Keadaan Penduduk Usaha Perkebunan Rakyat Di Aceh Selatan 1935-1950

Dalam perjalanan kota-kota pelabuhan yang tumbuh di sepanjang pantai Aceh Selatan mulai lumpuh setelah Jepang mulai berkuasa dan kemudian menjadi berhenti total setelah Indonesia merdeka karena adanya jalan darat dan ada nasionalisasi perusahan asing yang ada di Indonesia.

2.2 Keadaan Penduduk

persebaran dan asal penduduk asli Aceh Selatan dari mana asalnya tidak pernah diketahui secara pasti. menurut legenda di masyarakat di Aceh Selatan ada makhluk yang di sebut dengan Manteu. Ciri-ciri makhluk ini mirip dengan manusia tanpa busana dengan tubuh ditutupi bulu tebal. Makhluk ini memiliki bentuk tubuh kecil. Besar kemungkinan makhluk ini adalah penghuni tua wilayah Aceh Selatan dan merupakan suku terasing yang menghuni rimba Aceh Selatan sampai ke pelosok Aceh Tenggara. Sumber lain menyatakan bahwa suku Manteu ini memeluk agama Islam dan menetap di hutan belantara hampir ke perbatasan Aceh Tengah dan Aceh Tenggara. Tentang Manteu juga di singgung oleh seorang penulis Belanda bernama Van Langen dalam bukunya Atjehsch Staatsbestuur dan dikomentari oleh Prof. Dr.C. Snock Hurgronje 1857-1936 dalam bukunya De Atjehers. Menurut Snock bahwa kata Manteu atau mantra beliau menyamakan dengan suku Dayak yang hidup di Universitas Sumatera Utara daerah pedalaman Kalimantan, letak penduduk suku Dayak sangat jauh ke pelosok dan sangat sulit di jangkau dalam perjalanan sehari oleh orang luar. 11 Menurut cerita dari orang tua, 12 pernah suatu waktu sepasang suami isteri dari suku Manteu ini ditangkap oleh masyarakat dan dibawa ke hadapan Sultan Aceh. Dengan berbagai cara, makhluk ini diajak bicara tetapi mereka tidak bersedia memberikan informasi tentang keberadaan mereka 13 Selain penduduk asli yang disebutkan di atas wilayah Aceh Selatan juga di datangi oleh orang-orang migran dari luar. Menurut literatur yang ada para migran dari luar tersebut tiba di Aceh Selatan sudah memeluk satu agama yaitu Islam. 14 Mereka datang dari berbagai daerah yang ada di Aceh sendiri dan dari daerah lain di Nusantara. Para migran yang tiba di Aceh Selatan menyebar ke berbagai Landschap yang ada seperti ke Susoh dan Blangpidie, berdasarkan etnik mereka masing-masing. Walaupun mendiami Landschap yang berbeda mereka tetap tunduk di bawah satu kekuasaan yaitu kesultanan Aceh. Mereka ini terdiri atas orang Aceh, Melayu, Gayo, Alas, Minangkabau, Batak, dan Nias. Penyebaran berbagai unsur etnis pendatang yang tiba di Aceh Selatan di beberapa Landschap ini dapat di lihat dari data statistik penduduk yang ada dibawah ini : 11 Snock C Hurgronje. Terjmh Ng.Singarimbun Dkk. Aceh di Mata Kolonialis.1985. Yayasan Soko Guru. Hal.21 12 13 14 Universitas Sumatera Utara No Nama Landscap Jumlah jiwa penduduk Unsur penduduk 1 Kuala Batee 2212 Etnis Aceh Pidie 2 Blangpidie 4030 Etnis Aceh Pidie, Melayu dan Tionghoa 3 Tangan-Tangan 1808 Etnis Aceh bercampur dengan Melayu 4 Manggeng 2417 Etnis Minangkabau, Aceh dan Melayu 5 Labuhan Haji 1089 Etnis Minangkabau, Aceh dan Melayu 6 Meukek 2808 Etnis Aceh dan Melayu 7 Sawang 1740 Etnis Aceh dan Minangkabau 8 Samadua 3045 Etnis Minangkabau dan Aceh 9 Tapaktuan 5874 Etnis Minangkabau, Aceh bercampur Melayu 10 Kluet Utara 2534 Etnis Kluet Hasil Campuran Antara Gayo dan Alas Universitas Sumatera Utara 11 Kluet Selatan 2381 Idem 12 Bakongan 1067 Etnis Aceh 13 Trumon 1739 Etnis Aceh 14 Subulussalam 1890 Etnis Gayo, Alas, Batak Karo dan Pakpak 15 Simpang Kanan 1602 Etnis Batak bercampur dengan Nias 16 Simpang Kiri 2045 Idem 17 Singkil 2605 Idem 18 Pulau Banyak 508 Idem Sumber : Badan Pusat Statistik Aceh Barat Umumnya masyarakat Aceh Selatan lebih dikenal dengan istilah etnik Aneuk Jamee dalam bahasa Indonesia bermakna etnik tetamu pendatang karena masyarakat Aceh Selatan bukan penduduk asli. Masuknya bangsa Tionghoa ke wilayah Aceh Selatan tidak untuk bertani dan mereka terfokus pada satu wilayah saja. Orang tionghoa ini datang ke Aceh Selatan untuk berdagang dan menjadi cukong. Mereka menyewa tanah untuk menjadi tempat usaha mereka. Universitas Sumatera Utara

2.3 Keadaan Sosial Ekonomi