Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Pada konteks ekonomi makro, tolak ukur keberhasilan perekonomian suatu daerah antara lain adalah Pendapatan daerah, tingkat kesempatan kerja dan tingkat harga. Sejalan dengan diberlakukannya otonomi daerah pada bulan Januari 2001, maka setiap daerah mempunyai kewenangan yang lebih luas dalam merencanakan dan mengelola pembangunan daerahnya sesuai dengan potensi dan kemampuan daerah itu sendiri. Otonomi daerah sebagai perwujudan pelaksanaan asas desentralisasi, pada hakekatnya memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat sesuai dengan kondisi dan potensi wilayahnya. Dalam manajemen pemerintahan daerah, kemampuan mengelola sumber- sumber daya lokal yang terbatas merupakan suatu syarat keberhasilan penyelenggaraan otonomi daerah. Pengelolaan sumber-sumber daya termasuk sumber daya finansial umumnya dilakukan dalam bentuk upaya peningkatan pendapatan daerah, peningkatan efisiensi penggunaan sumber dana , serta meningkatkan efektivitas penggunaan dana . Untuk mengetahui Pengelolaan sumber-sumber daya termasuk sumber daya finansial, digunakanlah tolok ukur meliputi analisis Pendapatan daerah, Produk Domestik Regional Bruto PDRB, Investasi, Inflasi dan pengangguran. Analisis data pendapatan daerah dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar daerah masih tergantung kepada Pemerintah Pusat dalam pembiayaan Pembangunan. Disamping itu Universitas Sumatera Utara data pendapatan daerah dapat digunakan untuk mengetahui besarnya kontribusi berbagai sektor perekonomian terhadap Pendapatan Daerah, misalnya sektor pertanian, pertambangan, industri, perdagangan, jasa dan bagaimana trend pendapatan daerah dari tahun ke tahun turun – naik dan seberapa besarannya . Peraturan Menteri Dalam Negeri No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman pengelolaan keuangan daerah menyebutkan bahwa Pendapatan Daerah terdiri atas Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. Berdasarkan Laporan Keuangan Pertanggungjawaban LKPJ Gubernur Sumatera Utara akhir tahun anggaran 2010, bahwa besarnya Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Utara adalah sebesar Rp 4.324.386.168.226,28 atau 99,67 dari target Rp 4.324.533.568.922. yang bersumber dari PAD sebesar Rp2.901.063.112.695,28 yakni 100,48 terealisasi dari target sebesar Rp2.887.297.542.688,- Dengan demikian perolehan PAD meningkat melebihi target yang direncanakan . Ketika Pendapatan asli daerah meningkat, tentu akan berdampak peningkatan pembangunan di daerah. Masyarakatpun akan merasakan manfaat dari pembangunan yang dilakukan. Disamping itu, salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi suatu daerah dalam suatu periode tertentu adalah data Produk Domestik Regional Bruto PDRB, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB merupakan data yang sangat dibutuhkan dalam rangka perencanaan pembangunan daerah dan dapat digunakan sebagai alat evaluasi terhadap hasil-hasil pembangunan dibidang ekonomi. Dalam menghitung pendapatan regional, hanya dipakai konsep domestik, berarti seluruh nilai tambah yang ditimbulkan oleh berbagai sektor lapangan usaha yang melakukan kegiatan usahanya disuatu wilayah dihitung dan dimasukkan, tanpa Universitas Sumatera Utara memerhatikan kepemilikan atas faktor produksi. Dengan demikian PDRB secara agregatif menunjukkan kemampuan suatu daerah dalam menghasilkan pendapatanbalas jasa kepada faktor-faktor produksi yang ikut berpartisipasi dalam proses produksi di daerah tersebut. Dengan kata lain PDRB menunjukkan gambaran Production originated BPS, Sumatera Utara.2011. Aspek tersebut relevan untuk dianalisa sehingga kebijakan-kebijakan ekonomi yang diterapkan dapat dinilai efektifitasnya oleh pemerintah untuk mendorong aktifitas perekonomian domestik. Salah satu faktor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi adalah bertambahnya jumlah penduduk. Pertambahan jumlah penduduk akan menyebabkan pertambahan jumlah tenaga kerja yang lebih besar, dan akan menyebabkan ukuran pasar domestiknya akan lebih besar pula. Perekonomian Sumatera Utara pada Triwulan IV-2011 diperkirakan tumbuh 6,36 melambat dibandingkan triwulan IV tahun sebelumnya sebesar 6,89. Kegiatan konsumsi masyarakat menjadi salah satu penopang utama tumbuhnya PDRB Sumatera Utara Bank Indonesia Medan 2011. Namun demikian Pertumbuhan ekonomi yang ada selama ini belum mampu merangsang pertumbuhan lapangan pekerjaan yang diperlukan dalam mengantisipasi pengangguran dan pertambahan tenaga kerja baru, hal ini dapat dilihat dari masih tingginya tingkat persentase jumlah pengangguran di Sumatera Utara. Inflasi merupakan penomena ekonomi yang selalu menarik untuk dibahas terutama berkaitan dengan dampaknya yang luas terhadap agregat makro ekonomi. Pertama, inflasi domestik yang tinggi menyebabkan tingkat balas jasa riil terhadap aset finansial domestik menjadi rendah bahkan sering menjadi Universitas Sumatera Utara negatif, sehingga dapat mengganggu mobilisasi dana domestik dan bahkan dapat mengurangi tabungan domestik yang menjadi sumber dana bagi investasi. Kedua inflasi dapat menyebabkan daya saing barang ekspor berkurang dan dapat menimbulkan defisit dalam transaksi berjalan dan sekaligus dapat meningkatkan utang luar negri. Ketiga, inflasi dapat memperburuk distribusi pendapatan dengan terjadinya transfer sumber daya dari konsumen dan golongan berpenghasilan tetap kepada produsen. Keempat, inflasi yang tinggi dapat mendorong terjadinya pelarian modal ke luar negeri. Kelima inflasi yang tinggi akan dapat menyebabkan kenaikan tingkat bunga nominal yang dapat mengganggu tingkat investasi yang dibutuhkan untuk memacu pertumbuhan tingkat ekonomi tertentu Hera Susanti, et .al ;1995 Keberhasilan menekan tingkat inflasi sedemikian rupa berdampak pada perkembangan tingkat pendapatan asli daerah dengan asumsi bahwa cerminan dari adanya kenaikan permintaan agregat, karena dengan naiknya permintaan agregat, maka sesuai dengan teori permintaan, jika permintaan naik maka harga akan naik. Dengan naiknya harga inflasi maka untuk memenuhi permintaan tersebut produsen meningkatkan kapasitas produksinya dengan menambah tenaga kerja. Akibat dari peningkatan permintaan tenaga kerja maka dengan naiknya harga- harga inflasi maka pengangguran berkurang dan akan meningkatkan pendapatan. Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan Universitas Sumatera Utara kesejahteraan masyarakat yang akan berpengaruh terhadap meningkatnya jumlah pengangguran. Pengangguran dapat menyebabkan masyarakat tidak dapat memaksimalkan tingkat kemakmuran yang dapat dicapainya. Hal ini terjadi karena pengangguran bisa menyebabkan pendapatan nasional riil nyata yang dicapai masyarakat lebih rendah daripada pendapatan potensial pendapatan yang seharusnya. Pengangguran menyebabkan pendapatan daerah yang berasal dari sektor pajak khususnya pajak penghasilan akan berkurang. Hal ini terjadi karena pengangguran yang tinggi menyebabkan kegiatan perekonomian menurun sehingga pendapatan masyarakatpun akan menurun. Dengan demikian, pajak yang harus dibayar masyarakatpun akan menurun. Jika penerimaan pajak menurun, dana untuk kegiatan perekonomian pemerintah akan berkurang sehingga kegiatan pembangunan pun akan terus menurun. Secara nasional, angka pengangguran di Indonesia merupakan bom waktu bila tidak diselesaikan segera. Jumlah pengangguran terbuka mencapai 9,13 juta jiwa atau 9,06 dari keseluruhan angkatan kerja. Jumlah ini dua kali lipat lebih dari jumlah pengangguran terbuka sebesar 4,3 juta jiwa atau 4,86 tahun 1996 setahun sebelum krisis moneter melanda Indonesia, termasuk didalamnya Provinsi Sumatera Utara. Hal ini juga ditambah dengan krisis moral para penyelenggara negara dengan maraknya korupsi, kolusi dan nepotisme yang dapat menghambat masuknya investor asing sehingga mengurangi lapangan kerja. Tujuan akhir dari pembangunan ekonomi suatu negara pada dasarnya adalah meningkatkan kemakmuran masyarakat dan pertumbuhan ekonomi agar stabil dan dalam keadaan terus meningkat. Jika Universitas Sumatera Utara tingkat pengangguran disuatu daerah relatif tinggi, hal ini akan menghambat pencapaian tujuan pembangunan ekonomi yang telah diimpikan. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti hal-hal tersebut diatas dengan judul “Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto, investasi, inflasi dan Pengangguran terhadap Pendapatan Daerah di Provinsi Sumatera Utara ”

1.2. Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto, Pendidikan dan Pengangguran terhadap Kemiskinan di Kabupaten/Kota Propinsi Sumatera Utara

6 94 68

Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Produk Domestik Regioal Bruto (PDRB) Kabupaten Dairi

4 61 102

Analisis Pengaruh Transfer Dana Perimbangan, Pendapatan Asli Daerah, dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Terhadap Belanja Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

3 50 114

Analisis pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), pendidikan, dan pengangguran terhadap kemiskinan di Provinsi Banten Tahun 2009-2012

1 14 129

INVESTASI DOMESTIK, INVESTASI ASING DANTENAGA KERJA TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI SUMATERA UTARA.

0 3 23

ANALISIS PENGARUH INVESTASI, INFLASI DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO DI SUMATERA BARAT PERIODE 2002 - 2012.

0 2 8

PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO, TINGKAT INFLASI DAN TINGKAT PENGANGGURAN TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH (1988-2012).

0 0 16

Analisis Pengaruh Transfer Dana Perimbangan, Pendapatan Asli Daerah, dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Terhadap Belanja Daerah Kabupaten Kota di Provinsi Sumatera Utara

0 0 11

Analisis Pengaruh Transfer Dana Perimbangan, Pendapatan Asli Daerah, dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Terhadap Belanja Daerah Kabupaten Kota di Provinsi Sumatera Utara

0 0 11

Analisis Pengaruh Transfer Dana Perimbangan, Pendapatan Asli Daerah, dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Terhadap Belanja Daerah Kabupaten Kota di Provinsi Sumatera Utara

0 0 2