perusahaan menunjukkan perusahaan memiliki likuiditas aktiva lancar yang tinggi dihitung dari seluruh aktiva perusahaan, yakni pada tahun 2007 sebesar
59 dan tahun 2008 sebesar 58 dari total aktiva berupa aktiva lancar.
3. Pembahasan Hasil Analisis
Berikut ini, akan dibahas satu per satu hasil analisis rasio profitabilitas dalam menilai kinerja keuangan, yaitu:
a. Gross profit margin
Dibandingkan dengan tahun 2007, maka pada tahun 2008 terjadi peningkatan marjin laba kotor perusahaan yang diperoleh dari jumlah hasil penjualan.
Pada tahun 2007, marjin laba kotor perusahaan sebesar 11 dan pada tahun 2008 mengalami kenaikan menjadi 13. Secara teoritis, kenaikan marjin
laba kotor perusahaan mencerminkan adanya pertumbuhan penjualan bersih perusahaan yang memicu pertumbuhan laba kotor. Akan tetapi, peningkatan
marjin laba kotor perusahaan pada tahun 2008 disebabkan oleh besarnya penurunan beban pokok penjualan. Berdasarkan hasil penelitian, penurunan
beban pokok penjualan disebabkan karena penurunan penjualan bersih perusahaan yang cukup drastis pada tahun 2008. Penurunan penjualan bersih
perusahaan dapat disebabkan turunnya permintaan barang dari pelanggan, penurunan kinerja bagian penjualan, maupun harga jual barang yang relatif
rendah. Menurut Kasmir 2008:200, marjin laba kotor rata-rata industri yang baik adalah 30. Marjin laba kotor perusahaan tahun 2007 dan 2008 jauh di
Universitas Sumatera Utara
bawah rata-rata industri. Dampak penurunan penjualan bersih perusahaan terhadap kinerja keuangan adalah penjualan perusahaan tidak berfungsi
sebagai alat utama dalam memicu peningkatan kinerja keuangan perusahaan, dan jika hal ini berlangsung terus menerus tanpa adanya upaya perusahaan
dalam mengatasi permasalahan, maka perusahaan akan mengalami kerugian. b.
Operating profit margin Dibandingkan dengan tahun 2007, maka pada tahun 2008 terjadi peningkatan
marjin laba operasi yang diperoleh dari hasil penjualan. Pada tahun 2007, laba usaha operasi perusahaan sebesar 0 dan pada tahun 2008 mengalami
kenaikan menjadi 37. Secara teoritis, peningkatan marjin laba operasi perusahaan mencerminkan peningkatan penjualan bersih perusahaan. Akan
tetapi, jika dibandingkan dengan tahun 2007, peningkatan marjin laba operasi perusahaan pada tahun 2008 bukan disebabkan peningkatan penjualan, tetapi
pada tahun 2007, jumlah beban usaha melebihi laba kotor perusahaan, sehingga perusahaan mengalami rugi usaha. Penjualan bersih perusahaan
pada tahun 2007 tidak dapat menutupi pengeluaran beban usaha atau terjadi pengeluaran beban usaha yang terlalu besar dan tidak efisien. Kenaikan
marjin laba operasi pada tahun 2008 disebabkan oleh menurunnya beban penjualan dan beban umum dan administratif, sehingga memicu peningkatan
marjin laba operasi. Hal ini berdampak positif pada kinerja keuangan perusahaan, karena keberhasilan perusahaan dalam mengurangi beban
penjualan dan beban umum dan administratif, walaupun penurunan beban
Universitas Sumatera Utara
penjualan dilatarbelakangi oleh penurunan penjualan bersih perusahaan pada tahun 2008.
c. Net profit margin
Dibandingkan dengan tahun 2007, maka pada tahun 2008 terjadi penurunan marjin laba bersih perusahaan. Pada tahun 2007, marjin laba bersih
perusahaan sebesar 1 dan pada tahun 2008 mengalami penurunan menjadi 0.7. Secara teoritis, penurunan marjin laba bersih perusahaan
mencerminkan melemahnya upaya perusahaan dalam mengoptimalkan pertumbuhan laba dari kegiatan bisnis yang dilakukan. Penurunan marjin
laba bersih perusahaan ini berdampak pada penurunan kinerja keuangan perusahaan, karena penjualan bersih perusahaan pada tahun 2008 tidak
mampu memicu peningkatan laba bersih perusahaan. Menurut Kasmir 2008:201, marjin laba bersih rata-rata industri yang baik adalah 20.
Marjin laba bersih perusahaan tahun 2007 dan 2008 sangat jauh di bawah rata-rata industri. Hal ini menunjukkan bahwa harga penjualan relatif lebih
rendah atau biaya-biaya perusahaan relatif lebih tinggi, atau keduanya. Kondisi ini sangat membahayakan perusahaan, karena jika hal ini
berlangsung terus menerus tanpa adanya upaya perusahaan dalam mengatasi permasalahan, maka perusahaan akan mengalami kerugian.
d. Return on invesment
Dibandingkan dengan tahun 2007, maka pada tahun 2008 terjadi penurunan keuntungan neto per rupiah aktiva hasil pengembalian investasi. Pada tahun
Universitas Sumatera Utara
2007, hasil pengembalian investasi perusahaan sebesar 3 dan pada tahun 2008 mengalami penurunan menjadi 2. Secara teoritis, semakin kecil hasil
pengembalian investasi perusahaan mencerminkan semakin melemahnya efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya. Penurunan hasil
pengembalian investasi perusahaan ini berdampak pada penurunan kinerja keuangan perusahaan, karena semakin kecil keuntungan neto per rupiah
aktiva yang diinvestasikan perusahaan. Penurunan ini disebabkan oleh bertambahnya jumlah aktiva yang dimiliki perusahaan yang tidak produktif
dan menurunnya laba bersih perusahaan. Menurut Kasmir 2008:203, hasil pengembalian investasi rata-rata industri yang baik adalah 30. Dengan
demikian, hasil pengembalian investasi perusahaan tahun 2007 dan 2008 sangat jauh di bawah rata-rata industri. Hal ini menunjukkan rendahnya
produktivitas dari seluruh dana perusahaan, baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Selain itu, juga menunjukkan ketidakmampuan manajemen
perusahaan dalam menciptakan pengembalian investasi yang besar atas aktiva yang digunakan, dimana aktiva diinvestasikan untuk dijual dan
manajemen perusahaan tidak dapat memanfaatkan aktiva tersebut dalam menghasilkan laba bersih yang tinggi untuk perusahaan.
e. Tingkat produktivitas
Dibandingkan dengan tahun 2007, maka pada tahun 2008 terjadi penurunan kemampuan per karyawan dalam menghasilkan laba. Pada tahun 2007,
tingkat produktivitas perusahaan sebesar Rp. 2.036 per karyawan dan pada
Universitas Sumatera Utara
tahun 2008 mengalami penurunan menjadi Rp. 1.202 per karyawan. Secara teoritis, penurunan tingkat produktivitas mencerminkan penurunan
kemampuan aset sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan dalam mengupayakan laba yang optimal. Jika dilihat dari segi jumlah karyawan,
pada tahun 2008 perusahaan telah mengurangi jumlah karyawan yang cukup banyak dibandingkan tahun 2007, dimana pada tahun 2007 perusahaan
memiliki jumlah karyawan sebanyak 1.025.000 orang dan pada tahun 2008 sebanyak 985.000 orang, dan merupakan suatu pengurangan karyawan yang
cukup besar. Pengurangan jumlah karyawan ini dilatarbelakangi oleh upaya perusahaan dalam mengefisiensikan pengeluaran biaya administrasi dan
umum, khususnya biaya gaji karyawan. Selain itu, juga disebabkan oleh turunnya perolehan laba perusahaan, sehingga perusahaan mengambil
kebijakan untuk mengupayakan agar pengeluaran biaya dapat lebih kecil. Walaupun perusahaan telah mengurangi jumlah karyawan pada tahun 2008,
akan tetapi kemampuan karyawan dalam menghasilkan laba juga tetap menurun. Hal ini disebabkan menurunnya jumlah laba bersih yang cukup
besar pada tahun 2008. Penurunan kemampuan karyawan dalam menghasilkan laba berdampak pada penurunan kinerja keuangan perusahaan,
karena karyawan yang diinvestasikan perusahaan tidak mampu mengupayakan laba yang optimal untuk perusahaan.
Berikut ini, akan dibahas satu per satu hasil analisis rasio likuiditas dalam menilai kinerja keuangan, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
a. Current ratio
Dibandingkan dengan tahun 2007, maka pada tahun 2008 terjadi penurunan jumlah aktiva lancar perusahaan yang dapat digunakan dengan segera untuk
membayar hutang yang jatuh tempo. Pada tahun 2007, rasio lancar perusahaan sebesar 143 dan pada tahun 2008 mengalami penurunan
menjadi 122, yang menunjukkan semakin lemahnya kemampuan aktiva lancar perusahaan untuk dimanfaatkan dalam pembayaran hutang jatuh
tempo. Secara teoritis, apabila rasio lancar rendah, maka dapat dikatakan bahwa perusahaan kurang modal untuk membayar hutang. Namun apabila
hasil pengukuran menunjukkan rasio lancar tinggi, belum tentu kondisi perusahaan sedang baik. Hal ini dapat saja terjadi karena kas tidak digunakan
sebaik mungkin. Untuk menyimpulkan suatu kondisi perusahaan baik atau tidak, maka dapat digunakan nilai rasio rata-rata industri. Menurut Kasmir
2008:135, rasio lancar yang baik adalah 200 2:1. Hasil pengukuran rasio lancar perusahaan tahun 2007 dan 2008 masih di bawah rata-rata
industri. Hal ini menunjukkan semakin meningkatnya jumlah hutang lancar perusahaan. Penurunan jumlah aktiva lancar perusahaan berdampak pada
kinerja keuangan perusahaan, karena kondisi perusahaan yang kurang aman dalam memanfaatkan aktiva lancar untuk menutupi hutang yang jatuh tempo.
b. Quick ratio
Dibandingkan dengan tahun 2007, maka pada tahun 2008 terjadi penurunan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya, tanpa
Universitas Sumatera Utara
memperhitungkan penjualan persediaan. Pada tahun 2007, rasio cepat perusahaan sebesar 73 atau 0.73 kali dan pada tahun 2008 mengalami
penurunan menjadi 58 atau 0.58 kali, yang menunjukkan semakin melemahnya aktiva lancar perusahaan yang dapat digunakan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya tanpa memperhitungkan nilai persediaannya. Secara teoritis, apabila rasio cepat rendah, maka dapat
dikatakan bahwa perusahaan perlu menjual persediaannya untuk melunasi pembayaran hutang lancar. Menurut Kasmir 2008:138, rasio cepat yang
baik adalah 1.5 kali. Dengan demikian, hasil rasio cepat perusahaan tahun 2007 dan 2008 masih di bawah rata-rata industri. Hal ini menunjukkan
perusahaan perlu menjual persediaannya bila ingin melunasi hutang lancar dan berdampak pada kinerja keuangan perusahaan, karena menjual
persediaan dengan harga normal relatif sulit dilakukan, kecuali perusahaan menjualnya di bawah harga pasar, yang tentunya akan menambah kerugian
perusahaan. Selain itu, jika hutang lancar perusahaan semakin tinggi, maka akan menyebabkan semakin terpuruk kinerja keuangan perusahaan jika
aktiva lancar tidak dapat dimanfaatkan secara optimal dalam melunasi pembayaran hutang yang jatuh tempo.
c. Cash ratio
Dibandingkan dengan tahun 2007, maka pada tahun 2008 terjadi penurunan kemampuan jumlah kas dan bank perusahaan yang dapat digunakan dengan
segera untuk membayar hutang yang jatuh tempo. Pada tahun 2007, rasio kas
Universitas Sumatera Utara
perusahaan sebesar 14 dan pada tahun 2008 mengalami penurunan menjadi 8, yang menunjukkan semakin melemahnya kemampuan kas dan bank
yang dimiliki perusahaan utnuk membayar hutang yang jatuh tempo. Secara teoritis, rasio kas dapat menunjukkan kemampuan sesungguhnya perusahaan
dalam membayar hutang-hutang jangka pendeknya. Apabila rasio kas perusahaan rendah, maka mencerminkan jumlah ketersediaan uang kas atau
setara dengan kas seperti rekening giro atau tabungan di bank kecil. Hutang jatuh tempo yang jumlahnya besar yang harus dilunasi, maka perusahaan
perlu menunggu untuk menjual atau menagih hutang lancar lainnya. Menurut Kasmir 2008:140, rasio kas yang baik adalah 50. Hasil rasio kas
perusahaan tahun 2007 dan 2008 masih di bawah rata-rata industri. Hal ini menunjukkan sangat rendahnya kas yang dimiliki perusahaan, baik yang
disimpan di perusahaan maupun di bank. Kecilnya jumlah kas disebabkan masih tingginya piutang usaha perusahaan yang tidak bebas untuk
digunakan. Perusahaan perlu membatasi volume transaksi penjualan kredit yang akan menambah jumlah piutang, mengawasi piutang yang akan jatuh
tempo, dan melakukan penagihan piutang secara tepat waktu. Selain itu, meningkatnya jumlah hutang lancar perusahaan pada tahun 2008
menyebabkan semakin rendahnya kemampuan fungsi kas perusahaan untuk membayar hutang yang jatuh tempo.
d. Working capital to total asset ratio
Universitas Sumatera Utara
Dibandingkan dengan tahun 2007, maka pada tahun 2008 terjadi penurunan likuiditas dari total aktiva perusahaan. Pada tahun 2007, perolehan rasio ini
sebesar 18 dan pada tahun 2008 mengalami penurunan menjadi 11, yang menunjukkan semakin melemahnya modal kerja perusahaan dari total aktiva
yang dimiliki. Secara teoritis, semakin rendah angka rasio ini menunjukkan semakin lemah modal kerja perusahaan yang dapat disebabkan oleh naiknya
komponen aktiva lancar lainnya seperti persediaan, piutang, dan lainnya yang tidak seimbang dengan kenaikan hutang lancar. Jika diamati neraca
perusahaan, menunjukkan jumlah piutang, persediaan, dan biaya dibayar di muka mengalami kenaikan pada tahun 2008, sehingga aktiva lancar
perusahaan juga mengalami kenaikan, dimana secara teoritis perusahaan memiliki modal kerja yang tinggi walaupun sebagian menumpuk di piutang
yang tidak bebas digunakan perusahaan untuk membayar hutang yang jatuh tempo. Akan tetapi, kenaikan aktiva lancar tidak seimbang dengan kenaikan
hutang lancar yang begitu besar pada tahun 2008, sehingga menyebabkan melemahnya modal kerja perusahaan dari total aktiva yang dimiliki untuk
membayar hutang lancar. e.
Aktiva lancar terhadap hutang Dibandingkan dengan tahun 2007, maka pada tahun 2008 terjadi penurunan
tingkat likuiditas aktiva lancar perusahaan untuk menutupi hutangnya. Pada tahun 2007, perolehan rasio ini sebesar 82 dan pada tahun 2008 mengalami
penurunan menjadi 74, yang menunjukkan semakin melemahnya aktiva
Universitas Sumatera Utara
lancar perusahaan untuk menutupi hutang. Secara teoritis, semakin rendah angka rasio ini menunjukkan semakin lemah kemampuan aktiva lancar
perusahaan untuk menutupi hutang yang terjadi. Aktiva lancar perusahaan pada tahun 2008 mengalami kenaikan, dimana secara teoritis terjadinya
peningkatan fungsi aktiva lancar untuk menutupi hutang perusahaan. Akan tetapi, kenaikan aktiva lancar tidak seimbang dengan kenaikan total hutang
yang begitu besar pada tahun 2008, sehingga menyebabkan fungsi aktiva lancar menjadi lemah dalam memainkan peranannya untuk menutupi hutang
perusahaan. f.
Aktiva lancar terhadap aktiva Dibandingkan dengan tahun 2007, maka pada tahun 2008 terjadi penurunan
tingkat likuiditas aktiva lancar dari total aktiva yang dimiliki. Pada tahun 2007, perolehan rasio ini sebesar 59 dan pada tahun 2008 mengalami
penurunan menjadi 58, yang menunjukkan terjadi sedikit penurunan likuiditas aktiva lancar perusahaan dari total aktiva yang dimiliki. Secara
teoritis, semakin rendah angka rasio ini menunjukkan semakin lemah kemampuan aktiva lancar perusahaan yang dimiliki perusahaan dari total
aktiva yang dimiliki. Jika diperbandingkan antara jumlah aktiva lancar dengan total aktiva perusahaan pada tahun 2008, maka kenaikan total aktiva
lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan aktiva lancar, yang menyebabkan terjadi penurunan tingkat likuiditas aktiva lancar dari total aktiva yang
Universitas Sumatera Utara
dimiliki. Kenaikan total aktiva dipicu oleh kenaikan aktiva tidak lancar perusahaan di tahun 2008.
Hasil analisis rasio profitabilitas dan likuiditas dalam menilai kinerja keuangan, diketahui bahwa analisis rasio profitabilitas dan likuiditas dapat
digunakan dalam menilai kinerja keuangan PT. Charoen Pokphand Indonesia, Tbk, karena dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya bila jatuh tempo dan efektivitas manajemen perusahaan dalam menghasilkan laba. Secara
garis besar, tingkat profitabilitas dan likuiditas perusahaan tahun 2007 dan 2008 kurang baik dan di bawah rata-rata industri. Penjualan perusahaan pada
tahun 2007 kurang baik, yang disebabkan oleh adanya wabah flu burung dan pada tahun 2008 penjualan perusahaan semakin terpuruk, karena belum
selesainya masalah wabah flu burung, perusahaan menghadapi masalah krisis global. Hal ini menyebabkan perolehan laba pada tahun 2008 semakin kecil
dibandingkan tahun 2007. Selain itu, lemahnya kemampuan aktiva lancar perusahaan untuk dimanfaatkan dalam pembayaran hutang jatuh tempo baik
dengan dan tanpa memperhitungkan penjualan persediaan, rendahnya kas yang dimiliki perusahaan baik yang disimpan di perusahaan maupun di bank
untuk membayar hutang jatuh tempo, lemahnya modal kerja perusahaan dari total aktiva yang dimiliki, kenaikan aktiva lancar yang tidak seimbang
dengan kenaikan total hutang, dan kenaikan total aktiva yang lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan aktiva lancar menyebabkan terjadinya
Universitas Sumatera Utara
penurunan tingkat likuiditas perusahaan dan berdampak pada penurunan kinerja keuangan dalam hal membayar hutang yang jatuh tempo.
Oleh karena itu, perusahaan perlu melakukan analisis rasio profitabilitas dan likuiditas untuk mengetahui permasalahan yang terjadi mengenai kinerja
keuangan, terutama dalam kemampuan memenuhi kewajiban jangka pendeknya bila jatuh tempo dan efektivitas manajemen perusahaan dalam
menghasilkan laba. Perusahaan perlu berupaya meningkatkan volume penjualan, misalnya dengan meningkatkan product knowledge karyawan,
memperbaiki strategi pemasaran yang diterapkan, dan lainnya. Investasi persediaan maka perusahaan harus menyesuaikannya dengan volume
penjualan. Perusahaan perlu menghentikan pinjaman tambahan dan mengupayakan peningkatan penjualan dan efisiensi pengeluaran biaya.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan