Deteksi mikroalbuminuria dengan rasio albumin kreatinin urin

sesuai dengan semakin banyaknya proteinuria. Proteinuria tidak hanya sekedar merupakan petanda adanya proses kerusakan di ginjal, akan tetapi juga faktor resiko dari PGK, penurunan laju filtrasi glomerulus atau progresivitas penyakit. Proteinuria dapat dipakai untuk mengukur hasil pengobatan dan dapat dipakai sebagai target penatalaksanaanya. 16 Urin normal mengandung sejumlah kecil protein, dalam NKF-KDOQI guidelines terminologi proteinuria menunjukkan peningkatan ekskresi albumin urin, protein spesifik lainnya atau total protein, terminologi albuminuria menunjukkan secara khusus peningkatan ekskresi albumin urin, terminologi mikroalbuminuria menunjukkan ekskresi albumin urin yang diatas batas normal namun dibawah dari kadar yang dapat dideteksi oleh tes untuk ekskresi total protein urin. 41 Pada orang dewasa dengan peningkatan resiko terjadi PGK, NKF-KDOQI menganjurkan untuk memeriksa albuminuria dengan spot urin, baik dengan dipstik khusus untuk albumin atau rasio albuminkreatinin. Penggunaan rasio dapat mengoreksi variasi pada konsentrasi protein urin sehubungan dengan hidrasi dan lebih baik dibandingkan proteinuri 24 jam. 42

2.3.1 Deteksi mikroalbuminuria dengan rasio albumin kreatinin urin

Mikroalbuminuria merupakan petanda awal dari progresivitas penyakit ginjal. Deteksi mikroalbuminuria merupakan alat skrining penting untuk mengidentifikasi pasien yang memiliki resiko tinggi terhadap progresivitas penyakit ginjal dan siapa yang membutuhkan terapi yang lebih intensif dibanding subjek dengan nilai ekskresi albumin normal. 13,43 Pengukuran mikroalbumin urin 24 jam merupakan pemeriksaan baku emas namun sering sulit dilakukan karena pengumpulan urin dalam waktu 24 jam tidak menyenangkan, sering terjadi kesalahan dalam pengumpulannya, hasilnya sering dipengaruhi jumlah asupan cairan, keadaan diuresis dan konsentrasi urin yang dihasilkan sehingga pada saat ini banyak studi mengenai pemeriksaan mikroalbuminuria menggunakan rasio albumin kreatinin urin dengan menggunakan urin sewaktu. Urin pertama pagi hari lebih disukai karena 29 berkorelasi baik dengan ekskresi protein 24 jam namun urin sewaktu juga dapat digunakan. 44,45 Saat ini, NKF-KDOQI merekomendasikan penggunaan rasio albumin kreatinin urin dengan spot urin yang didapat dalam kondisi standar first voided, morning, mid stream specimen untuk mendeteksi mikroalbuminuria namun jika spesimen ini tidak tersedia spesimen urin sewaktu random masih dapat digunakan. Rasio albumin kreatinin urin adalah tes yang lebih sesuai untuk pasien dan mungkin lebih sedikit kecenderungan salah sehubungan dengan metode koleksi yang tidak tepat dan variasi dalam ekskresi protein 24 jam dibandingkan dengan spesimen urin random. NKF-KDOQI mendefinisikan mikroalbuminuria sebagai hasil rasio albumin kreatinin urin antara 30 sampai 300 µgmg pada pria dan wanita. 13,43 Jensen dkk menyebutkan mikroalbuminuria dapat diidentifikasi dengan mengukur kadar konsentrasi albumin urin atau rasio konsentrasi albumin kreatinin urin, sebagai pengganti pengukuran rutin dari nilai ekskresi albumin pada pengumpulan urin sewaktu. Hubungan antara Ualb dan UAER adalah 0,72 P0,001 dan hubungan korelasi antara UalbUcreat dan UAER adalah 0,81 P0,001. Dalam deteksi mikroalbuminuria, sensitivitas dan spesifisitas adalah 58 dan 97 untuk Ualb dan 73 dan 97 untuk UalbUcreat. Jensen dkk menyimpulkan pengukuran dari konsentrasi rasio albumin kreatinin urin adalah spesifik dan sensitif sebagai alternatif untuk mengukur nilai ekskresi albumin urin pada pengumpulan urin sewaktu, ketika digunakan untuk skrining mikroalbuminuria. 46 Secara tradisional tes dipstick digunakan untuk mendeteksi protein didalam urin, tes ini semi kuantitatif dan tidak sensitif untuk mendeteksi konsentrasi albumin dalam kisaran 300mghari. Saat ini, bermacam metode berbasiskan antibodi digunakan untuk mengukur kadar albumin urin yang rendah, termasuk RIA, nephelometry, immunoturbidimetry dan ELISA dengan metode ini lebih banyak pasien ditemukan memiliki ekskresi albumin dalam kisaran mikroalbuminuri. Berdasarkan studi pada pasien hipertensi pemeriksaan 30 mikroalbuminuria berbasiskan antibodi memiliki sensitivitas 88, spesifisitas 80, PPV 69, NPV 92. 47,48

2.4. HIPERTENSI DAN PENYAKIT JANTUNG

Dokumen yang terkait

Korelasi Dispersi QT Dengan Hipertrofi Ventrikel Kiri Pada Penderita Hipertensi

1 28 25

HUBUNGAN KADAR ASAM URAT DENGAN HIPERTROFI VENTRIKEL KIRI PADA PASIEN HIPERTENSI Hubungan Kadar Asam Urat Dengan Hipertrofi Ventrikel Kiri Pada Pasien Hipertensi Di Rsud Dr. Moewardi.

0 2 14

HUBUNGAN KADAR ASAM URAT DENGAN HIPERTROFI VENTRIKEL KIRI PADA PASIEN HIPERTENSI Hubungan Kadar Asam Urat Dengan Hipertrofi Ventrikel Kiri Pada Pasien Hipertensi Di Rsud Dr. Moewardi.

0 6 15

PERBANDINGAN ANGKA KEJADIAN HIPERTROFI VENTRIKEL KIRI BERDASARKAN ELEKTROKARDIOGRAFI ANTARA PRIA DAN WANITA PADA PENDERITA HIPERTENSI DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA PERBANDINGAN ANGKA KEJADIAN HIPERTROFI VENTRIKEL KIRI BERDASARKAN ELEKTROKARDIOGRAFI ANTA

0 0 14

HUBUNGAN ANTARA HIPERTENSI DAN HIPERTROFI VENTRIKEL KIRI PADA PASIEN LANSIA DENGAN ATRIAL FIBRILASI - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 13

HUBUNGAN ANTARA HIPERTENSI DAN HIPERTROFI VENTRIKEL KIRI PADA PASIEN LANSIA DENGAN ATRIAL FIBRILASI - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 5

HUBUNGAN ANTARA HIPERTENSI DAN HIPERTROFI VENTRIKEL KIRI PADA PASIEN LANSIA DENGAN ATRIAL FIBRILASI - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

1 4 32

HUBUNGAN ANTARA HIPERTENSI DAN HIPERTROFI VENTRIKEL KIRI PADA PASIEN LANSIA DENGAN ATRIAL FIBRILASI - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 3

HUBUNGAN ANTARA HIPERTENSI DAN HIPERTROFI VENTRIKEL KIRI PADA PASIEN LANSIA DENGAN ATRIAL FIBRILASI - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 7

HUBUNGAN ANTARA HIPERTENSI DAN HIPERTROFI VENTRIKEL KIRI PADA PASIEN LANSIA DENGAN ATRIAL FIBRILASI - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 1