akibat stimulasi reseptor yang terletak pada membran sel ginjal, kelenjar adrenal, jantung, pembuluh darah dan otak. Stimulasi AII pada reseptor tipe I akan
menyebabkan vasokonstriksi, pelepasan aldosteron dan vasopresin, reabsorpsi sodium oleh tubulus ginjal dan penurunan aliran darah ginjal. Pengaruh stimulasi
AII pada reseptor AT
2
masih terus dalam penelitian dan diduga dapat menyebabkan vasodilatasi, menghambat proliferasi sel, dan meningkatkan
apoptosis.
23
Selain sebagai vasokonstriktor kuat AII mempunyai efek proliferasi terhadap otot polos pembuluh darah. Dengan demikian perubahan struktur dan
fungsi pembuluh darah ginjal juga dipengaruhi oleh peran AII. Ikatan AII dengan reseptor AT
1
selain menyebabkan vasokonstriksi dan proliferasi sel, juga menstimulasi proses inflamasi dan fibrosis yang ditandai dengan akumulasi sel
inflamasi dan penambahan matriks ekstraselular.
21,24
Angiotensin II mempunyai kontribusi pada proses inflamasi ginjal melalui ikatan antara AII dengan reseptor AT
I
. Stimulasi tersebut akan meningkatkan ekspresi gen proinflamasi seperti VCAM-1 vascular cell adhesion molecule-1,
ICAM-1 intercellular adhesion molecule-1, IL-6 interleukin-6 dan MCP-1 monocyte chemoattractant protein-1, melalui aktivasi sistem signal intraselular
misalnya NF-kß nuclear factor kappa beta, MAPK mitogen activated protein kinase, atau protein Rho. Angiotensin II menyebabkan adhesi sel inflamasi pada
sel endotel dan sel mesangial glomerulus. Peningkatan ekspresi molekul adhesi dan sitokin yang mempunyai efek kemotaktik akan menstimulasi proses
inflamasi.
25
2.1.3 Efek Renoprotektif dari Obat Anti Hipertensi
Pada pasien hipertensi sedikitnya ada dua sasaran yang mungkin digunakan untuk memperlambat progresi penyakit ginjal. Pertama, akibat efek
vasokonstriktor intra renal AII pada arteriol efferen, ACEI bekerja dengan menurunkan hipertensi glomerulus melalui efek vasodilatasi arteriol efferen
sehingga menurunkan tekanan intraglomerulus. Penurunan tekanan intraglomerular dapat mengurangi terjadinya albuminuria sehingga efek buruk
yang dapat ditimbulkan oleh hipertensi intraglomerular dan albuminuri dapat
23
dicegah. Kedua, AII mungkin bekerja sebagai growth factor bagi glomerulus, sehingga dengan penggunaan ACEI mungkin dapat menurunkan hipertrofi
glomerulus.
18
Pengobatan hipertensi yang terpusat pada penurunan tekanan darah saja masih belum cukup karena hipertensi melibatkan pembuluh darah yang mana
dinding pembuluh darah tersebut telah berubah sifatnya sehingga dinding pembuluh darah tersebut juga harus diintervensi agar menjadi sehat kembali.
Obat anti hipertensi yang dipilih haruslah mempunyai sifat nilai lebih yang disebut beyond the blood pressure lowering effect yaitu bersifat protektif
terhadap organ terkait diluar sifat antihipertensinya, terutama dalam hal memelihara dinding vaskuler pembuluh darah dari target organ, obat-obat anti
hipertensi tersebut harus mampu memperbaiki fungsi endotel. Pada saat ini obat-obat anti hipertensi yang berpotensi untuk memperbaiki fungsi endotel
diluar sifat antihipertensinya ialah ACEI, ARB dan CCB, sedangkan diuretika dan BB hanya mampu menurunkan tekanan darah saja tanpa memperbaiki dinding
endotel.
26
Penghambat enzim konversi angiotensin ACEI terbukti mempunyai efek renoproteksi melalui berbagai mekanisme. ACEI efektif menurunkan tekanan
darah dengan cara menghambat pembentukan AII dari AI sehingga efek vasokonstriksi yang ditimbulkan oleh AII dapat dicegah. Apabila target tekanan
darah dapat dicapai maka pengaruh tekanan terhadap dinding pembuluh darah dapat dihindari, dengan demikian salah satu faktor penyebab kerusakan
pembuluh darah ginjal dapat dihindari.
27,28
Disisi lain ACEI mempunyai kemampuan memperbaiki disfungsi endotel seperti telah dibuktikan pada berbagai penelitian klinis. Penggunaan ACEI
terbukti dapat memperbaiki gangguan relaksasi yang tergantung endotel dari pembuluh darah ginjal pasien hipertensi. Ekskresi Nitric Oxide NO dalam urin
yang merupakan parameter pelepasan NO ginjal meningkat pada kelompok yang mendapat ACEI, ini membuktikan bahwa ACEI mampu memperbaiki disfungsi
endotel pembuluh darah ginjal.
29,30
24
Obat anti hipertensi golongan ARB bekerja dengan cara menghambat ikatan antara AII dengan reseptor AT
1
. Dengan dihambatnya ikatan AII dan reseptor AT I diharapkan efek buruk AII dapat dicegah. Sebagai obat
antihipertensi ARB terbukti efektif dalam menurunkan tekanan darah. Penggunaan ARB menyebabkan akumulasi AII dalam plasma sehingga dapat
berikatan secara bebas dengan reseptor AT
2
. Diduga ikatan antara AII dengan reseptor AT
2
akan menghasilkan efek proteksi, baik sebagai anti proliferasi maupun antioksidan.
31
Kalsium antagonis CCB golongan dihidropiridin lebih dominan mengakibatkan dilatasi afferen atau preglomerulus sehingga penurunan
resistensi di aferen akan menyebabkan lebih banyak tekanan sistemik yang diteruskan kedalam glomerulus, dengan demikian mungkin tidak menimbulkan
penurunan pada tekanan intraglomerulus, bahkan tekanan intraglomerulus semakin meningkat. Kalsium antagonis golongan dihidropiridin dapat
menurunkan hipertrofi glomerulus, walaupun ternyata juga dapat meningkatkan stres pada dinding kapiler glomerulus.
26
Efek CCB golongan non dihidropiridin terhadap hemodinamik ginjal dan aliran darah ginjal berupa dilatasi aferen dan eferen, terhadap fungsi glomerulus
dapat naik turun sesuai dengan perubahan tekanan darah sistemik, terhadap ekskresi albumin urin golongan non dihidropiridin lebih mampu mengurangi
albumin dari pada golongan dihidropiridin, terhadap fungsi tubulus CCB bersifat natriuresis yang kuat diluar sifat antihipertensi melalui hambatan pertukaran Na-
Ca ditubulus proksimal, sehingga dapat menimbulkan retensi Na dan air pada penghentian kalsium antagonis yang mendadak.
27
Diuretika dan penyekat beta BB hanya mampu menurunkan tekanan darah saja, tanpa memperbaiki dinding endotel. Obat ini kurang berpengaruh
pada hipertensi intraglomerulus oleh karena tidak memiliki efek pada dilatasi arteriol eferen sehingga dianggap kurang memberi proteksi terhadap kerusakan
glomerulus. Secara umum BB tidak memiliki efek klinis penting terhadap
hemodinamik ginjal dan LFG. Obat ini dapat menurunkan LFG jika TD sistemik jatuh dibawah ambang autoregulasi.
26,32
25
2.2. MIKROALBUMINURIA PADA HIPERTENSI