Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo)

(1)

Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

ARON SEBAGAI LAPANGAN KERJA SEKTOR INFORMAL

BAGI WANITA PEDESAAN DAN SUMBANGANNYA

TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA

(Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo)

SKRIPSI

OLEH :

DONNY PUTRA BRAHMANA 030334007

SEP AGRIBISNIS

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNEVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

ARON SEBAGAI LAPANGAN KERJA SEKTOR INFORMAL

BAGI WANITA PEDESAAN DAN SUMBANGANNYA

TERHADAP PENDAPATAN KELUARGA

(Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo)

SKRIPSI

OLEH :

DONNY PUTRA BRAHMANA 030334007

Usulan Penelitian Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Melaksanakan Penelitian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

(Ir. AT. Hutajulu, MS) (Dr. Ir. Tavi Supriana, MS) Ketua Anggota

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNEVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tenaga kerja merupakan faktor produksi penting dalam usahatani, khususnya tenaga kerja petani dan para anggota keluarganya. Dalam usahatani keluarga, tenaga kerja petani merupakan unsur penentu. Dalam usaha tani niaga seperti yang telah banyak di negara-negara yang sudah maju, tenaga kerja keluarga pada saat kritis menunjukan peranannya yang menentukan bagi usaha tani keluarga (Thorir, 1991).

Aron merupakan ikatan kerjasama untuk mengerjakan lahan pertanian atau biasanya disebut sebagai buruh tani. Aron juga dapat dibedakan atas tiga jenis yaitu jangak, diberu dan campuren. Jangak adalah ikatan kerja sama/ aron yang semua anggotanya pria, diberu adalah ikatan kerjasama/ aron yang semua anggotanya wanita sedangkan campuren adalah ikatan kerjasama/ aron yang anggotanya sebagian pria dan sebagian wanita. Aron juga ikut dalam ikatan kerjasama untuk mengerjakan ladang pertanian yang biasanya disebut raron (Darwin, 2002).

Wanita yang bekerja sebagai tenaga buruh atau aron cenderung untuk memperbaiki taraf hiduf keluarga mereka yang bertujuan untuk memperoleh pendapatan atau penghasilan. Persentase pria yang bekerja lebih besar dari pada wanita disebabkan karena umumnya pria adalah kepala rumah tangga yang bertanggung jawab terhadap kebutuhan rumah tangga. Sebaliknya wanita pada umumnya bukan pencari nafkah yang utama, tetapi fungsinya lebih pada penambah pendapatan suami (Badan Pusat Statistik, 1999).


(4)

Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Ketidakcukupan pendapatan suami dalam memenuhi kebutuhan keluarga membuat para wanita atau ibu rumah tangga bekerja sebagai buruh. Tenaga kerja wanita adalah wanita yang mampu melaksanakan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Era pembangunan dewasa ini menghendaki agar seluruh potensi nasional dapat dihimpun menjadi suatu kekuatan besar yang akan berhasil menggerakkan bangsa dan masyarakat Indonesia mencapai cita-citanya sehingga bisa berkembang dan maju. Potensi kaum wanita sebagai salah satu unsur dalam menunjang pembangunan nasional tidak dapat disangsikan lagi (Sajogyo, 1985).

Tenaga kerja wanita sebagai buruh dapat membantu kegiatan suami dan menambah pendapatan rumah tangga. Pendapatan rumah tangga merupakan hasil usaha bersama dari semua anggota rumah tangga yang mampu bekerja dan digunakan untuk semua anggota rumah tangga sesuai dengan pos-pos pengeluaran yang ada, dengan pengeluaran tertinggi ada pada pos pangan (Bastian, 1985).

Partisipasi tenaga kerja wanita dapat disebabkan oleh beberapa hal. Di bidang pertaniaan sejak semula, tenaga kerja wanita dibutuhkan untuk menambah tenaga yang ada. Dengan berkembangnya industri dan teknologi yang berarti tersedianya pekerjaan yang cocok bagi wanita maka terbukalah kesempatan kerja bagi wanita (Sajogyo, 1985).

Pada saat ini ada gejala bahwa wanita yang bekerja bukan hanya disebabkan oleh kebutuhan ekonomi, tetapi juga dirangsang oleh kebutuhan wanita itu sendiri dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya (Sadli, 1990).

Wanita ternyata juga memegang peranan penting dalam dinamika dan pergeseran mata pencaharian yang bekerja sebagai tenaga kerja aron atau buruh


(5)

Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

harian. Hal ini terutama untuk menambah pendapatan keluarga dan membantu kegiatan suami serta mengurangi beban ketergantungan istri terhadap suami. Keadaan ini dapat dilihat bahwa jumlah wanita sebagai aron lebih besar dibandingkan pria di Kabupaten Karo seperti tertera pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Aron di Kabupaten Karo Tahun 2006

No Kecamatan Wanita Pria Jumlah

1. Mardingding 4.251 2.834 7.085

2. Laubaleng 1.833 1.222 3.055

3. Tigabinanga 4.428 3.219 7.647

4. Juhar 6.179 4.153 10.332

5. Munte 6.846 4.564 11.410

6. Kutabuluh 3.758 2.505 6.263

7. Payung 3.204 2.136 5.340

8. Tiganderket 4.544 3.029 7.573

9. Simpang Empat 3.245 2.163 5.408

10. Nama Teran 1.946 1.297 3.243

11. Merdeka 1.828 1.218 3.046

12. Kabanjahe 7.486 4.990 12.476

13. Berastagi 10.368 6.912 17.280

14. Tigapanah 4.193 2.795 6.988

15. Dolat Rayat 1.117 744 1.861

16. Merek 1.376 917 2.293

17. Barusjahe 7.054 4.702 11.756

JUMLAH 73.656 49.400 123.056

Sumber: Kantor BPS Kabupaten Karo, 2006

Tabel 1. menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja aron di Kabupaten Karo adalah 123.056 orang. Tenaga kerja aron ini terdiri dari tenaga kerja aron wanita 73.656 orang (60%) dan tenaga kerja aron pria 49.400 orang (40%). Bahwa disemua Kecamatan yang ada di Kabupaten Karo, jumlah aron wanita lebih besar dari aron pria. Kecamatan Berastagi memiliki tenaga kerja aron yang paling besar yaitu sebesar 17.280 orang, dimana terdapat (60%) tenaga kerja aron wanita dan (40%) aron pria. Apabila kondisi aron di Kecamatan Berastagi berdasarkan desa, maka desa Sempajaya merupakan desa yang jumlah aronnya terbesar dengan


(6)

Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

perincian 1.728 orang (60%) aron wanita dan 1.152 (40%) aron pria. Keadaan ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Tenaga Kerja Aron di Kecamatan Berastagi Tahun 2006

No Desa Wanita Pria Jumlah

1. Gurusinga 935 623 1.558

2. Raya 1.072 714 1.786

3. Rumah Berastagi 1.491 994 2.485

4. Tambak Lau Mulgap II 821 547 1.368

5. Gundaling II 1.629 1.086 2.715

6. Gundaling I 1.391 927 2.318

7. Tambak Lau Mulgap I 643 429 1.072

8. Sempajaya 1.728 1.152 2.880

9. Doulu 659 439 1.098

JUMLAH 10.368 6.912 17.280

Sumber: Kantor BPS Kabupaten Karo, 2006

Dari uraian diatas, maka desa Sempajaya ditetapkan menjadi lokasi penelitian, yang diharapkan dapat mewakili keadaan aron yang ada di Kabupaten Karo.

Aron sebagai lapangan kerja sektor informal merupakan salah satu lapangan pekerjaan yang banyak diminati oleh wanita, karena pekerjaan ini tidak banyak menuntut persyaratan.


(7)

Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang, maka dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana keterlibatan wanita dalam menjalankan pekerjaannya sebagai aron didaerah penelitian?

2. Seberapa besar pendapatan wanita dari pekerjaannya sebagai aron didaerah penelitian?

3. Seberapa besar curahan tenaga kerja wanita sebagai aron didaerah penelitian?

4. Berapa kontribusi pendapatan wanita sebagai aron terhadap pendapatan keluarga?

5. Bagaimana persepsi wanita terhadap pekerjaan aron sebagai lapangan kerja sektor informal?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian dari latar belakang, maka ditetapkan tujuan penelitian untuk:

1. Mengetahui keterlibatan wanita dalam menjalankan pekerjaannya sebagai aron didaerah penelitian.

2. Mengetahui besar pendapatan wanita dari pekerjaannya sebagai aron didaerah penelitian.


(8)

Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

3. Mengetahui seberapa besar curahan tenaga kerja wanita sebagai aron didaerah penelitian.

4. Mengetahui kontribusi pendapatan wanita sebagai aron terhadap pendapatan keluarga didaerah penelitian.

5. Mengetahui persepsi wanita terhadap pekerjaan aron sebagai lapangan kerja sektor informal.

Kegunaan penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah maupun lembaga lainnya. 2. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak yang membutuhkan. 3. Sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi di Fakultas Pertanian


(9)

Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN

KERANGKA PEMIKIRAN

Tinjauan Pustaka

Tanah Karo yang subur telah membawa masyarakatnya pada pola kolegalitas. Superior etnik pun secara tidak langsung muncul. Di masa dulu sekitar tahun 1960a n ke bawah masih ada sebutan, untuk orang Batak, sebagai saat itu Karo adalah tuan tanah sedangkan orang Toba adalah pekerja tanah yang digaji. Bisa dibayangkan perekonomian Karo dibanding Toba ketika itu. Saat ini era diatas 1960an muncul lagi istilah, "Lit Jawandu?". Sebutan ini kembali lahir untuk menunjukkan orang Jawa sebagai pekerja buruh tani atau aron yang mengolah tanah orang Karo. Hal ini pula yang secara tidak langsung disebut Superior Etnik

Hadirnya buruh tani yang dikenal dengan sebutan Aron di tanah Karo, sampai sekarang menjadi penunjang berjalannya sektor pertanian di Kabupaten Tanah Karo. Setiap pagi para Aron berkumpul guna menanti ajakan bekerja. Kebanyakan dari mereka adalah wanita yang rela bekerja berat dengan bayaran sekitar Rp30.000 perhari di lahan pertanian. Para Aron ini masih terus berjuang meminta perhatian pemerintah untuk memperbaiki upah mereka. Karena mereka


(10)

Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

punya andil dalam menggerakkan sektor pertanian yang masih menjadi pendapatan utama Kabupaten Tanah Karo

Keinginan para wanita untuk dapat meningkatkan taraf hidup dan perbaikan keadaan ekonomi serta kesejahteraan sosial keluarga senantiasa tercermin dari upaya yang selalu mereka lakukan untuk menambah penghasilan keluarga. Wanita pada umumnya sangat peka dengan keadaan dan permasalahan yang terjadi dalam keluarga, mereka juga tidak akan segan-segan untuk memasuki dunia pekerjaan yang beresiko tinggi apabila keadaan keluarga mereka mengharuskan untuk berbuat demikian (Kartini, 1995).

Secara fisiologis, wanita berbeda dengan pria, karena adanya kodrat wanita, wanita yang cenderung ditempatkan di sekitar lingkungan rumah tangga dan diperuntukkan untuk mengurus anak. Sementara laki-laki yang berkecimpung di luar rumah dapat mengembangkan dirinya secara optimal. Peranan bagi wanita jelas tidak adil, tetapi banyak wanita menganggap peran yang diberikan kepada mereka sebagai suatu yang mulia dan harus dijunjung tinggi. Hal ini juga sering terjadi pada wanita desa yang boleh dikatakan tidak memiliki kesempatan berkembang seperti teman-teman mereka yang lain. Mereka masih termasuk golongan yang tidak terjangkau, tertinggal dan dianggap hanya mengurus kebutuhan dapur dan kurang diperhatikan (Budiman, 1997).

Sebagai seorang yang telah menikah, wanita mempunyai peran dalam keluarga inti sebagai istri, sebagai ibu dan sebagai pengurus rumah tangga. Ini pada umumnya dirasakan sebagai tugas utama dari seorang wanita yang terkait dalam gambaran perkawinan. Dalam tiga peran tersebut di atas, wanita memberikan diri sepenuhnya demi kesejahteraan keluarganya. Namun dalam


(11)

Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

kehidupan modern dan era pembangunan dewasa ini, wanita dituntut dan sering juga dimotivasi untuk memberikan sumbangan lebih dari pada diatas, tidak terbatas pada pelayanan suami dan urusan rumah tangga. Banyak wanita tidak puas hanya pada peran diatas dan sering keadaan ekonomi keluarga menuntut wanita untuk bekerja diluar atau mencari satu kegiatan yang menambah penghasilan keluarganya (Munandar, 1985).

Banyak orang yang beranggapan bahwa wanita adalah kaum yang lemah, bodoh dan lamban. Itu adalah pandangan stereotype terhadap wanita. Di Indonesia secara umum kedudukan wanita masih sangat rendah, wanita diletakkan pada posisi warga kelas dua. Pada hal yang diharapkan adalah masyarakat yang lebih baik dan adil. Permasalahan wanita sangat beragam dan kadang kala bersifat mendasar yang dipengaruhi nilai-nilai pandangan masyarakat yang menciptakan kelas dua (Subadio dan Ihromi, 1983).

Tenaga kerja wanita yang dulunya hanya bekerja di rumah tangga, kini mulai bergeser dengan memasuki lapangan kerja. Pesatnya pembangunan ini berkorelasi positif terhadap peningkatan peranan wanita. Perubahan-perubahan ini bukan berarti ada masalah, akan tetapi justru menampilkan berbagai problem dikalangan wanita itu sendiri. Secara normatif wanita/ istri mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan pria/ suami bekerja mencari nafkah. Beberapa hasil penelitian menunjukkan tak demikian lagi wanita disamping mengerjakan pekerjaan rumah tangga juga ikut mencari nafkah demikian juga pria disamping mencari nafkah, pria juga mempekerjakan pekerjaan rumah tangga. Bahkan bagi rumah tangga wanita sebagai kepala rumah tangga ternyata wanita sebagai pencari nafkah utama untuk memenui kebutuhan anak-anaknya. Wanita dalam memenuhi kebutuhan


(12)

Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

keluarganya lebih banyak memilih pekerjaan yang tidak banyak menuntut persyaratan yaitu dagang kecil, pembantu rumah tangga, dan buruh (aron) (Sajogyo, 1985).

Kriteria tenaga kerja aron adalah sebagi berikut:

1. Mempunyai alat-alat pertanian yang diperlukan dalam melakukan pekerjaan nya. Misalnya cangkol, parang, dan lain sebagainya.

2. Paham dan mengerti akan tugas-tugasnya sebagai aron.

3. Aron mempunyai pekerjaan yang tidak tetap atau dengan kata lain aron bekerja secara berpindah pindah dari ladang yang satu ke ladang yang lainnya. 4. Aron bisa wanita dan pria, baik yang sudah menikah maupun yang belum

menikah.

Sektor informal tumbuh sebagai akibat pertumbuhan kesempatan kerja disektor formal yang terjadi tidak secepat laju pertumbuhan pencari kerja. Hal ini tampak terlihat, baik terlihat diperkotaan maupun dipedesaan. Selain itu, masalah sektor modern juga dapat menjadi penyebab timbulnya sektor informal tersebut. Sektor modern yang mempunyai karakteristik padat modal dan berteknologi maju menyebabkan daya serap terhadap angkatan kerja terbatas, sehingga transfer pekerjaan dari sektor tradisional ke sektor modern sulit terjadi. Angkatan kerja


(13)

Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

yang tertolak dari sektor tradisional dan sektor modern tersebut pada akhirnya akan beralih kesektor informal (Muyang, 1988)

Dari sektor usaha yang merupakan kebalikan dari sektor informal yaitu sektor formal. Sektor formal adalah suatu sektor kegiatan ekonomi yang terstandarisasi melalui regulasi pemerintah yang terdiri atas aspek perizinan, regestrasi, standar kualitas, ketenagakerjaan, dan pajak. Semua hal yang berhubungan dengan aspek-aspek tersebut biasanya hanya bisa diikuti oleh unit-unit usaha dengan skala menengah dan besar, yaitu usaha-usaha yang bisa menghasilkan akumulasi modal. Sebaliknya, sektor informal tidak memiliki itu. (Shelly dan Anne, 2003)

Berbagai konsep dan defenisi sektor informal dikemukakan untuk membatasi ruang lingkup sektor informal, baik dari sisi jenis pekerjaan, karakteristik pekerjaannya, dan sebagainya. Adapun pengertian sektor informal sebagai unit usaha yang sedikit sekali menerima proteksi ekonomi secara resmi dari pemerintah, dan kehadirannya karena dorongan untuk menciptakan kesempatan kerja dari pelaku. Selain itu pola kegiatannya tidak teratur menurut lokasi dan waktu dengan modal yang berasal dari tabungan sendiri atau lembaga tidak resmi dan kurang dibantu oleh kebijaksanaan pemerintah (Ananta, 1986)

Sejalan dengan namanya, sektor informal selalu didefenisikan berdasarkan ciri-ciri yang serba bertentangan dengan sektor formal, dengan kata kunci “bukan” atau “tidak”. Menurut persepektifnya, ada beberapa indikator sektor informal yaitu:

1. Kegiatan usaha tidak teratur dan terorganisasi dengan baik 2. Tidak ada izin usaha


(14)

Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

3. Pola kegiatan tidak teratur 4. Jam kerja tidak teratur dan tetap

5. Kebijakan dan bantuan dari pemerintah tidak ada

6. Tidak tersentuh oleh peraturan atau ketentuan yang ditetapkan pemerintah 7. Pekerja atau buruh dapat dengan mudah masuk/ keluar

8. Penggunaan teknologi masih sederhana/ tradisional 9. Modal dan skala usaha tergolong kecil

10. Tidak membutuhkan keahlian dan keterampilan khusus

11. Tidak memerlukan pendidikan formal hanya berdasarkan pengalaman 12. Pengelolaan dilakukan sendiri, buruh berasal dari keluarga

13. Umumnya dilakukan oleh masyarakat yang berpendapatan rendah 14. Produk dikonsumsi oleh golongan menengah kebawah

15. Modal (Milik sendiri) (Sukesi, 2002)

Sektor informal lazim dianggap sebagai respon terhadap kemiskinan yang dialami oleh masyarakat yang ada di Indonesia. Surplus tenaga kerja dan terbatasnya lahan pekerjaan formal adalah faktor-faktor umum yang menumbuh kembangkan kegiatan ekonomi informal. Secara umum bahwa buruh disektor informal merupakan sebagian dari penduduk golongan miskin di Indonesia. (Thomas, 1995).

Pada dasarnya bagi wanita, khususnya yang tinggal di daerah pedesaan dan miskin, peran ganda bukanlah sesuatu hal yang baru. Bagi golongan ini, peran ganda telah ditanamkan oleh orang tua mereka sejak mereka masih berusia muda. Bagi seorang anak yang orang tuanya kurang mampu, ia tidak dapat bermain main


(15)

Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

seperti anak dari keluarga kaya di desa mereka, karena di bebani kewajiban bekerja oleh orang tuanya (Soetrisno, 1997).

Wanita sebagai mitra sejajar pria ditujukan untuk meningkatkan peranan aktif dalam kegiatan pembangunan manusia seutuhnya. Kedudukan wanita dalam keluarga dan masyarakat serta peranannya dalam pembangunan perlu dipelihara dan terus ditingkatkan hingga dapat memberikan sumbangan yang sebesar besarnya bagi pembangunan bangsa dengan memperhatikan kodrat dan martabatnya (Depdikbud, 1993).

Tenaga kerja wanita bukan hanya pengganti tenaga pria, tetapi merupakan penambahan yang mutlak untuk menggantikan waktu yang digunakan tenaga pria dalam melakukan pekerjaan mereka guna memenuhi kebutuhan pokoknya (Kartini, 1995).

Tenaga kerja wanita mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan dan yang melakukan kegiatan serta mengurus rumah tangga. Tiga golongan yang disebutkan terakhir; pencari kerja, sudah atau sedang bekerja dan yang mengurus rumah tangga, walaupun sedang tidak bekerja, mereka dianggap secara fisik mampu dan sewaktu waktu dapat bekerja (Simanjuntak, 1996).

Sikap dan prilaku masyarakat terhadap pemberiaan kesempatan bagi wanita untuk berperan aktif dalam pembangunan sebagai mitra sejajar pria perlu ditingkatkan. Masyarakat jangan lagi memandang wanita tidak pantas, tidak mampu untuk berperan dilingkungan keluarga dan rumah tangga atau wanita hanya pantas, wajar atau mampu berperan dibidang tertentu saja. seperti bidang


(16)

Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

pendidikan sebagai guru, bidang kesehatan sebagai perawat dan sebagainya (Syamsiah, 1995).

Untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan tenaga kerja aron, dapat ditempuh dengan upaya peningkatan kinerja dan mendistribusikan tenaga kerja secara optimal. Dengan adanya peningkatan ini maka para pencari tenaga kerja akan lebih memilih yang kinerjanya sangat optimal dibandingkan dengan yang lain (Manurung, 2003).

Pengukuran tenaga kerja dapat dilakukan sebagi berikut: a. Untuk tenaga kerja pria = jam kerja X 1HKP

b. Untuk tenaga kerja wanita = jam kerja X 0,8 X 1HKP c. Untuk tenaga kerja anak = jam kerja X 0,4 X 1HKP

Namun pengukuran tenaga kerja diatas, dibeberapa daerah ternyata tidak dapat digunakan lagi. Didaerah penelitian nampaknya 1 HKP tenaga kerja pria sudah sama dengan tenaga kerja wanita karena upah yang diterima sudah sama antara pria dan wanita (Hernanto, 1991).

Kerangka Pemikiran

Buruh tani yang dikenal dengan sebutan aron di tanah Karo mempunyai peranan penting dan sumbangannya terhadap pendapatan keluarga. Kalau dilihat secara ideal maka yang nampak adalah wanita sebagai istri, mengabdi kepada suami, mengurus rumah tangga dan mengasuh anak-anak. Hal semacam ini adalah tuntutan logis dari seorang wanita sesuai dengan kodratnya sebagai istri bagi suami dan sebagai ibu bagi anak-anaknya.


(17)

Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Rumah tangga aron terdapat dua kelompok yaitu rumah tangga pria dan wanita sebagai aron dan rumah tangga wanita sebagai aron. Adapun dalam rumah tangga pria dan wanita sebagai aron terdiri dari suami dan istri yang bekerja sebagai tenaga kerja aron. Lain halnya dengan rumah tangga wanita sebagai aron yang terdiri dari istri saja yang bekerja sebagai tenaga kerja aron dan suami tidak bekerja sebagai aron tetapi bekerja sebagai non aron misalnya seperti petani, supir, pedagang, wiraswasta, pegawai negeri dan lain-lain.

Dengan semakin terbukanya kesempatan yang sama dengan pria diberbagai bidang pekerjaan sehingga menyebabkan terbukanya kesempatan kerja bagi wanita khususnya sektor informal yaitu bidang pertanian. Tenaga kerja aron wanita berperan sebagai pengganti tenaga kerja aron pria, dimana tenaga kerja aron wanita berfungsi menggantikan waktu yang digunakan tenaga kerja aron pria dalam melakukan pekerjaannya guna memenuhi kebutuhan pokok keluarganya.

Sampai sekarang ini masih dirasakan adanya hal-hal yang merupakan hambatan bagi partisipasi tenaga kerja aron wanita dalam aneka ragam pekerjaan, seperti adanya sikap negatif dari masyarakat terhadap wanita bekerja, yaitu anggapan bahwa tenaga kerja aron wanita kurang produktif dibandingkan dengan tenaga kerja aron pria, akibatnya sering kali terjadi perbedaan dalam status kerja yang sama.

Besarnya jumlah curahan tenaga kerja aron wanita dan pria yang dipakai dalam menyelesaikan masalah-masalah dari pemilik lahan. Dimana total curahan tenaga kerja aron akan mempengaruhi besarnya hasil produksi dari pemilik lahan. Dengan semakin tingginya produksi kerja maka akan meningkatkan pendapatan tenaga kerja aron.


(18)

Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Besarnya penerimaan yang diterima tenaga kerja aron atau buruh tani dihitung berdasarkan jumlah upah yang diterima buruh dan jumlah hari kerja yang dijalani oleh buruh atau aron tersebut. Adapun penerimaan yang diterima aron wanita sebagai pendapatan menjadi tambahan bagi pendapatan rumah tangga. Pendapatan yang diterima rumah tangga aron, baik istri maupun suami menjadi total pendapatan rumah tangga dengan menambahkan pendapatan istri dan suami.

Analisa penggunaan tenaga kerja aron dinyatakan oleh besarnya peranan tenaga kerja yang dinyatakan dalam jam. Yang dianggap 1 (satu) hari kerja setara HKP adalah bekerja 8 jam dalam satu hari dengan tidak membedakan tenaga kerja menurut jenis kelamin. Upah tenaga kerja pria dan wanita sama tidak ada perbedaan lagi.

Antara tenaga kerja wanita dan tenaga kerja pria sebagai aron atau buruh tani tidak banyak perbedaan pekerjaan yang mereka lakukan. Hanya saja pada tahap pemupukan, pemangkasan dan panen lebih banyak menggunakan tenaga kerja aron wanita. Kegiatan pengendalian hama dan penyakit pemberantasan gulma didominasi oleh tenaga kerja aron pria.

Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar 1. skema kerangka pemikiran seperti berikut ini.


(19)

Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Rumah Tangga Aron

Rumah Tangga Pria-Wanita

Aron

Aron Pria

Rumah Tangga Wanita

Aron

Aron Wanita

Aron Wanita

Non Aron Pria

Pendapatan Pendapatan Pendapatan Pendapatan

Pendapatan Keluarga

Pendapatan Keluarga

Persepsi Wanita


(20)

Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Keterangan Garis = Garis Hubungan

Hipotesis Penelitian

1. Tenaga kerja wanita sebagai aron lebih tinggi dari pada tenaga kerja pria. 2. Pendapatan wanita dari pekerjaannya sebagai aron lebih besar dari upah

minimum regional propinsi.

3. Curahan tenaga kerja wanita sebagai aron lebih rendah daripada curahan tenaga kerja pria.

4. Kontribusi pendapatan wanita atau pria sebagai aron terhadap pendapatan keluarga cukup besar.

5. Persepsi wanita terhadap pekerjaan aron sebagai lapangan kerja sektor informal adalah baik.


(21)

Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

METODE PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian dilakukan di Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo. Daerah penelitian ditentukan secara sengaja (Purposive Sampling) berdasarkan pertimbangan bahwa daerah ini merupakan salah satu daerah yang mempunyai tenaga kerja aron atau buruh tani paling besar di Kecamatan Berastagi.

Metode Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah buruh sebagai tenaga kerja aron yang berada didesa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo. Jumlah populasi buruh sebagai tenaga kerja aron sebanyak 720KK. Populasi ini terdiri dari tiga kelompok yaitu:

1.Rumah tangga suami istri aron terdapat 220KK 2.Rumah tangga suami aron terdapat 200KK


(22)

Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

3.Rumah tangga istri aron terdapat 300KK

Namun yang menjadi populasi dalam penelitian adalah kelompok 1 dan 3. Besar sampel pada masing-masing kelompok adalah 15KK sehingga jumlah sampel seluruhnya 30KK. Pengambilan dari masing-masing kelompok adalah secara acak random sampling seperti terlihat dalam Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah Populasi dan Sampel Buruh Sebagai Tenaga Kerja Aron di Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo

Strata Jumlah Tenaga Kerja Aron (KK)

Jumlah Sampel (KK) Rumah Tangga

Suami - Istri Aron 220 15

Rumah Tangga

Istri Aron 300 15

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data skunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung terhadap tenaga kerja aron atau buruh tani sampel dengan menggunakan daftar kuisioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Sedangkan data skunder diperoleh dari berbagai instansi (lembaga) serta literatur yang ada hubungannya dengan penelitian ini. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.


(23)

Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

No Jenis Data Sumber Metode yang

digunakan

Alat yang digunakan 1 Identitas Sampel Responden Wawancara Kuisioner 2 Tahapan Kerja Responden Wawancara Kuisioner 3 Pendapatan Responden Wawancara Kuisioner

4 Masalah Responden Wawancara Kuisioner

5 Upaya Responden Wawancara Kuisioner

6 Upah Tenaga Kerja Responden Wawancara Kuisioner 7 Persepsi Responden Wawancara Kuisioner 8 Morfologi Desa Kepala Desa Wawancara Kuisioner

Metode Analisis Data

1. Untuk hipotesis 1, dianalisis dengan analisis diskriftif. Dengan menggunakan kriteria uji hipotesis sebagai berikut:

Jika jumlah % aron wanita < % aron pria, maka hipotesis 1 ditolak. Jika jumlah % aron wanita ≥ % aron pria, maka hipotesis 1 diterima. 2. Untuk hipotesis 2, kriteria uji yang digunakan adalah:

Jika pendapatan aron wanita < UMR Kabupaten Karo, maka hipotesis 2 ditolak.

Jika pendapatan aron wanita ≥ UMR Kabupaten Karo, maka hipotesis 2 diterima.

3. Untuk hipotesis 3, seberapa besar curahan tenaga kerja aron dianalisis dengan analisis deskriftif dan tabulasi sederhana dimana hal-hal yang perlu dijelaskan adalah curahan tenaga kerja aron. Dengan menggunakan kriteria uji hipotesis sebagai berikut:


(24)

Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

100% Keluarga

Pendapatan

Wanita Pendapatan

×

Jika curahan tenaga kerja wanita < curahan tenaga kerja pria, maka hipotesis 3 ditolak.

Jika curahan tenaga kerja wanita ≥ curahan tenaga kerja pria, maka hipotesis 3 diterima.

4. Untuk hipotesis 4, dianalisis dengan analisis deskriftif, dengan menggunakan rumus:

Kontribusi Pendapatan Wanita =

Jika kontribusi pendapatan wanita terhadap pendapatan keluarga ≥ 30%, maka kontribusi pendapatan wanita termasuk tinggi.

Jika kontribusi pendapatan wanita terhadap pendapatan keluarga < 30%, maka kontribusi pendapatan wanita termasuk rendah.

5. Untuk hipotesis 5, dianalisis dengan analisis deskriftif yaitu dengan menanyakan persepsi wanita terhadap pekerjaan sebagai tenaga kerja aron.

Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menghidari kekeliruan atau terjadinya kesalahpahaman maka berikut ini diberikan beberapa defenisi dan batasan operasional.

Defenisi

1. Aron wanita adalah wanita pedesaan sebagai tenaga kerja aron yang bekerja pada lahan pertanian.


(25)

Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

2. Curahan tenaga kerja adalah besarnya penggunaan tenaga kerja pada setiap tahapan pekerjaan sebagai aron dan dinyatakan dalam satuan HKP.

3. Tenaga kerja wanita yang bekerja sebagai aron adalah wanita yang sudah berkeluarga dan wanita yang belum berkeluarga.

4. Tenaga kerja sampel adalah tenaga kerja wanita dan pria yang bekerja sebagai aron.

5. Luas lahan adalah luasnya areal yang digunakan petani untuk mempekerjakan aron.

6. Produktivitas tenaga kerja adalah jumlah jam kerja tenaga kerja aron (dalam satuan HKP).

7. Penerimaan adalah upah yang diterima buruh tani aron atas jasa yang telah diberikan kepada usaha tani.

8. Pendapatan tenaga kerja wanita adalah pendapatan tenaga kerja wanita yang bekerja sebagai aron.

9. Total pendapatan keluarga buruh tani aron adalah pendapatan bersih yang diterima selama bekerja sebagai aron ditambah dengan pendapatan usaha lain.

Batasan Operasional

1. Daerah penelitian adalah Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo.

2. Sampel adalah buruh tani atau aron di Desa Sempajaya. 3. Waktu penelitian tahun 2008.


(26)

Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

DAFTAR PUSTAKA

Ananta, 1985. Sektor Informal Penangkal Ekonomi Tinggi. Minjaya Abadi, Jakarta.

Badan Pusat Statistik, 1999. Profil Statistik Wanita. BPS, Medan.

Bastian, T., 1985. Peranan Wanita, Rumah Tangga dan Masyarakat Yang Lebih Luas di Pedesaan. LP3ES, Jakarta.

Budiman, A., 1997. Pembagian Kerja Secara Seksul. Gramedia, Jakarta. Darwin, P., 2002. Kamus Karo Indonesia. Bina Media, Medan.

Depdikbud, 1993. Garis-Garis Besar Haluan Negara (TAP MPR No. 2/MPR/1993), Jakarta.

Hernanto, F., 1991. Ukuran Tenaga Kerja. Penebar Swadaya, Jakarta.


(27)

Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

http://www.tanah karo online .or.id

Kartini, S., 1995. Wanita Indonesia. Kanisius, Jakarta.

Manurung, E. M., 2003. Curahan Tenaga Kerja di Pedesaan. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Munandar, 1985. Emansipasi dan Peran Ganda Wanita Indonesia. UI Perss, Jakarta.

Muyang, 1988. Sektor Informal Sebagai Penyangga Kesempatan Kerja Dalam Struktur Perekonomian Indonesia. Studi Pustaka. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor

Sadli, S., 1990. Peranan Perempuan Dari Persepektif Psikologi Dalam Partisipasi Tenaga Kerja Wanita Dalam Pembangunan dan Permasalahannya. UNPAD, Bandung.

Sajogyo, P., 1985. Peranan Wanita Dalam Perkembangan Masyarakat Desa. Rajawali Press, Jakarta.

Shelly dan Anne Friday Safariah., 2003. Hubaungan Perburuhan di Sektor Informal. Akatiga, Bandung.

Simanjuntak, P., 1996. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Fakultas Ekonomi UI, Jakarta.

Soetrisno, L., 1997. Kemiskinan, Perempuan dan Pemberdayaan. Kanisius, Jakarta.

Subadio dan Ihromi 1983. Citra Wanita dan Kebudayaan. Gramedia, Jakarta. Sukesi Keppi., 2002. Jaminan Sosial Bagi Tenaga Kerja Perempuan Sektor

Informal. Universitas Brawijaya.

Syamsiah, A., 1995. Profil Wanita Tahun 2000. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.

Thomas, J.J., 1995. Surviving in The City : The Urban Informal Sector in America. Pluto Press, London.

Thorir, A., 1991. Seuntai Pengetahuan Usaha Tani Indonesia. Rineka cipta, Jakarta.


(28)

Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

GAMBARAN DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK RESPONDEN

1. Deskripsi Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo. a. Luas dan Kondisi Wilayah

Desa Sempajaya terletak 1 km dari ibukota Kecamatan dan 11 km dari ibukota Kabupaten yaitu Kabanjahe. Secara administratif, Desa Semajaya mempunyai batas-batas sebagai berikut:

• Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Singkut

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Rumah Berastagi • Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Dolat Rayat


(29)

Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

• Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tambak Lau Mulgap

Luas Desa Sempajaya secara keseluruhan adalah 800 Ha, dimana sebagian besar digunakan untuk di bidang pertanian. Tanaman yang banyak dibudidayakan adalah tanaman sayur sayuran seperti daun sop, daun prei, brokoli, cabai, tomat, kacang panjang, buncis, sawi, bayam dan lain-lain.

Menurut data Balai Penyuluhan Pertanian Lapangan (BPPL), jenis tanah yang terdapat di desa Sempajaya adalah jenis tanah andosol dengan curah hujan rata-rata 2000 mm/tahun. Gambaran luas lahan di desa penelitian menurut penggunaannya dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Distribusi Penggunaan Lahan di Desa Sempajaya Tahun 2007

No Jenis Penggunaan Luas

(Ha)

Persentase (%)

1 Pemukiman 150 18,75

2 Tegalan/Lahan Kering 600 75,00

3 Kebun Campuran 40 5,00

4 Hutan Lebat 3 0,375

5 Belukar 5 0,625

6 Perkuburan 2 0,25

Jumlah 800 100,00

Sumber : Kantor Kepala Desa Sempajaya, 2008

Tabel 5. dapat dikemukakan bahwa 80% lahan yang ada di daerah penelitian adalah sebagai tegala/lahan kering dan kebun campuran. Pada tegalan/lahan kering ini diusahakan tanaman sayuran seperti daun sop, daun prei, brokoli, cabai, tomat, kacang panjang, buncis, sawi, bayam dan lain-lain. Untuk


(30)

Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

18,75% lahan digunakan sebagai tempat pemukiman dan selebihnya atau sekitar 1,25% digunakan sebagai tanah perkuburan, belukar dan hutan lebat.

b. Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk di desa penelitian tahun 2008 tercatat 6.125 orang atau 1.430 KK, yang terdiri dari 2.990 orang (48,82%) laki-laki dan 3.135 orang (51,18%) perempuan. Keadaan penduduk berdasarkan kelompok umur dapat di lihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Desa Sempajaya Tahun 2007

No Kelompok Umur (Tahun)

Jumlah Penduduk (orang)

Persentase (%)

1 0-4 340 5,54

2 5-14 700 11,42

3 15-24 1.853 30,25

4 25-54 1.976 32,26

5 ≥55 1.256 20,50

Jumlah 6.125 100,00

Sumber : Kantor Kepala Desa Sempajaya, 2008

Tabel 6. dapat dilihat bahwa jumlah penduduk kelompok umur > 15 tahun keatas terdapat 83,01% selebihnya kelompok umur <15 tahun sebesar 16,99%. Dapat diasumsikan tenaga kerja produktif cukup tersedia didaerah penelitian.

c. Perekonomaian Desa

Sebagai daerah pertanian umumnya sumber mata pencaharian penduduk adalah dari sektor pertanian. Untuk lebih jelasnya, pada Tabel 7. berikut dapat di lihat komposisi penduduk berdasarkan sumber mata pencaharian.

Tabel 7. Distribusi Penduduk Berdasarkan Sumber Mata Pencaharian di Desa Sempajaya Tahun 2007


(31)

Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Sumber : Kantor Kepala Desa Sempajaya, 2008

Tabel 7. dapat dilihat bahwa mayoritas (62,22%) penduduk desa penelitian mempunyai sumber mata pencaharian dari sektor pertanian, baik sebagai petani maupun buruh tani yang biasanya disebut sebagai aron. Hal ini juga menunjukkan bahwa aktivitas perekonomian ini didominasi oleh sektor informal yaitu pertanian.

d. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana di desa penelitian saat ini dinilai telah cukup baik. Hal ini dapat terlihat dari jenis-jenis sarana yang telah tersedia baik sarana angkutan, sarana pendidikan dan sarana sosial. Daerah ini dapat dicapai dengan angkutan empat roda. Biasanya angkutan pedesaan keluar dan masuk desa ini setiap 10-15 menit sekali dan angkutan didaerah pedesaan ini banyak sekali dijumpai serta terdapat banyak jenis-jenis angkutan yang lainnya yang melewati desa ini. Jadi dapat disimpulkan bahwa petani tidak mengalami kesulitan dalam memperoleh sarana produksi dan juga dalam hal penjualan hasil, karena sarana transportasi sudah cukup tersedia. Sarana dan prasarana yang terdapat di desa penelitian dapat dilihat pada Tabel 8

Tabel 8. Panjang Jalan Menurut Jenis di Desa Sempajaya Tahun 2007

No Jenis Jalan Panjang (Km)

1 Aspal 2

No Mata Pencaharian Jumlah

(KK)

Persentase (%)

1 Petani 170 11,88

2 Aron / Buruh Tani 720 50,34

3 Berdagang 480 33,56

4 Pegawai Negeri 38 2,65

5 Lain-lain 22 1,53


(32)

Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

2 Berbatu 10

3 Tanah 2

Jumlah 14

Sumber : Kantor Kepala Desa Sempajaya, 2008

Tabel 8. dapat dilihat bahwa ada 3 jenis jalan di desa penelitian yaitu jalan aspal, jalan berbatu dan jalan tanah. Jalan aspal terdapat sepanjang 2 Km; jalan berbatu terdapat sepanjang 10 Km dan jalan tanah terdapat sepanjang 2 Km.

2. Karakteristik Aron Responden

Karakteristik aron responden dalam penelitian ini meliputi umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, jumlah tanggungan keluarga dan jumlah hari kerja. Karakteristik responden aron dapat di lihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Karakteristik Responden Aron di Desa Sempajaya Tahun 2007

No Uraian

Rumah Tangga Suami - Istri Aron

Rumah Tangga Istri Aron Pria Wanita Pria Wanita 1. Umur (Tahun)


(33)

Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

-Rata rata 36 33 34 30

-Range 26-46 24-41 27-45 21-43

2. Pendidikan (Tahun)

-Rata rata 10 9 10 11

-Range 6-12 6-12 6-12 6-12

3. Pengalaman menjadi aron

-Rata rata 16 12 - 10

-Range 8-25 5-20 5-20

4. Jumlah tanggungan (Jiwa)

-Rata rata 3 3

-Range 2-6 1-5

5. Jumlah Hari Kerja(Perbulan)

-Rata rata 25 24 27 25

-Range 22-28 22-27 24-30 21-27

6. Lahan (Ha)

-Rata rata 0,51 0,53 - 0,58

-Range 0,32-0,8 0,32-0,8 - 0,36-0,8

Sumber : Data Diolah Dari Lapangan, 2008

Tabel 10. dapat dilihat bahwa rata-rata umur aron untuk rumah tangga suami-istri aron adalah 36 dan 33 tahun sedangkan rumah tangga istri aron adalah 34 dan 30 tahun. Ini berarti bahwa secara umum usia aron didesa penelitian tergolong usia produktif sehingga potensi kerja secara fisik cukup tinggi.

Tingkat pendidikan akan mempengaruhi seseorang dalam melakukan aktivitas. Tingkat pendidikan rata-rata aron pada rumah tangga suami-istri aron adalah rata-rata 10 dan 9 tahun dan untuk rumah tangga istri aron adalah 10 dan 11 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan aron responden sudah tergolong menengah.

Pengalaman sampel sebagai aron responden untuk rumah tangga suami-istri aron adalah rata-rata 16 dan 12 tahun dengan range 5-25 dan untuk rumah tangga istri aron adalah rata-rata 10 tahun dengan range 5-20. Ini dapat dilihat bahwa pengalaman bertani dari masing-masing aron responden sudah cukup lama sehingga responden aron diharapkan lebih matang dalam mengelola usaha tani.


(34)

Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Jumlah tanggungan rata-rata dari setiap kepala keluarga aron responden adalah rata-rata 3 jiwa baik rumah tangga suami-istri aron maupun untuk rumah tangga istri aron. Hal ini memperlihatkan bahwa tanggungan setiap kepala keluarga aron tergolong rendah.

Jumlah hari kerja rata-rata perbulan dari setiap aron responden untuk rumah tangga suami-istri aron adalah 25 dan 24 hari/bulan dengan range 22-28 dan untuk rumah tangga istri aron adalah rata-rata 25 hari/bulan dengan range 21-27. Ini menunjukkan bahwa rata-rata jumlah hari kerja aron hampir sama dengan jumlah hari kerja di sektor formal.

Jumlah luas lahan rata-rata yang dikerjakan setiap aron responden untuk rumah tangga suami-istri aron adalah 0,51 dan 0,53 Ha dengan range 0,32-0,8 Ha dan untuk rumah tangga istri aron adalah 0,58 Ha dengan range 0,36-0,8 Ha. Artinya luas lahan rata-rata yang dikerjakan para aron baik pria maupun wanita tidak begitu bervariasi.

AKTIVITAS ARON DI DAERAH PENELITIAN

Desa penelitian dengan luas tegalan/lahan kering 600 Ha ditanami dengan tanaman sayuran seperti selada, daun sop, buncis, daun prei, brokoli, cabai, tomat sawi, bayam dan lain lain. Jenis tanaman sayuran di daerah penelitian ini dikenal dengan sebutan capcai. Kebiasan petani didesa penelitian selalu mengusahakan


(35)

Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

lahannya dengan sistem diversifikasi. Umumnya mulai dari pengolahan lahan sampai masa panen, petani selalu menggunakan tenaga kerja buruh tani yang disebut dengan aron (bahasa setempat). Oleh karena itu aron adalah tenaga kerja upahan dilahan pertanian.

Seperti telah dikemukakan dalam latar belakang bahwa ada 3(tiga) kelompok aron yaitu pertama jangak adalah kumpulan aron yang anggotanya semua pria, kedua diberu adalah kumpulan aron yang anggotanya semua wanita dan ketiga campuren adalah kumpulan aron yang anggotanya sebahagian pria dan sebahagian wanita.

Namun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah rumah tangga aron. Berdasarkan wawancara dari responden mengatakan alasannya memilih aron sebagai pekerjaan nafkah adalah pertama yaitu mudah dimasuki asal ada kemauan, tidak menuntut persyaratan pendidikan, setiap saat/hari selalu ada pekerjaan, tidak terikat dengan pemilik lahan, upah yang diterima sama untuk pria dan wanita dalam setiap jenis pekerjaan, tidak memandang usia dan yang penting dapat melaksanakan pekerjaan.

Tahapan kerja aron setiap harinya tergantung pada tahapan kegiatan dalam usaha tani yaitu mulai dari persiapan lahan, penanaman, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, pemeliharaan, dan panen. Apa saja yang dilakukan oleh aron sesuai dengan tahapan kegiatan dalam usaha tani tersebut seperti diuraikan secara rinci dibawah ini

1.Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah yang dilakukan oleh setiap aron tidak berbeda dengan pengolahan lahan yang dilakukan oleh petani pemilik lahan. Pertama tanah diolah


(36)

Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

sedalam 30-40 cm sehingga struktur tanahnya menjadi gembur. Alat yang digunakan aron adalah cangkol yang disediakan sendiri. Setelah proses penggemburan tanah dibiarkan selama kurang dari 2 minggu, agar keadaan tanahnya menjadi lebih gembur. Jumlah hari kerja aron untuk melakukan proses persiapan lahan memakan waktu 2-3 hari.

2.Penanaman

Setelah persiapan lahan dikerjakan, kemudian dilakukan penanaman oleh aron. Penanaman ini dilakukan satu minggu setelah persiapan lahan dengan membuat lubang tanam. Lubang tanam dibuat sedalam 1-1,5 cm, supaya daya kecambah dapat berproduksi dengan baik. Setiap lubang tanam yang dibuat memakai jarak tanam 10-15 cm karena berpengaruh pada pertumbuhan tanaman dan tingginya produksi yang dihasilkan, kemudian diisi 2-3 biji kecambah yang bagus. Setelah itu lubang tanam ditutup kembali. Biji yang bagus akan tumbuh 10-15 hari setelah masa tanam. Waktu yang dibutuhkan aron untuk penanaman adalah2-3hari.

3.Pemupukan

Agar memperoleh hasil yang optimal, salah satu hal terpenting dalam usaha tani adalah pemupukan. Pemupukan yang dilakukan oleh aron didesa penelitian adalah 2-3 kali. Pemupukan pertama pada umur 6 hari, pemupukan kedua pada umur 12 hari dan pemupukan ketiga pada umur 18 hari. Adapun jenis pupuk yang diberikan adalah Amophos, RE, ZA, dan ikan busuk. Cara


(37)

Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

pemupukan dilakukan dengan cara menyebarkan secara merata disekeliling tanaman. Kebiasaan pemupukan selalu dilakukan oleh 2-3 orang.

4.Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman

Hama dan penyakit sangat merugikan bagi tanaman kerena dapat menurunkan produksi bahkan mungkin dapat menggagalkan panen. Untuk itu yang terpenting bagi aron dalam penanganan hama dan penyakit adalah peningkatan kewaspadaan dan pengawasan secara terus menerus sejak memulai penanaman sampai panen. Hama dan penyakit yang sering menyerang tanaman sayur-sayuran adalah dari golongan serangga, cacing, jamur dan bakteri dengan gejala-gejala spesifik.

Untuk memilih cara pencegahan dan pemberantasan hama penyakit tanaman sayur-sayuran biasanya aron mengenal terlebih dahulu gejala hama dan penyakit yang menyerang tanaman tersebut.

Kegiatan yang sering dilakukan aron dalam pengendalian hama dan penyakit adalah:

1. Memotong bagian daun yang terserang ulat,

2. Mencabut dan membuang tanaman yang telah terinfeksi cukup parah, dan 3. Membakar tanaman yang telah terinfeksi tersebut

5. Pemeliharaan

Produksi yang tinggi sulit tercapai apabila tanaman kurang terpelihara oleh karenanya pemeliharaan tanaman harus dilakukan seintensif mungkin, jangan dilakukan sekedarnya saja agar tanaman dapat hidup dan mendapatkan hasil yang memuaskan. Aron biasanya melakukan pemeriksaan rutin atau kegiatan lainnya yang dapat sekaligus melihat ada tidaknya gulma pada tanaman sayuran.


(38)

Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Tumbuhan rumput liar atau gulma diareal pertanaman dapat mengganggu pertumbuhan tanaman sebab rumput liar atau gulma menjadi pesaing bagi tanaman sayuran dalam hal kebutuhan air, sinar matahari, dan unsur hara. Untuk membasminya, aron melakukan secara mekanis dengan menggunakan cangkul, parang, dan mencabut rumput dengan tangan maupun dengan cara kimia. Pemeliharaan yang dilakukan tidak hanya memberantas gulma atau rumput liar saja, tetapi juga untuk pembuatan saluran air bagi tanaman sayuran dan proses penggemburan tanah.

6.Pemanenan

Umur panen pada tanaman sayuran berkisar 21-30 hari. Secara fisik tanaman sayuran ini cepat menghasilkan sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama. Tanaman yang selesai dipanen kemudian direndam hingga 15-20 menit agar semua bahan pestisida yang ada pada tanaman sayuran ini bersih dan tidak mudah layu dan kering. Setelah proses perendaman selesai tanaman tersebut diikat dan mulai dipasarkan kepasar. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pemanenan adalah 1-3 hari. Tanaman yang telah selesai panen kemudian langsung di tanamam lagi dengan kecambah yang baru.

Alasan responden memilih aron sebagai pekerja nafkah adalah wajar jika umur responden saat penelitian dikaitkan dengan pengalaman sebagai aron dapat diasumsikan responden aron sebelum menikah telah bekerja sebagai aron bahkan sampai jumlah tanggungan besar tetap bekerja sebagai aron.

Aron memulai pekerjaannya setiap hari dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore untuk setiap tahapan kegiatan dari jenis komoditi apa saja. Upah sama dibayar


(39)

Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

setiap tahapan pekerjaan dan jenis komoditi apa saja. Kebiasaan aron bekerja ada yang sendiri atau satu orang saja dan ada yang 2-3 orang pada satu tempat. Disamping itu ada juga petani memberikan pekerjaankepada aron dengan sistem borongan.

Rumah tangga aron yang terdiri dari 2 kelompok yaitu pertama; rumah tangga dimana suami-istri menjadi aron dan kedua; rumah tangga dimana hanya istri yang bekerja sebagai aron sedangkan suami pekerjaannya diluar aron.

Bila diperhatikan data jumlah aron di Kabupaten Karo (Tabel 1 dan 2) ternyata jumlah aron wanita lebih tinggi dari pada aron wanita baik ditingkat Kabupaten, Kecamatan maupun didesa penelitian. Aron merupakan lapangan kerja sektor informal yang setiap harinya tersedia. Petani selaku pemilik lahan selalu menggunakan tenaga kerja aron dalam usahataninya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keterlibatan Tenaga Kerja Wanita Sebagai Aron

Seperti telah dikemukakan pada umumnya kegiatan usaha tani di daerah penelitian dikerjakan oleh aron mulai dari pengolahan tanah sampai panen.


(40)

Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Merujuk kepada data skunder yang telah diperoleh bahwa didaerah penelitian jumlah tenaga kerja sebagai aron ternyata lebih besar dengan perbandingan jumlah tenaga kerja wanita sebagai aron lebih tinggi dari pada tenaga kerja pria. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Jumlah Tenaga Kerja Aron Menurut Jenis Kelamin Di Desa Penelitian

Daerah Pria Wanita Persentase (%)

Pria Wanita

Kabupaten Karo 49.400 73.656 40,15 59,85

Kecamatan Berastagi 6.912 10.368 40,00 60,00

Desa Sempajaya 1.152 1.728 39,99 60,01

Sumber : BPS Kabupaten Karo,2008

Tabel 10. dapat dikemukakan bahwa jumlah tenaga kerja aron wanita lebih tinggi dari pada pria baik ditingkat Kabupaten, Kecamatan dan Desa penelitian.

Sebagaimana telah dijelaskan bahwa aron adalah tenaga kerja upahan yang terlibat dalam sektor pertanian mulai dari persiapan lahan sampai panen dalam usaha tani di daerah penelitian.

Untuk melihat rata-rata jumlah hari kerja perbulan antara pria-wanita dalam mencari nafkah dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Jumlah Hari Kerja Rata–Rata Aron Pria dan Wanita Dalam Satu Bulan di Desa Sempajaya

Uraian Rumah Tangga

Pria Wanita Aron

Rumah Tangga Wanita Aron

Pria 25 26,6

Wanita 24,4 24,53


(41)

Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Tabel 11. menunjukkan bahwa jumlah hari kerja aron wanita dan pria perbulan dalam mencari nafkah tidak begitu berbeda baik bagi rumah tangga pria-wanita aron maupun rumah tangga pria-wanita sebagai aron. Keadaan ini menunjukkan bahwa umumnya pada hari minggu aron tidak bekerja. Kalau ada aron yang bekerja pada hari minggu biasanya pada saat panen, dimana hasil panen akan dibawa dan dijual langsung kepasar. Semua aron sampel baik wanita maupun pria bekerja dilahan usaha tani sayur-sayuran seperti daun sop, daun prei, brokoli, cabai, tomat, kacang panjang, buncis, sawi, bayam dan lain-lain.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah hari kerja wanita 24,2 hari bagi rumah tangga pria-wanita aron dan 24,53 hari kerja bagi wanita pada rumah tangga wanita sebagai aron sementara pria adalah 25 hari kerja. Artinya tidak begitu berbeda atau hampir sama. Maka hipotesis 1. yang menyatakan jumlah tenaga kerja wanita sebagai aron lebih tinggi dari pada pria ditolak

Pendapatan Rumah Tangga

Sumber pendapatan rumah tangga pria wanita sebagai aron adalah pria-wanita (suami-istri) sebagai aron. Bagi rumah tangga pria-wanita sebagai aron, sumber pendapatan pria (suami) adalah 20% sebagai supir; 46,7% sebagai pedagang dan 33,3% lainnya yaitu sebagai PNS, tukang bangunan dan jaga malam sementara wanita (istri) semuanya sebagai aron. Besarnya rata-rata pendapatan yang diterima setiap bulan dapat dilihat dalam Tabel 12.

Tabel 12. Pendapatan Rata-Rata Perbulan Yang Diterima Pria-Wanita Menurut Keluarga Rumah Tangga Aron di Desa Sempajaya Pendapatan Rumah Tangga

Pria-Wanita Aron

Rumah Tangga Wanita Aron

Pria 823.666,66 966.000


(42)

Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Jumlah 1.587.333,33 1.741.666,66

Sumber : Data Diolah Dari Lampiran 5

Tabel 12. dapat dikemukakan bahwa besarnya pendapatan wanita sebagai aron adalah Rp 763.666/ bulan bagi rumah tangga pria wanita sebagai aron dan Rp 775.666/ bulan bagi rumah tangga wanita sebagai aron. Dengan demikian secara keseluruhan rata-rata pendapatan wanita sebagai aron Rp 769.666/ bulan. Bila dibandingkan dengan UMR Kabupaten Karo Rp 940.000/ bulan, maka pendapatan wanita sebagai aron lebih rendah dari UMR. Maka hipotesis 2 yang menyatakan pendapatan wanita sebagai aron lebih tinggi dari UMR ditolak.

Curahan Tenaga Kerja Aron di Daerah Penelitian

Curahan tenaga kerja adalah besarnya penggunaan tenaga kerja pada setiap tahapan pekerjaan sebagai aron. Curahan tenaga kerja aron dianalisis dengan deskriftif dan tabulasi sederhana, dimana curahan tenaga kerja aron wanita sama atau sebanding dengan tenaga kerja aron pria. Umumnya didaerah penelitian yang banyak bekerja sebagai aron adalah wanita, karena disetiap lahan pertanian terdapat 2-3 aron wanita dan jumlah aron prianya hanya 1 orang saja. Dengan kata lain yang bekerja dilahan pertanian bisa semuanya aron wanita dibandingkan dengan pria. Besarnya jumlah curahan tenaga kerja aron wanita di daerah penelitian dapat di lihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Curahan Tenaga Kerja Pria - Wanita Aron Dalam Satu Bulan

Uraian Rumah Tangga

Pria -Wanita Aron

Rumah Tangga Wanita Aron

Pria 200 206,4

Wanita 195,2 195,2

Jumlah 395,2 401,6


(43)

Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Dengan mengacu pada curahan tenaga kerja setiap hari yaitu 8 jam perhari, maka curahan tenaga kerja perbulan dalam mencari nafkah bagi kedua kelompok rumah tangga adalah perkalian dari jumlah hari kerja perbulan dengan 8 jam. Hal ini menunjukkan bahwa curahan tenaga kerja aron untuk wanita sama atau sebanding dengan tenaga kerja pria. Maka hipotesis 3. yang menyatakan jumlah curahan tenaga kerja wanita lebih tinggi atau sama dengan curahan tenaga kerja pria diterima.

Kontribusi pendapatan wanita sebagai aron terhadap pendapatan keluarga Pada umumnya aron yang bekerja di daerah penelitian mempunyai penghasilan yang tetap. Dimana jumlah pendapatan istri dan suami tidak terlalu berbeda jauh. Dengan kata lain bahwa pendapatan wanita dan pria tergolong sama tanpa ada perbedaan status pekerjaan. Besarnya persentase kontribusi pendapatan wanita dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Persentase Kontribusi Pendapatan Wanita Terhadap Pendapatan Keluarga Di Daerah Penelitian

Uraian

Rumah Tangga Pria Wanita Aron

Rumah Tangga Wanita Aron

Jumlah (Rp) % Jumlah (Rp) %

Pria 823.666,66 51,88 966.000 55,30

Wanita 763.666,67 48,12 775.666,66 44,70 Total 1.587.333,33 100,00 1.741.666,66 100,00 Sumber : Data Diolah Dari Lampiran 6

Tabel 14. dapat dilihat bahwa persentase kontribusi pendapatan wanita untuk rumah tangga pria wanita aron adalah sebesar 48,12 % dan persentase kontribusi pendapatan wanita untuk rumah tangga wanita aron adalah sebesar 44,70 %. Hal ini menunjukkan bahwa kontribusi pendapatan wanita terhadap pendapatan keluarga cukup tinggi. Maka hipotesis 4. yang menyatakan kontribusi


(44)

Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

pendapatan wanita terhadap pendapatan keluarga lebih besar atau sama dengan 30% diterima.

Persepsi Wanita Terhadap Pekerjaan Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal

Persepsi wanita terhadap pekerjaan aron sebagai lapangan kerja sektor informal adalah baik, karena dengan bekerja sebagai aron dapat menghasilkan tambahan pendapatan bagi keluarga. Pekerjaan sebagai aron selain menambah pendapatan bagi keluarga juga sebagai suatu kegiatan olah raga untuk menyehatkan dan menyegarkan tubuh dari pada berada di rumah.

Sejauh mana persepsi wanita terhadap pekerjaan aron dapat dilihat dari jawaban/alasan wanita bekerja sebagai aron.

Ada beberapa alasan wanita bekerja sebagai aron yaitu: 1. Ingin punya pendapatan sendiri

2. Karena pendapatan suami rendah (Ingin membantu suami menanggulangi kebutuhan keluarga)

3. Terdorong karena ajakan teman

4. Aron merupakan lapangan kerja yang tidak menuntut pendidikan dan keterampilan khusus

Adapun data/hasil penelitian yang mendukung persepsi wanita di daerah penelitian dapt dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Persepsi Wanita Terhadap Pekerjaan Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal

Uraian

Rumah Tangga Pria - Wanita

Aron

Rumah TanggaWanita


(45)

Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Ingin Punya Pendapatan Sendiri 15 (100%) 15 (100%) Ingin Membantu Suami, Karena

Pendapatan Suami Rendah 15 (100%) 15 (100%) Terdorong Karena Ajakan Teman 6 (40%) 3 (20%) Aron Tidak Menuntut Pendidikan

dan Keterampilan Khusus 15 (100%) 15 (100%) Sumber : Data di Olah Dari Lampiran 16

Tabel 15. menyatakan bahwa rata-rata pendapatan utama wanita didaerah penelitian adalah sebagai aron dan menjadikannya sebagai pekerjaan yang tetap dan ingin punya pendapatan sendiri. Wanita yang bekerja sebagai aron selain menambah pendapatan keluarga juga dapat membiayai sekolah anaknya, membiayai sewa rumah, air, listrik dan lain-lain. Bekerja sebagai aron tidak mempunyai persyaratan dan mudah dimasuki setiap orang serta tidak bersifat mengikat.

KESIMPULAN DAN SARAN


(46)

Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dijelaskan pada bab terdahulu maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

a. Pekerjaan sebagai aron di daerah penelitian cukup diminati setiap orang khususnya bagi wanita sehingga lebih banyak wanita yang bekerja sebagai aron didaerah penelitian

b. Pendapatan aron wanita lebih rendah dari Upah Minimum Regional (UMR) Kabupaten Karo

c. Tidak ada perbedaan jumlah jam kerja perhari dan jumlah hari kerja setiap aron baik wanita maupun pria

d. Kontribusi pendapatan aran wanita bagi pendapatan keluarga cukup tinggi e. Persepsi wanita terhadap pekerjaan aron di desa penelitiancukup diminati

karena dapat menambah pendapatan keluarga, membiayai sekolah anaknya, tidak menuntut persyaratan, mudah dimasuki, tanpa keterampilan khusus, tidak mengikat, membiayai sewa rumah, air, listrik dan lain-lain

2.Saran

a. Kepada para pemilik usaha tani disarankan agar setiap aron yang bekerja di usaha taninya diberikan tambahan upah bagi aron, makan siang, dan


(47)

Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

minuman, karena setiap aron ini bekerja sebaik mungkin untuk meningkatkan produksi pertaniannya.

b. Kepada pemerintah disarankan untuk memperhatikan nasib dari setiap aron, karena dengan adanya aron sektor pertanian dapat maju.

c. Kepada PPL (Penyuluhan Pertanian Lapangan), diharapkan agar membantu setiap aron dalam pengendalian hama dan penyakit pada tanaman dan meningkatkan produksi pertaniannya


(1)

Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Jumlah 1.587.333,33 1.741.666,66

Sumber : Data Diolah Dari Lampiran 5

Tabel 12. dapat dikemukakan bahwa besarnya pendapatan wanita sebagai aron adalah Rp 763.666/ bulan bagi rumah tangga pria wanita sebagai aron dan Rp 775.666/ bulan bagi rumah tangga wanita sebagai aron. Dengan demikian secara keseluruhan rata-rata pendapatan wanita sebagai aron Rp 769.666/ bulan. Bila dibandingkan dengan UMR Kabupaten Karo Rp 940.000/ bulan, maka pendapatan wanita sebagai aron lebih rendah dari UMR. Maka hipotesis 2 yang menyatakan pendapatan wanita sebagai aron lebih tinggi dari UMR ditolak.

Curahan Tenaga Kerja Aron di Daerah Penelitian

Curahan tenaga kerja adalah besarnya penggunaan tenaga kerja pada setiap tahapan pekerjaan sebagai aron. Curahan tenaga kerja aron dianalisis dengan deskriftif dan tabulasi sederhana, dimana curahan tenaga kerja aron wanita sama atau sebanding dengan tenaga kerja aron pria. Umumnya didaerah penelitian yang banyak bekerja sebagai aron adalah wanita, karena disetiap lahan pertanian terdapat 2-3 aron wanita dan jumlah aron prianya hanya 1 orang saja. Dengan kata lain yang bekerja dilahan pertanian bisa semuanya aron wanita dibandingkan dengan pria. Besarnya jumlah curahan tenaga kerja aron wanita di daerah penelitian dapat di lihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Curahan Tenaga Kerja Pria - Wanita Aron Dalam Satu Bulan

Uraian Rumah Tangga

Pria -Wanita Aron

Rumah Tangga Wanita Aron

Pria 200 206,4

Wanita 195,2 195,2

Jumlah 395,2 401,6


(2)

Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Dengan mengacu pada curahan tenaga kerja setiap hari yaitu 8 jam perhari, maka curahan tenaga kerja perbulan dalam mencari nafkah bagi kedua kelompok rumah tangga adalah perkalian dari jumlah hari kerja perbulan dengan 8 jam. Hal ini menunjukkan bahwa curahan tenaga kerja aron untuk wanita sama atau sebanding dengan tenaga kerja pria. Maka hipotesis 3. yang menyatakan jumlah curahan tenaga kerja wanita lebih tinggi atau sama dengan curahan tenaga kerja pria diterima.

Kontribusi pendapatan wanita sebagai aron terhadap pendapatan keluarga Pada umumnya aron yang bekerja di daerah penelitian mempunyai penghasilan yang tetap. Dimana jumlah pendapatan istri dan suami tidak terlalu berbeda jauh. Dengan kata lain bahwa pendapatan wanita dan pria tergolong sama tanpa ada perbedaan status pekerjaan. Besarnya persentase kontribusi pendapatan wanita dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Persentase Kontribusi Pendapatan Wanita Terhadap Pendapatan Keluarga Di Daerah Penelitian

Uraian

Rumah Tangga Pria Wanita Aron

Rumah Tangga Wanita Aron

Jumlah (Rp) % Jumlah (Rp) %

Pria 823.666,66 51,88 966.000 55,30

Wanita 763.666,67 48,12 775.666,66 44,70 Total 1.587.333,33 100,00 1.741.666,66 100,00 Sumber : Data Diolah Dari Lampiran 6

Tabel 14. dapat dilihat bahwa persentase kontribusi pendapatan wanita untuk rumah tangga pria wanita aron adalah sebesar 48,12 % dan persentase kontribusi pendapatan wanita untuk rumah tangga wanita aron adalah sebesar 44,70 %. Hal ini menunjukkan bahwa kontribusi pendapatan wanita terhadap pendapatan keluarga cukup tinggi. Maka hipotesis 4. yang menyatakan kontribusi


(3)

Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

pendapatan wanita terhadap pendapatan keluarga lebih besar atau sama dengan 30% diterima.

Persepsi Wanita Terhadap Pekerjaan Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal

Persepsi wanita terhadap pekerjaan aron sebagai lapangan kerja sektor informal adalah baik, karena dengan bekerja sebagai aron dapat menghasilkan tambahan pendapatan bagi keluarga. Pekerjaan sebagai aron selain menambah pendapatan bagi keluarga juga sebagai suatu kegiatan olah raga untuk menyehatkan dan menyegarkan tubuh dari pada berada di rumah.

Sejauh mana persepsi wanita terhadap pekerjaan aron dapat dilihat dari jawaban/alasan wanita bekerja sebagai aron.

Ada beberapa alasan wanita bekerja sebagai aron yaitu: 1. Ingin punya pendapatan sendiri

2. Karena pendapatan suami rendah (Ingin membantu suami menanggulangi kebutuhan keluarga)

3. Terdorong karena ajakan teman

4. Aron merupakan lapangan kerja yang tidak menuntut pendidikan dan keterampilan khusus

Adapun data/hasil penelitian yang mendukung persepsi wanita di daerah penelitian dapt dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Persepsi Wanita Terhadap Pekerjaan Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal

Uraian

Rumah Tangga Pria - Wanita

Aron

Rumah TanggaWanita


(4)

Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Ingin Punya Pendapatan Sendiri 15 (100%) 15 (100%) Ingin Membantu Suami, Karena

Pendapatan Suami Rendah 15 (100%) 15 (100%) Terdorong Karena Ajakan Teman 6 (40%) 3 (20%) Aron Tidak Menuntut Pendidikan

dan Keterampilan Khusus 15 (100%) 15 (100%) Sumber : Data di Olah Dari Lampiran 16

Tabel 15. menyatakan bahwa rata-rata pendapatan utama wanita didaerah penelitian adalah sebagai aron dan menjadikannya sebagai pekerjaan yang tetap dan ingin punya pendapatan sendiri. Wanita yang bekerja sebagai aron selain menambah pendapatan keluarga juga dapat membiayai sekolah anaknya, membiayai sewa rumah, air, listrik dan lain-lain. Bekerja sebagai aron tidak mempunyai persyaratan dan mudah dimasuki setiap orang serta tidak bersifat mengikat.

KESIMPULAN DAN SARAN


(5)

Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dijelaskan pada bab terdahulu maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

a. Pekerjaan sebagai aron di daerah penelitian cukup diminati setiap orang khususnya bagi wanita sehingga lebih banyak wanita yang bekerja sebagai aron didaerah penelitian

b. Pendapatan aron wanita lebih rendah dari Upah Minimum Regional (UMR) Kabupaten Karo

c. Tidak ada perbedaan jumlah jam kerja perhari dan jumlah hari kerja setiap aron baik wanita maupun pria

d. Kontribusi pendapatan aran wanita bagi pendapatan keluarga cukup tinggi e. Persepsi wanita terhadap pekerjaan aron di desa penelitiancukup diminati

karena dapat menambah pendapatan keluarga, membiayai sekolah anaknya, tidak menuntut persyaratan, mudah dimasuki, tanpa keterampilan khusus, tidak mengikat, membiayai sewa rumah, air, listrik dan lain-lain

2.Saran

a. Kepada para pemilik usaha tani disarankan agar setiap aron yang bekerja di usaha taninya diberikan tambahan upah bagi aron, makan siang, dan


(6)

Donny Putra Brahmana : Aron Sebagai Lapangan Kerja Sektor Informal Bagi Wanita Pedesaan Dan Sumbangannya Terhadap Pendapatan Keluarga (Studi Kasus : Desa Sempajaya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo), 2008.

USU Repository © 2009

minuman, karena setiap aron ini bekerja sebaik mungkin untuk meningkatkan produksi pertaniannya.

b. Kepada pemerintah disarankan untuk memperhatikan nasib dari setiap aron, karena dengan adanya aron sektor pertanian dapat maju.

c. Kepada PPL (Penyuluhan Pertanian Lapangan), diharapkan agar membantu setiap aron dalam pengendalian hama dan penyakit pada tanaman dan meningkatkan produksi pertaniannya