2. Bagi penulis sendiri, untuk mengembangkan kemampuan berfikir penulis melalui karya
ilmiah melalui penelitian ini. 3.
Bagi akademis, dapat menjadi bahan acuan ataupun referensi dalam konteks ilmu politik
di Indonesia. 4.
Menambah pengetahuan bagi masyarakat, yang dalam hal ini lebih diprioritaskan kepada
perilaku politik masyarakat secara umum.
E. Kerangka teori
E.1 Etnisitas Dalam Ensiklopedia Indonesia disebutkan istilah etnis berarti kelompok sosial dalam
sistem sosial atau kebudayaan yang mempunyai arti atau kedudukan tertentu karena keturunan, adat, agama, bahasa, dan sebagainya. Anggota-anggota suatu kelompok etnik memiliki kesamaan
dalam hal sejarah keturunan, bahasa baik yang digunakan maupun tidak, system nilai, serta adat-istiadat dan tradisi.
13
Menurut Frederik Barth istilah etnik adalah suatu kelompok tertentu yang karena kesamaan ras, agama, asal usul bangsa, ataupun kombinasi dari kategori tersebut terikat pada
sistem nilai budayanya. Kelompok etnis adalah kelompok orang-orang sebagai suatu populasi yang:
14
•
Secara biologis mampu berkembang biak dan bertahan
• Mempunyai nilai-nilai budaya yang sama, dan sadar akan rasa kebersamaannya
dalam suatu bentuk budaya
•
Membentuk jaringan komunikasi dan interaksi sendiri
• Menentukan ciri kelompoknya sendiri yang diterima oleh kelompok lain dan
dapat dibedakan dari kelompok populasi lain.
Definisi etnik diatas menjelaskan pembatasan-pembatasan kelompok etnik yang didasarkan pada populasi tersendiri, terpisah dari kelompok lain, atau menempati lingkungan
13
httpSmartpsikologi.blogspot.com200708etnik-dan-etnisitas.html. Diakses pada tanggal 25 Juni 2012.
14
Fredrik Barth, Kelompok Etnik dan Batasannya, Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia UI-Press, 1988, hlm 11.
Universitas Sumatera Utara
geografis tersendiri yang berbeda dengan kelompok lain. Agama kadangkala menjadi ciri identitas yang penting bagi suatu etnis, tapi kadangkala tidak berarti apa-apa, hanya sebagai
kepercayaan yang dianut anggota etnik.
Disamping itu, menurut Antropolog Indonesia, Hassan Shadily MA, berpendapat bahwa etnis adalah segolongan rakyat yang masih dianggap mempunyai hubungan biologis.
Diferensiasi etnis merupakan penggologan manusia berdasarkan ciri-ciri biologis yang sama, seperti ras. Namun etnis memiliki ciri-ciri paling mendasar yang lain, yaitu adanya kesamaan
budaya. Etnis memiliki kesamaan seperti ciri fisik, kesenian, bahasa, daerah, dan adat istiadat.
15
Dalam antropologi ada tiga perspektif teori utama yang digunakan untuk membahas mengenai etnisitas,
16
Menurut perspektif teori situasional, etnik merupakan hasil dari adanya pengaruh yang berasal dari luar kelompok. Salah satu faktor luar yang sangat berpengaruh terhadap etnisitas
adalah kolonialisme, yang demi kepentingan administratif pemerintah kolonial telah mengkotak- kotakkan warga jajahan ke dalam kelompok-kelompok etnik dan ras. Untuk seterusnya sisa
warisan kolonial itu terus dipakai sampai sekarang. Contoh yang paling jelas adalah pembentukan identitas etnik Dayak. Istilah Dayak diberikan oleh kolonial Belanda untuk
menyebut seluruh penduduk asli pulau Kalimantan. Padahal sesungguhnya etnik Dayak terdiri dari banyak subetnik yang sebenarnya sebagai etnik sendiri yang sangat berbeda satu sama lain,
seperti Benuaq dan Ngaju. Istilah Dayak sendiri tidak dipergunakan sebagai identitas mereka.
Mereka menyebut diri sebagai orang Benuaq jika itu etnis Benuaq.
selain teori primordial, dua lainnya adalah teori situasional, dan teori relasional. Teori situasional berseberangan dengan teori primordial. Teori situasional
memandang bahwa kelompok etnis adalah entitas yang dibangun atas dasar kesamaan para warganya, bagi mereka yang lebih penting bukan wujud kesamaan itu sendiri melainkan perihal
penentuan dan pemeliharaan batas-batas etnis yang diyakini bersifat selektif dan merupakan jawaban atas kondisi sosial historis tertentu. Teori ini menekankan bahwa kesamaan kultural
merupakan faktor yang lebih besar dibanding kesamaan darah dalam penggolongan orang-orang
kedalam kelompok etnik.
15
http:sosiologiaghasi.blogspot.com201002diferensiasi-sosial-dan-sertifikasi.html. Diakses pada tanggal 25 Juni 2012.
16
http:smartpsikologi.blogspot.com200708etnik-dan-etnisitas.html. Diakses pada tanggal 25 Juni 2012.
Universitas Sumatera Utara
Teori relasional mendasarkan pada pandangan bahwa kelompok etnik merupakan penggabungan dua entitas atau lebih yang memiliki persamaan maupun perbedaan yang telah
dibandingkan dalam menentukan pembentukan etnik dan pemeliharaan batas-batasnya. Kesamaan-kesamaan yang ada pada dua atau lebih entitas yang disatukan akan menjadi identitas
etnik. Menurut perspektif relasional ini, etnik ada karena adanya hubungan antara entitas yang berbeda-beda; etnik Sasak tidak akan menjadi etnik Sasak bila tidak mengalami hubungan
dengan entitas di luar kelompok itu. Etnik tergantung pada pengakuan entitas lain di luar
kelompok. ETNISITAS
SEBAGAI KESATUAN
HIDUP MANUSIA
YANG MEMILIKI
KEBUDAYAAN DAN TRADISI YANG UNIK, MEMBUAT MEREKA-MEREKA MEMILIKI IDENTITAS KHUSUS DAN BERBEDA DENGAN KELOMPOK LAINNYA, DAN ETNISITAS
MERUPAKAN BAGIAN DARI POPULASI YANG LEBIH BESAR YANG DISEBUT DENGAN BANGSA. Etnisitas
masih menjadi kajian penting dalam diskursus tentang identitas keIndonesiaan. Sejarah panjang Nusantara hadir dengan keragaman adat dan etnis dalam konteks
persatuan yang dicitakan oleh idealisme kuasa. Konsepsi nusantara inilah yang menjadi model, bagaimana etnisitas menjadi penanda pluralitas, namun dibingkai dalam semangat integrasi
maupun bayang-bayang kekuasaan.
E.2 Partisipasi Politik Dalam analisis politk modern partisipasi politik merupakan suatu masalah yang penting,
dan akhir – akhir ini banyak dipelajari terutama dalam hubungannya dengan negara berkembang. Pada awalnya studi mengenai partisipasi politik memfokuskan diri pada partai politik sebagai
pelaku utama, tetapi dengan perkembangannya demokrasi banyak muncul kelompok masyarakat
yang juga ingin mempengaruhi proses pengambilan keputusan mengenai kebijakan umum.
Secara umum, partisipasi politik dapat diartikan bahwa partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, antara lain
dengan jalan memilih pimpinan negara dan secara langsung atau tidak langsung, mempengaruhi kebijakan pemerintah. Kegiatan ini mencakup tindakan seperti memberikan suara dalam
pemilihan umum, menjadi anggota salah satu partai, dan lain sebagainya. Partisipasi politik
Universitas Sumatera Utara
secara harafiah berarti keikutsertaan, dalam konteks politik hal ini mengacu pada pada
keikutsertaan warga dalam berbagai proses politik.
Menurut McClosky seorang tokoh masalah partisipasi berpendapat Partisipasi politik adalah kegiatan – kegiatan sukarela dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil
bagian dalam proses pemilihan penguasa, dan secara langsung atau tidak langsung dalam proses pembentukan kebijakan umum.
17
Di negara – negara demokrasi konsep partisipasi politik bertolak dari paham bahwa kedaulatan ada ditangan rakyat, yang dilaksanakan melalui kegiatan bersama untuk menetapkan
tujuan – tujuan serta masa depan masyarakat itu dan untuk menentukan orang – orang yang akan memegang tampuk pimpinan. Jadi, partisipasi politik merupakan pengejawantahan dari
penyelenggaraan kekuasaaan politik yang absah oleh rakyat. Partisipasi bisa bersifat individual atau kolektif, terorganisir
atau spontan, mantap atau sporadis, secara damai atau dengan kekerasan, legal atau illegal,
efektif atau tidak efektif.
18
Anggota yang berpartisipasi dalam proses politik, misalnya melalui pemberian suara atau kegiatan lain, terdorong oleh keyakinan bahwa melalui kegiatan bersama itu kepentingan mereka
akan tersalur atau sekurang – kurangnya diperhatikan, dan bahwa mereka sedikit banyak dapat mempengaruhi tindakan dari mereka yang berwenang untuk membuat keputusan yang mengikat.
Dengan kata lain, mereka percaya bahwa kegiatan mereka mempunyai efek politik.
Dari penjelasan tersebut, orang kemudian menuntut diberikan hak bersuara dalam penyelenggara pemerintah. Perasaan kesadaran seperti ini dimulai dari orang yang
berpendidikan, yang kehidupannya lebih baik, dan orang – orang terkemuka. Pada mulanya di Eropa hanya elit masyarakat saja yang diwakili didalam perwakilan. Di Amerika perempuan
baru mempunyai hak suara setelah adanya Amandemen ke-19 pada tahun 1920. Tetapi perlahan – lahan keinginan untuk berpartisipasi menjangkau semua sektor masyarakat, laki – laki dan
perempuan dan mereka menuntut hak untuk bersuara.
17
Herbert McClosky. Political Participant. dalam Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, 2008. Edisi revisi: Cetakan ke dua. hlm 367.
18
Miriam Budiardjo, Dasar – Dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001, hlm 368
Universitas Sumatera Utara
Berikut ini dikemukakan sejumlah “rambu-rambu” partisipasi politik menurut Ramlan Surbakti :
19
A. partisipasi politik berupa kegiatan atau perilaku luar individu warga negara biasa yang
dapat diamati, bukan perilaku dalam yang berupa sikap dan orientasi. Karena sikap dan
orientasi tidak selalu termanifestasikan dalam perilakunya, B.
kegiatan tersebut diarahkan untuk mempengaruhi perilaku selaku pembuat dan pelaksana keputusan politik. Seperti mengajukan alternatif kebijakan umum, dan kegiatan
mendukung atau menentang keputusan politik yang dibuat pemerintah. C.
kegiatan yang berhasil efektif maupun yang gagal mempengaruhi pemerintah termasuk
dalam konsep partisipasi politik. D.
kegiatan mempengaruhi kebijakan pemerintah secara langsung yaitu mempengaruhi
pemerintah dengan menggunakan perantara yang dapat meyakinkan pemerintah. E.
mempengaruhi pemerintah melalui prosedur yang wajar dan tanpa kekerasan seperti ikut memilih dalam pemilu, mengajukan petisi, bertatap muka, dan penulis surat atau dengan
prosedur yang tidak wajar seperti kekerasan, demonstrasi, mogok, kudeta, revolusi, dan
lain-lain.
Di negara-negara demokrasi umumnya dianggap bahwa lebih banyak partisipasi masyarakat, lebih baik. Dalam alam pikiran ini, tingginya tingkat partisipasi menunjukkan bahwa
warga mengikuti dan memahami masalah politik dan ingin melibatkan diri dalam kegiatan- kegiatan itu, tingginya tingkat partisipasi juga menunjukkan bahwa rezim yang sedang berkuasa
memiliki keabsahan yang tinggi. Dan sebaliknya, rendahnya partisipasi politik juga
menunjukkan lemahnya legitimasi dari rezim yang sedang berkuasa.
Partisipasi sebagai suatu bentuk kegiatan dibedakan atas dua bagian, yaitu :
20
1. Partisipasi aktif, yaitu kegiatan berorientasi pada output dan input politik. Yang termasuk