Gambar 1 . Hipertensi sistemik sebagai faktor sentral kontribusi terhadap
progresivitas penyakit ginjal kronik
17
2.1.1 Peranan hipertensi pada progresivitas penyakit ginjal
Hipertensi dapat merupakan penyebab terjadinya kerusakan ginjal dan dapat pula timbul sebagai akibat progresivitas penyakit ginjal. Tekanan darah
sistemik yang ditransmisikan kedalam glomerulus akan menyebabkan peningkatan tekanan intraglomerular yang kemudian akan berkembang menjadi
nefrosklerosis.
18
CEDERA GINJAL
FIBROSIS GINJAL HIPERTENSI
Massa nefron Hipertensi kapiler glomerular
Permeabilitas glomerular terhadap makromolekul Filtrasi plasma albumin albuminuria
Reabsorpsi protein tubular Inflamasi tubulo intersisial
Gambar 2. Jalur bersama pada progresi penyakit ginjal
18
21
Hipertensi primer dapat menyebabkan vasokonstriksi arteriol ginjal dan sklerosis pembuluh darah intrarenal, yang menyebabkan kerusakan glomerulus
dan penurunan fungsi ginjal yang progresif. Kerusakan glomerulus ini menyebabkan peninggian tekanan intraglomerular pada glomerulus yang masih
berfungsi sehingga mengakibatkan hiperfiltrasi glomerular. Peninggian tekanan intraglomerular dan hiperfiltrasi ini akan menyebabkan glomerulosklerosis.
19,20
2.1.2 Peranan Sistem Renin Angiotensin Aldosteron pada Hipertensi
Hipertensi erat dikaitkan dengan sistem renin angiotensin aldosteron sistem RAA, sistem RAA merupakan sistem hormonal yang mengatur tekanan
darah, keseimbangan air dan elektrolit. Angiotensin II sebagai hasil akhir aktivasi sistem RAA mempunyai efek vasokonstriktor kuat dan kemampuan patogenetik
lain misalnya menyebabkan proliferasi sel, aktivasi proses inflamasi, dan terjadinya proses koagulasi. Dengan demikian kerusakan ginjal yang terjadi
akibat hipertensi dipengaruhi oleh derajat tingginya tekanan darah dan pengaruh buruk AII.
21
Aktivasi sistem RAA diawali dengan stimulasi aparat juksta glomerulosa ginjal yang akan menghasilkan renin. Pada awal proses, renin disintesis dalam
bentuk preprorenin prezymogen yang kemudian mengalami serangkaian pemecahan dan glikosilasi menjadi prorenin dan akhirnya renin. Faktor yang ikut
menentukan sekresi renin antara lain regangan arteriol aferen, stimulasi reseptor adrenergik beta, dan konsentrasi sodium. Renin akan mengkatalisasi perubahan
angiotensinogen yang diproduksi oleh hati menjadi AI suatu dekapeptidase inaktif. Enzim konversi angiotensin ACE membantu hidrolisis AI menjadi AII
yang merupakan vasokonstriktor kuat. Enzim konversi angiotensin juga berperan pada pemecahan substansi P dan bradikinin.
22
Selain jalur ACE terdapat alternatif lain pembentukan AII dari AI melalui enzim chymase, cathepsin G dan CAGE chymostatin sensitive angiotensin II
generating enzyme. Angiotensin II dapat pula terbentuk langsung dari angiotensinogen dengan bantuan aktivator plasminogen jaringan tissue
plasminogen activator, tPA, cathepsin G dan tonin.
22,23
Efek biologik AII terjadi
22
akibat stimulasi reseptor yang terletak pada membran sel ginjal, kelenjar adrenal, jantung, pembuluh darah dan otak. Stimulasi AII pada reseptor tipe I akan
menyebabkan vasokonstriksi, pelepasan aldosteron dan vasopresin, reabsorpsi sodium oleh tubulus ginjal dan penurunan aliran darah ginjal. Pengaruh stimulasi
AII pada reseptor AT
2
masih terus dalam penelitian dan diduga dapat menyebabkan vasodilatasi, menghambat proliferasi sel, dan meningkatkan
apoptosis.
23
Selain sebagai vasokonstriktor kuat AII mempunyai efek proliferasi terhadap otot polos pembuluh darah. Dengan demikian perubahan struktur dan
fungsi pembuluh darah ginjal juga dipengaruhi oleh peran AII. Ikatan AII dengan reseptor AT
1
selain menyebabkan vasokonstriksi dan proliferasi sel, juga menstimulasi proses inflamasi dan fibrosis yang ditandai dengan akumulasi sel
inflamasi dan penambahan matriks ekstraselular.
21,24
Angiotensin II mempunyai kontribusi pada proses inflamasi ginjal melalui ikatan antara AII dengan reseptor AT
I
. Stimulasi tersebut akan meningkatkan ekspresi gen proinflamasi seperti VCAM-1 vascular cell adhesion molecule-1,
ICAM-1 intercellular adhesion molecule-1, IL-6 interleukin-6 dan MCP-1 monocyte chemoattractant protein-1, melalui aktivasi sistem signal intraselular
misalnya NF-kß nuclear factor kappa beta, MAPK mitogen activated protein kinase, atau protein Rho. Angiotensin II menyebabkan adhesi sel inflamasi pada
sel endotel dan sel mesangial glomerulus. Peningkatan ekspresi molekul adhesi dan sitokin yang mempunyai efek kemotaktik akan menstimulasi proses
inflamasi.
25
2.1.3 Efek Renoprotektif dari Obat Anti Hipertensi