Tujuan Penelitian Metafora pada tiga puisi pilihan goenawan Mohamad (sebuah kajian statistik)

tidak sulit, yaitu metafora linguistik bersifat konvensional sedangkan metafora sastra bersifat arbitrer dan original. Konsekuensi yang harus diterima oleh para ahli pada kedua bidang tersebut tentu tidak sedikit. Tidak dapat dipungkiri bahwa telah terjadi perdebatan sengit antara ahli linguistik dengan ahli sastra. Banyak hal yang diperdebatkan dan salah satunya adalah masalah metafora. Hal tersebut menimbulkan bentuk polarisasi bahasa dan sastra. Ahli sastra berpendapat bahwa kajian para linguis terhadap karya sastra dianggap tidak cukup karena bahasa sastra adalah bahasa yang khas sehingga memerlukan analisis yang khusus. Hellen Vendler dalam jurnal Essays In Criticism berpendapat bahwa walaupun linguistik mempunyai potensi besar, saat ini para linguis hanya orang-orang yang kurang berpendidikan dalam membaca puisi. 7 Pendapat ini kemudian disanggah oleh Fowler dengan mengatakan bahwa kritik linguistik merupakan deskripsi objektif dari teks-teks, sedangkan kritik konvensional hanya menggunakan jargon deskriptif acak dan hanya berupa komentar amatir yang sekedar menggunakan istilah-istilah tata bahasa semu. 8

B. Hakikat Stilistika 1. Pengertian Stilistika

Secara etimologis, stilistika berhubungan dengan kata style yang berarti gaya. Stilistika sendiri diartikan sebagai ilmu tentang gaya atau ilmu pemanfaatan bahasa dalam karya sastra. 9 Menurut Shipley, stilistika adalah ilmu tentang gaya style, sedangkan style itu sendiri berasal dari akar kata stilus yang memiliki arti alat berujung runcing yang digunakan untuk menulis di atas bidang berlapis lilin. 10 Dalam bidang bahasa dan sastra, stilistika dipandang sebagai cara-cara penggunaan bahasa khas untuk menimbulkan efek tertentu. 7 Peter Barry, Beginning Theory, Yogyakarta: Jalasutra, 2010, hlm. 238. 8 ibid., hlm. 239. 9 Suwardi Endraswara, Metodologi Penelitian Sastra, Yogyakarta: CAPS, 2011, hlm. 71. 10 Nyoman Kutha Ratna, Op Cit., hlm. 8. 9