Respons Kognitif Respon Jama'ah Terhadap Pelatihan Shalat khusyu Ustadz Abu Sangkan Di Pondok Gede-Bekasi

B. Respons Kognitif

Dalam pelaksanaan pelatihan shalat khusyu tersebut terbagi lagi kedalam tiga sub variabel. Tabel 5 berikut menjelaskan mengenai respons kognitif terhadap materi, metode dan media. Tabel.5 Respons Kognitif J ama’ah No Pernyataan Kognitif tentang pengetahuan SS S TT TS STS Nilai Rangking 1 2 3 4 5 Pengetahuan saya bertambah setelah mendapat materi pelatihan shalat khusyu Buku pelatihan shalat khusyu membantu saya dalam memahami materi yang disampaikan Saya menyukai metode praktek dalam pelatihan shalat khusyu Sumber informasi dari materi yang disampaikan sudah jelas Dakwah ustadz Abu Sangkan menambah pengetahuan tentang tata cara untuk mendapatkan khusyu ketika shalat 85 65 80 50 95 44 60 56 68 44 4 4 133 129 136 118 139 3 4 2 5 1 Berdasarkan tabel 5 nilai tertinggi ada pada pernyataan dakwah Ustadz Abu Sangkan menambah pengetahuan tentang tata cara untuk mendapatkan khusyu ketika shalat. Pernyataan ini ada pada sub variabel materi, dari pernyataan ini diketahui bahwa pengetahuan jama’ah bertambah tentang tata cara mendapatkan khusyu ketika shalat. Dalam pelaksanaannya jama’ah dibimbing atau diarahkan untuk mendapatkan khusyu dengan gerakan-gerakan yang diajarkan, mulai dari niat sampai sujud dengan tuma’ninah. Selama ini banyak orang yang shalat dengan niat tanpa tahu apa makna dari niat itu sendiri, niat bukanlah sebuah bacaan atau mantra tetapi suatu perbuatan yang didalamnya terdapat kesadaran yang penuh yang mengalir. 1 Sebuah riwayat menerangkan bahwa, sebelum shalat subuh, Rasulullah mempunyai kebiasaan melakukan istirahat dalam posisi tidur miring yang disebut qailulah. Kebiasaan ini beliau lakukan pula menjelang shalat Dzhuhur. Relaksasi sebagaimana Rasulullah lakukan merupakan hal penting bagi orang yang hendak melakukan shalat, karena shalat merupakan jalan meditasi atau perjalanan jiwa menuju Allah sehingga diperlukan persiapan yang serius namun rileks. Rasulullah SAW melakukan shalat dengan tuma’ninah rileks, yaitu sikap tenang atau diam sejenak sehingga dapat menyempurnakan perbuatannya, dimana posisi tulang dan organ tubuh lainnya dapat berada pada tempatnya dengan sempurna, seperti hadits Nabi yang diriwayatkan oleh HR. Ibnu khuzaimah dan Ibnu Hibban, “Apabila kamu rukuk letakkanlah kedua telapak tanganmu pada 1 Abu Sangkan, Pelatihan Shalat Khusyu Jakarta: Baitul Ihsan, 2004, h. 45. lututmu, kemudian renggangkanlah jari-jarimu, lalu diamlah, sehingga setiap anggota badan ruas tulang belakang kembali pada tempatnya .” Dan hadits Nabi lain yang diriwayatkan oleh HR. Bukhari, Muslim dan Ahmad, “Dari Abu Hurairah, sesungguhnya Nabi pernah masuk masjid. Nabi bersabda : “Apabila kamu berdiri shalat bertakbirlah, lalu bacalah ayat yang mudah bagimu, kemudian rukuklah sehingga tuma’ninah dalam keadaan rukuk, kemudian bangkitlah sehingga i’tidal dalam keadaan berdiri, kemudian sujudlah sehingga tuma’ninah dalam keadaan sujud, kemudian bangkitlah sehingga tuma’ninah dalam keadaan duduk, kemudian sujudlah sehingga tuma’ninah dalam dalam keadaan sujud, kemudian berbuatlah demikian dalam semua shalatmu. ” 2 Dalam pelatihan shalat khusyu gerakan atau yang diajarkan mengacu kepada cara Rasulullah seperti penjelasan hadits di atas, dimana cara untuk mendapatkan khusyu itu ialah dengan tuma’ninah rileks. Isi pernyataan dakwah Ustadz Abu Sangkan menambah pengetahuan jama’ah tentang tata cara mendapatkan khusyu ketika shalat, dapat menjawab teori respons yang digunakan dalam penelitian ini. Dimana teori stimulus mengatakan bahwa proses stimulus akan terjadi dengan baik ketika terjadi peroses perubahan sikap berupa pemahanan dari apa yang komunikan peroleh sebelumnya. 3 Stimulus respons yang terjadi mengenai pengetahuan jama’ah yang bertambah terhadap tata cara shalat khusyu dengan gerakan-gerakan yang 2 Abu Sangkan, Pelatihan Shalat Khusyu, h. 52-53. 3 Onong Uchyana Effendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2005, h. 255. diarahkan Ustadz Abu Sangkan mendapat pemahaman yang positif di mana responden dapat memahami dengan jelas tata cara shalat khusyu tersebut. Dakwah Ustadz Abu Sangkan berupa pelatihan shalat khusyu berhasil menambah pengetahuan jama’ah tentang tata cara shalat khusyu dengan penyampaian yang baik pada masing-masing pribadi responden, sehingga dapat dipahami dan dimengerti responden. Posisi nilai tertinggi kedua ada pada pernyataan saya menyukai metode praktek dalam pelatihan shalat khusyu. Dari pernyataan ini diketahui bahwa jama’ah menyukai metode yang dilakukan Ustadz Abu Sangkan dengan praktek atau peragaan dalam pelatihan shalat khusyu, karena cara ini terasa lebih efektif daripada hanya teori saja. Sehingga jama’ah tahu bagaimana gerakan yang benar dengan melihat atau mengikuti gerakan yang diajarkan secara langsung. Posisi ketiga ada pada pernyataan pengetahuan saya bertambah setelah mendapat materi pelatihan shalat khusyu . Pada pernyataan ini jama’ah mengakui bahwa pengetahuan mereka bertambah setelah mengikuti pelatihan shalat khusyu, karena sebelum mengikuti pelatihan ini mereka mengakui tidak tahu kalau ada cara untuk mendapatkan khusyu dalam shalat yang bersumber dari al- Qur’an maupun hadits. Posisi keempat ada pada pernyataan buku pelatihan shalat khusyu membantu saya dalam memahami materi yang disampaikan. Pernyataan ini menempati posisi keempat, karena sebagian jamaa’h yang penulis wawancarai mengatakan ada yang sudah memiliki buku dan ada juga yang belum memiliki buku pelatihan shalat khusyu tersebut, sehingga sebagian jama’ah mengatakan belum tahu isi dari buku tersebut. Sedangkan nilai terendah ada pada pernyataan sumber informasi dari materi yang disampaikan sudah jelas. Pernyataan ini ada pada sub variabel madia, di mana pernyataan ini mendapat nilai terendah dikarenakan responden tidak bisa mengetahui dengan jelas sumber informasi yang diberikan baik dari Al- Qur’an maupun Hadits, karena slide yang berisi tulisan yang merupakan sumber informasi dari materi yang disampaikan terlalu cepat berganti dan belum sempat dicatat atau pun diingat responden baik surat, ayat maupun haditsnya.

C. Respons Afektif