Respon Jama'ah Terhadap Pelatihan Shalat khusyu Ustadz Abu Sangkan Di Pondok Gede-Bekasi

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Disusun Oleh:

YULIYANTI BATUBARA 107051001587

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILM DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1432 H/2011 M


(2)

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil asli karya saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 30 Januari 2011

Yuliyanti Batubara


(3)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Disusun Oleh:

YULIYANTI BATUBARA 107051001587

Dibawah bimbingan:

Drs. Masran, M. Ag NIP: 150275384

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1432 H/2011 M


(4)

KHUSYU USTADZ ABU SANGKAN DI PONDOK GEDE-BEKASI telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 10 Maret 2011 skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta, 10 Maret 2011

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota Sekertaris Merangkap Anggota

Drs. Study Rizal LK, MA Dra. Umi Musyarofah, MA NIP: 196404281993031002 NIP: 197108161997032002

Anggota

Penguji I Penguji II

H. Zakaria, MA

Drs. Tarmi, MM NIP: 197209072003121003 NIP: 194608241965101001

Pembimbing

Drs. Masran, M. Ag NIP: 150275384


(5)

i Pondok Gede-Bekasi

Khusyu adalah perasaan yang diinginkan setiap umat beragama. Namun apa dan bagaimana cara mendapatkan khusyu itu. Banyak orang mencari yang namanya khusyu tersebut dengan berbagai macam cara, salah satunya dengan mengikuti pelatihan shalat khusyu yang diajarkan oleh Ustadz Abu Sangkan di daerah Pondok Gede-Bekasi. Pelatihan shalat khusyu ini diminati banyak orang, selain terkenal di Indonesia pelatihan ini juga terkenal di luar negeri. Adapun pembatasan masalahnya adalah pelatihan shalat khusyu yang diadakan setiap bulan minggu ketiga di Pondok Gede-Bekasi dan perumusan masalahnya adalah sebagai berikut: Bagaimana respons kognitif, afektif dan behavior jama’ah terhadap pelatihan shalat khusyu Ustadz Abu Sangkan?

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan deskriptif analisis. Penelitian ini dipergunakan dalam penelitian untuk mendeskripsikan (menggambarkan) suatu populasi tertentu yang sedang diteliti, metode ini dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan-keadaan nyata sekarang. Penelitian ini untuk menggambarkan karakteristik ciri-ciri individu, situasi atau kelompok tertentu yakni untuk membuat gambaran situasi atau kejadian, dalam hal ini data mengenai respons jama’ah terhadap pelatihan shalat khusyu Ustadz Abu Sangkan. Alasan penulis menggunakan metode ini karena penelitian deskriptif ini relatif sederhana yang tidak memerlukan landasan teoritis rumit atau pengajuan hipotesis tertentu. Teknik analisis yang digunakan adalah mean, standar deviasi dan frekuensi relatif.

Dakwah Ustadz Abu Sangkan ini membantu jama’ah untuk bisa merasakan lebih dekat dengan Allah, merasakan kekhusyuan ketika shalat, dan merasakan nikmatnya shalat khusyu.

Respons jama’ah terhadap pelatihan shalat khusyu Ustadz Abu Sangkan dapat diklasifikasikan pada tiga kategori respons, pertama respons kognitif: Yaitu memberikan pengetahuan, memahami dakwah Ustadz Abu Sangkan. Kedua

respons afektif: Memberikan perasaan senang dan semangat, menyukai dakwah Ustadz Abu Sangkan. Ketiga respons behavior: Mendengarkan dengan serius dan fokus, mengaplikasikan pesan dakwah dalam kehidupan sehari-hari.

Hasil dari pengolahan data menghasilkan bahwa respons kognitif, afektif dan behavior jama’ah terhadap pelatihan shalat khusyu adalah positif. Hal ini dilihat dari hasil rata-rata yang diperoleh lebih besar di atas standar deviasi yang ditentukan, yaitu hasilnya di atas 1,58. Dapat disimpulkan bahwa respons jama’ah terhadap pelatihan shalat khusyu Ustadz Abu Sangkan menambah pengetahuan jama’ah, jama’ah menyukai dakwah Ustadz Abu Sangkan dan jama’ah mengaplikasikan pesan dakwah tersebut dalam kehidupan sehari-hari.


(6)

ii

nikmat-Nya yang tak terhingga karya sederhana ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan pada junjungan serta suri tauladan kita, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.

“Ungkapan tidak selalu mencapai makna”, demikian ungkap Jalaluddin Rumi. Mungkin begitu pula halnya dengan karya penulis yang sangat sederhana ini. Begitu banyak orang baik yang membantu proses pembuatan karya ini, yang mungkin ungkapan rasa terima kasih pun takkan cukup membalas bantuan dan budi baik mereka. Rasanya terlalu sedikit ruang untuk berbagi kisah dan terlalu miskin kata untuk menyampaikan rasa hati yang begitu dalam. Namun tanpa mengurangi rasa hormat, penulis haturkan ungkapan terimakasih ini kepada: 1. Dr. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pembantu dekan Bid. Akademik Drs. Wahidin Saputra , MA, Pembantu Dekan Bid. Adm Umum Drs. Mahmud Jalal MA, Pembantu Dekan Bid. Kemahasiswaan Drs. Study Rizal LK, MA.

2. Drs. Jumroni, M.Si selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dan Pembimbing Akademik Prof. Andi Faisal Bakti serta Dra. Hj. Umi Musyarofah, MA selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam yang telah memotivasi penulis.


(7)

iii

waktu dan perhatiannya untuk membimbing serta mengoreksi setiap tulisan-tulisan dalam skripsi ini.

4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, khususnya Dosen Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam yang telah memberikan wawasan keilmuan, mendidik dan mengarahkan pendidik selama penulis berada pada masa kuliah.

5. Bapak dan Ibu petugas Perpustakaan Umum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah membantu penulis dalam menyediakan berbagai literatur yang menunjang untuk skripsi ini.

6. Ustadz Abu Sangkan dan Istri beliau serta semua pengurus Yayasan Shalat Center yang telah memberikan izin kepada penulis untuk mengadakan penelitian serta mendapatkan data dan informasi.

7. Umak dan ayah tercinta, Bapak Tamaruddin Batubara dan Ibu Yusro Lubis, kakek dan nenek penulis, H. Ibrahim Lubis dan Hj. Siti Khadijah Pulungan yang telah mendoakan penulis siang dan malam tiada hentinya. Serta mamak Bunyamin Lubis, SH yang penulis hormati dan banggakan.


(8)

iv

9. Seluruh keluarga besar HMM (Himpunan Mahasiswa Madina) bang Hasonangan Lubis, Arif Subhan Nasution, Mora Ganti, bang Saukani, bang Wahyu, Iwan, Efriani Siregar, Fatma, Rahmi, Sisy, Iga, Ira dan teman lainnya yang telah banyak membantu dan memberikan semangat penulis selama penyelesaian tugas akhir ini berlangsung.

10. Sahabat-sahabat peserta KKN BINTANG Cianjur dan dosen pembimbing KKN Bapak Agus Salim yang sedikit banyak telah memberikan berbagai pengetahuan dan keceriaan kepada penulis

11. Teman-teman UKM FLAT dan teman-teman KAHFI (Sekolah Public Speaking) Bintaro, untuk Om Bagus, Om Firaun, Bunga, Pinky, Ruway, Fatih, Afni, Latifah, Wahyu, ka Amel, Syarif, Iman, Bogi, dan semua pengurus Kahfi yang telah memberikan kesempatan kepada penulis mempelajari ilmu komunikasi dan akting.

12. Teman-teman UI Depok dan PNJ, Soraya, Diah, Ami, Desyta, Aga, Cita, Tantri, Patris, yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.

13. Seluruh teman-teman jurusan KPI A, B, C dan special tuk teman kelas D Angkatan 2007, khususnya untuk Zia, Eka, Ela, Eni, Ida, Taa, Icha, Ayu, Disya, Anggi, Tado, Iin, Aam, Hambali, Anita, Elok, Umi, Serly, Dita


(9)

v

14. Serta seluruh teman-teman Wisma Sakinah, Sofa, Nurul, Rike, Teh Ima, Ade, Richa, Mami, Oval, Dante, Aam, Nita, Fitri, Wila dan Hana.

Pada bagian ini, penulis berharap semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis juga bagi pembaca. Semoga Allah SWT membalas jasa baik yang telah diberikan dari berbagai pihak kepada penulis selama pembuatan skripsi ini, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Amin

Ciputat, 30 Januari 2011 Penulis


(10)

vi

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR... x

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 5

1. Pembatasan Masalah... 5

2. Perumusan Masalah... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

1. Tujuan Penelitian... 6

2. Manfaat Penelitian... 6

D. Tinjauan Pustaka... 7

E. Metodologi Penelitian... 9

F. Sistematika Penulisan... 15

BAB II LANDASAN TEORI A. Ruang Lingkup Respons... 17


(11)

vii

B. Pengertian Jama’ah... 23

C. Pengertian Shalat Khusyu... 24

BAB III PROFIL USTADZ ABU SANGKAN DAN GAMBARAN UMUM YAYASAN SHALAT CENTER A. Profil Ustadz Abu Sangkan... 30

1. Riwayat Hidup Ustadz Abu Sangkan... 30

2. Latar Belakang Pendidikan Ustadz Abu Sangkan... 30

3. Aktivitas Dakwah Ustadz Abu Sangkan... 32

B. Gambaran Umum Yayasan Shalat Center... 33

1. Sejarah Perkembangan Yayasan Shalat Center... 33

2. Visi, Misi, dan Struktur Organisasi Yayasan Shalat Center... 34

3. Jama’ah Yayasan Shalat Center... 36

4. Program Yayasan Shalat Center... 37

BAB IV ANALISIS HASIL DAN TEMUAN PENELITIAN A. Karakteristik Responden... 39


(12)

viii

Khusyu... 47 D. Respons Behavior Jama’ah

terhadap Pelatihan Shalat Khusyu... 52

BAB V PENUTUP

A.Kesimpulan... 57 B. Saran... 58 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Surat permohonan pengajuan judul skripsi

2. Surat penelitian

3. Surat wawancara

4. Surat bimbingan skripsi

5. Surat keterangan

6. Angket penelitian skripsi

7. Pedoman wawancara

8. Hasil wawancara


(13)

ix

Tabel 2 : Responden Berdasarkan Kelompok Usia... 40

Tabel 3 : Responden Berdasarkan Pendidikan... 41

Tabel 4 : Responden Berdasarkan Pekerjaan... 41

Tabel 5 : Respons Kognitif Jama’ah... 43

Tabel 6 : Respons Afektif Jama’ah... 47


(14)

x


(15)

1 A. Latar Belakang Masalah

Dalam ajaran Islam, shalat merupakan salah satu rukun diantara lima rukun Islam, yaitu mengucap kalimat dua syahadat, shalat, puasa, zakat dan haji bila mampu. Kelima rukun itu merupakan kewajiban setiap muslim untuk melaksanakannya, baik laki-laki maupun perempuan yang mukalaf (balig dan berakal sehat).1 Dalam pelaksanaannya seringkali shalat dianggap berat oleh sebagian umat Islam. Hal ini sering terjadi karena dalam pelaksanaannya tidak disertai dengan rasa khusyu, sebagaimana ditegaskan dalam al-Qur’an:











































“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu, yaitu orang-orang yang meyakini mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya” (al-Baqarah: 45-46).

1


(16)

Dalam ayat di atas, Allah memerintahkan umat manusia supaya memohon pertolongan kepada Allah dengan sabar dan shalat, dan sekaligus mengingatkan bahwa kedua perbuatan tersebut memang sangat berat bagi kebanyakan orang, kecuali bagi orang-orang yang khusyu, yaitu orang-orang yang yakin benar bahwa dirinya akan menjumpai Allah kelak di akhirat, yaitu orang yang benar-benar berhati lapang seraya merendahkan dirinya kepada Allah dengan merasa takut akan siksaan-Nya yang sangat dahsyat, mereka itulah orang-orang khusyu.2 Bagi orang-orang yang khusyu, shalat itu bukanlah suatu pekerjaan yang berat, melainkan sebaliknya, sebagai sesuatu yang menyenangkan dan mententramkan. Inilah intisari khusyu yang penting diperhatikan, bukan semata-mata berusaha mengkonsentrasikan seluruh pikiran disaat-saat menegakkan shalat yang cukup sukar seperti yang umum dikenal banyak orang.3

Disamping mengetahui tentang hal-hal yang berkaitan dengan bacaan serta gerakan fisik dalam shalat, kita harus tahu juga tentang makna-makna bathiniah yang tidak boleh diabaikan. Yaitu demi menjadikan shalat benar-benar sebagai sarana bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah SWT.

Sebagai langkah pertama untuk itu, kita harus pelajari hal-hal apa saja yang dapat menimbulkan kehadiran hati (khusyu) dalam shalat.4 Salah satu upaya dalam meraih shalat khusyu itu ialah lewat pelatihan shalat khusyu yang diajarkan oleh Ustadz Abu Sangkan.

2

Muhammad Amin Suma, Tafsir Ahkam , (Ciputat: Logos, 1997), Cet. Ke-1, h. 40-42. 3

Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, (Jakarta: Gema Insani, 1999), Cet. Ke-1, h. 122-123.

4

Muhammad Bagir Al- Habsyi, Fiqih Praktis Menurut Al-Qur’an, Hadits, dan Pendapat Para Ulama, (Bandung: Mizan, 1999), h. 147-148.


(17)

Beliau berdakwah lewat pelatihan shalat khusyu, beliau mendirikan pelatihan shalat khusyu di Yayasan Shalat Center pada tanggal 3 Juli 2006 yang terletak di Jl. Kemang Sari IV No. 5, Jatibening Baru, Pondok Gede, Bekasi. Pelatihan ini dijadikan tempat untuk melaksanakan dakwahnya berupa pelatihan shalat khusyu, kajian dhuha, open house, pendalaman materi, halaqah dan training of trainer.

Dakwah yang dilakukan Ustadz Abu Sangkan melalui pelatihan shalat khusyu ini berbeda dengan dakwah da’i-da’i yang lain, dimana dakwah Ustadz Abu Sangkan ini terasa lebih mudah dimengerti dan langsung terasa manfaatnya karena jama’ah diarahkan atau dibimbing langsung di dalam pelatihan shalat khusyu ini. Selain itu, antusias jama’ah sangat besar. Hal ini terlihat dari banyaknya jumlah jama’ah yang mencapai ratusan orang yang ikut di setiap pelatihan shalat khusyu yang diadakan, para jama’ah datang dari berbagai daerah di tanah air serta banyaknya cabang-cabang pelatihan shalat khusyu yang ada hampir di seluruh Indonesia seperti: Yogyakarta, Kalimantan, Jawa, Sumatra, Papua, Jakarta dan daerah lainnya. Hal ini menandakan kegiatan ini diminati banyak orang. Disamping itu, dakwah ustadz Abu Sangkan selain terkenal di Indonesia terkenal juga di luar negeri: seperti Malaysia, Singapura, Hongkong, dan negara lainnya.

Pelatihan shalat khusyu itu sendiri ialah bagaimana shalat dengan khusyu, dengan metode yang diajarkan dari al-Qur’an, Hadits dan pengalaman spritual dengan metode pendekatan filsafat, tasawuf (hakikat, ma’rifat), meditasi dan ilmu pengetahuan. Adapun tujuan dari pelatihan shalat khusyu ini adalah merasakan


(18)

manfaat shalat khusyu dalam kehidupan sehari-hari, menebarkan rahmat bagi semesta alam dan menuai keberkahan dalam setiap muamalah.

Dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan shalat khusyu, beliau mempraktekkan dan memperagakan shalat khusyu, mulai dari niat shalat sampai selesai shalat. Dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan shalat khusyu tersebut, beliau mengarahkan jama’ah supaya fokus dan mengingat Allah. Beliau mengatakan bahwa untuk mendapat perasaan khusyu ketika shalat kita harus rileks dan menghubungkan diri dengan Allah. 5

Hampir semua umat beragama mencari atau berlomba-lomba mencari kekhusyuan dalam ibadahnya, bahkan bila mungkin juga khusyu dalam kehidupannya, namun apa dan dimana serta bagaimanakah khusyu itu sebenarnya, banyak orang berusaha konsentrasi dalam ibadahnya, ada juga yang berusaha menyatu dengan alam agar mendapatkan apa yang dinamakan khusyu tersebut.

Oleh karena itu, dalam melaksanakan shalat usahakanlah senantiasa melaksanakannya penuh dengan kesadaran serta ketertiban, tertib dalam setiap gerakan serta lisan, tidak kehilangan niat, maksud, tujuan, serta melakukannya hanya karena Allah.

Dengan kesadaran baru yang dibangkitkan, Insya Allah dari sekarang dan seterusnya shalat akan menjadi tempat kita bercengkrama dengan Allah, karena Dialah pusat ilmu pengetahuan, sumber kehidupan dan pusat perencanaan kehidupan dari seluruh makhluk.

5


(19)

Dari pemaparan penulis di atas mengenai kegiatan dakwah Ustadz Abu Sangkan berupa pelatihan shalat khusyu, kajian dhuha, training of trainer, open house, pendalaman materi, dan halaqah maka penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai tanggapan jama’ah terhadap pelatihan Shalat Khusyu. Oleh karena itu, penulis mengangkat judul skripsi “Respons Jama’ah terhadap Pelatihan Shalat Khusyu Ustadz Abu Sangkan di Pondok Gede - Bekasi”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Dakwah yang dilakukan ustadz Abu Sangkan antara lain: pelatihan shalat khusyu, kajian dhuha, training of trainer, open house, pendalaman materi dan halaqah. Namun di sini, penulis membatasi penelitian hanya pada pelatihan shalat khusyu yang diadakan setiap bulan di Pondok Gede-Bekasi.

Untuk lebih spesifik lagi dan tujuan yang akan dicari dari penelitian ini tercapai dengan baik dan jelas, maka penelitian akan lebih memfokuskan pada masalah respons jama’ah terhadap dakwah ustadz Abu Sangkan yaitu pelatihan shalat khusyu setiap bulan minggu ketiga, dengan cara menganalisa bagaimana respons jama’ah terhadap pelatihan shalat khusyu yang diselenggarakan yayasan shalat center di Pondok Gede-Bekasi.

Berdasarkan hal di atas, diharapkan akan diketahui tentang respons jama’ah dalam mengikuti pelatihan shalat khusyu yang diadakan setiap bulan minggu ketiga yang dimulai pukul 10.00-17.00 WIB.


(20)

Penulis membatasi penelitian hanya pada pelatihan shalat khusyu yang diikuti jama’ah yang rutin ikut pelatihan.

2. Perumusan Masalah

Dari pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana Respons Kognitif, Afektif, dan Behavior Jama’ah terhadap Pelatihan Shalat Khusyu Ustadz Abu Sangkan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian adalah: Untuk mengetahui Respons Kognitif, Afektif dan Behavior Jama’ah terhadap Pelatihan Shalat Khusyu ustadz Abu Sangkan.

2. Manfaat Penelitian adalah: a. Manfaat akademis

1) Untuk memberikan kontribusi positif dalam bidang studi Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

2) Untuk memberikan informasi kepada mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi mengenai respons terhadap salah satu dakwah yang dilakukan oleh Ustadz Abu Sangkan melalui pelatihan Shalat Khusyu.

b. Manfaat Praktis

Menjadi acuan atau pedoman para praktisi dakwah untuk dipublikasikan dalam mengembangkan pelaksanaan dakwah melalui berbagai bidang kehidupan.


(21)

D. Tinjauan Pustaka

Sebelum melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis telah terlebih dahulu melakukan tunjauan pustaka. Sebelumnya telah ada judul skripsi berjudul Respons Jama’ah terhadap Metode Dakwah K. H. M. Syafi’i Hadzami di Majlis Ta’lim Ni’matul Ittihad Pondok Pinang Jakarta Selatan yang dibuat oleh Syafe’i Hadzami dengan NIM 102051025481 pada tahun 2006 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Selain itu penulis menemukan juga skripsi dengan judul Respons Jama’ah Majlis Ta’lim Darussa’adah terhadap Metode Dakwah K. H. Sumarno Syafi’i yang dibuat oleh Rahmat Topani dengan NIM 103051028548 pada tahun 2007 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dan Respons Jama’ah Majlis Ta’lim At-Tarbiyah terhadap Metode Dakwah K. H. Edi Junaedi Nawawi yang dibuat oleh Siti Buraedah dengan NIM 105051001874 pada tahun 2009 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Pada skripsi yang berjudul Respons Jama’ah terhadap Metode Dakwah K. H. M. Syafi’i Hadzami di Majlis Ta’lim Ni’matul Ittihad Pondok Pinang Jakarta Selatan membahas tentang Respons Jama’ah terhadap Metode Dakwah Tradisional yang digunakan oleh K. H. M. Syafi’i Hadzami. Metode tradisional tersebut adalah sorogan, bandongan dan mudzakaroh. Sedangkan pada skripsi yang berjudul Respons Jama’ah Majlis Ta’lim Darussa’adah terhadap Metode Dakwah K.H. Sumarno Syafi’i membahas tentang Pengaruh Metode Dakwah Lisan K.H. Sumarno Syafi’i terhadap Keberagaman dan Praktik Ibadah


(22)

Masyarakat Kampung Kresek Duri Kosambi Tangerang. Dan skripsi yang berjudul Respons Jama’ah Majlis Ta’lim At-Tarbiyah terhadap Metode Dakwah K. H. Edi Junaedi Nawawi membahas tentang Metode Dakwah Bil Hikmah yang digunakan oleh K. H. Edi Junaedi Nawawi.

Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk mengambil judul skripsi Respons Jama’ah terhadap Pelatihan Shalat Khusyu Ustadz Abu Sangkan di Pondok Gede-Bekasi. Perbedaan skripsi ini dengan skripsi-skripsi tersebut adalah lebih mengkhususkan pembahasan pada pelatihan shalat khusyu yang dilakukan oleh Ustadz Abu Sangkan. Skripsi ini juga hanya membatasi pada respons kognitif, respons afektif dan respons behavior jama’ah pelatihan shalat khusyu.

Dengan demikian, maka skripsi ini berbeda dengan skripsi sebelumnya dan layak untuk diajukan sebagai penelitian ilmiah.

E. Metodologi Penelitian

1. Model dan Desain Penelitian

Model penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, karena pendekatan kuantitatif dapat menghasilkan data yang akurat dengan perhitungan angka yang tepat.

Adapun Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan pendekatan deskriptif analisis yaitu suatu metode penelitian yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan-keadaan nyata.6

6


(23)

2. Subjek dan Objek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah jama’ah pelatihan shalat khusyu, dengan alasan bahwa mereka mengetahui dan mengikuti langsung kegiatan dakwah ustadz Abu Sangkan. Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah respons terhadap pelatihan shalat khusyu.

3. Waktu dan Tempat Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, penulis melakukan penelitian selama dua bulan yang dilakukan pada bulan November 2010-Januari 2011. Dan penelitian ini dilakukan di Yayasan Shalat Center, tepatnya di Jl. Kemang Sari IV No. 5, Jatibening Baru, Pondok Gede, Bekasi 17412. Alasan memilih lokasi penelitian tersebut karena lokasinya cukup mudah dijangkau.

4. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data dalam pelaksanaan penelitian ini, sebagai berikut:

a. Angket, yaitu alat pengumpul data yang berisi daftar pertanyaan secara tertulis yang ditujukan kepada responden penelitian. Pertanyaan-pertanyaan pada angket, bisa berbentuk tertutup (berstruktur) dan bisa berbentuk terbuka (tidak berstruktur)7. Dalam penelitian ini, penulis hanya memberikan angket kepada jama’ah yang rutin ikut pelatihan, yaitu jama’ah yang ikut sebanyak delapan sampai sembilan belas kali pertemuan.

7

Faisal Sanafiah, Format-format Penelitian Sosial, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), h. 122.


(24)

b. Wawancara, yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab antara pewawancara dengan responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide

(panduan wawancara).8 Dari wawancara ini akan diketahui respons jama’ah terhadap dakwah Ustadz Abu Sangkan dalam hal kognitif, afektif maupun konatif. Dalam penelitian ini, penulis juga melakukan wawancara dengan Ustadz Abu Sangkan, pengurus yayasan shalat center, dan jama’ah.

c. Observasi, penulis melakukan observasi di Yayasan Shalat Center dari bulan November 2010-Januari 2011. Ustadz Abu Sangkan mendapat jadwal dalam pemberian materi dakwah setiap dua sampai tiga kali dalam sebulan.

d. Dokumentasi, yaitu pengumpulan data yang berkaitan dengan masalah penelitian, dapat berupa buku, majalah, artikel, foto, gambar dan lain-lain.9

5. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, untuk keperluan penelitian ini diambil populasi dengan berpedoman kepada pendapat Suharsimi Arikunto, seperti di bawah ini:

“Apabila subjek kurang dari 100 orang, lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah

8

M. Nasir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985), h. 234. 9

Nana Danapriatna dan Roni Setiawan, Pengantar Statistika, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005), cet. ke-1, h. 9


(25)

subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga dan dana.10

Sampel adalah sebagian dari populasi. Dalam penelitian ini populasi berjumlah 300 orang, dan peneliti mengambil sampel 10% dari jama’ah, sehingga sampel yang terambil adalah sebanyak 30 orang.

Jama’ah yang hadir pada pelatihan shalat khusyu yang diadakan oleh Ustadz Abu Sangkan pada setiap pertemuannya mencapai sekitar 300 orang. Dalam penelitian ini, diambil sampel sebesar 10% sehingga jama’ah yang berhak untuk mengisi angket yang diberikan penulis sebanyak 30 orang.

6. Definisi Operasional

a. Respons Jama’ah

Respons jama’ah merupakan respons yang terjadi pada jama’ah. Dalam pembahasan ini, penulis mengklasifikasikan pada beberapa respons, yaitu respons kognitif, respons afektif dan respons behavior.

1). Respons kognitif (a). Definisi konseptual

Adalah efek secara pengetahuan, terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami atau dipersepsi oleh jama’ah.

(b). Indikator

(1). Jama’ah mendapat pengetahuan dari pesan dakwah yang disampaikan.

(2). Mengetahui kata-kata bijak atau nasihat.

10

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. 107.


(26)

2). Respons afektif

(a). Definisi konseptual

Merupakan perasaan yang timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi atau dibenci jama’ah.

(b). Indikator

(1). Menimbulkan perasaan senang dan semangat mendengarkan dakwah yang disampaikan.

(2). Menyenangi materi pelatihan shalat khusyu dalam dakwah tersebut.

(3). Menyenangi dakwah ustadz Abu Sangkan. 3). Respons behavior

(a). Definisi konseptual

Merupakan tingkah laku atau sikap yang merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan atau kebiasaan berprilaku.

(b). Indikator

(1). Fokus dan serius mendengarkan isi pesan dakwah. (2). Aktif dalam sesi tanya jawab.

(3). Mengaplikasikan isi pesan dakwah dalam kehidupan sehari-hari.

b. Pelatiahn Shalat Khusyu

Pelatihan shalat khusyu adalah suatu pelatihan untuk mendapatkan khusyu dalam shalat dan mendekatkan diri dengan Allah. Dimana di dalam


(27)

pelatihan ini jama’ah dibimbing dan diarahkan untuk mencapai kekhusyuan tersebut dengan gerakan-gerakan yang diajarkan.

c. Sumber Data

a. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari responden lewat angket. Dalam hal ini peneliti menyebarkan angket atau daftar pertanyaan tertulis yang disampaikan kepada responden (jama’ah yang mengikuti pelatihan shalat khusyu) untuk di isi. b. Data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan peneliti berupa

catatan-catatan atau dokumen-dokumen, buku-buku, surat kabar serta sumber lain yang berkaitan dengan masalah penulisan penelitian ini.

d. Teknik Analisis Data Kuantitatif

Teknik analisis data kuantitatif, yaitu analisis yang dilakukan dengan cara mengumpulkan, mengelola, menyajikan dan menganalisis data berwujud angka. Analisis ini meliputi perhitungan mean (menghitung rata-rata), standar deviasi dan frekuensi relatif.

a. Mean adalah nilai tengah atau kecenderungan tengah yang memberikan gambaran umum dari suatu segi pengamatan.

Rumus: x = ∑x1 n x = Rata-rata x1= Pengamatan


(28)

b. Standar deviasi adalah seberapa jauh nilai pengamatan tersebut di sekitar nilai rata-rata.

Rumus:

SS=

n SS2= Ragam

SS= Simpangan baku/simpangan standar/simpangan deviasi

c. Rumus frekuensi relatif adalah perhitungan rasio atau bilangan persen. Rumus:

P= 100% n

keterangan: P= Persentase F= Frekuensi

n= Jumlah pengamatan

Adapun mengenai teknik penulisan ini, penulis menggunakan buku

Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi, yang diterbitkan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Press tahun 2007.11

11

Hamid Nasuhi dkk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi), (Jakarta: UIN Jakarta Press, Ceqda, 2007), Cet. ke-1, h. 34.


(29)

Dari berbagai data dan informasi yang telah diperoleh, kemudian disajikan dalam bentuk tulisan yang disertai dengan analisis penulis. Dalam hal ini, analisis dilakukan melalui elaborasi data untuk menunjukkan keadaan dan gambaran sebenarnya.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran secara sederhana agar mempermudah penulisan skripsi ini, maka disusun sistematika penulisan yang terdiri dari lima bab dengan rincian sebagai berikut:

BAB 1 : Pendahuluan yang berisi Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, yang berupa Pembatasan Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, yang berupa Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penelitian. BAB II : Landasan teori berisi tentang Ruang Lingkup Respons, Pengertian Respons, Proses Terjadinya Stimulus Respons, Macam-macam Respons, Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Respons, Pengertian Jama’ah, dan Pengertian Shalat Khusyu.

BAB III : Profil Ustadz Abu Sangkan dan Gambaran Umum Yayasan Shalat Center, yang berisi Riwayat Hidup Ustadz Abu Sangkan, Latar Belakang Pendidikannya, Aktivitas Dakwahnya, Sejarah Perkembangan Yayasan Shalat Center, Visi, Misi dan Struktur Yayasan Shalat Center, Jama’ah dan Program Yayasan Shalat Center.


(30)

BAB IV : Analisis Hasil dan Temuan Penelitian, yang berisi Karakteristik Responden, Respons Kognitif, Respons Afektif dan Respons Behavior Jama’ah terhadap Pelatihan Shalat Khusyu.

BAB V : Kesimpulan dan Saran.


(31)

17

A. Pengertian Respons dan Ruang Lingkupnya 1. Pengertian Respons

Respons dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti tanggapan, reaksi, dan jawaban.1Dalam Kamus Ilmiah Populer, respons berarti reaksi, jawaban, reaksi balik.2 Dalam Kamus Sosiologi, respons berarti perilaku yang merupakan konsekuensi dari perilaku sebelumnya (tanggapan).3 Sedangkan dalam Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, respons adalah reaksi psikologi metabolik terhadap tibanya suatu rangsang, ada yang bersifat refleks dan reaksi emosional langsung, ada pula yang bersifat terkendali.4

Dari beberapa pengertian di atas, dapat diambil pengertian bahwa respons menurut bahasa adalah reaksi balik atau tanggapan dari seseorang atau orang banyak terhadap suatu peristiwa yang telah terjadi. Dengan demikian yang dimaksud dengan respons tersebut sama juga dengan tanggapan.

Sedangkan menurut istilah, seperti yang dikatakan oleh Indung A. Shaleh bahwa respons adalah: “Setiap kegiatan yang ditimbulkan oleh stimulus (perangsang). Jadi suatu perangsang adalah apa yang menimbulkan suatu sambutan. Perangsang tersebut merupakan kekuatan-kekuatan dari luar (lewatnya

1

Departemen Pendidikan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), Cet. Ke-3, h.952.

2

Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994), h. 674.

3

Soerjono Soekanto, Kamus Sosiologi, (Jakarta: Rajawali, 1985), Cet. Ke-2, h. 435. 4

Save D. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Lembaga Pengkajian dan Kebudayaan Nusantara, 1997), h. 964.


(32)

seorang gadis, lukisan yang indah), atau dari dalam (lapar, haus dan sebagainya) yang bekerja terhadap suatu reseptor. Dalam diri organisme itu sendiri terdapat perangsang yang mendorong atau menggiatkan seluruh bagian-bagiannya. Kedua istilah ini, stimulus dan respons, rangsang dan sambutan, tidak bisa dipisah-pisahkan karena merupaka suatu kebulatan”.5

Di atas telah dijelaskan bahwa respons sama halnya dengan tanggapan. Oleh karena itu, penulis akan menguraikan beberapa pendapat mengenai pengertian tanggapan, sebagai berikut:

1. Agus Sujanto, tanggapan adalah pengamatan yang tinggal dalam kesadaran kita yang sedang mengamati.6

2. M. Alisuf Sabri, tanggapan adalah banyangan atau kesan kenangan dari apa yang pernah kita amati dan kenali.7

Dengan demikian, respons, tanggapan ataupun jawaban, muncul disebabkan oleh karena adanya suatu gejala atau peristiwa yang mendahuluinya. Sehubungan dengan adanya stimulus, khususnya terhadap seseorang, maka akan muncul sebuah respons atau tanggapan terhadap apa yang dilihat, didengar dan dirasakan.

2. Proses Terjadinya Stimulus-Respons

Suatu perbuatan sadar timbul akibat adanya stimulus, baik yang datang dari luar tubuh maupun dari dalam tubuh. Ada berbagai macam teori tentang kesadaran diri, antara lain aliran behaviorisme yang dikemukakan oleh John

5

Indung A Shaleh dkk, Pengantar Psikologi Umum, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), Cet. Ke-1, h. 78.

6

Agus Sujanto, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: Aksara Baru, 1991), h. 30. 7

M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1993), Cet. Ke-1, h. 60.


(33)

Broadus Watson antara tahun 1842 dan 1910. Ia mengatakan bahwa suatu perbuatan sadar disebabkan oleh adanya tiga faktor, yaitu:

a. Pesan (Stimulus, S).

b. Komunikan (Organism, O). c. Efek (Respons, R).

Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap adalah aspek “how”. Jelasnya how to communicate, dalam hal ini how to change the attitude, bagaimana mengubah sikap komunikan.8

Penulis memahami teori diatas, bahwa melalui panca inderalah manusia dapat mengamati apa yang ada disekitarnya, sehingga dalam dirinya timbul kesan atau bahkan respons berupa perbuatan terhadap objek tertentu. Dalam ilmu komunikasi dikenal adanya teori S-O-R, yaitu stimulus-organisme-respons. Menurut teori ini, bahwa reaksi tertentu akan timbul akibat stimulus tertentu, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan yang disampaikan terhadap reaksi komunikan.9Unsur-unsur dalam model ini adalah pesan (stimulus), komunikan (organisme) dan efek (respons). Model teori ini dapat dilihat pada gambar berikut:

8

H. M. Arifin, Psikologi dan Beberapa Aspek Kehidupan Rohaniyah Manusia, (Jakarta: Bulan Bintang, 1977), Cet. Ke-11, h. 166.

9

Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), h. 254-255.


(34)

Gambar di atas menunjukkan bahwa komunikan dapat berlangsung apabila komunikan menaruh perhatian, pengertian serta penerimaan terhadap pesan yang disampaikan oleh komunikator. Setelah itu akan dilanjutkan ke proses berikutnya yaitu perubahan sikap, ini dapat diartikan juga suatu respons atau tanggapan terhadap pesan tersebut. Sedangkan stimulus yang dimaksudkan di atas adalah dapat berupa kata-kata verbal atau pun non verbal dari komunikator kepada komunikan.10

3. Macam-macam Respons

Macam-macam respons yang diartikan sebagai tanggapan dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu berdasarkan indera yang digunakan, terjadinya dan lingkungannya.11

Tanggapan menurut indera yang mengamati, yaitu:

a. Tanggapan auditif adalah tanggapan terhadap apa-apa yang didengarnya, baik berupa suara, ketukan dan lainnya.

10

Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, h. 256. 11

Agus sujanto, psikologi kepribadian, h. 30.

Stimulus

Organisme: -perhatian -Pengertian -penerimaan

Respons (perubahan sikap)


(35)

b. Tanggapan visual adalah tanggapan terhadap sesuatu yang dilihat. c. Tanggapan perasaan adalah tanggapan terhadap sesuatu yang dialami

oleh dirinya.

Tanggapan menurut terjadinya, yaitu:

a. Tanggapan ingatan adalah ingatan masa lalu, artinya tanggapan terhadap kejadian yang telah lalu.

b. Tanggapan fantasi adalah tanggapn masa kini, artinya tanggapan terhadap sesuatu yang sekarang terjadi.

c. Tanggapan pikiran adalah tanggapan masa datang atau tanggapan terhadap sesuatu yang akan terjadi.

Tanggapan menurut lingkungannya, yaitu:

a. Tanggapan benda adalah tanggapan terhadap benda-benda yang ada disekitarnya.

b. Tanggapan kata-kata adalah tanggapan seseorang terhadap ucapan atau kata-kata yang dilontarkan oleh lawan bicara.

Beberapa macam tanggapan di atas tergantung pada jenis stimulusnya, karena tanggapan yang dilakukan oleh seseorang dapat terjadi apabila terpenuhi faktor penyebabnya. Hal ini perlu diketahui agar individu yang bersangkutan dapat merespons dengan baik. Pada proses awalnya, individu mengadakan tanggapan atau respons tidak terhadap semua stimulus yang ada, tetapi individu melakukan respons terhadap stimulus yang ada penyesuaian atau yang menarik dirinya.


(36)

Menurut Steven M. Chaffe respons dibedakan menjadi tiga macam, yaitu respons kognitif, respons afektif dan respons behavior.12

a. Respons kognitif

Respons kognitif adalah respons yang berkaitan erat dengan pengetahuan, keterampilan, dan informasi seseorang mengenai sesuatu. Respons ini timbul apabila adanya perubahan terhadap yang dipahami oleh khalayak.

b. Respons afektif

Respons afektif adalah respons yang berhubungan dengan emosi, sikap, dan menilai seseorang terhadap sesuatu.

c. Respons behavior

Respons behavior adalah respons yang berhubungan dengan perilaku nyata yang meliputi tindakan atau kebiasaan.

4. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Respons

Menurut Bimo Walgito dalam buku Psikologi Belajar, bahwa terdapat dua faktor yang menyebabkan individu melakukan respons, yaitu:

a. Faktor internal, yaitu faktor yang ada dalam diri individu.

Manusia terdiri dari dua unsur, yaitu: jasmani dan rohani, maka seseorang yang melakukan tanggapan terhadap suatu stimulus tetap dipengaruhi oleh eksistensi kedua unsur tersebut. Apabila terganggu salah satu unsur tersebut, maka akan melahirkan respons yang berbeda intensitasnya pada diri individu yang

12


(37)

melakukan respons, atau akan berbeda responsnya tersebut di antara satu orang dengan orang lain.

b. Faktor eksternal, yaitu faktor yang ada pada lingkungan.

Faktor ini biasa dikenal juga dengan faktor stimulus. Faktor ini berhubugan dengan objek yang diamati, sehingga menimbulkan stimulus, kemudian stimulus tersebut sampai pada indera yang menggunakannya.13Penulis berpendapat bahwa dengan indera yang dimiliki, setiap individu dapat mengamati segala sesuatu hal, atau sesuatu kegiatan yang ditimbulkan oleh adanya stimulus, sehingga timbullah suatu bayangan yang tertinggal dalam ingatan setelah adanya pengamatan, dan kemudian dapat menimbulkan kembali (reproduksi) sebagai jawaban dan tanggapan. Oleh karena itu, setiap individu dapat mengingat kembali segala sesuatu yang telah dilihat, didengar maupun dirasakan.

B. Pengertian Jama’ah

Jama’ah menurut bahasa,” jamaah” diambil dari kata dasar jama’a (mengumpulkan) yang berkisar pada al-jam’u (kumpulan), al-ijma’ (kesepakatan), dan al-ijtima’ (perkumpulan) yang merupakan antonim (lawan kata) at-tafarruq (perpecahan). IbnuFarisberkata:” jim, mim, dan „ain adalah suatu dasar yang menunjukkan berkumpulnya sesuatu. Dikatakan, jama’tu asy-syai’a jam’an (aku mengumpulkan sesuatu).

Menurut istilah, menurut para ulama aqidah,” jamaah” adalah generasi salaf dari umat ini, meliputi para sahabat Nabi, para tabi’in, dan semua orang yang

13


(38)

mengikuti mereka dengan baik sampai hari kiamat.Mereka adalah orang-orang yang bersepakat berpegangan dengan kebenaran yang pasti sebagaimana yang tertera dalam al-Qur’an dan al-Hadits dan mereka itu ialah para sahabat, tabi’in (yakni orang-orang yang belajar dari sahabat dalam pemahaman dan pengambilan Islam) walaupun jumlah mereka sedikit, sebagaimana perkataan Ibnu Mas’ud ra:

”Al-jama’ah itu ialah apa saja yang mencocoki kebenaran, walaupun engkau sendirian (dalam mencocoki kebenaran itu). Maka kamu adalah seorang jama’ah”.14

Sedangkan dalam kamus Ilmiah Populer, jama’ah adalah sekumpulan

orang atau sekelompok manusia.15

C. Pengertian Shalat Khusyu 1. Pengertian Shalat

Shalat berasal dari kata “ash-sholaah” yang artinya doa. Sedangkan pengertian shalat menurut istilah syariat Islam adalah suatu amal ibadah yang terdiri dari perkataan-perkataan perbuatan-perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam dengan syarat-syarat dan rukun-rukun tertentu.16Shalat merupakan kewajiban bagi setiap muslim sehari semalam lima kali. Perintah shalat pertama kali disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW ketika beliau sedang isra’dan mi’rajlangsung dari Allah SWT. Hal ini dijelaskan dalam hadits berikut :

14

http//:www. Google. Com, AhlusunaWaljama’ah, Minggu7 November 2010. 15

Tim Prima Pena, Kamus Ilmiah Populer, (Jakarta: Gitamedia Press, 2006), Cet. Ke-1. 16

Zurinal dan aminudin, fiqih ibadah, (jakarta: lembaga penelitian uin jakarta, 2008), cet. Ke-1, h. 64.


(39)

“Rasulullah SAW bersabda : Allah SWT telah mewajibkan atas umatku pada malam isra’ lima puluh kali sholat, maka aku selalu kembali menghadap-Nya dan memohon keringanan sehinggga dijadikan kewajiban shalat lima kali dalam sehari semalam.” (HR al-Bukhori dan Muslim). Dalil mengenai perintah shalat adalah sebagai berikut:































Hai orang-orang yang beriman, ruku’lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat

kemenangan.”(QS. al-Hajj: 77).

 















“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat...(QS: al-Baqarah: 43)

“Dan dirikanlah shalat.” Maksudnya, suruhlah mereka mendirikan shalat. “Dan tunaikanlah zakat,” yakni suruhlah mereka membayar zakat yang diserahkan kepada Nabi SAW.”17

17

Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1, (Jakarta: Gema Insani, 1999), Cet. Ke-1, h. 119-120.


(40)

Ibadah shalat merupakan ibadah yang pertama kali diperhitungkan dalam hisab, sebagaimana hadits Rasulullah berikut :“Amal yang pertama kali dihisab

bagi seorang hamba pada hari kiamat adalah shalat. Jika shalatnya baik maka baiklah seluruh amalnya yang lain, dan jika shalatanya rusak maka rusaklah seluruh amalnya yang lain.”(HR. at-Thabrani).

Shalat adalah salah satu ibadah yang merupakan dialog langsung antara seorang hamba dengan Allah (Q.S Thoha 20;14). Dalam dialog tersebut seorang hamba menyatakan ke Maha Esaan dan kebesaran Allah SWT, penyerahan diri secara total, permohonan perlindungan dan kebebasan dari segala mara bahaya dan kesengsaraan hidup serta memohon kebahagiaan dunia dan akhirat.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa shalat adalah merupakan ibadah kepada Tuhan, berupa perkataan dengan perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam menurut syarat dan rukun yang telah ditentukan syara. Shalat juga merupakan penyerahan diri (lahir dan bathin) kepada Allah dalam rangka ibadah dan memohon ridho-Nya.

2. Pengertian khusyu

Secara bahasa (etimologi), khusyu berarti rendah diri atau mendekati rendahdiri. Menurut pengertian ini, khusyu itu terdapat pada suara, penglihatan, ketenangan dan kerendah dirian. Sedangkan pengertian khusyu menurut syara (terminologi) adalah rendah diri. Rendah diri ini kadang-kadang berada dalam hati dan kadang-kadang berasal dari anggota tubuh seperti diam.18

18


(41)

Adapun dalil yang menguatkan bahwa khusyu itu pekerjaan hati adalah hadits Ali ra “Khusyu itu berada dalam hati”(HR. al-Hakim). Selain pendapat di atas, pendapat lain mengenai khusyu adalah:

a. Secara Bahasa

Secarabahasa, kata khusyumemilikibeberapaarti yang sama, yaitu:

1). Tunduk,pasrah,merendahatau diam

2). Rendah perlahan, biasanya digunakan untuk suara.

3). Diam, takbergerak b. MenurutIstilah

Khusyu artinya kelembutan hati, ketenangan sanubari yang berfungsi menghindari keinginan keji yang berpangkal dari memperturutkan hawa nafsu hewani, serta kepasrahan di hadapan Ilahi yang dapat melenyapkan keangkuhan, kesombongan dan sikap tinggi hati.

Dengan itu, seorang hamba akan menghadap Allah dengan sepenuh hati. Ia hanya bergerak sesuai petunjuk-Nya, dan hanya diam juga sesuai dengan kehendak-Nya. (Lihat “A1-Khusyu’ fi Ash-Shalah” oleh Ibnu Rajab Al-Hambali).

Adapun pengertian khusyu di dalam shalat: Kondisi hati yang penuh dengan ketakutan, mawas diri dan tunduk pasrah di hadapan keagungan Allah.


(42)

Kemudian semua, itu membekas dalam gerak-geri kanggota badan yang penuh, bila perlu menangis dan memelas kepada Allah sehingga tak memperdulikan hal lain, (Lihat Al-Khusyukarya Al-Hilali).

Pengertian khusyu tersebutdiambil dari firman Allah: “....yaitu

orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya..”(QS. al-Mukminun: 1-2).Mengenai makna kekhusyuan itu, Ibnu Abbas mengatakan: “Artinya penuh takut dan khidmat.” a1-Mujahid menyatakan: “Tenang dan tunduk.” Sementara Ali bin Abi Thalib pernah menyatakan:“Yang dimaksud dengan kekhusyuan di situ adalah kekhusyuan hati.“sedangkan menurut Ibnu Jarir orang-orang khusyu adalah “orang-orang yang tawadhu dan konsisten menataati-Nya karena takut kepada-Nya.19

Jadi artinya, kekhusyuan dalam shalat bukanlah sekedar kemampuan memaksimalkan konsentrasi sehingga fikiran hanya terfokus dalam shalat. Namun kekhusyuan lebih merupakan kondisi hati yang penuh rasa takut, pasrah, tunduk dan sejenisnya yang tampak dalam setiap gerakan shalat sehingga menjadi nampak anggun dan khidmat.

19


(43)

30 A. PROFIL USTADZ ABU SANGKAN

1. Riwayat Hidup Ustadz Abu Sangkan

Ustadz Abu Sangkan atau lebih lengkapnya Abu Sangkan Paraning Wisesa lahir tanggal 8 Mei 1965. Sejak kecil hingga tamat Sekolah Dasar tinggal bersama orang tuanya di pinggiran pantai selat Bali, desa Alasbuluh, Banyuwangi-Jawa Timur. Beliau mempunyai tiga orang anak dan seorang istri bernama Dewi, anak yang pertama bernama Essenza Qurainique, anak kedua Sangkan Paraning Wisesa dan anak ketiga bernama Gybraltar Wahyamaya. Ayahnya benama Sardi Sangkan, ayahnya meninggal ketika Ustadz Abu Sangkan berusia 15 hari. Sekolah menengah pertama tamat di Banyuwangi, kemudian dilanjutkan sekolah perkebunan di Jember namun tidak selesai, karena tidak betah dengan urusan cangkul mencangkul. Lalu kabur ke Jakarta tanpa tujuan yang jelas.1

2. Latar Belakang Pendidikan Ustadz Abu Sangkan

Prinsip hidup yang nomaden yang akhirnya membawa beliau sampai di Bogor bertemu dengan KH. M. Siradjuddin, yang mula-mula memperkenalkan beliau ilmu agama dan sekaligus menamatkan sekolah menengah atas serta belajar

nahwu sharaf (tata bahasa Arab). Belajar Ilmu Falaq dan Faraidh di al Baqiyyatush Shalihat pimpinan KH. Yusuf Kamil di Cibogo, Bekasi, serta Ilmu

1


(44)

Filsafat dari Fakultas Ushuludin, Jurusan Filsafat IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Beliau mulai tertarik dengan Ilmu Hakikat setelah mengikuti kajian-kajian Tasawuf maupun Fiqh dari sesepuh pesantren al Ghazali, Mama’ Abdullah bin Nuh, seorang ulama Tasawuf terkemuka. Setelah Abdullah meninggal dunia, Ustadz Abu Sangkan mulai mempelajari aliran-aliran dalam Islam dan perbandingan agama yang sempat membingungkan pikirannya.

Berbekal ilmu agama yang beliau miliki, beliau mulai mencoba membuka pikiran untuk menerima seluruh informasi secara bijak dan objektif. Melalui pergulatan dan perdebatan yang cukup rumit, beliau harus melawan perasaannya dan doktrin yang sudah ditanamkan secara tradisional.

Dari sekian banyak orang yang ditemuinya untuk menggali dan mendalami ilmu ketuhanan, beliau berjumpa dengan seorang guru yang sangat sederhana, baik penampilan maupun gaya bahasa yang diungkapkan. Beliau adalah Bapak H. Slamet Oetomo, yang mengajarkan sebuah kesederhanaan untuk menerima pengajaran dari Allah SWT. Beliau mengatakan “khusyu itu hanya bisa didapat dari Allah, kamu akan dituntun sampai ke suasana itu”.

Awalnya, beliau menjalankan (latihan) shalat hanya untuk diri sendiri, karena ajaran ini bersifat pribadi. Hal yang dirasakan dalam bathin beliau hanya sebuah pengalaman. Beliau tidak berani memberikan jawaban apa-apa kepada rekan-rekan yang mencoba bertanya bagaimana rasanya khusyu karena beliau khawatir mereka tidak percaya.

Setelah banyak diadakan diskusi dan mencoba praktek shalat, diantara mereka mengatakan merasakan tentram dan tenang bahkan seolah menerima


(45)

sesuatu yang diturunkan ke dalam hatinya. Bukan hasil rekayasa pikiran, karena belum pernah menerima atau merasakan sebelumnya. Informasi ini mulai menyebar secara terbuka melalui ketok tular (mulut kemulut). 2

3. Aktivitas Dakwah Ustadz Abu Sangkan

Beliau mulai belajar menulis pada pertengahan tahun 1999 karena didesak rekan-rekannya agar pemikirannya didokumentasi dan mudah disebarluaskan. Awalnya hanya berupa tulisan-tulisan lepas untuk dibaca dikalangan sendiri. Kemudian pada September 1999, seorang rekannya berinisiatif untuk membentuk milis “Dzikrullah” di internet yang merupakan forum tanya jawab kajian hakikat. Pada tahun 2000 telah beredar Buku, Lagu Realigi dan DVD pelatihan shalat khusyu, setelah terlebih dahulu diterbitkan lewat media internet (milis). Melalui milis ini tulisan beliau menyebar dengan cepat, sampai akhirnya jama’ah Dzikrullah tersebut hampir diseluruh Indonesia bahkan di luar negeri, sementara Halaqah (kelompok dzikir) terus bertambah.

Pada tahun 2002 diterbitkan buku pertama berjudul “Allah Menyambut Shalatku”. Dilanjutkan buku kedua yang berjudul “Berguru Kepada Allah” ditahun yang sama. Judul buku karya Ustadz Abu Sangkan yang lain, seperti: Shalat Khusyu Itu Indah, Energi Cahaya Ilahi, Demi Cinta, Pelatihan Shalat Khusyu, Abu Sangkan Menjawab, Membuka Ruang Spritual, Spritual Salah Kaprah dan buku lainnya. Buku-buku tersebut merupakan rangkaian pemikiran beliau, baik yang disampaikan pada milis dzikrullah, indahnya shalat (di Metro TV) maupun pelatihan shalat khusyu.

2


(46)

Kegiatan dakwah Ustadz Abu Sangkan lainnya selain menulis buku dan mengadakan pelatihan shalat khusyu adalah sebagai berikut:

 Ketua di masjid Al-Huda  Pembina milis Dzikrullah  Pembina tour haji dan umrah  Pengelola warung makan

Beberapa kegiatan yang penulis rangkumkan di atas, merupakan aktivitas beliau di Yayasan Shalat Center, namun aktivitas di luar shalat center antara lain:

 Pengisi acara Ensiklopedia Islam (indahnya shalat) di Metro TV di bulan Ramadhan

 Membuat album realigi (rahmat alam semesta, sang sabda)  Melukis dan kaligrafi

Aktivitas dakwah beliau cukup luas, hal itu dibuktikan dengan jam terbang beliau ke berbagai daerah di tanah air maupun di luar negeri.

B. YAYASAN SHALAT CENTER

1. Sejarah Perkembangan Yayasan Shalat Center

Yayasan Shalat Center yang beralamat di Jl. Kemangsari IV No. 5 Jatibening Baru, Pondok Gede, Bekasi 17412 merupakan lembaga dakwah yang memiliki tujuan untuk mewujudkan kehidupan yang harmonis, sejahtera serta menjunjung tinggi nilai-nilai masyarakat yang islami. Pada awalnya Yayasan Shalat Center ini hanya merupakan pelatihan shalat khusyu untuk kalangan


(47)

sendiri, namun karena antusias masyarakat meningkat maka didirikanlah pelatihan shalat khuysu ini.

Yayasan Shalat Center didirikan pada tanggal 3 Juli 2006 di Pondok Gege, Bekasi. Sebelum Yayasan Shalat Center ini berdiri, nama awalnya adalah Padepokan Patrap yang bertempat di Wisma BNI Jakarta pada tanggal 19 Februari 2005. Karena tempatnya yang terlalu kecil dan jumlah jama’ah yang ikut pelatihan semakin banyak maka pada tahun 2006 pindah ke Pondok Gede, Bekasi tepatnya pada tanggal 3 Juli 2006. Bangunan yang dijadikan Yayasan Shalat Center ini adalah hasil donatur dari para jama’ah yang merespons positif terhadap adanya pelatihan shalat khusyu dan kegiatan sosial yang ada di Yayasan shalat Center.

2. Visi, Misi dan Struktur Organisasi Yayasan Shalat Center 1. Visi

Yayasan shalat center memiliki visi dibidang sosial, kemanusiaan, dan keagamaan.

2. Misi

Demi mencapai visi tersebut, Yayasan Shalat Center memiliki misi sebagai berikut:

 Mendirikan rumah yatim piatu  Mendirikan rumah sakit, poliklinik

 Mendirikan rumah pemeliharaan orang yang lanjut usia

 Membuka cabang atau perwakilan didaerah maupun diluar wilayah Republik Indonesia


(48)

3. Struktur Organisasi Yayasan Shalat Center

Agar pelaksanaan komunikasi di Yayasan Shalat Center dapat terlaksana dengan lebih mudah, maka dibentuklah struktur organisasi Yayasan Shalat Center yang terdiri atas:3

3


(49)

STRUKTUR ORGANISASI

YAYASAN SHALAT CENTER

3. Jama’ah Yayasan Shalat Center

Penulis memulai penelitian pada bulan November 2010, yang diawali dengan kunjungan untuk izin penelitian dan pada bulan Desember, penulis memulai penelitian tepatnya pada tanggal 16 November 2010. Pada bulan November jumlah jama’ah yang hadir dipelatihan shalat khusyu adalah sebanyak 302 orang, yang terdiri dari 148 laki-laki dan 154 perempuan dan pada tanggal 16 Januari 2011 jumlah jama’ah yang hadir sebanyak 316 orang, yang terdiri dari 138 laki-laki dan 178 perempuan. Dari jumlah jama’ah yang hadir selama dua bulan


(50)

itu yang benar-benar ikut rutin pelatihan hanya sebanyak 30 orang saja, yaitu 8 sampai 19 kali pertemuan, selebihnya baru ikut pelatihan dua sampai lima kali pertemuan. Karena itu, penulis hanya mengambil sampel 30 orang yang ikut rutin pelatihan dari populasi sekitar 300 orang setiap pertemuannya. Adapun daerah asal para jama’ah yang datang sangat bervariasi, seperti: Palembang, Padang, Jambi, Jakarta, Cikunir, Tangerang, Serpong, Bogor, Bandung, Pati, Tambun, Bekasi, Pondok Gede, Depok dan daerah lainnya.

4. Program Yayasan Shalat Center

Adapun program kegiatan yang ada di Yayasan Shalat Center yang dilakukan rutin, antara lain:

a. Program Harian

Yayasan Shalat Center mempunyai program harian bagi semua jama’ah, baik yang baru maupun yang sudah lama ikut pelatihan shalat khusyu, yaitu:

1). Selasa : Open House 2). Jum’at : Pendalaman Materi 3). Sabtu : Halaqah

b. Program Mingguan

Adapun program mingguan di Yayasan Shalat Center, yaitu: 1). Minggu ke-1: Pelatihan Shalat Khusyu

2). Minggu ke-3: Pelatihan Shalat Khusyu c. Program Bulanan

Program bulanan yang ada di Yayasan Shalat Center adalah pelatihan shalat khusyu minggu ketiga setiap bulannya dengan Ustadz Abu Sangkan.


(51)

d. Program Tahunan

Adapun program tahunannya adalah training of trainer yang diadakan untuk jama’ah yang sudah cukup menguasai materi pelatihan shalat khusyu, yang nantinya akan ditempatkan diberbagai daerah di tanah air maupun di luar negeri sebagai trainer dan kajian Dhuha setiap bulan Ramadhan.

Adapun program kerja yang lain dari yayasan shalat center adalah sebagai berikut:

a. Bidang sosial dan kemasyarakatan4 1). Mengadakan santunan anak yatim 2). Khitanan massal

3). Mengadakan bakti sosial

b. Bidang pendidikan dan dakwah

1). Pengajian untuk anak asuh yatim piatu 2). Peringatan hari besar Islam

3). Tablik akbar 4). Kegiatan ramadhan

c. Bidang dana investasi

1). Pengelolaan dana donasi dari para donatur untuk anak asuh dan orang tua lanjut usia

2). Pengelolaan perjalanan haji dan umroh bersama Ustadz Abu Sangkan dan artis Shahnaz Haque (Panghegar Tour)

4


(52)

39 A. Karakteristik Responden

Dilihat dari karakteristik jama’ah yang hadir pada pelatihan shalat khusyu yang diadakan oleh Ustadz Abu Sangkan, tentunya terdapat suatu perbedaan nyata, baik dari segi jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaaan, maupun daerah asal. Untuk lebih jelas dapat dilihat dalam bentuk tabel sebagai berikut:

1. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Dilihat dari jenis kelamin responden, terdapat dua bagian yaitu laki-laki dan perempuan. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel. 1

Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 13 orang atau 43% dan perempuan sebanyak 17 orang atau 57%. Sehingga responden yang terbanyak mengisi angket adalah perempuan, karena hampir setiap pertemuannya, jama’ah perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki.

No Jenis Kelamin Responden Prosentase

1 Laki-laki 13 43

2 Perempuan 17 57


(53)

2. Berdasarkan Kelompok Usia

Dilihat dari segi usia responden, terbagi pada lima kelompok usia yaitu kelompok usia antara 12-24 tahun, 25-35 tahun, 36-46 tahun, 47-57 tahun dan 58-70 tahun. Data ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel.2

Responden Berdasarkan Kelompok Usia

No Kelompok Usia Responden Prosentase

1 12-24 2 7

2 25-35 6 20

3 36-46 11 37

4 47-57 7 23

5 58-70 4 13

Jumlah 30 100

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa responden terbagi ke dalam lima kelompok usia, yaitu usia 12-24 tahun sebanyak 2 orang atau 7%, usia 25-35 tahun sebanyak 6 orang atau 20%, usia 36-46 tahun sebanyak 11 orang atau 37%, usia 47-57 tahun sebanyak 7 orang atau 23% dan usia 58-70 tahun sebanyak 4 orang atau 13%.


(54)

3. Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan responden, terbagi kedalam empat kelompok, yaitu SMP/MTs, SMA/MA, S1 dan S2. Untuk lebih jelasnya lihatlah tabel berikut ini:

Tabel.3

Responden Berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan Responden Prosentase

1 SMP/MTs 3 10

2 SMA/MA 10 33

3 S1 14 47

4 S2 3 10

Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa terdapat empat kelompok pendidikan responden, yaitu SMP/MTs sebanyak 3 orang atau 10%, SMA/MA sebanyak 10 orang atau 33%, S1 sebanyak 14 orang atau 47% dan S2 sebanyak 3 orang atau 10%.

4. Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan responden terdapat lima jenis pekerjaan, yaitu sebagai PNS, Karyawan, Ibu Rumah Tangga, Wiraswasta dan Pelajar. Untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut ini:


(55)

Tabel.4

Responden Berdasarkan Pekerjaan

No Pekerjaan Responden Prosentase

1 PNS 6 20

2 Karyawan 8 27

3 Ibu Rumah T 9 30

4 Wiraswasta 4 13

5 Pelajar 3 10

Jumlah 30 100

5. Berdasarkan Daerah Asal

Mengenai tempat tinggal responden yang ikut pelatihan ini, mereka berasal dari berbagai daerah, baik dari dalam kota Jakarta maupun luar Jakatra. Dari luar kota Jakarta, seperti: Bekasi, Tangerang, Depok, Bogor, Bandung, Palembang, Padang, Pati, Surabaya dan lain sebagainya.

Demi mencari dan ingin merasakan khusyu dalam shalat, mereka rela mendatangi tempat pelatihan shalat khusyu ini walaupun jarak tempuh dari daerah asal mereka sangat jauh, bahkan sampai ada yang menggunakan pesawat terbang. Ini menggambarkan bahwa perasaan khusyu itu memang diinginkan hampir setiap umat beragama dalam beribadah dengan Tuhannya.


(56)

B. Respons Kognitif

Dalam pelaksanaan pelatihan shalat khusyu tersebut terbagi lagi kedalam tiga sub variabel. Tabel 5 berikut menjelaskan mengenai respons kognitif terhadap materi, metode dan media.

Tabel.5

Respons Kognitif Jama’ah No Pernyataan Kognitif (tentang

pengetahuan)

SS S TT TS STS Nilai Rangking

1

2

3

4

5

Pengetahuan saya bertambah setelah mendapat materi pelatihan shalat khusyu

Buku pelatihan shalat khusyu

membantu saya dalam

memahami materi yang disampaikan

Saya menyukai metode praktek dalam pelatihan shalat khusyu Sumber informasi dari materi yang disampaikan sudah jelas Dakwah ustadz Abu Sangkan menambah pengetahuan tentang tata cara untuk mendapatkan khusyu ketika shalat

85 65 80 50 95 44 60 56 68 44 0 0 0 0 0 4 4 0 0 0 0 0 0 0 0 133 129 136 118 139 3 4 2 5 1


(57)

Berdasarkan tabel 5 nilai tertinggi ada pada pernyataan dakwah Ustadz Abu Sangkan menambah pengetahuan tentang tata cara untuk mendapatkan khusyu ketika shalat. Pernyataan ini ada pada sub variabel materi, dari pernyataan ini diketahui bahwa pengetahuan jama’ah bertambah tentang tata cara mendapatkan khusyu ketika shalat. Dalam pelaksanaannya jama’ah dibimbing atau diarahkan untuk mendapatkan khusyu dengan gerakan-gerakan yang diajarkan, mulai dari niat sampai sujud dengan tuma’ninah. Selama ini banyak orang yang shalat dengan niat tanpa tahu apa makna dari niat itu sendiri, niat bukanlah sebuah bacaan atau mantra tetapi suatu perbuatan yang didalamnya terdapat kesadaran yang penuh yang mengalir.1

Sebuah riwayat menerangkan bahwa, sebelum shalat subuh, Rasulullah mempunyai kebiasaan melakukan istirahat dalam posisi tidur miring yang disebut

qailulah. Kebiasaan ini beliau lakukan pula menjelang shalat Dzhuhur. Relaksasi sebagaimana Rasulullah lakukan merupakan hal penting bagi orang yang hendak melakukan shalat, karena shalat merupakan jalan meditasi atau perjalanan jiwa menuju Allah sehingga diperlukan persiapan yang serius namun rileks.

Rasulullah SAW melakukan shalat dengan tuma’ninah (rileks), yaitu sikap tenang atau diam sejenak sehingga dapat menyempurnakan perbuatannya, dimana posisi tulang dan organ tubuh lainnya dapat berada pada tempatnya dengan sempurna, seperti hadits Nabi yang diriwayatkan oleh (HR. Ibnu khuzaimah dan Ibnu Hibban), “Apabila kamu rukuk letakkanlah kedua telapak tanganmu pada

1


(58)

lututmu, kemudian renggangkanlah jari-jarimu, lalu diamlah, sehingga setiap anggota badan (ruas tulang belakang) kembali pada tempatnya.”

Dan hadits Nabi lain yang diriwayatkan oleh (HR. Bukhari, Muslim dan Ahmad), “Dari Abu Hurairah, sesungguhnya Nabi pernah masuk masjid. Nabi

bersabda : “Apabila kamu berdiri shalat bertakbirlah, lalu bacalah ayat yang

mudah bagimu, kemudian rukuklah sehingga tuma’ninah dalam keadaan rukuk,

kemudian bangkitlah sehingga i’tidal dalam keadaan berdiri, kemudian sujudlah sehingga tuma’ninah dalam keadaan sujud, kemudian bangkitlah sehingga tuma’ninah dalam keadaan duduk, kemudian sujudlah sehingga tuma’ninah

dalam dalam keadaan sujud, kemudian berbuatlah demikian dalam semua shalatmu.”2

Dalam pelatihan shalat khusyu gerakan atau yang diajarkan mengacu kepada cara Rasulullah seperti penjelasan hadits di atas, dimana cara untuk mendapatkan khusyu itu ialah dengan tuma’ninah (rileks).

Isi pernyataan dakwah Ustadz Abu Sangkan menambah pengetahuan jama’ah tentang tata cara mendapatkan khusyu ketika shalat, dapat menjawab teori respons yang digunakan dalam penelitian ini. Dimana teori stimulus mengatakan bahwa proses stimulus akan terjadi dengan baik ketika terjadi peroses perubahan sikap berupa pemahanan dari apa yang komunikan peroleh sebelumnya.3Stimulus respons yang terjadi mengenai pengetahuan jama’ah yang bertambah terhadap tata cara shalat khusyu dengan gerakan-gerakan yang

2

Abu Sangkan, Pelatihan Shalat Khusyu, h. 52-53. 3

Onong Uchyana Effendy, Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2005), h. 255.


(59)

diarahkan Ustadz Abu Sangkan mendapat pemahaman yang positif di mana responden dapat memahami dengan jelas tata cara shalat khusyu tersebut.

Dakwah Ustadz Abu Sangkan berupa pelatihan shalat khusyu berhasil menambah pengetahuan jama’ah tentang tata cara shalat khusyu dengan penyampaian yang baik pada masing-masing pribadi responden, sehingga dapat dipahami dan dimengerti responden.

Posisi nilai tertinggi kedua ada pada pernyataan saya menyukai metode praktek dalam pelatihan shalat khusyu. Dari pernyataan ini diketahui bahwa jama’ah menyukai metode yang dilakukan Ustadz Abu Sangkan dengan praktek atau peragaan dalam pelatihan shalat khusyu, karena cara ini terasa lebih efektif daripada hanya teori saja. Sehingga jama’ah tahu bagaimana gerakan yang benar dengan melihat atau mengikuti gerakan yang diajarkan secara langsung.

Posisi ketiga ada pada pernyataan pengetahuan saya bertambah setelah mendapat materi pelatihan shalat khusyu. Pada pernyataan ini jama’ah mengakui bahwa pengetahuan mereka bertambah setelah mengikuti pelatihan shalat khusyu, karena sebelum mengikuti pelatihan ini mereka mengakui tidak tahu kalau ada cara untuk mendapatkan khusyu dalam shalat yang bersumber dari al-Qur’an maupun hadits.

Posisi keempat ada pada pernyataan buku pelatihan shalat khusyu membantu saya dalam memahami materi yang disampaikan. Pernyataan ini menempati posisi keempat, karena sebagian jamaa’h yang penulis wawancarai mengatakan ada yang sudah memiliki buku dan ada juga yang belum memiliki


(60)

buku pelatihan shalat khusyu tersebut, sehingga sebagian jama’ah mengatakan belum tahu isi dari buku tersebut.

Sedangkan nilai terendah ada pada pernyataan sumber informasi dari materi yang disampaikan sudah jelas. Pernyataan ini ada pada sub variabel madia, di mana pernyataan ini mendapat nilai terendah dikarenakan responden tidak bisa mengetahui dengan jelas sumber informasi yang diberikan baik dari Al-Qur’an maupun Hadits, karena slide yang berisi tulisan yang merupakan sumber informasi dari materi yang disampaikan terlalu cepat berganti dan belum sempat dicatat atau pun diingat responden baik surat, ayat maupun haditsnya.

C. Respons Afektif

Dalam pelaksanaan pelatihan shalat khusyu tersebut terbagi lagi kedalam tiga sub variabel. Tabel 6 berikut menjelaskan mengenai respons afektif terhadap materi, metode dan media.


(61)

Tabel.6

Respons Afektif Jama’ah No Pernyataan Afektif (tentang

perasaan)

SS S TT TS STS Nilai Rangking

1 2 3 4 5

Penyampaian materi dengan vocal yang lantang, lues, tidak kaku, dan tenang sangat disukai

Penyampain materi bersifat interaktif atau saling komunikasi

Terdapat unsur humor dalam penyampaian dakwahnya

Penyampaian materi dengan alat in-focus sangat membantu dalam penjelasan materi yang disampaikan

Saya menyukai materi yang diberikan dalam pelatihan shalat khusyu 90 60 60 90 80 44 64 64 48 48 0 0 0 0 0 2 2 4 0 4 0 0 0 0 0 136 126 128 138 132 2 5 4 1 3


(62)

Berdasarkan tabel 6 nilai tertinggi ada pada sub variabel media, yaitu pada pernyataan penyampaian materi dengan alat in-focus sangat membantu dalam penjelasan materi yang disampaikan.

Di zaman sekarang sudah banyak sekali alat cangggih atau teknologi yang membantu mempermudah penyampaian pesan kepada masyarakat, salah satunya ialah dengan alat in-focus. Alat ini sangat membantu banyak orang untuk mempresentasikan suatu tampilan berupa suara dan gambar. Lewat dakwahnya berupa pelatihan shalat khusyu Ustadz Abu Sangkan memanfaatkan alat in-focus

untuk mempermudah penjelasan yang berupa gambar atau pun tulisan kepada jama’ah, dengan alat ini tugas beliau semakin mudah karena cukup dengan menekan tombol yang diinginkan maka dengan sendirinya akan muncul tampilan gambar yang diinginkan.

Hal ini menunjukkan bahwa stimulus respons yang diperoleh rata-rata responden menghasilkan tanggapan yang positif atau suka, hal ini dikarenakan penyampaian materi dengan alat bantu in-focus sangat membantu dalam penjelasan materi yang disampaikan. Karena ada beberapa materi yang harus dijelaskan dengan menggunakan slide oleh penceramah, sehingga materi tersampaikan dengan baik dan jelas kepada responden, seperti gambar organ-organ atau pun syaraf-syaraf manusia yang memperlihatkan bahwa semuanya itu saling mempengaruhi dan apabila gerakan shalat dilakukan dengan benar dapat menyehatkan tubuh.


(63)

Apabila ketika melakukan ruku atau pun sujud terasa sakit, hal itu disebabkan ada yang salah. Jika ruku dilaksanakan secara sempurna maka penyakit yang bersumber pada ruas tulang belakang dapat dihindari, seperti nyeri tulang belakang (acute lumbago) dan nyeri bahu (displacement of the cervical colum with humero scapular periarthitis).4 Sementara itu, jiwa menjadi tenang dan tunduk mengikuti kemauan penciptanya. Mengenai ruku Nabi bersabda:

Tidak sempurna shalat seseorang hingga diluruskannya belakangnya di waktu ruku dan di waktu sujud”. (HR. Abu Daud dan Tirmizi).5

Posisi kedua ada pada pernyataan penyampaian materi dengan vocal yang lantang, lues, tidak kaku, dan tenang sangat disukai. Pada pernyataan ini jama’ah mengakui bahwa penyampain materi dengan vocal yang lantang, lues, santai dan sesekali dengan humor sangat disukai jama’ah. Serta kepribadian yang ramah membuat jama’ah selalu senang mendengarkan materi yang diberikan.

Posisi ketiga ada pada pernyataan saya menyukai materi yang diberikan dalam pelatihan shalat khusyu. Pada pernyataan ini jama’ah mengatakan menyukai materi yang diberikan, karena berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, apalagi shalat merupakan kewajiban bagi setiap umat muslim. Dalam penyampaian dakwahnya Ustadz Abu Sangkan tidak hanya menjelaskan mengenai masalah shalat saja tetapi juga yang berhubungan dengan masalah akhlak, akidah dan syariah.

4

Prof. HM Hembing Wijayakusuma, Hikmah Shalat Untuk Pengobatan, Pustaka Kartini, 1994.

5


(64)

Posisi keempat ada pada pernyataan terdapat unsur humor dalam penyampaian dakwah Ustadz Abu Sangkan. Kepribadian ustadz yang humoris sangat disukai jama’ah, apalagi ketika menyampaikan materi yang begitu banyak jika tidak diberikan humor tentu akan membosankan dan jama’ah tidak akan tahan berlama-lama menyimak materi yang diberikan. Menurut penuturan ustadz unsur humor itu memang sengaja diberikan supaya jama’ah tidak bosan dan mengantuk. Ternyata cara ini cukup bagus dan efektif sehingga jama’ah selalu antusias mendengarkan materi yang diberikan.

Sedangkan nilai terendah ada pada sub variabel metode, yaitu pada pernyataan penyampaian materi bersifat interaktif atau saling komunikasi. Pernyataan ini memperoleh nilai terendah, karena ketika penyampaian materi pelatihan shalat khusyu berlangsung jarang sekali ada interaktif atau saling komunikasi antara penceramah dengan jama’ah (satu arah).

Hal ini dikarenakan jika ada interaktif berupa tanya jawab akan memakan waktu lama untuk penjelasannya dan pasti akan banyak jama’ah yang ingin bertanya. Padahal disarankan agar jama’ah mendengarkan saja, supaya apa pun yang disampaikan penceramah diterima dahulu dengan membuka diri, kalau pun ingin bertanya diberikan kesempatan di luar waktu penyampaian materi.

Pelaksanaan pelatihan shalat khusyu itu sendiri waktunya sangat banyak tidak hanya sebulan sekali, tetapi ada juga hari lain jika memang jama’ah ingin bertanya lebih detail baik mengenai materi maupun gerakan yang belum dikuasai. Dalam sebulan ada tiga kali pertemuan jika jama’ah ingin ikut kembali, yaitu setiap hari selasa, jumat malam dan minggu ketiga disetiap bulan.


(65)

Namun untuk penceramahnya Ustadz Abu Sangkan hanya bisa hadir pada pelatihan setiap bulan minggu ketiga dan terkadang pelatihan yang setiap hari selasa, namun jama’ah jangan khawatir karena ada ustadz lain pengganti Ustadz Abu Sangkan yang dapat menjelaskan seputar pelatihan shalat khusyu.

D. Respons Behavior

Dalam pelaksanaan pelatihan shalat khusyu tersebut terbagi lagi kedalam tiga sub variabel. Tabel 7 berikut menjelaskan mengenai respons konatif terhadap materi, metode dan media.


(66)

Tabel.7

Respons Behavior Jama’ah No Pernyataan Konatif (tentang

tindakan nyata)

SS S TT TS STS Nilai Rangking

1 2 3 4 5

Saya selalu mencatat materi pelatihan shalat khusyu yang disampaikan ustadz Abu Sangkan

Saya mempraktekkan metode dakwah yang disampaikan dikehidupan sehari-hari

Saya menggunakan buku pelatihan shalat khusyu untuk bahan pegangan

Kepribadian saya berubah setelah mengikuti dakwah ustadz Abu Sangkan

Saya semakin rajin

melaksanakan shalat wajib dan sunnah setelah ikut pelatihan shalat khusyu 10 60 35 45 60 36 72 72 64 64 0 0 0 0 0 28 0 6 6 2 4 0 1 1 0 78 132 114 116 126 5 1 4 3 2


(67)

Berdasarkan tabel 7 nilai tertinggi ada pada sub variabel metode, yaitu pada pernyataan saya mempraktekkan metode dakwah yang disampaikan dikehidupan sehari-hari. Hal ini menunjukkan bahwa stimulus respons yang diperoleh rata-rata responden menghasilkan tanggapan yang positif berupa tindakan nyata responden dengan mempraktekkan metode dakwah yang disampaikan dalam kehidupan sehari-hari, seperti penuturan beberapa jama’ah yang mengatakan bahwa mereka mempraktekkan metode yang diajarkan Ustadz Abu Sangkan disetiap shalat mereka dengan gerakan yang telah diajarkan.

Lewat penuturan salah satu jama’ah perempuan yang bernama Ibu Retno asal Bogor.6 Beliau mengatakan bahwa selalu mempraktekkan apa yang telah diajarkan, karena menurut beliau ilmu yang didapat harus dipraktekkan dan diamalkan. Apalagi gerakannya sangat mudah dan beliau juga mengajarkannya kepada anak-anaknya, karena pelatihan shalat khusyu yang diajarkan tersebut mendatangkan ketentraman dalam hati selain mendapatkan perasaaan khusyu tentunya.

Menurut penuturan Ibu Retno, beliau sangat bersyukur karena diberikemudahan dan apa yang dicari selama ini berupa ketentraman hati, kedamaian dan khusyu dalam shalat telah dirasakan, walaupun awalnya melalui proses karena tidak serta merta khusyu itu datang begitu saja tetapi harus belajar dan kuncinya adalah keyakinan dan membuka diri dengan menerima ilmu yang diajarkan. Keyakinan bahwa Allah SWT pasti memberi pertolongan dan mengabulkan doa-doa hambanya.

6


(1)

Jabatan : Jama’ah

Hari/tanggal : 16 Januari 2011 Tempat : Yayasan shalat center

Tanya 1. Apakah ibu sering menghadiri pelatihan shalat khusyu dan sudah berapa lama? Sering sekali mbak, saya sudah ikut selama lima bulan. Kalau berapa kali ikut pelatihan saya lupa, tapi yang setiap bulan saya selalu ikut engga pernah absen.

2. Bagaimana pendapat ibu tentang pelatihan shalat khusyu ustadz Abu Sangkan ini? Baik dan saya suka.

3. Apa fungsi pelatihan shalat khusyu untuk Anda?

Sangat banyak diantaranya yang bisa saya ceritakan, setelah ikut pelatihan ini saya bisa tidur mbak, sebelumnya itu susah sekali dan membuat hati lebih tentram.

4.Apakah pelatihan ini mempengaruhi peningkatan dalam aspek kognitif, afektif dan konarif Anda?

Iya, karena pengetahuan saya bertambah dari yang tidak tahu menjadi tahu, saya juga merasakan ketentraman jiwa mbak yang sebelumnya susah saya dapatkan, suka dengan praktek shalat khusyunya dan saya terapkan disetiap shalat saya.

5. Apakah pelatihan shalat khusyu pak ustadz dapat dengan mudah dipahami dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari?

Saya dapat memahami materi yang diajarkan, tapi menurut saya kita supaya harus membuka diri jangan menutup diri. Karena kalau menutup diri akan sulit ilmu yang kita peroleh untuk masuk.


(2)

Standar Deviasi

Data F F.Xi Xi-X

(Xi.X)2 F. (Xi.X) 2

1 30 30 -2 4 120

2 30 60 -1 1 30

4 30 120 1 1 30

5 30 150 2 4 120

120 360 300

X = 360= 3 120 Ss2 = 300=2,5 120 Ss = 2,5= 1,58

Mean (rataan)

a. Nilai kognitif X = ∑ X1

n keterangan: X = - X1= 655 n = 30 655/30=21,8 Rataan=21,8

b. Nilai afektif X = ∑ X1


(3)

n keterangan: X = - X1= 660 n = 30 660/30=22 Rataan=22

c. Nilai konatif X = ∑ X1 n keterangan: X = - X1= 566 n = 30 566/30=18,9 Rataan=18,9

Dokumentasi


(4)

Jama’ah sedang mendengarkan materi dengan bantuan alat in-focus

Jama’ah melakukan peregangan tubuh sebelum melakukan gerakan shalat khusyu


(5)

(6)

Yayasan Shalat Center

Jl. Kemangsari IV No. 5, Jatibening Baru, Pondok Gede, Bekasi 17412

Telp: 021-84978836/www. shalatcenter.com

SURAT KETERANGAN

Yang bertanda tangan dibawah ini, Pengurus Harian Shalat Center Pondok Gede -Bekasi, menerangkan bahwa:

Nama : Yuliyanti Batubara NIM : 107051001587

Fakultas : Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Jurusan : Komunikasi dan Penyiaran Islam

Nama tersebut diatas telah melaksanakan penelitian lapangan, dari tanggal 21 November 2010-21 Januari 2011. Sebagai syarat kelengkapan data skripsi dengan judul “Respons Jama’ah terhadap Pelatihan Shalat Khusyu Ustadz Abu Sangkan Di Pondok Gede-Bekasi”.

Demikan surat keterangan ini dikeluarkan untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Bekasi, 21 Januari 2011 Pelaksana Harian Shalat Center