Kesimpulan Pengaruh tingkat kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa SMA Triguna Utama Ciputat

B. Diskusi

Berdasarkan perhitungan dan analisa data dapat dilihat bahwa tidak ada pengaruh tingkat kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar siswa SMA Triguna Utama Ciputat kelas II, dengan demikian kesimpulan yang terdapat dalam penelitian ini tidak sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Richard hermstein dan Charles Murray dalam bukunya The Bell Curve, yang menaruh bobot penting pada IQ, menurut mereka setinggi- tinginya IQ menyumbang kira-kira 20 persen bagi faktor-faktor yang menentukan sukses dalam hidup, maka yang 80 persen diisi oleh kekuatan-kekuatan lain. Kemudian berdasarkan pemyataan itu Goleman mengemukakan bahwa kecerdasan emosional-lah yang termasuk dalam kekuatan-kekuatan lain tersebut. Kenyataan ini mungkin disebabkan oleh beberapa hal: yang pertama, sistem pendidikan yang diterapkan di SMA Triguna Utama Ciputat lebih berorientasi pada pengembangan kecerdasan intelektual, namun kurang berorientasi pada pengembangan kecerdasan emosional dalam proses belajar mengajar. Pendidik tidak menyadari bahwa proses belajar secara fundamental adalah proses kejiwaan yanga sangat penuh dengan nuansa emosi. Yang dibutuhkan sekarang ini adalah bagaimana agar anak didik tidak hanya pintar dalam intelektual, tetapi juga berkembang dalam hal emosinya. Dengan demikian anak akan lebih cepat bersosialisasi, mandiri dan kreatif. Kemudian penilaian yang dilakukan di sekolah untuk menentukan prestasi belajar adalah kemampuan intelektual, seperti kemampuan berbahasa dan berhitung. Kemampuan hidup atau kemampuan emosi seperti mengatasi suatu konflik, bersikap asertif, mengendalikan marah, berkonsentrasi, mengarahkan diri, berempati, dan keterampilan sosial cenderung tidak dilakukan penilaian. Selain itu banyak tenaga pendidik yang belum mengaplikasikan peranan emosi terhadap suatu mata pelajaran dalam lingkup pendidikan, sehingga mereka kurang menanggapi emosi yang dialami siswa. Kemudian siswa sendiri belum pernah memperoleh pendidikan pengenalan emosi sendiri, baik di sekolah maupun dalam keluarga, sehingga mereka cenderung buta emosi atau merasa asing dengan emosi sendiri, mereka tidak sadar akan emosi yang muncul dan tidak tahu bagaimana mengendalikan emosi serta bagaimana mengungkapkan emosi secara benar. Ketiga dimensi di atas sangat mempengaruhi secara nyata ketika materi pelajaran diberikan di kelas, sedangkan untuk dimensi lainnya yaitu empati dan keterampilan sosial sangat berpengaruh dalam mengerjakan tugas kelompok, baik di dalam maupun di luar kelas. Selain itu dalam kerangka berpikir dipaparkan bahwa ada banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Salah satunya adalah tingkat kecerdasan emosional. Tetapi bila ternyata dalam penelitian ini ditemukan kecerdasan emosional tidak berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar, diduga faktor-faktor lainlah yang lebih mempengaruhinya