Optimisme dan Expectancy Value Model Dampak Optimisme

10 mereka percaya kesulitan dapat ditangani. Berbeda dengan optimis, pesimis cenderung akan menyerah ketika menghadapi kondisi yang sulit dan menantang, selain itu mereka juga cenderung memiliki perasaan negatif dan membayangkan kalau suatu kejadian yang buruk akan terjadi Carver Scheier, 2001.

2. Optimisme dan Expectancy Value Model

Konsep optimisme berkaitan dengan teori motivasi atau yang lebih dikenal dengan teori expectancy-value Carver Scheier, 2001. Teori ini berpandangan bahwa perilaku individu disusun oleh dua aspek: a. Goal Tujuan Tujuan adalah state atau tindakan yang dianggap diinginkan atau tidak diinginkan. Individu mencoba untuk menyesuaikan perilaku sesuai dengan yang dia inginkan dan menjauhkan diri dari apa yang tidak diinginkan. Semakin penting tujuan tersebut bagi seseorang, semakin besar nilainya dalam memberi motivasi pada individu. Tanpa memiliki tujuan, seseorang tidak memiliki alasan untuk bertindak. b. Expectancy Ekspektasi Ekspektasi merupakan confidence kepercayaan ataupun doubt keragu- raguan dalam pencapaian tujuan. Jika individu ragu-ragu, tidak akan ada tindakan. Keraguan dapat mengganggu usaha untuk mencapai tujuan baik sebelum tindakan dimulai atau saat sedang berlangsung. Hanya individu dengan ekspektasi yang cukup yang mampu melanjutkan usahanya. Universitas Sumatera Utara 11

3. Dampak Optimisme

Berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan terhadap optimisme, disimpulkan bahwa optimisme sangat membantu individu dalam berbagai bidang. Optimis akan lebih cepat menerima kenyataan akan kondisi yang dihadapinya sekarang dibandingkan dengan individu yang pesimis Carver Scheier, 2004 Optimisme berkaitan dengan kondisi kesehatan yang lebih baik. Individu dengan optimis yang rendah lebih membutuhkan psikoterapi dibandingkan dengan individu dengan optimisme yang tinggi Karlsson, 2011. Ketika individu memiliki ekspektasi, maka individu akan mampu mengatasi kesulitan yang dihadapinya dan mencari penyelesaian dari masalah tersebut meskipun sulit Carver Scheier, 2001. Individu yang memiliki kepercayaan tentang masa depan akan terus mengeluarkan usaha walaupun menghadapi masa sulit, sedangkan individu yang ragu akan berhenti mengeluarkan usahanya. Ketika menghadapi kondisi yang sulit, akan muncul perasaan sedih, cemas dan stres Sarafino Smith, 2011, kondisi ini menuntut individu untuk melakukan coping. Coping diartikan sebagai upaya kognitif dan perilaku yang berubah secara konstan untuk mengelola tuntutan eksternal danatau internal yang dinilai berat atau melebihi batas kemampuan individu Lazarus Folkman, 1984. Coping dilihat dari fungsinya dibagi menjadi 2: 1. Emotion-focused coping Berfokus pada cara mengontrol respons emosional saat kondisi stres. Individu dapat meregulasi respon emosional mereka melalui pendekatan kognitif Universitas Sumatera Utara 12 dan perilaku. Pendekatan kognitif berkaitan dengan cara individu berpikir terhadap situasi stres yang dihadapi. Individu dapat mendefenisikan kembali situasi sehingga dapat menghadapinya dengan lebih baik. Proses kognitif dari emotion-focused coping yang lain adalah dengan strategi defense mechanism. Individu cenderung menggunakan pendekatan emotion-focused ketika tidak ada lagi yang dapat dilakukan untuk mengatasi kondisi yang penuh stres tersebut. 2. Problem-focused coping Coping ini berfokus pada masalah bertujuan untuk mengurangi tuntutan- tuntutan dari keadaan stres atau mengembangkan sumber daya untuk menghadapinya. Coping ini akan digunakan saat kondisi masih mungkin untuk berubah. Pendekatan yang berfokus pada masalah cenderung digunakan ketika adanya perubahan dari sumber daya atau tuntutan situasi. Optimisme mempengaruhi strategi coping yang lebih adaptif, Individu bisa melakukan pencegahan ataupun meminimalisasikan stress. Usaha-usaha yang dilakukan untuk mencegah ataupun meminimalkan stres disebut proactive coping. Individu yang optimis yang biasanya menggunakan metode yang berfokus pada masalah. Terdapat beberapa bentuk proactive coping, seperti: meningkatkan dukungan sosial, meningkatkan kontrol personal, mengorganisir lingkungan sendiri, melakukan olahraga, dan menyiapkan diri untuk situasi yang menyebabkan stres. Universitas Sumatera Utara 13

B. Suami yang Mengalami Cacat 1. Suami