penghancuran membran dan mengganggu fungsi vital neuron yang lain. Pada kondisi iskemik dengan derajat yang lebih ringan, apoptosis neuron dapat terjadi
beberapa hari sampai beberapa minggu kemudian.
2.9. National Institutes of Health Stroke Scale
Pemeriksaan neurologik dalam penanganan kegawatdaruratan, termasuk kasus stroke iskemik, haruslah cepat, tepat dan menyeluruh. Hal ini dapat
dilakukan dengan menggunakan skala atau sistem skoring yang formal seperti National Institutes of Health Stroke Scale NIHSS. NIHSS tidak hanya menilai
derajat defisit neurologis, tetapi juga memfasilitasi komunikasi antara pasien dan tenaga medis, mengidentifikasi kemungkinan sumbatan pembuluh darah,
menentukan prognosis awal dan komplikasi serta menentukan intervensi yang diperlukan. Skor NIHSS 20 mengindikasikan stroke dalam tingkat ringan sampai
sedang. Skor NIHSS ≥20 mengindikasikan stroke dalam tingkat yang parah
Adams, dkk., 2007.
Tabel 2.1. National Institute of Health Stroke Scale
Universitas Sumatera Utara
Sumber: Adams, dkk., 2007 Fischer, dkk. 2005 menemukan hubungan antara skor NIHSS dengan
adanya sumbatan pembuluh darah sekaligus menentukan lokasi penyumbatannya. Skor NIHSS
≥ 10 mengindikasikan adanya sumbatan pembuluh darah terutama di arteri karotis dan arteri vertebrobasilaris. Skor NIHSS
≥ 12 mengindikasikan adanya sumbatan pembuluh darah sentral. Semakin kecil skor NIHSS makan
semakin ke perifer sumbatan pembuluh darah yang terjadi.
Universitas Sumatera Utara
2.10. Elektrokardiografi dan Elektrokardiogram
Elektrokardiografi adalah sebuah metode untuk merekam aktivitas listrik dari otot jantung. Grafik dari rekaman aktivitas listrik tersebut dinamakan
elektrokardiogram ECG atau EKG. Aktivitas listrik jantung dapat dideteksi dengan menggunakan elektroda metal yang ditempatkan pada ekstremitas dan
pada dinding dada. Informasi tersebut kemudian akan diamplifikasi dan direkam oleh elektrokardiograf. Elektroda metal tersebut berfungsi sebagai penyadap yang
memungkinkan EKG menampilkan aktivitas listrik jantung dari beberapa sudut pandang Goldberger, 2005.
2.11. Peran EKG Dalam Penanganan Awal Stroke Iskemik
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, banyak kelainan jantung yang potensial menyebabkan kardioemboli dan menjadi faktor risiko stroke iskemik.
Oleh karena itu, pemeriksaan jantung sangat penting dalam penanganan awal pasien stroke iskemik. Pemeriksaan enzim jantung dan EKG memegang peranan
penting. Foto polos dada ikut berperan, meskipun tidak signifikan. Jantung juga perlu terus dipantau karena pada pasien stroke iskemik, kelainan jantung dapat
menjadi komplikasi selain berperan sebagai faktor risiko Adams, dkk., 2007. Menurut Jabaudon, dkk. 2004, pada pasien stroke akut dan transient ischemic
attack dapat diterapkan metode pemantauan elektrokardiografi dengan teknik event-loop recording untuk mendeteksi fibrilasi atrial dan atrial flutter yang
mungkin tidak terdeteksi dengan menggunakan teknik elektrokardiografi rutin ataupun dengan holter.
Gambar 2.1. Gambaran elektrokardiogram normal Jones, 2005
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2. Pemeriksaan penunjang dalam penanganan awal stroke iskemik
Sumber: Adams, dkk., 2007
Gambar 2.2. Gambaran elektrokardiogram dari atrial flutter Jones, 2005
Gambar 2.3. Gambaran elektrokardiogram dari fibrilasi atrial Jones, 2005
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.4. Gambaran elektrokardiogram dari infark miokardium anterior Jones, 2005
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASONAL