Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi,
Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009
harian. Hal ini terutama untuk menambah pendapatan keluarga dan membantu kegiatan suami serta mengurangi beban ketergantungan istri terhadap suami.
Keadaan ini dapat dilihat bahwa jumlah wanita sebagai aron lebih besar dibandingkan pria di Kabupaten Karo seperti tertera pada Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Aron di Kabupaten Karo Tahun 2006 No
Kecamatan Wanita
Pria Jumlah
1. Mardingding
4.251 2.834
7.085 2.
Laubaleng 1.833
1.222 3.055
3. Tigabinanga
4.428 3.219
7.647 4.
Juhar 6.179
4.153 10.332
5. Munte
6.846 4.564
11.410 6.
Kutabuluh 3.758
2.505 6.263
7. Payung
3.204 2.136
5.340 8.
Tiganderket 4.544
3.029 7.573
9. Simpang Empat
3.245 2.163
5.408 10. Nama Teran
1.946 1.297
3.243 11. Merdeka
1.828 1.218
3.046 12. Kabanjahe
7.486 4.990
12.476
13. Berastagi 10.368
6.912 17.280
14. Tigapanah 4.193
2.795 6.988
15. Dolat Rayat 1.117
744 1.861
16. Merek 1.376
917 2.293
17. Barusjahe 7.054
4.702 11.756
JUMLAH 73.656
49.400 123.056
Sumber: Kantor BPS Kabupaten Karo, 2006
Tabel 1. menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja aron di Kabupaten Karo adalah 123.056 orang. Tenaga kerja aron ini terdiri dari tenaga kerja aron wanita
73.656 orang 60 dan tenaga kerja aron pria 49.400 orang 40. Bahwa disemua Kecamatan yang ada di Kabupaten Karo, jumlah aron wanita lebih besar
dari aron pria. Kecamatan Berastagi memiliki tenaga kerja aron yang paling besar yaitu sebesar 17.280 orang, dimana terdapat 60 tenaga kerja aron wanita dan
40 aron pria. Apabila kondisi aron di Kecamatan Berastagi berdasarkan desa, maka desa Sempajaya merupakan desa yang jumlah aronnya terbesar dengan
Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi,
Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009
perincian 1.728 orang 60 aron wanita dan 1.152 40 aron pria. Keadaan ini dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah Tenaga Kerja Aron di Kecamatan Berastagi Tahun 2006 No
Desa Wanita
Pria Jumlah
1. Gurusinga
935 623
1.558 2.
Raya 1.072
714 1.786
3. Rumah Berastagi
1.491 994
2.485 4.
Tambak Lau Mulgap II 821
547 1.368
5. Gundaling II
1.629 1.086
2.715 6.
Gundaling I 1.391
927 2.318
7. Tambak Lau Mulgap I
643 429
1.072
8. Sempajaya
1.728 1.152
2.880
9. Doulu
659 439
1.098
JUMLAH 10.368
6.912 17.280
Sumber: Kantor BPS Kabupaten Karo, 2006
Dari uraian diatas, maka desa Sempajaya ditetapkan menjadi lokasi penelitian, yang diharapkan dapat mewakili keadaan aron yang ada di Kabupaten
Karo. Aron sebagai lapangan kerja sektor informal merupakan salah satu
lapangan pekerjaan yang banyak diminati oleh wanita, karena pekerjaan ini tidak banyak menuntut persyaratan.
Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi,
Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009
Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang, maka dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana keterlibatan wanita dalam menjalankan pekerjaannya sebagai
aron didaerah penelitian? 2.
Seberapa besar pendapatan wanita dari pekerjaannya sebagai aron didaerah penelitian?
3. Seberapa besar curahan tenaga kerja wanita sebagai aron didaerah
penelitian? 4.
Berapa kontribusi pendapatan wanita sebagai aron terhadap pendapatan keluarga?
5. Bagaimana persepsi wanita terhadap pekerjaan aron sebagai lapangan
kerja sektor informal?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian dari latar belakang, maka ditetapkan tujuan penelitian untuk:
1. Mengetahui keterlibatan wanita dalam menjalankan pekerjaannya sebagai
aron didaerah penelitian. 2.
Mengetahui besar pendapatan wanita dari pekerjaannya sebagai aron didaerah penelitian.
Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi,
Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009
3. Mengetahui seberapa besar curahan tenaga kerja wanita sebagai aron
didaerah penelitian. 4.
Mengetahui kontribusi pendapatan wanita sebagai aron terhadap pendapatan keluarga didaerah penelitian.
5. Mengetahui persepsi wanita terhadap pekerjaan aron sebagai lapangan
kerja sektor informal.
Kegunaan penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Sebagai bahan masukan bagi pemerintah maupun lembaga lainnya. 2.
Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak yang membutuhkan. 3.
Sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi,
Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
Tinjauan Pustaka
Tanah Karo yang subur telah membawa masyarakatnya pada pola kolegalitas. Superior etnik pun secara tidak langsung muncul. Di masa dulu
sekitar tahun 1960a n ke bawah masih ada sebutan, Lit Tebandu?. Suatu sebutan untuk orang Batak, sebagai aron yang menunggui ladang. Hal ini menyiratkan
saat itu Karo adalah tuan tanah sedangkan orang Toba adalah pekerja tanah yang digaji. Bisa dibayangkan perekonomian Karo dibanding Toba ketika itu. Saat ini
era diatas 1960an muncul lagi istilah, Lit Jawandu?. Sebutan ini kembali lahir untuk menunjukkan orang Jawa sebagai pekerja buruh tani atau aron yang
mengolah tanah orang Karo. Hal ini pula yang secara tidak langsung disebut Superior Etnik
Hadirnya buruh tani yang dikenal dengan sebutan Aron di tanah Karo, sampai sekarang menjadi penunjang berjalannya sektor pertanian di Kabupaten
Tanah Karo. Setiap pagi para Aron berkumpul guna menanti ajakan bekerja. Kebanyakan dari mereka adalah wanita yang rela bekerja berat dengan bayaran
sekitar Rp30.000 perhari di lahan pertanian. Para Aron ini masih terus berjuang meminta perhatian pemerintah untuk memperbaiki upah mereka. Karena mereka
http:www.tanah karo online .or.id.
Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi,
Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009
punya andil dalam menggerakkan sektor pertanian yang masih menjadi pendapatan utama Kabupaten Tanah Karo http:www.internews.or.id.
Keinginan para wanita untuk dapat meningkatkan taraf hidup dan perbaikan keadaan ekonomi serta kesejahteraan sosial keluarga senantiasa
tercermin dari upaya yang selalu mereka lakukan untuk menambah penghasilan keluarga. Wanita pada umumnya sangat peka dengan keadaan dan permasalahan
yang terjadi dalam keluarga, mereka juga tidak akan segan-segan untuk memasuki dunia pekerjaan yang beresiko tinggi apabila keadaan keluarga mereka
mengharuskan untuk berbuat demikian Kartini, 1995. Secara fisiologis, wanita berbeda dengan pria, karena adanya kodrat
wanita, wanita yang cenderung ditempatkan di sekitar lingkungan rumah tangga dan diperuntukkan untuk mengurus anak. Sementara laki-laki yang berkecimpung
di luar rumah dapat mengembangkan dirinya secara optimal. Peranan bagi wanita jelas tidak adil, tetapi banyak wanita menganggap peran yang diberikan kepada
mereka sebagai suatu yang mulia dan harus dijunjung tinggi. Hal ini juga sering terjadi pada wanita desa yang boleh dikatakan tidak memiliki kesempatan
berkembang seperti teman-teman mereka yang lain. Mereka masih termasuk golongan yang tidak terjangkau, tertinggal dan dianggap hanya mengurus
kebutuhan dapur dan kurang diperhatikan Budiman, 1997. Sebagai seorang yang telah menikah, wanita mempunyai peran dalam
keluarga inti sebagai istri, sebagai ibu dan sebagai pengurus rumah tangga. Ini pada umumnya dirasakan sebagai tugas utama dari seorang wanita yang terkait
dalam gambaran perkawinan. Dalam tiga peran tersebut di atas, wanita memberikan diri sepenuhnya demi kesejahteraan keluarganya. Namun dalam
Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi,
Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009
kehidupan modern dan era pembangunan dewasa ini, wanita dituntut dan sering juga dimotivasi untuk memberikan sumbangan lebih dari pada diatas, tidak
terbatas pada pelayanan suami dan urusan rumah tangga. Banyak wanita tidak puas hanya pada peran diatas dan sering keadaan ekonomi keluarga menuntut
wanita untuk bekerja diluar atau mencari satu kegiatan yang menambah penghasilan keluarganya Munandar, 1985.
Banyak orang yang beranggapan bahwa wanita adalah kaum yang lemah, bodoh dan lamban. Itu adalah pandangan stereotype terhadap wanita. Di Indonesia
secara umum kedudukan wanita masih sangat rendah, wanita diletakkan pada posisi warga kelas dua. Pada hal yang diharapkan adalah masyarakat yang lebih
baik dan adil. Permasalahan wanita sangat beragam dan kadang kala bersifat mendasar yang dipengaruhi nilai-nilai pandangan masyarakat yang menciptakan
kelas dua Subadio dan Ihromi, 1983. Tenaga kerja wanita yang dulunya hanya bekerja di rumah tangga, kini
mulai bergeser dengan memasuki lapangan kerja. Pesatnya pembangunan ini berkorelasi positif terhadap peningkatan peranan wanita. Perubahan-perubahan ini
bukan berarti ada masalah, akan tetapi justru menampilkan berbagai problem dikalangan wanita itu sendiri. Secara normatif wanita istri mengerjakan pekerjaan
rumah tangga dan pria suami bekerja mencari nafkah. Beberapa hasil penelitian menunjukkan tak demikian lagi wanita disamping mengerjakan pekerjaan rumah
tangga juga ikut mencari nafkah demikian juga pria disamping mencari nafkah, pria juga mempekerjakan pekerjaan rumah tangga. Bahkan bagi rumah tangga
wanita sebagai kepala rumah tangga ternyata wanita sebagai pencari nafkah utama untuk memenui kebutuhan anak-anaknya. Wanita dalam memenuhi kebutuhan
Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi,
Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009
keluarganya lebih banyak memilih pekerjaan yang tidak banyak menuntut persyaratan yaitu dagang kecil, pembantu rumah tangga, dan buruh aron
Sajogyo, 1985.
Kriteria tenaga kerja aron adalah sebagi berikut: 1.
Mempunyai alat-alat pertanian yang diperlukan dalam melakukan pekerjaan nya. Misalnya cangkol, parang, dan lain sebagainya.
2. Paham dan mengerti akan tugas-tugasnya sebagai aron.
3. Aron mempunyai pekerjaan yang tidak tetap atau dengan kata lain aron
bekerja secara berpindah pindah dari ladang yang satu ke ladang yang lainnya. 4.
Aron bisa wanita dan pria, baik yang sudah menikah maupun yang belum menikah.
Sektor informal tumbuh sebagai akibat pertumbuhan kesempatan kerja disektor formal yang terjadi tidak secepat laju pertumbuhan pencari kerja. Hal ini
tampak terlihat, baik terlihat diperkotaan maupun dipedesaan. Selain itu, masalah sektor modern juga dapat menjadi penyebab timbulnya sektor informal tersebut.
Sektor modern yang mempunyai karakteristik padat modal dan berteknologi maju menyebabkan daya serap terhadap angkatan kerja terbatas, sehingga transfer
pekerjaan dari sektor tradisional ke sektor modern sulit terjadi. Angkatan kerja http:www.budaya karo artikel.or.id.
Landasan Teori
Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi,
Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009
yang tertolak dari sektor tradisional dan sektor modern tersebut pada akhirnya akan beralih kesektor informal Muyang, 1988
Dari sektor usaha yang merupakan kebalikan dari sektor informal yaitu sektor formal. Sektor formal adalah suatu sektor kegiatan ekonomi yang
terstandarisasi melalui regulasi pemerintah yang terdiri atas aspek perizinan, regestrasi, standar kualitas, ketenagakerjaan, dan pajak. Semua hal yang
berhubungan dengan aspek-aspek tersebut biasanya hanya bisa diikuti oleh unit- unit usaha dengan skala menengah dan besar, yaitu usaha-usaha yang bisa
menghasilkan akumulasi modal. Sebaliknya, sektor informal tidak memiliki itu. Shelly dan Anne, 2003
Berbagai konsep dan defenisi sektor informal dikemukakan untuk membatasi ruang lingkup sektor informal, baik dari sisi jenis pekerjaan,
karakteristik pekerjaannya, dan sebagainya. Adapun pengertian sektor informal sebagai unit usaha yang sedikit sekali menerima proteksi ekonomi secara resmi
dari pemerintah, dan kehadirannya karena dorongan untuk menciptakan kesempatan kerja dari pelaku. Selain itu pola kegiatannya tidak teratur menurut
lokasi dan waktu dengan modal yang berasal dari tabungan sendiri atau lembaga tidak resmi dan kurang dibantu oleh kebijaksanaan pemerintah Ananta, 1986
Sejalan dengan namanya, sektor informal selalu didefenisikan berdasarkan ciri-ciri yang serba bertentangan dengan sektor formal, dengan kata kunci “bukan”
atau “tidak”. Menurut persepektifnya, ada beberapa indikator sektor informal yaitu:
1. Kegiatan usaha tidak teratur dan terorganisasi dengan baik
2. Tidak ada izin usaha
Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi,
Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009
3. Pola kegiatan tidak teratur
4. Jam kerja tidak teratur dan tetap
5. Kebijakan dan bantuan dari pemerintah tidak ada
6. Tidak tersentuh oleh peraturan atau ketentuan yang ditetapkan pemerintah
7. Pekerja atau buruh dapat dengan mudah masuk keluar
8. Penggunaan teknologi masih sederhana tradisional
9. Modal dan skala usaha tergolong kecil
10. Tidak membutuhkan keahlian dan keterampilan khusus
11. Tidak memerlukan pendidikan formal hanya berdasarkan pengalaman
12. Pengelolaan dilakukan sendiri, buruh berasal dari keluarga
13. Umumnya dilakukan oleh masyarakat yang berpendapatan rendah
14. Produk dikonsumsi oleh golongan menengah kebawah
15. Modal Milik sendiri
Sukesi, 2002 Sektor informal lazim dianggap sebagai respon terhadap kemiskinan yang
dialami oleh masyarakat yang ada di Indonesia. Surplus tenaga kerja dan terbatasnya lahan pekerjaan formal adalah faktor-faktor umum yang menumbuh
kembangkan kegiatan ekonomi informal. Secara umum bahwa buruh disektor informal merupakan sebagian dari penduduk golongan miskin di Indonesia.
Thomas, 1995. Pada dasarnya bagi wanita, khususnya yang tinggal di daerah pedesaan
dan miskin, peran ganda bukanlah sesuatu hal yang baru. Bagi golongan ini, peran ganda telah ditanamkan oleh orang tua mereka sejak mereka masih berusia muda.
Bagi seorang anak yang orang tuanya kurang mampu, ia tidak dapat bermain main
Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi,
Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009
seperti anak dari keluarga kaya di desa mereka, karena di bebani kewajiban bekerja oleh orang tuanya Soetrisno, 1997.
Wanita sebagai mitra sejajar pria ditujukan untuk meningkatkan peranan aktif dalam kegiatan pembangunan manusia seutuhnya. Kedudukan wanita dalam
keluarga dan masyarakat serta peranannya dalam pembangunan perlu dipelihara dan terus ditingkatkan hingga dapat memberikan sumbangan yang sebesar
besarnya bagi pembangunan bangsa dengan memperhatikan kodrat dan martabatnya Depdikbud, 1993.
Tenaga kerja wanita bukan hanya pengganti tenaga pria, tetapi merupakan penambahan yang mutlak untuk menggantikan waktu yang digunakan tenaga pria
dalam melakukan pekerjaan mereka guna memenuhi kebutuhan pokoknya Kartini, 1995.
Tenaga kerja wanita mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan dan yang melakukan kegiatan serta mengurus
rumah tangga. Tiga golongan yang disebutkan terakhir; pencari kerja, sudah atau sedang bekerja dan yang mengurus rumah tangga, walaupun sedang tidak bekerja,
mereka dianggap secara fisik mampu dan sewaktu waktu dapat bekerja
Simanjuntak, 1996.
Sikap dan prilaku masyarakat terhadap pemberiaan kesempatan bagi wanita untuk berperan aktif dalam pembangunan sebagai mitra sejajar pria perlu
ditingkatkan. Masyarakat jangan lagi memandang wanita tidak pantas, tidak mampu untuk berperan dilingkungan keluarga dan rumah tangga atau wanita
hanya pantas, wajar atau mampu berperan dibidang tertentu saja. seperti bidang
Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi,
Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009
pendidikan sebagai guru, bidang kesehatan sebagai perawat dan sebagainya Syamsiah, 1995.
Untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan tenaga kerja aron, dapat ditempuh dengan upaya peningkatan kinerja dan mendistribusikan tenaga
kerja secara optimal. Dengan adanya peningkatan ini maka para pencari tenaga kerja akan lebih memilih yang kinerjanya sangat optimal dibandingkan dengan
yang lain Manurung, 2003. Pengukuran tenaga kerja dapat dilakukan sebagi berikut:
a. Untuk tenaga kerja pria = jam kerja X 1HKP
b. Untuk tenaga kerja wanita = jam kerja X 0,8 X 1HKP
c. Untuk tenaga kerja anak = jam kerja X 0,4 X 1HKP
Namun pengukuran tenaga kerja diatas, dibeberapa daerah ternyata tidak dapat digunakan lagi. Didaerah penelitian nampaknya 1 HKP tenaga kerja pria
sudah sama dengan tenaga kerja wanita karena upah yang diterima sudah sama
antara pria dan wanita Hernanto, 1991.
Kerangka Pemikiran
Buruh tani yang dikenal dengan sebutan aron di tanah Karo mempunyai peranan penting dan sumbangannya terhadap pendapatan keluarga. Kalau dilihat
secara ideal maka yang nampak adalah wanita sebagai istri, mengabdi kepada suami, mengurus rumah tangga dan mengasuh anak-anak. Hal semacam ini adalah
tuntutan logis dari seorang wanita sesuai dengan kodratnya sebagai istri bagi suami dan sebagai ibu bagi anak-anaknya.
Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi,
Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009
Rumah tangga aron terdapat dua kelompok yaitu rumah tangga pria dan wanita sebagai aron dan rumah tangga wanita sebagai aron. Adapun dalam rumah
tangga pria dan wanita sebagai aron terdiri dari suami dan istri yang bekerja sebagai tenaga kerja aron. Lain halnya dengan rumah tangga wanita sebagai aron
yang terdiri dari istri saja yang bekerja sebagai tenaga kerja aron dan suami tidak bekerja sebagai aron tetapi bekerja sebagai non aron misalnya seperti petani,
supir, pedagang, wiraswasta, pegawai negeri dan lain-lain. Dengan semakin terbukanya kesempatan yang sama dengan pria
diberbagai bidang pekerjaan sehingga menyebabkan terbukanya kesempatan kerja bagi wanita khususnya sektor informal yaitu bidang pertanian. Tenaga kerja aron
wanita berperan sebagai pengganti tenaga kerja aron pria, dimana tenaga kerja aron wanita berfungsi menggantikan waktu yang digunakan tenaga kerja aron pria
dalam melakukan pekerjaannya guna memenuhi kebutuhan pokok keluarganya. Sampai sekarang ini masih dirasakan adanya hal-hal yang merupakan
hambatan bagi partisipasi tenaga kerja aron wanita dalam aneka ragam pekerjaan, seperti adanya sikap negatif dari masyarakat terhadap wanita bekerja, yaitu
anggapan bahwa tenaga kerja aron wanita kurang produktif dibandingkan dengan tenaga kerja aron pria, akibatnya sering kali terjadi perbedaan dalam status kerja
yang sama. Besarnya jumlah curahan tenaga kerja aron wanita dan pria yang dipakai
dalam menyelesaikan masalah-masalah dari pemilik lahan. Dimana total curahan tenaga kerja aron akan mempengaruhi besarnya hasil produksi dari pemilik lahan.
Dengan semakin tingginya produksi kerja maka akan meningkatkan pendapatan tenaga kerja aron.
Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi,
Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009
Besarnya penerimaan yang diterima tenaga kerja aron atau buruh tani dihitung berdasarkan jumlah upah yang diterima buruh dan jumlah hari kerja yang
dijalani oleh buruh atau aron tersebut. Adapun penerimaan yang diterima aron wanita sebagai pendapatan menjadi tambahan bagi pendapatan rumah tangga.
Pendapatan yang diterima rumah tangga aron, baik istri maupun suami menjadi total pendapatan rumah tangga dengan menambahkan pendapatan istri dan suami.
Analisa penggunaan tenaga kerja aron dinyatakan oleh besarnya peranan tenaga kerja yang dinyatakan dalam jam. Yang dianggap 1 satu hari kerja setara
HKP adalah bekerja 8 jam dalam satu hari dengan tidak membedakan tenaga kerja menurut jenis kelamin. Upah tenaga kerja pria dan wanita sama tidak ada
perbedaan lagi. Antara tenaga kerja wanita dan tenaga kerja pria sebagai aron atau buruh
tani tidak banyak perbedaan pekerjaan yang mereka lakukan. Hanya saja pada tahap pemupukan, pemangkasan dan panen lebih banyak menggunakan tenaga
kerja aron wanita. Kegiatan pengendalian hama dan penyakit pemberantasan gulma didominasi oleh tenaga kerja aron pria.
Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar 1. skema kerangka pemikiran seperti berikut ini.
Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi,
Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Rumah Tangga Aron
Rumah Tangga Pria-Wanita
Aron
Aron Pria
Rumah Tangga Wanita
Aron
Aron Wanita
Aron Wanita
Non Aron Pria
Pendapatan Pendapatan
Pendapatan Pendapatan
Pendapatan Keluarga
Pendapatan Keluarga
Persepsi Wanita
Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi,
Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009
Keterangan Garis = Garis Hubungan
Hipotesis Penelitian
1. Tenaga kerja wanita sebagai aron lebih tinggi dari pada tenaga kerja pria.
2. Pendapatan wanita dari pekerjaannya sebagai aron lebih besar dari upah
minimum regional propinsi. 3.
Curahan tenaga kerja wanita sebagai aron lebih rendah daripada curahan tenaga kerja pria.
4. Kontribusi pendapatan wanita atau pria sebagai aron terhadap pendapatan
keluarga cukup besar. 5.
Persepsi wanita terhadap pekerjaan aron sebagai lapangan kerja sektor informal adalah baik.
Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi,
Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009
METODE PENELITIAN
Metode Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian dilakukan di Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo. Daerah penelitian ditentukan secara sengaja Purposive
Sampling berdasarkan pertimbangan bahwa daerah ini merupakan salah satu daerah yang mempunyai tenaga kerja aron atau buruh tani paling besar di
Kecamatan Berastagi.
Metode Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah buruh sebagai tenaga kerja aron yang berada didesa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo. Jumlah
populasi buruh sebagai tenaga kerja aron sebanyak 720KK. Populasi ini terdiri dari tiga kelompok yaitu:
1.Rumah tangga suami istri aron terdapat 220KK 2.Rumah tangga suami aron terdapat 200KK
Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi,
Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009
3.Rumah tangga istri aron terdapat 300KK Namun yang menjadi populasi dalam penelitian adalah kelompok 1 dan 3.
Besar sampel pada masing-masing kelompok adalah 15KK sehingga jumlah sampel seluruhnya 30KK. Pengambilan dari masing-masing kelompok adalah
secara acak random sampling seperti terlihat dalam Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah Populasi dan Sampel Buruh Sebagai Tenaga Kerja Aron di Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo
Strata Jumlah Tenaga Kerja
Aron KK Jumlah Sampel
KK Rumah Tangga
Suami - Istri Aron 220
15 Rumah Tangga
Istri Aron 300
15
Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data skunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung terhadap tenaga kerja aron atau buruh
tani sampel dengan menggunakan daftar kuisioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Sedangkan data skunder diperoleh dari berbagai instansi
lembaga serta literatur yang ada hubungannya dengan penelitian ini. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Spesifikasi Pengumpulan data
Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi,
Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009
No Jenis Data
Sumber Metode yang
digunakan Alat yang
digunakan
1 Identitas Sampel
Responden Wawancara
Kuisioner 2
Tahapan Kerja Responden
Wawancara Kuisioner
3 Pendapatan
Responden Wawancara
Kuisioner 4
Masalah Responden
Wawancara Kuisioner
5 Upaya
Responden Wawancara
Kuisioner 6
Upah Tenaga Kerja Responden
Wawancara Kuisioner
7 Persepsi
Responden Wawancara
Kuisioner 8
Morfologi Desa Kepala Desa
Wawancara Kuisioner
Metode Analisis Data
1. Untuk hipotesis 1, dianalisis dengan analisis diskriftif. Dengan
menggunakan kriteria uji hipotesis sebagai berikut: Jika jumlah aron wanita aron pria, maka hipotesis 1 ditolak.
Jika jumlah aron wanita ≥ aron pria, maka hipotesis 1 diterima.
2. Untuk hipotesis 2, kriteria uji yang digunakan adalah:
Jika pendapatan aron wanita UMR Kabupaten Karo, maka hipotesis 2 ditolak.
Jika pendapatan aron wanita ≥ UMR Kabupaten Karo, maka hipotesis 2
diterima. 3.
Untuk hipotesis 3, seberapa besar curahan tenaga kerja aron dianalisis dengan analisis deskriftif dan tabulasi sederhana dimana hal-hal yang perlu
dijelaskan adalah curahan tenaga kerja aron. Dengan menggunakan kriteria uji hipotesis sebagai berikut:
Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi,
Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009
100 Keluarga
Pendapatan Wanita
Pendapatan ×
Jika curahan tenaga kerja wanita curahan tenaga kerja pria, maka hipotesis 3 ditolak.
Jika curahan tenaga kerja wanita ≥
curahan tenaga kerja pria, maka hipotesis 3 diterima.
4. Untuk hipotesis 4, dianalisis dengan analisis deskriftif, dengan
menggunakan rumus: Kontribusi Pendapatan Wanita =
Jika kontribusi pendapatan wanita terhadap pendapatan keluarga ≥ 30,
maka kontribusi pendapatan wanita termasuk tinggi. Jika kontribusi pendapatan wanita terhadap pendapatan keluarga 30,
maka kontribusi pendapatan wanita termasuk rendah. 5.
Untuk hipotesis 5, dianalisis dengan analisis deskriftif yaitu dengan menanyakan persepsi wanita terhadap pekerjaan sebagai tenaga kerja aron.
Defenisi dan Batasan Operasional
Untuk menghidari kekeliruan atau terjadinya kesalahpahaman maka berikut ini diberikan beberapa defenisi dan batasan operasional.
Defenisi
1. Aron wanita adalah wanita pedesaan sebagai tenaga kerja aron yang
bekerja pada lahan pertanian.
Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi,
Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009
2. Curahan tenaga kerja adalah besarnya penggunaan tenaga kerja pada setiap
tahapan pekerjaan sebagai aron dan dinyatakan dalam satuan HKP. 3.
Tenaga kerja wanita yang bekerja sebagai aron adalah wanita yang sudah berkeluarga dan wanita yang belum berkeluarga.
4. Tenaga kerja sampel adalah tenaga kerja wanita dan pria yang bekerja
sebagai aron. 5.
Luas lahan adalah luasnya areal yang digunakan petani untuk mempekerjakan aron.
6. Produktivitas tenaga kerja adalah jumlah jam kerja tenaga kerja aron
dalam satuan HKP. 7.
Penerimaan adalah upah yang diterima buruh tani aron atas jasa yang telah diberikan kepada usaha tani.
8. Pendapatan tenaga kerja wanita adalah pendapatan tenaga kerja wanita
yang bekerja sebagai aron. 9.
Total pendapatan keluarga buruh tani aron adalah pendapatan bersih yang diterima selama bekerja sebagai aron ditambah dengan pendapatan usaha
lain.
Batasan Operasional
1. Daerah penelitian adalah Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi,
Kabupaten Karo. 2.
Sampel adalah buruh tani atau aron di Desa Sempajaya. 3.
Waktu penelitian tahun 2008.
Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi,
Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009
DAFTAR PUSTAKA
Ananta, 1985. Sektor Informal Penangkal Ekonomi Tinggi. Minjaya Abadi,
Jakarta.
Badan Pusat Statistik, 1999. Profil Statistik Wanita. BPS, Medan.
Bastian, T., 1985. Peranan Wanita, Rumah Tangga dan Masyarakat Yang Lebih Luas di Pedesaan. LP3ES, Jakarta.
Budiman, A., 1997. Pembagian Kerja Secara Seksul. Gramedia, Jakarta.
Darwin, P., 2002. Kamus Karo Indonesia. Bina Media, Medan. Depdikbud, 1993. Garis-Garis Besar Haluan Negara TAP MPR No.
2MPR1993, Jakarta. Hernanto, F., 1991. Ukuran Tenaga Kerja. Penebar Swadaya, Jakarta.
http:www.internews.or.id
Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi,
Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009
http:www.budaya karo artikel.or.id http:www.tanah karo online .or.id
Kartini, S., 1995. Wanita Indonesia. Kanisius, Jakarta. Manurung, E. M., 2003. Curahan Tenaga Kerja di Pedesaan. Skripsi. Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Munandar, 1985. Emansipasi dan Peran Ganda Wanita Indonesia. UI Perss,
Jakarta.
Muyang, 1988. Sektor Informal Sebagai Penyangga Kesempatan Kerja Dalam Struktur Perekonomian Indonesia. Studi Pustaka. Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor, Bogor
Sadli, S., 1990. Peranan Perempuan Dari Persepektif Psikologi Dalam Partisipasi Tenaga Kerja Wanita Dalam Pembangunan dan
Permasalahannya. UNPAD, Bandung.
Sajogyo, P., 1985. Peranan Wanita Dalam Perkembangan Masyarakat Desa.
Rajawali Press, Jakarta.
Shelly dan Anne Friday Safariah., 2003. Hubaungan Perburuhan di Sektor Informal. Akatiga, Bandung.
Simanjuntak, P., 1996. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Fakultas
Ekonomi UI, Jakarta.
Soetrisno, L., 1997. Kemiskinan, Perempuan dan Pemberdayaan. Kanisius,
Jakarta.
Subadio dan Ihromi 1983. Citra Wanita dan Kebudayaan. Gramedia, Jakarta. Sukesi Keppi., 2002. Jaminan Sosial Bagi Tenaga Kerja Perempuan Sektor
Informal. Universitas Brawijaya. Syamsiah, A., 1995. Profil Wanita Tahun 2000. Yayasan Obor Indonesia,
Jakarta.
Thomas, J.J., 1995. Surviving in The City : The Urban Informal Sector in America. Pluto Press, London.
Thorir, A., 1991. Seuntai Pengetahuan Usaha Tani Indonesia. Rineka cipta,
Jakarta.
Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi,
Kabupaten Karo, 2008. USU Repository © 2009
GAMBARAN DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN
1. Deskripsi Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo. a. Luas dan Kondisi Wilayah