-galanya. Oleh karna itu, tidak ada satupun yang ada di bumi ini yang tidak memiliki arti, sebagaimana yang telah di firmankan Allah dalam surat Al-Imran ayat 190-191:

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,

“orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.”

Walaupun hasil penelitian ilmiah mampu menyikapi rahasia-rahasia alam yang tersembunyi, bukan berarti ia dijadikan pedoman sebagai sesuatu hasil akhir

7

Afzalur Rahman, Ensiklopedi Ilmu Dalam al-Qur’an (Rujukan Terlengkap Isyarat Ilmiyah dalam al-Qur’an, (Mizan, 2007), h. 21


(27)

dalam suatu pengamatan. Bukankah banyak hasil penelitian yang tidak akurat, keakuratan sutau penelitian berkembang sesuai berkembangnya zaman. Karna hal inilah, suatu hasil penelitian tidak dapat dijadikan landasan untuk menentang teori-teori ilmiah yang diisyaratkan al-Qur’an, akan tetapi keberadaan dari ilmu pengetahuan itu sendiri diperlukan guna mengungkap atau membuktikan kebenaran dari isyarat ilmiah yang diberitakan al-Qur’an. Di sisi lain dengan sifat ilmu pengetahuan yang dinamis sesuai perkembangan zaman, maka hasil dari penelitian dapat dijadikan landasan dalam berpijak untuk lebih menyempurnakan hasil yang diperoleh sebelumnya.8

Sains yang dulu pernah menjadi sebab timbulnya kedurhakaan terhadap Allah, menjadi suatu keotentikan dakwah. Kesaksiannya sungguh bisa dipercaya, obyektif dan rasional. Sains tidak pernah mengenal pura-pura. Seluruh dunia mengakui sains sebagai alat untuk menetapkan kebenaran atau kebathilan sesuatu. Sains ini telah menjadi saksi penting di hadapan peradilan sejarah bahwa al-Qur’an adalah wahyu terakhir untuk manusia.9

Hasil Pemikiran seseorang, telah dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain, perkembangan ilmu pengetahuan dan pengalaman-pengalamannya. Perkembangan ilmu pengetahuan telah sedemikian pesatnya, sehingga dari faktor ini saja pemahaman terhadap redaksi al-Qur’an dapat berbeda-bada.

Namun perlu digaris bawahi, apa yang dipersembahkan para ahli dari berbagai disiplin ilmu, sangat bervariasi sekali dari segi kebenarannya. Dari pandangan

8

Zaghlul Raghib M. Al-Najjar, Mukjizat al-Qur’an dan as-Sunnah Tentang IPTEK, (Gema Insani Press), h. 32

9

Ahmad As Showwy, Mukjizat al-Qur’an dan As-Sunnah tentang IPTEK, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), h. 32


(28)

inilah, maka dari itu ilmiah yang belum mapan tidak boleh dijadikan dasar dalam penafsiran al-Qur’an.

Dari hal tersebut diatas penulis tertarik untuk menguraikan, memberikan gambaran bahwa al-Qur’an disamping fungsinya sebagai kitab petunjuk keimanan, ibadah, muamalah, ia juga sebagai petunjuk. Dari pemaparan diatas penulis mengkaji lebih jauh tentang konsep geologi laut dan ayat-ayat dengan tema yang menjelaskan fenomena laut dari sifat laut yang baru yaitu

permeabilitas (batasan) air.

Maka pada skripsi ini penulis hanya membatasi diri dengan pengkajian secara tematik terhadap ayat-ayat geologi terutama yang berkaitan dengan Konsep Geologi Laut. Dari permasalahan dan pembatasan inilah penulis memberikan tema:

“KONSEP GEOLOGI LAUT DALAM AL-QURAN DAN SAINS; Analisa Surat Al Rahman [55]: 19-20, Surat Al-Naml [27]: 61, dan Surat Al Furqan [25]: 53” guna memberikan sebuah pandangan yang utuh terhadap fenomena laut yang tersirat dalam al-Qur’an dan Sains. Sehingga dapat diambil sebagai pelajaran bagi manusia agar senantiasa mampu memelihara bumi dan lautan yang merupakan suatu kewajiban bagi manusia.


(29)

B. Identifikasi, Pembatasan Dan Perumusan Masalah

a. Identifikasi

Masalah yang mungkin dibahas mengenai beberapa hal yang berkaitan dengan Geologi laut dari pandangan al-Qur’an dan sains diantaranya adalah:

1. Apakah pandangan laut dalam al-Qur’an dan Sains?

2. Apakah yang di maksud dengan geologi serta batasan-batasan pada laut?

3. Bagaimanakah para mufassir menanggapi fenomena alam yang tersirat dalam surat al-Rahman: 19-20, al-Naml: 61 dan al-Furqan: 53?

b. Pembatasan Masalah

Dalam dunia sains, ilmu geologi jika dilihat dari segi maknanya, ilmu ini meliputi semua cabang-cabang ilmu yang berhubungan dengan bumi, termasuk struktur bantuan kulit bumi, komposisi, sejarah bumi, tata bumi, serta kehidupan yang terdapat pada setiap lapisan bumi.

Fenomena laut termasuk ke dalam ilmu ini, kajian pada karya tulis ini dibatasi pada ayat-ayat al-Qur’an yang khusus membicarakan mengenai Konsep Geologi Laut ada sekitar 10 ayat dari 49 ayat yang akan berbicara mengenai laut, secara khusus berbicara mengenai konsep ini.

Untuk mempermudah pembahasan yang menjadi pokok dalam skripsi ini adalah: menganalisa dari beberapa ayat yang mengungkap fenomena laut yang


(30)

baru muncul saat ini dan ternyata Allah sudah merancang semuanya di dalam al-Qur’an.

c. Perumusan Masalah

Berpijak pada permasalahan di atas, sesuai dengan tema ini, maka masalah pokok yang akan diangkat sebagian kajian utama, adalah sebagai berikut:

1. Apakah isyarat ilmu tentang konsep geologi laut yang terdapat di dalam dalam ilmu sains?

2. Apakah fenomena laut yang menjadi ilmu geologi laut yang tersirat di dalam surat Rahman [55]: 19-20, Surat Naml [27]: 61, dan Surat al-Furqan [25]: 53 serta apa pandangan mufassir dan ilmu sains dalam menyikapi fenomena yang terdapat di dalam surat tersebut?

C.Tinjauan Pustaka

Sepanjang pengetahuan penulis, belum ada penelitian ilmiah yang secara khusus memberikan gambaran mengenai konsep geologi laut dalam al-Qur’an maupun hadis. Tetapi ada skripsi yang membahas masalah konsep geologi dasar gunung, skripsi ini ditulis oleh Akram (1983414845) dengan judul “Konsep Geologi Dasar Gunung Dalam Al-Qur’an Dan Sains; Telaah Keselarasan Antara

Keduanya”. Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun 2002. Setebal 85 halaman, skripsi tersebut membahas mengenai kesesuaian al-Qur’an dengan sains, yang dikaji secara sistem tematik melalui penelitian beberapa ayat al-Qur’an yang kemudian dibandingkan dengan hasil temuan sains modern.


(31)

Dari segi tinjauan buku yang membahas masalah laut hanya dua buah buku, yang dapat dikatakan cukup panjang lebar membahas ayat-ayat yang berkenaan dengan kelautan, diantaranya yaitu:

1. Agus S. Djamil, Al-Qur’an dan Lautan, Bandung: Arasy Mizan Pustaka, 2004. Buku ini berisi tentang banyaknya macam-macam fenomena laut di dalam al-Qur’an serta sainsnya dan sini juga menyebutkan bahwa adanya ilmu geologi di dalam lautan.

2. Harun Yahya, Miracles of The Quran, Canada: Al Attique Publishers, 2001. Buku ini menjelaskan bahwa adanya permeabilitas (batasan) antara dua lautan.

Jadi, buku ini sangat mempengaruhi penulisan skripsi ini, adapun yang menjadi pembeda yaitu penulis tidak menemukan pembahasan secara khusus tentang geologi laut. Tetapi pembahasan yang dilakukannya tidak seperti metode yang dilakukan ini maka dari itu agar tidak terjadi duplikasi, penulis ingin mengungkapkan, menganalisa dan mengaplikasi laut dari ilmu geologi dalam Qur’an dan sains dalam surat Rahman: 19-20, suarat Naml: 61 dan surat al-Furqan: 53.

D. Ruang Lingkup Pembahasan

Dilihat dari judul penelitian ini, maka terdapat satu istilah yang perlu dibatasi sebagai pegangan dalam kajian ini. Empat istilah tersebut ialah al-Qur’an, sains, geologi, dan Konsep Geologi Laut.

Al-Qur’an yang dimaksud disini adalah, kitab suci yang di wahyukan Allah Swt, melalui perantara Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad Saw.


(32)

Istilah Sains, berasal dari bahasa latin Scientia yang artinya adalah pengetahuan. Saat ini berkembang menjadi khusus Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

atau biasa disebut sains.10 Sains yang akan dibahas disini adalah ilmu pengetahun alam dalam menyikapi lautan.

Istilah Geologi, terdiri dari dua kata yaitu, “geo” yang berarti bumi, dan

“logos” yang berarti perkataan.

Jadi geologi adalah ilmu yang mempelajari sruktur bantuan dari kulit bumi, mempelajari komposisi, struktur, dan sejarah bumi, mempelajari tata bumi, dan kehidupan yang terdapat setiap lapisan bumi.11

Dari sisi ayat-ayat al-Qur’an dalam berbicara fenomena laut yang sangat urgen seperti terpisahnya air laut kepada kelompok-kelompok berdekatan yang tidak bercampur sama sekali karena adanya batas pemisah abstrak yang dapat memisahkan antara kelompok-kelompok itu. Ayat-ayat dalam fenomena laut ini mengandung sejumlah fakta-fakta ilmiah (haqa’iq) geologi.12

Geologi laut atau disebut juga geologi marine adalah salah satu cabang ilmu geologi untuk mengetahui komposisinya, struktur dan proses pembentukan dasar laut. Ilmu ini berguna untuk pembangunan struktur dibawah laut, seperti pengungkapan fenomena-fenomena laut yang biasanya para ilmu geologi memanfaatkan untuk pembangunan struktur dibawah laut maupun pelayaran laut.13

10

Afzalur Rahman, Ensiklopedi Ilmu Dalam al-Qur’an (Rujukan Terlengkap Isyarat Ilmiyah dalam al-Qur’an, (Mizan, 2007), h. 18

11

Save M. Dagun, Kamus Ilmu Pengetahun, (LPKN), h.300 12

Zaghlul Raghib M. Al-Najjar, Mukjizat al-Qur’an dan as-Sunnah Tentang IPTEK, (Gema Insani Press), h. 120

13


(33)

Konsep Geologi Laut yang dimaksud adalah gambaran, baik yang bersifat abstrak, maupun universal terhadap ayat-ayat yang berbicara mengenai konsep geologi dasar laut, seperti komposisi, struktur, serta proses pembentukan dasar laut.14

Jadi kajian yang dilakukan ini berusaha memberikan gambaran mengenai antara al-Qu’an dan Sains, yang dikaji secara universal melalui penelitian beberapa ayat kauniyyat yang terdapat di dalam al-Qur’an, yang kemudian adanya suatu pengungkapan juga dari hasil temuan sains modern dalam mengungkap fenomena laut.

E. Metodologi Penelitian 1. Pengumpulan Data

Penulis menggunakan Penelitian kepustakaan (library reseach) dalam pengumpulan sumber data, penulis menggunakan langkah-langkah penelitian diantaranya adalah:

a. Mencari Backround information (informasi yang terkait dengan erat latar belakang masalah) seperti al-Qur’an sebagai sumberdata utama, informasi yang terdapat dalam tulisan antara artikel-artikel yang terdapat dalam ensiklopedia, buku-buku dan karya tulis lainnya.

b. Menggunakan katalog untuk mencari buku/ media informasi lainnya yang terkait dengan permasalahan yang diteliti.

14


(34)

c. Menggunakan search engines (mesin pencari) untuk menemukan informasi serta mengambil gambar-gambar yang sangat berkaitan dengan sains geologi khususnya masalah laut, serta sumber-sumber data yang ada di dunia maya (internet).

d. Mengevaluasi semua informasi yang telah diperoleh dengan cara menganalisanya secara kritis.

2. Metodologi Pembahasan

Metode pembahasan dalam skripsi ini menggunakan deskriptif-komparatif

yaitu sebuah metode dengan mengumpulkan beberapa data dan pendapat untuk kemudian dikaji kembali dan membandingkan isyarat-isyarat ilmiah yang diberitakan al-Qur’an, dengan temuan-temuan ahli geologi terutama yang berhubungan dengan konsep geologi laut, sehingga menghasilkan suatu kesimpulan.

Untuk pengolahan data menjadi sebuah kesimpulan penulis dengan menggunakan metode induktif, yakni berfikir yang bertolak dari sejumlah data secara khusus yang kemudian diambil kesimpulan secara umum.

Karena obyek penelitian adalah ayat-ayat al-Qur’an yang tersebar dalam beberapa surat dan hanya terfokus pada sebuah tema, maka penelitian ini menggunakan pendekatan ilmu tafsir, yaitu Metode Maudhi’i15 yang secara operasional meliputi langkah-langkah, yakni:

a. Menghimpun ayat-ayat al-Qur’an yang sesuai dengan tema

15

Maudhu’i adalah membahas ayat-ayat al-Qur’an sesuai dengan tema atau judul yang telah ditetapkan, lihat: Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran al-Qur’an, (pustaka Pelajar), h. 151


(35)

b. Menyusun secara sistematis sesuai dengan kerangka dalam pembahasan yang telah disusun.

c. Memberikan uraian dan penjelasan denagn menggunakan ilmu bantu yang relevan dengan masalah yang dibahas, selama ia tidak mempengaruhi pengertian yang ditonjolkan.

d. Melahirkan kesimpulan akhir berupa adanya penjelasan dari surat Qur’an yang menjelaskan geologi laut yang di isyaratkan dalam al-Quran dengan sains.

3. Teknik penulisan

Adapun teknik penulisan, penulis menggunakan buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta). Jakarta CeQDA, 2007.16

F. Tujuan Penelitian

Ada beberapa tujuan dalam penulisan skripsi ini, di antaranya :

1. Untuk menyelesaikan tugas akhir akademik sarjana tafsir hadis program Strata 1, dengan hasil yang memuaskan.

2. Untuk membuktikan bahwa isyarat-isyarat ilmiah yang diberitakan al-Quran bukan buatan seseorang yang hidup 1400 tahun yang lalu.

3. Untuk mengetahui secara jelas tentang fenomena laut dalam ayat al-Qur’an yang dijelaskan para mufassir, para pakar sains dan ahli kelautan.

16

Hamid Nasuhi, dkk., Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta). (Jakarta CeQDA, 2007)


(36)

4. Untuk mengubah pandangan orang awam, yang hanya mengetahui bahwa al-Qur’an hanyalah kitab ibadah saja.

G. Sistematika Penulisan

Agar memudahkan dan lebih sistematis dalam penguraiannya, Maka penulisan skripsi ini akan dibagi ke dalam beberapa bab, yakni:

Bab satu merupakan bab pendahuluan yang terdiri atas pemaparan latar belakang masalah, identifikasi, Pembatasan dan perumusan masalah, Tinjauan pustaka, metodologi penelitian, tujuan penulisan dan sistematika penulisan.

Bab kedua Penulis meninjau dari pandangan al-Qur’an dengan pembahasan seputar laut dalam al-Qur’an, macam-macam penggunaan lafaz tersebut, dan pendapat para mufassir tentang laut.

Bab ketiga mengemukakan laut dalam pandangan sains. Di dalam bab ini akan menjelaskan pengertian laut dalam pandangan sains, Asal usul laut, dan macam-macam laut terbesar di dunia.

Bab keempat Penulis akan mengemukakan konsep geologi laut dalam qur’an dan sains mengenai surat Rahman: 19-20, Naml: 61 dan surat Furqan: 53. Di dalam bab ini akan dijelaskan manfaat dan peran laut dalam al-Qur’an dan sains yang meliputi antara klasifikasi terhadap ayat-ayat laut dari segi manfaatnya dan ragam pemanfaatan potensi sumber daya laut, konsep geologi laut seperti gambaran aspek fisik: komposisi kimia dan fisika, dan texture dasar laut, dan pernyataan bahwa adanya pemisah laut yang mempunyai sifat geologi dalam al-Qur’an dan sains.


(37)

Bab kelima Merupakan akhir dari pembahasan dalam penulisan skripsi ini berisi kesimpulan dari pembahasan dan penelitian yang telah diuraikan dalam skripsi ini.

BAB II

PANDANGAN AL-QUR’AN TENTANG LAUT

A. Laut Dalam Al-Qur’an

1. Lafaz-lafaz yang digunakan

Mengelola sumber-sumber alam akan sangat tergantung kepada pengetahuan dan pengertian tentang lautan itu sendiri. Sayangnya lautan merupakan suatu bahan penelitian yang kurang diperhatikan bila di bandingkan dengan penelitian yang telah dilakukan di daratan hal ini mengakibatkan kita kurang mengetahui tentang ilmu kelautan.

Dr. Thariq al-Swaidan juga menemukan bahwa jumlah ayat yang mengandung kata laut saja dalam al-Quran berjumlah 32 ayat, sedangkan jumlah ayat yang mengandung kata darat berjumlah 13 ayat, yang mana jumlah keduanya adalah 45. Jadi jumlah ayat yang membicarakan laut berarti sebanyak: 32/45*100%= 71,11% sedangkan ayat dengan kata darat sebanyak: 13/45*100%=28,88%. Ilmu pengetahuan sains kebumian dengan hasil pengukuran menggunakan satelit telah dengan akurat mencatat bahwa permukaan


(38)

bumi ini sebanyak 71,11% nya tertutup oleh air laut, dan sisanya sebanyak 28,88% berupa daratan.17

Di dalam al-Qur’an lafaz-lafaz yang berartikan laut, disebutkan dalam dua bentuk, yaitu: Bahr/ al-Bahr dan al-Yamm, seperti yang dijelaskan sebagai berikut:

A.

ﺮ ا

/

(bahr/ al-Bahr)

Kata bahr dalam buku Ensiklopedi al-Quran Dunia Islam Modern berarti laut, lautan dan samudra. Disebut laut karena pada umumnya laut itu dalam dan luas.18

Secara tinjauan kebahasaan terma (bahr) merupakan kata bahasa Arab yang yang dalam bahasa Arab yang berarti laut.19 Oleh karena itu, kata bahr ini yang akan didasarkan oleh penulis sebagai objek kajian dalam pembahasan disini, dengan alasan bahwa terma (bahr) dan semua bentuk kata jadiannya menunjuk pada makna laut.

Dengan ukuran dilihat dari sains modern, ayat-ayat tersebut yang dikandung bernilai misteri. Dari segi jumlah ayatnya tentang saja, apabila dibanding antara kata bahra, bahri, bahru, atau lautan, dengan jumlah ayat yang menyebut kata barri, barru, atau daratan, merupakan perbandingan yang kurang lebih bersesuaian dengan perbandingan luas lautan dan daratan yang sesungguhnya. Laut disebut dalam 32 ayat sedangkan darat disebut dalam 13

17

Tariq al-Swaidan, Astonishing Fact About Quran, Artikel ini di akses pada tanggal 09 Juni 2010 dari www.lautanquran.com

18

Chamim Prawira, dkk, Ensiklopedi Al-Quran Dunia Islam Modern (Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 2002) cet. 1, h. 246

19

Ahmad Warson Munawwir, al-Munawwir kamus Arab – Indonesia (Yogyakarta: UPBIK Pondok Pesantern Al-Munawwir, 1984), h. 64


(39)

ayat.20 Penyebutan dalam pengertian laut namun dengan penulisan yang berbeda seperti bahraini dan bahran atau dua laut, ada 5 ayat.21 Sedangkan dalam bentuk plural seperti abhur dan bihar terdapat dalam satu dan 2 ayat yang lain.22 Jadi, kalau semua yang bermakna laut dengan berbagai cara menuliskan termasuk penafsirannya, maka itu semua terdapat dalam 42 ayat.

Dalam Lisanul Arab, al-Bahr adalah kumpulan air yang banyak, entah air itu asin atau tawar, dinamakan seperti itu karena keluasannya, akan tetapi mayoritas air yang dimaksud itu air yang asin, dan setiap sungai yang besar dinamakan al-Bahru. Azhari mengatakan setiap sungai yang airnya tidak putus-putus, seperti Sungai Nil atau yang mnyerupai dari sekian banyak sungai yang tawar dan besar dinamakan bahrun. Sedangkan laut yang luas/ besar seperti samudera yang melebihi sungai-sungai itu maka airnya tidak lain akan terasa asin.23

Al-Bahru aslinya adalah setiap tempat yang luas, di mana di dalamnya terdapat air yang banyak dan sangat luas, dan setiap sesuatu yang sangat luas disebut juga sebagai bahr.24

Wahbah az-Zuhaili menyatakan kata al-Bahru beliau mengartikan sebagai bagian dari yang berair berasal dari bumi.25 Sedangkan menurut at-Thabari

20

Kata “laut” terdapat dalam 13 ayat al-Quran dalam bentuk penulisan barri (12 ayat), yaitu al-Maidah (5): 96; QS al-An’am (6): 59, 63, dan 97; QS Yunus (10): 22; QS al-Isra (17): 67, 68, dan 70; QS al-Naml (27): 63; QS al-Ankabut (29): 65; QS al-Rum (30): 41; QS Luqman (31): 32, dan Barru ada 1 ayat, yaitu QS at-Thur (52): 28. Ali Audah, Konkordansi Qur’an, (Litera Antar Nusa, 1991) h. 37

21

Sedangkan dari kata dua laut atau bahraini dan bahran terdapat dalam 5 (lima) ayat, yaitu QS al-Kahfi (18): 60; QS al-Furqan (25): 53; QS al-Naml (27): 61; QS Fathir (35): 12; QS al-Rahman (55): 19. Lihat selengkapnya Ali Audah, Konkordansi Qur’an, h. 35

22

Kata laut dalam bentuk plural abhur menurut penjelasan Dr. Abdurrahman Haqqi ada 1 (satu) buah yaitu terdapat dalam QS Luqmân (31): 27 dan bihâr terdapat dalam QS al-Takwir (81): 6 dan QS al- Infîthâr (82): 3. Agus S. Djamil, Al-Qur’an dan Lautan, (Bandung: Arasy Mizan Pustaka, 2004), h. 66

23

Ahmad Munawir, Lisanul Arab, (Beirut: Darul Fikri, 1990), Juz, IV, h. 46 24


(40)

mengatakan, setiap pedesaan yang di aliri oleh air disebut sebagai lautan. Menurut beliau laut terbagi menjadi dua bagian, yaitu laut yang asin dan laut yang tawar.26

B.

ا

/

(al-yamm/ yamm)

Menurut ahli bahasa kata al-Yamm/ yamm berasal dari y-m-m berasal dari bahasa Suryani yang diarabkan untuk menyebut wilayah air asin (laut) dan sungai besar yang artinya tawar.27

Terdapat banyak pendapat tentang makna al-Yamm dalam pemakaian di dalam surat al-Qur’an. Sebagian menyatakan sinonim dari al-Bahr, yang lain menganggap gelombang laut. Bentuknya tunggal dan tidak pernah di dualkan (tasniyah) maupun di jamakkan.

kata al-Yamm terdapat pada tujuh tempat masing-masing Surah al-Araf [7]: 136, Tāhā/20: 39, 78, 97, al-Qasas/28: 7, 40, dan al-Żāriyāt/51: 40. Pada ayat terakhir ini al-Yamm disebutkan sebagai berikut:

“Maka Kami siksa Dia dan tentaranya lalu Kami lemparkan mereka ke dalam laut, sedang Dia melakukan pekerjaan yang tercela.”

2. Macam-macam Penggunaan Lafaz tersebut

25

Wahbah Zuhaili, Tafsir al-Munir, (Beirut: Darul Fikri, 1991), juz 21, h. 97 26

At-Thabari, Jami’ul Bayan Fi Ta’wili al-Qur’an, (Beirut: Darul Fikri, 1988), juz 11, h. 49

27


(41)

Lafaz yang berarti laut, terulang sebanyak 38 kali di dalam al-Quran, secara garis

Besar dapat dikategorikan menjadi enam kategori:

1. Ayat yang menyebutkan laut sebagai tanda kemahakuasaan Allah Laut yang sebagai tanda kemahakuasaan Allah yang menjadikan

manusia berakal sehat akan menyakinkan dirinya bahwa ekistensi laut dan aneka kehidupan yang ada di dalamnya pasti diciptakan oleh Yang Mahakuasa.

Di dalam al-Qur’an dengan tegas disebutkan bahwa pencipta langit dan bumi termasuk laut di dalamnya adalah Allah Swt. Yaitu dalam surat:

Surat Ibrahim: 32

“Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai.”

Surat Luqman: 31


(42)

“Tidakkah kamu memperhatikan bahwa Sesungguhnya kapal itu berlayar di laut dengan nikmat Allah, supaya diperlihatkan-Nya kepadamu sebahagian dari tanda-tanda (kekuasaan)-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi semua orang yang sangat sabar lagi banyak bersyukur.

Surat al-Baqarah: 24

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.”

2. Ayat yang menunjukan laut sebagai saksi sejarah, dan tempat terjadi kemukjizatan.


(43)

Ada dua ayat yang menggambarkan, bahwa adanya pembuatan kapal besar atau bahtera yang diperintahkan oleh Allah kepada Nabi Nuh as, seperti:

Surat Hud: 37

“Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah kamu bicarakan dengan aku tentang orang-orang yang zalim itu; Sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan.”

Surat al-Mu’minun: 27

“Lalu Kami wahyukan kepadanya: "Buatlah bahtera di bawah penilikan dan petunjuk Kami, Maka apabila perintah Kami telah datang dan tanur telah memancarkan air, Maka masukkanlah ke dalam bahtera itu sepasang dari tiap-tiap (jenis), dan (juga) keluargamu, kecuali orang yang telah lebih dahulu ditetapkan (akan ditimpa azab) di antara mereka. dan janganlah kamu bicarakan dengan aku tentang orang-orang yang zalim, karena Sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan.”


(44)

Ada empat ayat yang menceritakan kisah Nabi Musa as dan Nabi Khidir, yaitu dalam surat al-Kahfi: 60, 61, 63, dan 79. Ada pula yang menceritakan kisah Nabi Musa as dan fir’aun yaitu surat al-Baqarah: 50, surat al-A’raf: 136, 138, dan 163, surat Yunus: 90 dan 92, surat Thâ Hâ: 77, 78, dan 97, surat al-Syu’ara: 63, surat al-Qashash: 40, surat al-Dukhan: 24, dan surat al-Dzariat: 40.

3. Ayat yang menyatakan tamsil mengenai betapa banyaknya ilmu Allah.

Karena luasnya yang seolah-olah tidak bertepi, laut ataupun air laut sering dijadikan tamsil tentang suatu yang sangat luas. Ada satu ayat yang menjelaskan tamsil mengenai banyaknya ilmu dari Allah untuk menunjukkan sesuatu yang sangat luas, seperti:

Surat al-Kahfi: 109

“Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)".


(45)

“Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.

4. Ayat al-Qur’an yang menggambarkan konsep geologi laut

Ayat-ayat al-Qur’an yang termasuk ke dalam kategori ini, (sebagaimana yang telah diklasifikasikan oleh Agus S. Djamil) digolongkan seperti:

1. Gambaran adanya pertemuan dua laut yang sangat berperan penting bagi manusia, seperti: surat al-Rahman 19-20

“Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu. Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing”.

2. Gambaran adanya pemisah laut, seperti surat al-Naml: 61

“Atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, dan yang menjadikan


(46)

gunung-gunung untuk (mengkokohkan)nya dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut? Apakah disamping Allah ada Tuhan yang lain? bahkan sebenarnya kebanyakan dari mereka tidak mengetahui”.

3. Gambaran adanya sifat dan rasa laut yang berbeda, seperti surat, al-Furqan: 53

“Dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.

Sesungguhnya sang pencipta yang sangat bijaksana membiarkan dua lautan yang tawar dan yang segar serta air lautan yang asin lagi pahit, kemudian mengalir keduanya bertemu tanpa terjadi pencampuran dan pembauran diantara keduanya. Bahkan, keduanya ada pemisah, Pembahasan bagian ini akan dirinci pada Bab IV.

A. Pendapat Para Mufassir tentang Laut

Dari kedua bentuk penggunaan lafazh tersebut, diantaranya menjelaskan fungsi dan peran laut, yaitu lafaz bahr/ al-Bahr dan yamm/ al-yamm. Para mufassir sepakat, bahwa laut tidak hanya dijadikan sebagai objek pemandangan


(47)

tetapi juga bermanfaat untuk menyempurnakan kehidupan manusia, tumbuhan dan hewan.

Berikut ini akan dipaparkan tiga pendapat Mufassir yang mempunyai corak penafsiran yang berbeda satu sama lain.

Pertama, adalah Mufassir yang bercorak Bil ’ilmi, yang diwakilkan oleh Syekh Thanthawi jauhary. Kedua, Mufassir yang bercorak Falsafi, hal ini diwakili oleh Fakhruddin ar-Razi.

1. Thanthawi Jauhary

Dalam tafsirnya al-jawahir fi Tafsir al-Qur’an, pada surat al-Naml: 61 dijelaskan:

“Siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, dan yang menjadikan gunung-gunung untuk (mengkokohkan) nya dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut? Apakah disamping Allah ada Tuhan (yang lain)? bahkan (sebenarnya) kebanyakan dari mereka tidak mengetahui.”

Maksud ayat ini adalah: Allah telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam yang tidak memuai, bergerak dan berguncang bersama penghuninya. Jika bumi seperti itu, niscaya ia tidak layak untuk menjadi tempat berusaha dan penghidupan. Menjadikan sungai di celah-celahnya. Bumi ini sungai-sungai yang tawar dan mengalirkannya selaras dengan kepentingan


(48)

hamba-hambanya. Menjadikan gunung-gunung untuknya yaitu gunung untuk memasak dan mengokohkan bumi agar tidak meleleh. Dijadikan suatu pemisah antara dua laut, yakni pemisah antara air yawar dan air asin sehingga tidak bercampur dan saling merusak, karena air laut itu asin, sedangkan air sungai yang mengalir itu tawar yang sangat bermanfaat untuk tumbuhan. Air laut yang asin meliputi seluruh penjuru bumi yang menjadi sumber hujan. Allah menjadikan airnya asin agar aromanya tidak merusak udara. Apakah Allah ada tuhan lain yang disembah, bahkan kebanyakan mereka tidak mengetahui.28

2. Fakhr ad-Din ar-Razi

Dalam tafsirnya At-Tafsir al-Kabir wa Mafatih al-Ghaib, pada surat al-Nahl: 14 dijelaskan:

“Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.”

Maksud ayat ini ialah bahwa Allah sendiri yang menyediakan kebutuhan yang bermacam-macam bagi manusia dari berbagai jenis ikan, juga kapal-kapal yang berlayar dari satu negeri ke negeri lain dengan membawa barang-barang

28

Thanthawi Jauhary, al-Jawahir Fi Tafsir al-Qur’an, (Beirut: Dar al-Fikr), jil. 12, h. 334, uraian lengkapnya akan dijelaskan di bab IV


(49)

perdagangan dan para penumpang yang bepergian. Menurutnya adalah Allah mengingakan kepada hamba-Nya akan nikmat ditundukkannya laut untuk berlayarnya kapal-kapal dan semua berjalan dengan rahmat-Nya dan kasih sayang-Nya. Dengan mengilhamkan pembuatan alat-alat transportasi laut, adalah untuk kemakmuran manusia karena rahmat-Nya.

Dikatakan ☺ adalah ikan yang dimudahkan dalam penangkapannya, dan mutiara-mutiara serta semua yang terkandung di dalam laut untuk bisa digali. Lautan yang sangat luas menjadi sumber titik penting bagi kehidupan manusia29

BAB III

PENGUNGKAPAN LAUT DALAM PANDANGAN SAINS

A. Pengertian Laut dalam Pandangan Sains

29

Muhammad Fakhr al-Din Dhiya al-Din al-Razi, At-Tafsir Kabir wa Mafatih al-Ghaib, (Beirut: Dar al-Fikr, 1990), jil. 15, h. 274


(50)

Istilah yang terkait dengan laut, yaitu terma “kelautan”. Istilah kelautan menurut tim penyusun Kamus Pembinaan dan pengembangan Bahasa Indonesia secara umum dipahami sebagai sesuatu hal yang terkait dengan laut, dengan demikian, kelautan merupakan istilah yang dipergunakan untuk mengetahui apa yang ada di lautan, baik alam hayati30 maupun alam non-hayati seperti ikan, tumbuh-tumbuhan, karang, hutan bakau, mutiara, minyak bumi, gas, timah, logam dan lain-lain.

Science itu sendiri bermakna ilmu pengetahuan, segala sesuatu yang dapat membuat kita tergerak untuk mengetahui, membutuhkan sains.

Dari sisi Bahasa Indonesia pengertian laut adalah kumpulan air asin dalam jumlah yang banyak dan luas yang menggenangi dan membagi daratan atas benua atau pulau. Jadi laut adalah merupakan air yang menutupi permukaan tanah yang sangat luas dan umumnya mengandung garam dan berasa asin. Biasanya air mengalir yang ada di darat akan bermuara ke laut.

Indonesia memiliki wilayah perairan laut yang sangat luas dan kurang terjaga sehingga mudah mendatangkan ancaman sengketa batas wilayah dengan negara tetangga. Untuk landas kontinen negara kita berhak atas segala kekayaan alam yang terdapat di laut sampai dengan kedalaman 200 meter. Batas laut teritorial sejauh 12 mil dari garis dasar lurus dan perbatasan laut zona ekonomi ekslusif (ZEE)31 sejauh 200 mil dari garis dasar laut.32

30

Hayati adalah yang mengenai hidup atau berhubungan dengan hidup. Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: PT. Balai Pustaka, 2005) edisi. Ke-3, cet. Ke-2, h. 393

31

ZEE atau EEZ merupakan singkatan dari Zona Ekonomi Ekslusif atau Ekonomic Exlusive Zone yang merupakan zona antara garis pantai (baseline atau archipelagicbaselines) hingga batasnya pencapainnya 200 nautical miles. (Agus S. Djamil, Al-Qur’an dan Lautan, (Bandung: Arasy Mizan Pustaka, 2004), h. xix

32


(51)

Laut juga bisa dikatakan sebagai kumpulan air asin yang luas yang berhubungan dengan samudra. Air di laut merupakan campuran dari 96,5% air murni dan 3,5% material lainnya seperti garam-garaman, gas-gas terlarut, bahan-bahan organik dan partikel-partikel tak terlarut. Sifat-sifat fisis utama air laut ditentukan oleh 96,5% air murni.33

B. Asal Usul Laut

Terjadinya sesuatu secara ilmiah (genesis) tentu melalui suatu proses dan proses itu bersifat historis atau sejarah. Untuk dapat mengungkap sejarah tersebut secara kronologis dan Ilmiah tentunya harus ditunjang dengan adanya suatu hipotesis dan bukti-bukti yang relevan dan akurat.

Dari hipotesis itulah timbul beberapa teori yang menceritakan tentang proses terjadinya laut. Hipotesis tersebut mengatakan bahwa semua daratan di dunia pada awalnya menjadi satu kontinen yang dinamakan Pangea yang dikelilingi laut Tethys. Salah satu teori yang umum dikenal dan diikuti oleh para pakar kelautan adalah teori Wegener atau disebut juga sebagai teori gerakan kontinen. Teori ini mengatakan bahwa Pangaea34 mengalami gerakan kontinen (gerak orogenetik) dan terpecah menjadi beberapa benua. Negara Afrika dinyatakan bahwa pada zaman dulu telah menyatu dengan Eurasia yang telah terbukti di temukannya jajaran pegunungan bawah laut di kawasan laut tengah. Gerakan kontinen diduga dimulai pada ± 200 juta tahun yang lalu dengan adanya gerakan split dari blok

33

Prager Elllen. The Ocean. (Austria: Grown hill, 2000), h. 32 34

Pangaea adalah benua purba yang terdiri dari Eurasia, Afrika, Amerika Selatan, India, Australia, dan Antartika yang kesemuanya menjadi satu kesatuan daratan yang terbentuk pada ± 225 juta tahun yang lalu, M.S. Wibisono, Pengantar Ilmu Kelautan, (Jakarta: Grasindo Wicasaraka Indonesia, 2005) , h. 28-27


(52)

Amerika Selatan lepas dari Antartika dan juga lepas dari benua Afrika bagian barat menuju ke arah barat sehingga terbentuk laut Atlantik bagian selatan.

Sementara itu blok India bergerak ke arah utara melepaskan diri dari Antartika sehingga menabrak bagian selatan dari daratan Eurasia. Tabrakan itu begitu kuat sehingga menimbulkan lipatan yang kemudian menjadi pegunungan Himalaya yang tertinggi di dunia. Kemudian bersamaan dengan kejadian itu benua Australia melepaskan diri dari Antartika dan bergerak menuju kearah utara, Amerika bagian utara melepaskan diri dari Eurasia dengan gerakan split bergerak kearah barat laut sehingga terbentuk laut Atlantik bagian utara. Setiap gerakan split akan mengakibatkan terjadinya celah (palung) laut yang sangat dalam dan panjang dikenal sebagai sistem trench.35

Gerakan split dari kontinen seperti juga dialami oleh bagian lain, yaitu setelah benua Afrika ditinggalkan oleh benua Amerika bagian selatan, terbentuk laut Merah di bagian utara di benua Afrika akibat terjadinya keretakan serta terbentuknya teluk Aden yang sampai sekarang diduga gerakan tersebut masih berlangsung. Gerakan selanjutnya, Amerika bagian utara setelah melepaskan diri dari Eurasia kemudain menyatu dengan Amerika bagian selatan pada saat ini dinamakan di wilayah Panama. Sedangkan di Afrika terjadi perubahan bentuk laut yang awalnya merupakan bagian laut Tethys menjadi beberapa laut marjinal dan tertutup, contohnya adalah laut Kaspia, laut Hitam, Laut Tengah, dan laut Mati. Selama 200 juta tahun tersebut secara teoritis disebutkan bahwa Pasific basins

mengalami penyusutan dan akhirnya laut Tethys menghilang.

35

Ivanova, O. Lange. General Geology (Moscow: Foreign languages Publishing house). h. 189


(53)

Lautan Hidia terbentuk sebagai akibat gerakan blok India dan Blok Australia tersebut di atas serta terbentuknya lengkungan (arcus) kepulauan Indonesia berikut paparan Sunda yang masih menempel pada daratan Asia dan paparan Sahul yang menyatu dengan daratan Australia. Akhirnya diperkirakan pada zaman es dari kutub mencair maka bagian dari paparan Sunda dan paparan Sahul yang semula tidak tergenang air menjadi laut dan terjadi kepulauan Nusantara sepanjang garis khatulistiwa sampai saat ini. Sehingga sebenarnya laut disekitar Indonesia merupakan pencampuran antara lautan hindia dan lautan pasifik.36

Setelah beberapa benua menjadi menetap sepertti sekarang ini, maka selanjutnya terjadilah proses pelapukan dan pelarutan batuan sedimen di darat oleh air hujan yang membawa berbagai jenis garam mineral melalui sungai akhirnya menuju ke laut. Dari lautpun akan terjadi proses penguapan karena kenaikan suhu pada siang hari dan uap terakumulasi membentuk awan yang akhinya jatuh kebumi sebagai hujan. Begitu seterusnya sehingga proses tersebut membentuk suatu siklus yang kita namai sebagai siklus air. Siklus ini berlangsung terus menerus untuk mencapai keseimbangan alam.

Teori gerakan kontinen dari Wegener tersebut, ada teori lain yang kurang populer yang mengatakan bahwa terjadinya laut berasal dari air dalam cekungan-cekungan dasar samudra (oceanic basins) yang lama kelamaan mengalami penambahan volume air, baik yang berasal dari daratan maupun lelehan es dari kutub utara dan kutub selatan sehingga iar laut meluap sampai ke wilayah pinggir kontinen. Wilayah pinggir kontinen yang terendam tersebut dikatakan sebagai wilayah paparan (continental shelf). Tampaknya teori kedua ini tidak mengaitkan

36

Artikel ini di akses pada tanggal 07 Juli 2010 dari www.seachallengers.com , pukul 13.00 WIB


(54)

pada proses-proses yang terjadi dengan sektor geologi (geological history) yang seharusnya terkait. Oleh sebab itu, walaupun masuk akal namun teori ini dianggap kurang populer.37

Jadi dapat dikatakan bahwa posisi letak geografis benua yang telah ada seperti sekarang ini menyebabkan terbentuknya 5 (lima) lautan/ samudra (oceans) di bumi seperti tertera di bawah ini, berikut ini luas masing-masing, yakni:

1. Samudra Hindia (± 28.400.000 mil²) 2. Samudra Pasifik/Lautan Teduh (± 64.000.000 mil²) 3. Samudra Atlantik (± 41.744.000 mil²) 4. Samudra Arktika (± 5.427.000 mil²) 5. Samudra Antartika (± 12.451.000 mil²).

Sementara di kalangan sarjana barat (Orientalis) yang bernama R. Kippling beranggapan bahwa di muka bumi Terdapat 7 (tujuh) samudra, seperti yang pernah mereka pelajari dari ajaran lama. Untuk mendapatkan jumlah 7 samudra, mereka membagi lagi samudra Pasifik dan Atlantik masing-masing menjadi 2 (dua) bagian terpisah oleh garis khatulistiwa. Anggapan dan kebiasaan itu sebenarnya berasal dari ajaran seorang ahli ilmu bumi, bangsa Turki bernama Piri Reis yang pada abad XVI pernah menulis karyanya dengan menyebut adanya 7 samudra, yaitu:

1. Laut Nusantara (Laut Cina Selatan) 2. Teluk Benggala

3. Laut Arab 4. Teluk Persia

37

William Lee Strokes, All Introduction to Geology Physcal and Historical (USA: Printed House, 2000), h. 23


(55)

5. Laut Merah 6. Laut Tengah 7. Laut Atlantik

Ketujuh samudra versi teori Piri Reis merupakan kawasan (Mandala) Samudra Islam pada waktu itu, yakni sebelum jatuhnya konstantinopel, pada tahun 1453. Mandala Samudra Islam dikatakan demikian mengingat pada era tersebut telah banyak para pedagang Islam dari Persia, Yaman, dan Gujarat berlayar mengarungi laut di sekitar mandala tersebut. Mereka belum mengenal Samudra Pasifik, samudra Arktika, dan samudra Antartika pada saat itu. Ajaran Piri Reis kemudian dikembangkan oleh sarjana Islam berasal dari Turki yang bernama Omar Khayam pada zaman Kejayaan Islam dalam bukunya yang di terjemahkan oleh Fitz Gerald pada tahun 1859. Dari buku terjemahan Fitz Gerald inilah maka seorang orientalis dari Eropa bernama R. Kippling mengenal istilah 7 (tujuh) samudra (The Seven Seas) yang kemudian ajaran tersebut setelah dimodifikasi disebarluaskan ke semua penjuru dunia.38

Pada hasil penemuan geologis di tahun 1971 pada bebatuan di Afrika Selatan ± 4 miliar tahun lalu, menunjukkan adanya fosil seukuran beras dari bakteri primitif yang diperkirakan hidup di dalam lumpur mendidih di dasar laut. Hal ini mungkin menjawab pertanyaan tentang saat-saat awal kehidupan dan di bagian lautan yang mana terjadi awal kehidupan tersebut. Sedangkan kelautan itu sendiri adalah ilmu yang mempelajari berbagai biota atau makhluk hidup di laut yang perlu dimanfaatkan melalui usaha perikanan.

38


(56)

C. Macam-macam laut terbesar

1. Samudra Atlantik

Samudra Atlantik adalah samudra terbesar kedua di dunia, meliputi sekitar 1/5 permukaan

bumi. Kata Atlantik berasal dari mitologi Yunani yang berarti Laut Atlas. (lihat gambar 3-1)

Gambar 3-1 : Peta samudra Atlantik, Samudra ini berbentuk huruf S, memanjang dari belahan bumi utara ke belahan bumi selatan, terbagi dua oleh garis khatulistiwa menjadi Atlantik Utara dan Atlantik Selatan.

Sumber : www.wikipedia.com

Dibatasi oleh Amerika Utara dan Amerika Selatan di bagian barat samudra dan Eropa dan Afrika di bagian timur samudra. Samudra Atlantik berhubungan dengan Samudra Pasifik, di bagian utara bumi melalui Samudra Arktik dan di bagian selatan bumi melalui Lintasan Drake. Hubungan buatan manusia antara Samudra Atlantik dengan Samudra Pasifik dibuat melalui Terusan Panama.

Lokasinya pada kumpulan air antara Afrika, Eropa, Samudra Selatan, dan benua Amerika. Dengan wilayah total: 76,762 juta km² mencakup dari Laut


(57)

Baltik, Laut Hitam, Laut Karibia, Selat Davis, Selat Denmark, bagian dari Lintasan Drake, Teluk Meksiko, Laut Mediterania, Laut Utara, Laut Norwegia, hampir seluruh dari Laut Scotia, dan kumpulan air tributer lainnya dengan Garis pantai sekitar ±111.866 km. Laut ini memiliki cuaca badai tropis berkembang di sekitar pesisir pantai Afrika dekat Tanjung Verde dan bergerak ke arah barat menuju Laut Karibia, badai bisa terjadi dari Mei hingga Desember, namun paling sering terjadi dari Agustus hingga November. Angin ribut merupakan hal yang biasa di Atlantik Utara pada masa musim dingin di utara, menyebabkan perlintasan samudra menjadi lebih sulit dan berbahaya. Samudera ini mempunyai pelabuhan untuk berlayar dari berbagai Negara yaitu Abidjan (Pantai Gading), Akra (Ghana), Amsterdam (Belanda), Antwerp (Belgia), Bahia Blanca (Argentina), Baltimore (Amerika Serikat), Banjul (Gambia), dan lainnya.39

2. Samudra Pasifik

Samudra Pasifik atau Lautan Teduh dalam bahasa Spanyol disebut dengan

Pacifico yang

artinya tenang, samudera ini menjadi kumpulan air terbesar di dunia. Samudra Pasifik berisi sekitar 25.000 kepulauan (lebih dari jumlah kepulauan yang berada di lautan dunia lainnya jika digabung), yang mayoritas terletak di selatan khatulistiwa (lihat gambar 3-2). Di batasan ireguler Samudra Pasifik terdapat banyak lautan, yang terbesar adalah Laut Sulawesi, Laut Koral, Laut China

39


(58)

Timur, Laut Jepang, Laut China Selatan, Laut Sulu, Laut Tasman dan Laut Kuning.40

Gambar 3-2 : Samudera Pasifik, mencakup kira-kira sepertiga permukaan Bumi, dengan luas sebesar 179,7 juta km² (69,4 juta mi²). Panjangnya sekitar 15.500 km (9.600 ml) dari Laut Bering di Arktik hingga batasan es di Laut Ross di Antartika di selatan.

Sumber : www.wikipedia.com

Penjelajah Portugis Fernando de Magelhaens adalah orang yang menamakan Samudera Pasifik. Untuk sebagian besar perjalanannya dari Selat Magelhaens

menuju Filipina. Tetapi, Samudra Pasifik tidaklah selalu tenang. Di mana Samudra Atlantik melebar, Samudra Pasifik mengecil. Hal ini menyebabkan banyak terjadinya gempa bumi maka dari itu samudera inipun menjadi pusat gempa di Jepang . Banyak angin puyuh dan badai yang merusak pulau-pulau di bagian Pasifik dan tanah di sekitar Pasifik dipenuhi gunung berapi dan sering diguncang gempa bumi. Tsunami, yang disebabkan oleh gempa bumi di dasar

40

Lower, J. Arthur, Ocean of Destiny: A Concise History of the North Pacific, (France: - 1500-1978 1978). h. 42


(59)

laut, telah menghancurkan banyak pulau.41 Samudra ini mempunyai gunung-gunung. Samudera ini merupakan daerah divergensi lempeng samudera bergerak saling menjauh yang mengahsilkan dari ilmu geologi laut.42

3. Samudera Hindia

Samudra Hindia, atau Samudra India adalah kumpulan air terbesar ketiga di dunia, meliputi sekitar 20% permukaan air Bumi. Di utara dibatasi oleh selatan Asia yaitu di bagian barat oleh Jazirah Arabia dan Afrika, di timur oleh Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, Kepulauan Sunda Kecil, dan Australia, di selatan oleh Antartika43.

Gambar 3-3 : Samudra Hindia, samudra ini yang meliputi sekitar 20% permukaan air Bumi. Samudera Hindia atau Samudera India adalah satu-satunya samudera yang menggunakan nama negara yaitu India.

41

D.L Oliver, The Pacific Islands, 3d ed. (1989), h. 73 42

J.E Terrell, Prehistory in the Pacific Islands. (England:-, 1986), h. 12 43

Antartika adalah Samudra Antarktika atau Lautan Selatan adalah massa air laut yang mengelilingi benua Antartika. Ia merupakan samudra terbesar keempat dan telah disepakati untuk disebut sebagai samudra oleh Organisasi Hidrografik Internasional (IHO) pada 2000. Sebelum itu, pandangan umum adalah Samudra Atlantik, Samudra Hindia dan Samudra Pasifik langsung berbatasan dengan bibir pantai Antartika. Artikel ini di akses pada tanggal 07 september 2010 dari www.wikipedia.com , pukul 13.00 WIB


(1)

Quran dan sains, karya ini memberikan acuan bahwa batasan laut termasuk dalam kategori bidang Oseanografi dan fenomena geologi, sebagaimana telah diungkapkan dari Zaghlul Raghib M. Al-Najjar, Mukjizat al-Qur’an dan as-Sunnah Tentang IPTEK119

Yang berakhir kepada suatu kesimpulan adanya suatu kesamaan antara al-Quran dan temuan sains Geologi. Singkatnya karya ini berusaha menyempurnakan atau lebih tepat menambahkan, apa yang sebelumnya tidak terdapat pada karya Agus S. Djamil.

B. Saran

Akhirnya penulispun menyadari dengan wawasan keilmuan penulis yang masih sedikit, referensi dan rujukan-rujukan lain yang belum terbaca, menjadikan penulisan ini jauh dari kesempurnaan. Namun, penulis telah berupaya menyelesaikan skripsi ini semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan penulis sebagai manusia biasa. Oleh karena itu, penulis meminta saran dan kritik yang membangun dari pembaca sebagai bahan perbaikan penulisan ini. Serta perlu eksplorasi tentang laut dalam pembahasan yang labih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

119

Dari sisi ayat-ayat al-Qur’an dalam berbicara fenomena laut yang sangat urgen seperti terpisahnya air laut kepada kelompok-kelompok berdekatan yang tidak bercampur sama sekali karena adanya batas pemisah abstrak yang dapat memisahkan antara kelompok-kelompok itu. Ayat-ayat dalam fenomena laut ini mengandung sejumlah fakta-fakta ilmiah (haqa’iq) geologi. Zaghlul Raghib M. Al-Najjar, Mukjizat al-Qur’an dan as-Sunnah Tentang IPTEK, (Gema Insani Press), h. 120


(2)

A.G, Illahude. Pengantar Ke Oseanografi Fisika. Pusat dan Pengembangan. Jakarta: Putra Media, 1999

Abd al-Baqi, Muhammad Fu’âd. Mu’jam al-Mufahras li al-Fazh al-Quran al-karim. Beirut: Dâr Ihya al-Turats al-Arabî, tt

Ad Darwisy, Muhayiyuddin. I’râb al-Quran al-Karîm. Beirut: Dâr Ibn Kasîr, 1992

Ahmad ibn Zakariyya, Abu al-Husain. Mu’jam al-Maqayis fi al-Lughah. Beirut: Dar al-Fikr, 1998

Akram, Konsep Geologi Dasar Gunung Dalam Al-Qur’an Dan Sains; Telaah Keselarasan Antara Keduanya”, Skripsi Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Jurusan Tafsir Hadis, UIN Jakarta 2002

Al Asbahi, Abu ‘Abdullah Malik bin Anas bin Malik bin Abu ‘Amin bin ‘Amr bin al-Harith al-Asbahi. Al-Muwatho’ Beirut: Dâr al-Fikr, 1994

Al Maraghi, Ahmad Musthafa. Tafsir al-Maraghi. Beirut: Dar Ihya at-Firas al-Arabi, 1985

Al Misri, Jamaluddin Muhammad ibn Mukarram. Lisan al-Arab. Beirut: Dar Shodir, 1990

Al Najjar, Zaghlul M. Raghib, Mukjizat al-Qur’an dan as-Sunnah Tentang IPTEK, Bandung: Gema Insani, 2000

Al Swaidan, Tariq, Astonishing Fact About Quran, www.lautanquran.com, pukul 15.00 WIB

Allam, Ahmad Khalid. Al-Qur’an dalam Keseimbangan Alam dan Kehidupan. Jakarta: Gema Insani, 2005


(3)

Al-Marbawî, Muhammad Idrîs ‘Abdul Raûf . Qâmûs Idrîs al-Marbawî ‘Arabi Malâyû . Surabaya: Dar al-Fikr, tt

As Showwy, Ahmad. Mukjizat al-Qur’an dan As-Sunnah tentang IPTEK. Jakarta: Gema Insani Press, 1995

Asad M. Alkalali, Kamus Indonesia Arab, Jakarta: Bulan Bintang, 1987 At-Thabari, Jami’ul Bayan Fi Ta’wili al-Qur’an, Beirut: Darul Fikri, 1988

Audah, Ali. Konkordansi Qur’an. Litera Antar Nusa, 1991

Baidan, Nashruddin. Metodologi Penafsiran Al-Qur’an. Bandung: Pustaka Pelajar. 2000

commons.wikimedia.org.wikiamazonas, pukul 20.00 WIB Dagun, M. Save, Kamus Ilmu Pengetahun, Jakarta: LPKN, 2000

Dahuri, Rokhim. “Strategi Pengembangan Sumber daya Kelautan dan Perikanan Berbasis Ekonomi Kerakyatan”. Media Republika 2004.

Departemen Agama RI, Al-Quran Bayan (Al-Quran dan Terjemahannya Disertai Tanda-Tanda Tajwid dengan Tafsir Singkat), Jakarta: Al-Quran

Terkemuka, 2009

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Tafsirnya, Jakarta: Departemen Agama RI, 2008

Djamil S. Agus, Al-Qur’an dan Lautan, Bandung: Arasy Mizan Pustaka, 2004

Ellen, prager. The Ocean. Austria: Grown hill, 2000

Fakhr al-Din Dhiya al-Din al-Razi, Muhammad. At-Tafsir al-Kabir wa Mafatih al-Ghaib. Beirut: Dar al-Fikr, 1990


(4)

Gross, M. Grant, Oceanography. London: colombus Toronto, 1985

Hamid Nasuhi, dkk., Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta). (Jakarta CeQDA, 2007)

Hamka, Tafsir al-Azhar, Jakarta: PT. Panjimas, 1988

Hartono, Dimyati. Hukum Laut Internasional Pengamanan Pemagaran Yuridis Kawanan Nusantara Negara Republik Indonesia. Jakarta: Bhrata karya Aksara, 1977

Hutabarat, Sahala. Pengantar Oseanografi. Jakarta: Universitas Indonesia, 1989

Jauhary, Thantawi. al-Jawahir Fi Tafsir al-Qur’an. Beirut: Dar al-Fikr, __ kobalbromida.html, pukul 20.00 WIB

Lower, J. Arthur, Ocean of Destiny: A Concise History of the North Pacific, France. 1978

Manzur, Ibnu Muhammad. Lisān al-Arab. Beirut: Dār Sādir. 1992

Munawwir, Ahmad Warson. al-Munawwir kamus Arab – Indonesia. Yogyakarta: UPBIK Pondok Pesantern Al-Munawwir, 1984

natrium-bikarbonat.html, pukul 20.00 WIB

Nontji, Anugrah. Laut Nusantara. Jakarta: PT. Djambatan, 2002.

O. Lange, Ivanova. General Geology. Moscow: Foreign languages Publishing house, tt

Oliver, D.L., The Pacific Islands, 3d ed. 1989 oseanografi.blogspot.com, pukul 13.00 WIB petadunia.wordpress, pukul 11.03 WIB


(5)

Prawira, Chamim. Ensiklopedi Al-Quran Dunia Islam Modern. Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 2002

Quthb, Sayyid. Fi Dhilal al Qur’an, Terjemahan, Bahruddin Fannani. Jakarta: Gema Insani, 2000

Rahman, Afzalur. Ensiklopedi Ilmu Dalam al-Qur’an (Rujukan Terlengkap Isyarat Ilmiyah dalam al-Qur’an. Jakarta: Mizan. 2007

Richard A. Davis, Principles of Oceanography, Addison: Wesley Publishing, 1992

Romimohtarto, Kasijan. Biota Laut: Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Jakarta: Djambatan, 2001

Saryono, Pengetahuan Hutan, Tanah, dan Air Dalam Perspektif al-Qur’an, Jakarata: Pustaka al-Husna Baru, 1999

seremonia.wordpress.com, pukul 10.00 WIB

Shihab, M. Muhammad, Mukjizat Al-Quran, Bandung: Mizan, 1999 Shihab, M. Quraish, Tafsir Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran Jakarta: Lentera Hati, 2002

Shihab, M. Quraish, Wawasan Al-Quran, Bandung: Mizan, 1996 Spate, O.H., Paradise Found and Lost, Gluslaw: Britanian 1988

Strokes, William Lee. All Introduction to Geology Physcal and Historical, USA: Printed House, 2000

Supriharyono, Pelestarian dan Pengelolaan Sumber Daya Alam di Wilayah Pesisir Tropis, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000

Supriharyono, Pengelolaan Ekosistem Terumbu Karang, Jakarta: Djambatan, 2000


(6)

Terrell, J.E. Prehistory in the Pacific Islands. England: __,1986

Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: PT. Balai Pustaka, 2005

Toussaint, Auguste, The History of the Indian Ocean, trans. Artikel with June Guicharnaud, 1966

Ullah, Atho. Sumber Daya Kelautan dalam al-Qur’an; Penafsiran Surah an-Nahl: 14 dalam Tafsir Fakhr Ar-Razi al-Musytahar Bi At-Tafsir aAl-Kabir wa Mafatih Al-Ghaib. Skripsi Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Jurusan Tafsir Hadis, UIN Jakarta 2002

Wibisono, M.S, Pengantar Ilmu Kelautan, Jakarta: Grasindo Wicasaraka Indonesia, 2005

www.alhabib.info/review.alhtml, pukul 11.03 WIB www.seachallengers.com, pukul 15.00 WIB www.wikipedia.com, pukul 13.00 WIB

Yahya, Harun. Al-Qur’an Mengungkap Teknologi dan Ilmu Pengetahuan Modern, (versi Indonesia). Wacana Ilmiah Press. 2004

Yahya, Harun. Miracles of The Quran. Canada: Al Attique Publishers. 2001