Sesuai dengan Undang-Undang No. 44 Tahun 2009, pembedaan tingkatan menurut kemampuan unsur pelayanan kesehatan yang dapat disediakan, ketenagaan,
fisik dan peralatan, maka rumah sakit umum pemerintah pusat dan daerah diklasifikasikan menjadi :
1. Rumah Sakit Umum Kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis spesialistik luas dan subspesialistik
luas. 2. Rumah Sakit Umum Kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medis sekurang-kurangnya 11 spesialistik luas dan subspesialistik terbatas.
3. Rumah Sakit Umum Kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis spesialistik dasar.
Rumah Sakit Umum Kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis dasar.
2.2. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Menurut Levey dan Loomba 1973, yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yng diselenggarakan sendiri atau bersama-sama dalam
suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan seseorang, keluarga, kelompok dan masyarakat Ilyas, 2003
Universitas Sumatera Utara
Pelayanan kesehatan merupakan suatu produk yang unik jika dibandingkan dengan produk jasa lainnya, karena pelayanan kesehatan memiliki tiga ciri utama,
yaitu: 1. Uncertainly
Pelayanan kesehatan bersifat uncertainly artinya adalah pelayanan kesehatan tidak dapat dipastikan waktu, tenpat dan besarnya biaya yang dibutuhkan
maupun tingkat urgensi dari pelayanan tersebut. 2. Asymetry of Information
Suatu keadaan kesehatan dengan penggunaan atau pembeli jasa pelayanan kesehatan.
Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah hasil dan proses pencarian pelayanan kesehatan oleh seseorang maupun kelompok. Pengetahuan tentang faktor
yang mendorong individu membeli kesehatan merupakan informasi kunci untuk mempelajari utilisasi pelayanan kesehatan. Mengetahui faktor-faktor yang
memengaruhi pemanfatan utilisasi Ilyas, 2003.
2.3. Perilaku Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
2.3.1. Definisi Perilaku
Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah hasil dari proses pencarian pelayanan kesehatan oleh seseorang maupun kelompok. Pengetahuan tentang faktor
yang mendorong individu membeli pelayanan kesehatan merupakan informasi kunci untuk mempelajari utilisasi pelayanan kesehatan. Mengetahui faktor-faktor yang
Universitas Sumatera Utara
memengaruhi pencarian pelayanan kesehatan berarti juga mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi pemanfaatan utilisasi.
Menurut Notoadmodjo 2007 perilaku pencarian pengobatan adalah perilaku individu maupun kelompok atau penduduk untuk melakukan atau mencari
pengobatan. Perilaku pencarian di masyarakat terutama di negara yang sedang berkembang sangat bervariasi, respons seseorang apabila sakit adalah sebagai berikut:
Pertama, tidak bertindak atau tidak melakukan apa-apa no action, alasannya antara lain bahwa kondisi yang demikian tidak akan mengganggu kegiatan atau kerja
mereka sehari-hari. Mungkin mereka beranggapan bahwa tanpa bertindak apapun simptom atau gejala yang dideritanya akan lenyap dengan sendirinya. Hal ini
menunjukkan bahwa kesehatan belum merupakan prioritas di dalam hidup dan kehidupannya.
Kedua, tindakan mengobati sendiri self treatment dengan alasan yang sama seperti telah diuraian. Alasan tambahan dari tindakan ini adalah karena orang atau
masyarakat tersebut sudah percaya kepada diri sendiri, dan sudah merasa bahwa berdasar pengalaman yang lalu usaha sendiri sudah mendatangkan kesembuhan. Hal
ini mengakibatkan pengobatan keluar tidak diperlukan. Ketiga, mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan tradisional
traditional remedy, seperti dukun. Keempat, mencari pengobatan dengan membeli obat-obat ke warung-warung obat chemist shop dan sejenisnya, termasuk ke tukang-
tukang jamu dan kelima, mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan modern yang diadakan oleh pemerintah atau lembaga-lembaga kesehatan swasta, yang
Universitas Sumatera Utara
dikategorikan ke dalam balai pengobatan, puskesmas, dan rumah sakit Notoatmodjo, 2007.
Fasilitas pelayanan kesehatan yang kurang didaerah pedesaan menyebabkan sebagian besar masyarakat masih sulit mendapatkan atau memperoleh pengobatan,
selain itu hal penting yang mempersulit usaha pertolongan terhadap masalah kesehatan pada masyarakat desa adalah kenyataan yang sering terjadi dimana
penderita atau keluarga penderita tidak dengan segera mencari pertolongan pengobatan. Perilaku yang menunda untuk memperoleh pengobatan dari praktisi
kesehatan ini disebut dengan treatment delay Sarafino, 2006. Treatment delay adalah rentang waktu yang telah berlalu ketika individu
mengalami simptom awal sampai individu memasuki pelayanan kesehatan dari praktisi kesehatan Sarafino, 2006. Rendahnya penggunaan fasilitas kesehatan ini,
seringkali kesalahan dan penyebabnya dikarenakan faktor jarak antara fasilitas tersebut dengan masyarakat yang terlalu jauh, tarif yang tinggi, pelayanan yang tidak
memuaskan dan sebagainya. Perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus
rangsangan dari luar. Perilaku juga dapat dikatakan sebagai totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang yang merupakan hasil bersama antara beberapa faktor.
Sebagian besar perilaku manusia adalah operant response yang berarti respons yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus tertentu yang disebut
reinforcing stimulation atau reinfocer yang akan memperkuat respons. Oleh karena
Universitas Sumatera Utara
itu untuk membentuk perilaku perlu diciptakan adanya suatu kondisi tertentu yang dapat memperkuat pembentukan perilaku Prasetijo 2004.
Menurut Prasetijo 2004 dalam memahami pasien sebagai konsumen dari jasa pelayanan yang diberikan rumah sakit, dapat dilihat dengan menggunakan
pendekatan perilaku konsumen, seperti yang didefinisikan oleh Schiffman dan Kanuk, yaitu merupakan proses yang dilalui oleh seseorang dalam mencari dan
membeli, menggunakan, mengevaluasi dan bertindak pasca konsumsi produk maupun jasa yang diharapkan bisa memenuhi kebutuhannya. Proses ini terdiri dari beberapa
tahap, yaitu: a. Tahap Perolehan acquisition : mencari searching dan membeli
purchasing. b. Tahap Konsumsi consumption : menggunakan using dan mengevaluasi
evaluating. c. Tahap Tindakan Pasca Beli disposition.
Sedangkan perilaku pencarian dan pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan dapat dijelaskan sebagai suatu upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita
penyakit. Meskipun perilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus dari luar individu, namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik
atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini berarti meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respon masing-masing orang berbeda.
Universitas Sumatera Utara
2.3.2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku
Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut juga determinan perilaku, yang dapat dibedakan menjadi dua yakni :
a. Determinan atau factor internal, yakni karakteristik individu yang bersangkutan yang bersifat bawaan, misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat
emosional, jenis kelamin, dll. b. Determinan atau factor eksternal yakni lingkungan baik lingkungan fisik,
social, budaya, ekonomi, politik. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang.
Menurut Bloom 1908 dalam Notoatmodjo 2007 perilaku manusia dapat dibagi ke dalam 3 faktor yakni faktor kognitif, afektif dan psikomotor. Sedangkan
menurut WHO alasan seseorang berperilaku tertentu adalah karena pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan-kepercayaan, dan penilaian seseorang terhadap objek.
Gambar 2.1 Determinan Perilaku Manusia Bloom 1908
Menurut Smet 1994 keyakinan awam tentang kesehatan dan kesakitan akan memengaruhi perilaku mencari bantuan. Kondisi kesakitan dan perilaku seseorang
dalam mencari bantuan medis adalah sangat kompleks dan individual tetapi Pengalaman
Keyakinan Fasilitas
Sosial Budaya Pengetahuan
Persepsi Sikap
Keinginan Kehendak
Motivasi Niat
PERILAKU
Universitas Sumatera Utara
dipengaruhi oleh kepercayaan, norma dan budaya yang ada di lingkungannya. Perilaku kesakitan, perilaku peran orang sakit dan perilaku pasien merupakan
rangkaian perilaku berurutan seperti terlihat dalam gambar berikut :
Gambar 2.2 Konsep Kesakitan dan Perilaku Mencari Bantuan Smet 1994
Salan 1988 dalam Smet 1994 dengan menggunakan model Foster Anderson, menyebutkan 5 tahap dalam proses menuju pemanfaatan medis yaitu:
a. Keputusan bahwa ada sesuatu yang tidak beres. b. Keputusan bahwa seorang sakit dan membutuhkan perawatan professional.
c. Keputusan untuk mencari perawatan medis professional. d. Keputusan untuk mengalihkan pengawasan kepada dokter dan menerima serta
mengikuti pengobatan yang ditetapkan. e. Keputusan untuk mengakhiri peran pasien.
Sedangkan Sucham 1984 dalam Notoadmodjo 2007 mengungkapkan 5 tingkatan perilaku individu dalam mencari pertolongan yaitu:
Illness Representation
Defining oneself as ill
cultural TREATMENT
SEEKING Folk Heating
Profesional Treatment
ADHERENCE
ILLNESS BEHAVIOR SICK ROLE BEHAVIOR
PATIENT BEHAVIOR
Lay Treatment
Universitas Sumatera Utara
a. Tingkat pengalaman gejala-gejala b. Tingkat asumsi peranan sakit
c. Tingkat peranan berhubungan dengan pelayanan kesehatan d. Tingkat ketergantungan pasien
e. Tingkat penyembuhan Selanjutnya Zola dalam Smet 1994 menguraikan tentang pertimbangan lain
yang mendorong orang memutuskan pergi ke pelayanan medis, yakni adanya sejumlah faktor non fisiologis, seperti adanya perawatan medis, kemampuan pasien
untuk membayar, serta kegagalan dan kesuksesan perawatan. Ciri-ciri demografis seperti jenis kelamin, ras, umur, status ekonomi dan pendidikan, juga menjadi
variabel penting dalam perilaku mencari bantuan. Menurut Green dalam Notoadmodjo 2007 faktor keputusan pasien untuk
tetap memanfaatkan jasa pelayanan medis yang ditawarkan rumah sakit tidak terlepas dari faktor perilaku yang dimiliki oleh masing-masing individu. Adapun faktor-faktor
yang merupakan penyebab perilaku dapat dibedakan dalam tiga jenis yaitu : a Faktor Predisposisi Predisposing factors
Faktor ini merupakan faktor anteseden terhadap perilaku yang menjadi dasar atau motivasi bagi perilaku. Termasuk dalam faktor ini adalah pengetahuan, sikap,
keyakinan, nilai dan persepsi yang berkenaan dengan motivasi seseorang atau kelompok untuk bertindak.
Universitas Sumatera Utara
b Faktor Pemungkin Enabling factors Faktor pemungkin adalah faktor anteseden terhadap perilaku yang memungkinkan
suatu motivasi atau aspirasi terlaksana. Termasuk dalam faktor pemungkin adalah ketrampilan, sumber daya pribadi dan komunitas. Seperti tersedianya pelayanan
kesehatan, keterjangkauan, kebijakan, peraturan dan perundangan. c Faktor Penguat Reinforcing factors
Faktor penguat adalah faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau tidak. Sumber penguat tentu saja tergantung pada
tujuan dan jenis program. Di dalam pendidikan pasien, penguat berasal dari perawat, dokter, pasien lain dan keluarga. Apakah penguat positif ataukah negatif
bergantung pada sikap dan perilaku orang lain yang berkaitan, yang sebagian diantaranya lebih kuat daripada yang lain dalam mempengaruhi perilaku.
Berdasarkan perilaku dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, pasien akan memutuskan menggunakan pelayanan kesehatan. Untuk menjelaskan tentang proses
pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh masyarakat atau pasien oleh Anderson 1974 dalam Notoadmodjo 2007 dikemukakan bahwa keputusan seseorang dalam
memanfaatkan pelayanan kesehatan tergantung pada: a Karakteristik Predisposisi Predisposing characteristic
Karakteristik ini digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa tiap individu mempunyai kecenderungan untuk menggunakan pelayanan kesehatan yang
berbeda-beda. Karakteristik predisposisi dapat dibagi ke dalam 3 kelompok yakni:
Universitas Sumatera Utara
a. Ciri-ciri Demografi : umur, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah anggota keluarga
b. Struktur Sosial : jenis pekerjaan, status sosial, pendidikan, ras, agama, kesukuan.
c. Kepercayaan Kesehatan : keyakinan, sikap, pengetahuan terhadap pelayanan kesehatan, dokter dan penyakitnya.
b Karakteristik Pendukung Enabling characteristic a. Sumber Daya Keluarga : penghasilan keluarga, kemampuan membeli jasa
pelayanan dan keikutsertaan dalam asuransi kesehatan. b. Sumber Daya Masyarakat : jumlah sarana pelayanan kesehatan, jumlah tenaga
kesehatan, rasio penduduk dengan tenaga kesehatan dan lokasi sarana. c Karakteristik Kebutuhan Need characteristic
Kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan pelayanan kesehatan. Karakteristik kebutuhan dapat dibagi menjadi 2 kategori yakni :
a. Perceived subject assessment. b. Evaluated clinical diagnosis.
2.4. Kepercayaan
Anderson 1974 menggambarkan model sistem kesehatan health system model yang berupa model kepercayaan kesehatan. Di dalam model Anderson ini
terdapat 3 kategori utama dalam pelayanan kesehatan yakni karakteristik predisposisi, karakteristik pendukung, karekteristik kebutuhan.
Universitas Sumatera Utara
Kepercayaan kesehatan health belief sebagaimana dikemukakan Anderson 1974, mempunyai ruang lingkup yang cukup luas, yaitu meliputi: penilaian
persepsi terhadap status sehat sakit, sikap terhadap pelayanan kesehatan, pengetahuan tentang pelayanan penyakit.
Deutsch dalam Bruhen 2003 mendefinisikan kepercayaan sebagai keyakinan belief suatu pihak akan menemukan apa yang diinginkan dari pihak lain bukan apa
yang ditakutkan dari pihak lain. Dan Mayer, Davis dan Schoorman dalam Bruhen 2003 menyatakan bahwa kepercayaan belief adalah kemauan dari salah satu pihak
untuk menjadi tidak berdaya vulnerable atas tindakan pihak lainnya. Psikologi kepercayaan merupakan suatu keyakinan dan kemauan atau dapat
juga disebut sebagai kecenderungan perilaku Delgado-Ballester et al, 2003, sehingga faktor kepercayaan merupakan variabel kunci dalam hubungan antara suatu
organisasi dengan mitra kerjanya Morgant dan Hunt, 1994. Beberapa proses yang diperlukan untuk menumbuhkan kepercayaan adalah
Doney dan Canon dalam Bruhn, 2003 adalah : a. Proses yang Terkalkulasi. Menurut proses ini pihak tertentu yakin pada perilaku
positif pihak lain ketika manfaat dari perilaku negatif pihak yang sama memiliki konsekuensi biaya yang lebih rendah.
b. Proses Prediktif. Kepercayaan menurut proses ini sangat bergantung pada kemampuan pihak tertentu untuk mengantisipasi perilaku pihak lainnya.
c. Proses Kemampuan. Proses ini berkaitan erat dengan perkiraan kemampuan pihak lain dalam memenuhi kewajibannya.
Universitas Sumatera Utara
d. Proses Intensi. Menurut proses ini kepercayaan didasarkan pada tujuan dan intensi pihak lain serta ini mengacu pada penilaian pihak lain diluar pihak-pihak
yang terlibat dalam proses. Belief atau kepercayaan, terdiri atas komponen sikap, selain komponen sikap,
diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Kognitif ide, konsep, pengetahuan terhadap objek.
2. Afektif kehidupan emosional. 3. Konatif kecenderungan orang untuk bertindak.
Kepercayaan belief merupakan jenis kognitif pemahaman, sehingga ketika ingin mengetahui proses munculnya belief, sama halnya dengan munculnya
pemahaman seseorang, yakni secara umum, adanya sosialisasi nilai, adanya stimulus yang memengaruhi pandangan. Ketika stimulus ini semakin sering diterima oleh
seseorang, maka lama-kelamaan akan terinternalisasi, atau juga ketika hanya satu kali stimulus namun merupakan suatu hal yang sangat sesuai dengan individu tersebut,
maka akan langsung di-iya-kan dan akhirnya dipercayaidiyakini untuk menjadi belief.
Kepercayaan belief merupakan salah satu variabel yang berpengaruh pada terbentuknya perilaku, baik perilaku individu maupun masyarakat. Variabel
pembentuk perilaku selainnya yakni value dan norma. Untuk lebih jelasnya, dalam pembahasan lain, perlu dibedakan antara belief, norma dan value.
Universitas Sumatera Utara
Belief adalah kepercayaan yang dianut oleh seseorang, dengan adanya kepercayaan itu, maka berpengaruh pada perilaku yang dilakukan oleh seseorang
tersebut. Mengingat bahwa sesuatu yang diimani, pastinya akan menuntut sebuah perilaku. Ketika mempercayai sesuatu, maka perilaku harus sesuai dengan
kepercayaan tersebut. Sehingga, belief yang dimiliki oleh seseorang, akan sangat berpengaruh pada terbentuknya perilaku. Semua perilaku yang dijalankan akan
diusahakan sesuai dengan belief tersebut, jika tidak sesuai, maka akan menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi individu tersebut.
2.4.1. Persepsi
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia 2006 persepsi diartikan sebagai: a tangapan penerimaan langsung dari sesuatu dan b proses seseorang mengetahui
beberapa hal melalui panca inderanya. Menurut Komarudin 2006 secara etimologis, persepsi berasal dari bahasa Latin percipere yang mempuyai pengertian: a
kesadaran intuitif berdasarkan firasat terhadap kebenaran atau kepercayaan langsung terhadap sesuatu, b proses dalam mengetahui objek-objek dan peristiwa-
peristiwa obyektif, c sesuatu proses psikologis yang memproduksi bayangan sehingga dapat mengenal obyek melalui berfikir asosiatif dengan cara inderawi
sehingga kehadiran bayangan itu dapat disadari yang disebut juga dengan wawasan. Persepsi seseorang dipengaruhi oleh : a frame of reference yaitu kerangka
pengetahuan yang dimiliki yang diperoleh dari pendidikan, pengamatan atau bacaan ; b field of experience, yaitu pengalaman yang telah dialami yang tidak terlepas dari
lingkungan sekitarnya. Pembentukan persepsi sangat dipengaruhi oleh informasi atau
Universitas Sumatera Utara
rangsangan yang pertama kali diperolehnya. Pengalaman pertama yang tidak menyenangkan pada pelayanan rumah sakit atau informasi yang tidak benar
mengenai rumah sakit akan berpengaruh terhadap pembentukan persepsi seorang terhadap kebutuhan untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Persepsi adalah awal dari segala macam kegiatan belajar yang bisa terjadi dalam setiap kesempatan, disengaja atau tidak, Persepsi sebagai “suatu proses
penerimaan informasi yang rumit, yang diterima atas diekstraksi manusia dari lingkungan, persepsi termasuk penggunaan indra manusia”. Kemp dan Dayton dalam
Prawiradilaga dan Eveline 2004 menyatakan persepsi “ sebagai satu proses dimana seseorang menyadari keberadaan lingkungannya serta dunia yang mengelilinginya”.
Persepsi terjadi karena setiap manusia memiliki indra untuk menyerap objek-objek serta kejadian di sekitarnya. Pada akhirnya, persepsi dapat memengaruhi cara
berpikir, bekerja, serta bersikap pada diri seseorang. Hal ini terjadi karena orang tersebut dalam mencerna informasi dari lingkungan berhasil melakukan adaptasi
sikap, pemikiran, atau perilaku terhadap informasi tersebut Prawiradilaga dan Eveline, 2004.
2.4.2. Pengetahuan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI 2006 kata “tahu” berarti mengerti sesudah melihat menyaksikan, mengalami atau diajar. Sedangkan arti dari
pemahaman adalah hal mengetahui sesuatu, segala apa yang diketahui serta kepandaian. Dalam hal ini, dapat dikatakan efektif bila penerima pesan dapat
Universitas Sumatera Utara
memperoleh pengetahuan yang didapatnya dari pesan yang disampaikan oleh sumber pengetahuan dan berkenaan dengan sesuatu hal disiplin ilmu.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang Notoadmodjo, 2003. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Rogers 1974 dalam Notoatmodjo 2003, dari hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi
perilaku baru, dalam dirinya orang tersebut terjadi proses berurutan, yaitu: a. Awareness kesadaran, dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus obyek. b. Interest, dimana orang mulai tertarik kepada stimulus.
c. Evaluation, orang sudah mulai menimbang-nimbang terhadap baik tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.
d. Trial, dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru. e. Adoption, dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Universitas Sumatera Utara
2.4.3. Sikap
Thurstone dalam Azwar 2007, mendefinisikan sikap sebagai derajat afek positif atau afek negatif terhadap suatu objek psikologis. Sikap atau Attitude
senantiasa diarahkan pada suatu hal, suatu objek. LaPierre dalam Azwar 2007 mendefinisikan sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi, atau kesiapan antisipatif,
predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan. Definisi Petty
Cacioppo dalam Azwar 2007, menyatakan sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, objek atau isu-isu.
Menurut Fishben Ajzen dalam Dayakisni Hudaniah 2003, sikap sebagai predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara konsisten dalam cara tertentu
berkenaan dengan objek tertentu. Sherif Sherif dalam Dayakisni Hudaniah 2003 menyatakan bahwa sikap menentukan perilaku seseorang dalam hubungannya
dengan stimulus manusia atau kejadian-kejadian tertentu. Sikap merupakan suatu keadaan yang memungkinkan timbulnya suatu perbuatan atau tingkah laku.
Azwar 2007, menggolongkan definisi sikap dalam tiga kerangka pemikiran: a. Kerangka pemikiran yang diwakili oleh para ahli psikologi seperti Louis
Thurstone, Rensis Likert dan Charles Osgood dalam Azwar 2007. Menurut mereka sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang
terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak favorable
Universitas Sumatera Utara
maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak unfavorable pada objek tersebut.
b. Kerangka pemikiran ini diwakili oleh ahli seperti Chave, Bogardus, LaPierre, Mead dan Gordon Allport dalam Azwar 2007,. Menurut kelompok pemikiran
ini sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Kesiapan yang dimaksud merupakan kecenderungan
yang potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon.
c. Kelompok pemikiran ini adalah kelompok yang berorientasi pada skema triadik
triadic schema. Menurut pemikiran ini suatu sikap merupakan konstelasi
komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling berinteraksi di dalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek.
Sikap dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif. 1 sikap positif adalah apabila timbul persepsi yang positif terhadap stimulus yang diberikan dapat
berkembang sebaik-baiknya karena orang tersebut memiliki pandangan yang positif terhadap stimulus yang telah diberikan. 2 sikap negatif apabila terbentuk persepsi
negatif terhadap stimulus yang telah diberika. Struktur sikap dibagi menjadi 3 komponen yang saling menunjang Azwar,
2007. Ketiga komponen tersebut pembentukan sikap yaitu sebagai komponen kognitif pengetahuan, emosional perasaan dan komponen konatif tindakan
Kothandapani, 2004.
Universitas Sumatera Utara
Sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu. Dalam berinteraksi sosial, individu beraksi membentuk pola sikap tertentu terhadap
berbagai objek psikologis yang dihadapinya. Faktor-faktor yang memengaruhi sikap Azwar. 2007 terdiri dari:
a Pengalaman Pribadi Pengalaman yang terjadi secara tiba-tiba atau mengejutkan yang
meninggalkan kesan paling mendalam pada jiwa seseorang. Kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang-ulang dan terus menerus, lama-kelamaan
secara bertahap diserap kedalam individu dan memengaruhi terbentuknya sikap. b Pengaruh Orang Lain
Dalam pembentukan sikap pengaruh orang lain sangat berperan. Misal dalam kehidupan masyarakat yang hidup di pedesaan, mereka akan mengikuti apa yang
diberikan oleh tokoh masyarakatnya. c Kebudayaan
Kebudayaan dimana kita hidup mempunyai pengaruh yang besar terhadap pembentukan sikap. Dalam kehidupan di masyarakat, sikap masyarakat diwarnai
dengan kebudayaan yang ada di daerahnya. d Media Massa
Media masa elektronik maupun media cetak sangat besar pengaruhnya terhadap pembentukan opini dan kepercayaan seseorang. Dengan pemberian
informasi melalui media masa mengenai sesuatu hal akan memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap.
Universitas Sumatera Utara
e Faktor Emosional Sikap yang didasari oleh emosi yang fungisnya hanya sebagai penyaluran
frustasi, atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego, sikap yang demikian Universitas Sumatera Utrara merupakan sikap sementara, dan segara berlalu setelah
frustasinya hilang, namun dapat juga menjadi sikap yang lebih persisten dan bertahan lama.
Komponen kebutuhan yang ”dirasakan” perceived need, di ukur dengan perasaan subjektif individu terhadap pelayanan kesehatan. Jadi secara umum dapat
dikatakan bahwa faktor kebutuhan need merupakan penentu akhir bagi individu dalam menentukan seseorang memanfaatkan pelayanan kesehatan Andersen, 1975.
2.5. Kebutuhan Need
Manusia adalah makhluk bio-psiko-sosial-spiritual yang utuh dan unik sehingga dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia berbeda dengan makhluk
lain yang ada dimuka bumi ini. Teori kebutuhan manusia memandang manusia sebagai suatu keterpaduan, keseluruhan yang terorganisir dalam upaya memenuhi
kebutuhannya. Kebutuhan manusia dipandang sebagai tekanan internal hasil dari perubahan keadaan sistem dan tekanan ini diwujudkan dengan adanya suatu perilaku
yang dilakukan agar terpenuhinya suatu kebutuhan. Menurut Abraham Maslow kebutuhan manusia terdiri dari 5 yaitu i
kebutuhan fisiologis, ii kebutuhan rasa aman dan keselamatan, iii kebutuhan
Universitas Sumatera Utara
dicintai dan dimiliki, iv kebutuhan akan harga diri dan v kebutuhan akan aktualisasi diri.
Kebutuhan kesehatan health needs pada dasarnya bersifat objektif yaitu kebutuhan kesehatan yang ditentukan oleh tenaga medis dan karena itu untuk
meningkatkan derajat kesehatan pada perseorangan, keluarga, kelompok ataupun masyarakat, upaya untuk memenuhinya bersifat mutlak. Sebagai sesuatu yang bersifat
objektif maka munculnya kebutuhan sangat ditentukan oleh masalah kesehatannya. Berbeda halnya dengan kebutuhan, permintaan kesehatan health demand yang pada
dasarnya bersifat objektif yaitu kebutuhan kesehatan yang ditentukan oleh persepsi pasien tentang kesehatannya. Oleh karena itu pemenuhan permintaan tersebut pada
saat itu saja Notoadmodjo, 2007. Kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan seringkali disalahtafsirkan dengan
permintaan terhadap perawatan, pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan belum tentu merupakan pemenuhan permintaan perawatan pelayanan kesehatan seseorang
Azwar, 1996. Menurut Ewless dan Simnett ada empat macam kebutuhan yaitu i kebutuhan
normatif, ii kebutuhan yang dirasakan, iii kebutuhan yang dinyatakan, dan iv kebutuhan komparatif. Kebutuhan normatif adalah kebutuhan yang ditetapkan oleh
seorang ahli atau seorang profesional sesuai dengan kebutuhan normatif, seperti peraturan kesehatan makanan, ditetapkan oleh undang-undang.
Kebutuhan yang dirasakan adalah kebutuhan yang diidentifikasikan orang- orang sebagai apa yang mereka inginkan. Kebutuhan yang dirasakan dapat sedikit
Universitas Sumatera Utara
atau tak terbatas banyaknya tergantung pada kesadaran dan pengetahuan orang tentang apa yang dapat tersedia.
Kebutuhan yang dinyatakan adalah apa yang orang katakan mereka butuhkan dan telah diubah menjadi permintaan yang terungkap dinyatakan. Tidak semua
kebutuhan yang dirasakan dapat berubah menjadi kebutuhan yang dinyatakan. Tidak ada kesempatan, motivasi atau keberanian menyatakan sesuatu dapat menjadi
hambatan pengungkapan kebutuhan yang dirasakan. Kebutuhan komparatif adalah kebutuhan yang ditatapkan ahli dengan
membandingkan kebutuhan masing-masing kelompok sasaran. Dalam hal ini, kelompok yang belum mendapat perlakuan dianggap merupakan kelompok yang
memiliki kebutuhan.
2.6. Landasan Teori