Pengaruh Kombinasi Kotoran Sapi, Pupuk Daun Silika, dan Pestisida terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung (Zea mays) serta sifat Kimia Latosol, Dramaga

PENGARUH KOMBINASI KOTORAN SAPI, PUPUK DAUN
SILIKA, DAN PESTISIDA TERHADAP PERTUMBUHAN
DAN PRODUKSI JAGUNG (Zea mays) SERTA SIFAT
KIMIA LATOSOL, DRAMAGA

ANDI HARTADI

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Kombinasi
Kotoran Sapi, Pupuk Daun Silika, dan Pestisida terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Jagung (Zea mays) serta Sifat Kimia Latosol, Dramaga adalah benar
karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain

telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2015
Andi Hartadi
NIM A14100100

ABSTRAK
ANDI HARTADI. Pengaruh Kombinasi Kotoran Sapi, Pupuk Daun Silika, dan
Pestisida terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung (Zea mays) serta Sifat
Kimia Latosol, Dramaga. Dibimbing oleh LILIK TRI INDRIYATI dan BUDI
NUGROHO.
Jagung merupakan salah satu komoditi pertanian dengan kandungan
karbohidrat yang tidak jauh berbeda dengan beras. Penambahan pupuk daun silika
mampu mencegah cekaman air, serangan hama, dan meningkatkan ketahanan
tanaman terhadap penyakit sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan dan
produksinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi
kotoran sapi, pupuk NPK, pupuk daun silika dan pestisida terhadap pertumbuhan
dan produksi tanaman jagung (Zea mays) serta sifat kimia Latosol, Dramaga.

Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK)
dengan 9 perlakuan dan 3 ulangan. Kombinasi perlakuan terdiri dari T0 (Kontrol),
T1 (NPK), T2 (NPK + Pupuk Daun Silika), T3 (NPK + Pestisida), T4 (NPK +
Pupuk Daun Silika + ½ Pestisida), T5 (Kotoran Sapi + ½ NPK), T6 (Kotoran Sapi
+ ½ NPK + Pupuk Daun Silika), T7 (Kotoran Sapi + ½ NPK + Pestisida), dan T8
(Kotoran Sapi + ½ NPK + Pupuk Daun Silika + ½ Pestisida). Secara umum,
kombinasi perlakuan kotoran sapi + ½ NPK (T5-T8) lebih tinggi dalam
meningkatkan pertumbuhan, serapan hara, dan produksi dibandingkan dengan
kombinasi perlakuan NPK (T1-T4). Analisis statistik pengaruh kombinasi
perlakuan pupuk NPK, kotoran sapi, pupuk daun silika, dan pestisida tidak
berpengaruh nyata terhadap N total, P tersedia, dan Si tersedia tanah. Kalium yang
dapat dipertukarkan dalam tanah kombinasi perlakuan NPK (T1-T4) cenderung
lebih tinggi dibandingkan kombinasi perlakuan kotoran sapi + ½ NPK (T5-T8).
Kadar C-organik tanah kombinasi perlakuan kotoran sapi + ½ NPK (T5-T8) lebih
tinggi dibandingkan dengan kombinasi perlakuan NPK (T1- T4).
Kata kunci: jagung, kotoran sapi, pupuk daun silika

ABSTRACT
ANDI HARTADI. Effect of Cow-dung Manure, Foliar Silica Fertilizer, and
Pesticides on the Growth and Production of Maize (Zea mays) and Soil Chemical

Properties of Latosol, Dramaga. Under Supervised by LILIK TRI INDRIYATI
and BUDI NUGROHO.
Maize is one of the agricultural crops that has similiar carbohydrate
content with rice. The addition of foliar silica fertilizer is potential to prevent soil
and water stress, pest attack, and to increase disease resistence as well as the
growth and production of maize. This study was aimed to determine the effect of
cow-dung manure, NPK fertilizer, foliar silica fertilizer and pesticides
combinations on maize (Zea mays) growth and production and also on soil
chemical properties of Latosol, Dramaga. The research was designed with
randomized block design (RBD) with nine treatments and three replications.
Treatment combinations was consisted of T0 (control), T1 (NPK), T2 (NPK +
Foliar silica fertilizer), T3 (NPK + Pesticides), T4 (NPK + Foliar silica fertilizer +
½ Pesticides), T5 (Cow-dung manure + ½ NPK), T6 (Cow-dung manure + NPK +
½ Foliar silica fertilizer), T7 (Cow-dung manure + ½ NPK + pesticides), and T8
(Cow-dung manure + ½ NPK + Foliar silica fertilizers + ½ Pesticides). The results
showed that generally cow-dung manure + ½ NPK (T5-T8) treatments indicated
higher effect in promoting growth, nutrients uptake and corn cob production
compared to treatments of NPK (T1-T4). The combination of NPK fertilizer, cowdung manure, foliar silica fertilizer and pesticides did not show significant effect
statistically on soil total N, available P, and available Si. The exchangable
potassium of soil tended to be higher in NPK combination (T1-T4) than cow-dung

manure + ½ NPK combination (T5-T8). However, soil C-organic content in cowdung manure + ½ NPK combination (T5-T8) was higher than that in the NPK
combination (T1-T4).
Keywords: maize, cow-dung manure, foliar silica fertilizer

PENGARUH KOMBINASI KOTORAN SAPI, PUPUK DAUN
SILIKA, DAN PESTISIDA TERHADAP PERTUMBUHAN
DAN PRODUKSI JAGUNG (Zea mays) SERTA SIFAT
KIMIA LATOSOL, DRAMAGA

ANDI HARTADI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang diberi
judul Pengaruh Kombinasi Kotoran Sapi, Pupuk Daun Silika, dan Pestisida
terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung (Zea mays) serta Sifat Kimia Latosol,
Dramaga yang merupakan salah satu syarat meraih gelar Sarjana Pertanian di
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian dan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, dorongan,
dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada:
1. Keluarga tercinta Ayah (Alm), mamah, serta adik-adikku atas doa,
motivasi, dan kasih sayangnya yang memiliki arti penting dalam
kehidupan penulis.
2. Dr Ir Lilik Tri Indriyati, MSc. sebagai Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dengan penuh
kesabaran selama masa perkuliahan, pelaksanaan penelitian dan saat
penyusunan skripsi ini.

3. Dr Ir Budi Nugroho, MSi. sebagai Dosen Pembimbing II atas saran dan
bimbingan dalam penulisan skripsi.
4. Dr Ir Darmawan, MSc. sebagai Dosen penguji atas koreksi, saran, dan
nasihat untuk kesempurnaan penulisan skripsi.
5. Septiana Maulinda atas doa, dukungan dan pengertiaanya kepada
penulis.
6. Seluruh staf Cikabayan dan Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah
atas bantuannya dalam melaksanakan penelitian.
7. Teman seperjuangan (Rizky, Yoga, Lohot, Budi, Anam, Nanda, Sudi,
Wira, Ari) atas bantuannya selama penelitian.
8. Saudara Ilmu Tanah 47 atas segala pengalaman yang telah diberikan.
9. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam penelitian yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi pihak yang
membacanya.
Bogor, Maret 2015
Andi Hartadi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL


x

DAFTAR GAMBAR

x

DAFTAR LAMPIRAN

x

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan


2

BAHAN DAN METODE

2

Tempat dan Waktu Penelitian

2

Bahan dan Alat Penelitian

2

Metode Penelitian

3

HASIL DAN PEMBAHASAN


5

Karakteristik Latosol Dramaga

5

Karakteristik Kotoran Sapi

5

Pertumbuhan Tanaman Jagung

6

Produksi Tanaman Jagung

8

Serapan Hara Tanaman Jagung


9

Sifat Kimia Tanah Setelah Percobaan
SIMPULAN DAN SARAN

10
11

Simpulan

11

Saran

11

DAFTAR PUSTAKA

12


LAMPIRAN

13

RIWAYAT HIDUP

19

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Rancangan Perlakuan yang dicobakan
Sifat Kimia dan Fisik Latosol Dramaga sebelum Percobaan
Hasil Analisis Kotoran Sapi
Kombinasi Perlakuan terhadap Rataan Tinggi Tanaman Jagung
Kombinasi Perlakuan terhadap Rataan Lingkar Batang Jagung
Kombinasi Perlakuan terhadap Bobot Tongkol dengan Kelobot dan
Bobot Tongkol tanpa Kelobot
Kombinasi Perlakuan terhadap Serapan Hara Tanaman Jagung
Kombinasi Perlakuan terhadap Sifat Kimia Tanah

3
5
6
6
7
8
10
10

DAFTAR GAMBAR
1.

Grafik Curah Hujan dan Suhu Rata-Rata Bulan Januari-Mei 2014

9

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

Kriteria Penilaian Status Sifat KimiaTanah (Balittan, 2005)
Hasil Sidik Ragam Kombinasi Perlakuan Terhadap Rataan Tinggi 4
MST
Hasil Sidik Ragam Kombinasi Perlakuan Terhadap Rataan Tinggi 6
MST
Hasil Sidik Ragam Kombinasi Perlakuan Terhadap Rataan Tinggi 8
MST
Hasil Sidik Ragam Kombinasi Perlakuan Terhadap Rataan Tinggi
10 MST
Hasil Sidik Ragam Kombinasi Perlakuan terhadap Rataan Lingkar
Batang Jagung 4 MST
Hasil Sidik Ragam Kombinasi Perlakuan terhadap Rataan Lingkar
Batang Jagung 6 MST
Hasil Sidik Ragam Kombinasi Perlakuan terhadap Rataan Lingkar
Batang Jagung 8 MST
Hasil Sidik Ragam Kombinasi Perlakuan terhadap Rataan Lingkar
Batang Jagung 10 MST
Hasil Sidik Ragam Kombinasi Perlakuan Terhadap Bobot Kering
Tanaman
Hasil Sidik Ragam Kombinasi Perlakuan Terhadap Bobot Tongkol
dengan Kelobot
Hasil Sidik Ragam Kombinasi Perlakuan Terhadap Bobot Tongkol
tanpa Kelobot
Hasil Sidik Ragam Kombinasi Perlakuan Terhadap Serapan N
Tanaman

13
13
13
14
14
14
14
15
15
15
15
16
16

14. Hasil Sidik Ragam Kombinasi Perlakuan Terhadap Serapan P
Tanaman
15. Hasil Sidik Ragam Kombinasi Perlakuan Terhadap Serapan K
Tanaman
16. Hasil Sidik Ragam Kombinasi Perlakuan Terhadap Serapan Si
Tanaman
17. Hasil Sidik Ragam Kombinasi Perlakuan Terhadap pH Tanah
18. Hasil Sidik Ragam Kombinasi Perlakuan Terhadap N Total Tanah
19. Hasil Sidik Ragam Kombinasi Perlakuan Terhadap C-Organik
Tanah
20. Hasil Sidik Ragam Kombinasi Perlakuan Terhadap K-dd Tanah
21. Hasil Sidik Ragam Kombinasi Perlakuan Terhadap KTK Tanah
22. Hasil Sidik Ragam Kombinasi Perlakuan Terhadap P Tersedia
Tanah
23. Hasil Sidik Ragam Kombinasi Perlakuan Terhadap Si Tersedia
Tanah

16
16
17
17
17
17
17
18
18
18

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jagung merupakan salah satu komoditi pertanian yang mengandung
karbohidrat. Kandungan karbohidrat dalam jagung, tidak jauh berbeda dengan
kandungan karbohidrat dalam beras. Berdasarkan penelitian Ekafitri (2009),
jagung memiliki kandungan karbohidrat 80.98-84.25 % sedangkan padi memiliki
kandungan karbohidrat berkisar 91.09-92.29 % (Akhyar 2009). Karena kandungan
karbohidrat yang tidak jauh berbeda dengan beras, membuat jagung dapat
dijadikan sumber pangan alternatif. Jagung selain dijadikan sumber pangan
alternatif di manfaatkan juga untuk berbagai kepentingan seperti bahan pakan
ternak dan industri pangan.
Berdasarkan data BPS tahun 2013 produksi jagung Indonesia mencapai
18.51 juta ton atau 93.34 % dari target 19.83 juta ton. Pada tahun 2014
Kementerian Pertanian menargetkan produksi jagung mencapai 20.82 juta ton
(KEMENTAN 2013). Untuk memenuhi target tersebut, perlu adanya upaya untuk
meningkatkan produksi jagung.
Peningkatan produksi dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa
faktor diantaranya perluasan lahan dan peningkatan produktivitas. Dengan
semakin bertambahnya populasi manusia sulit untuk di lakukan perluasan areal
tanam, oleh karena itu peningkatan produktivitas lahan terutama perbaikan sifat
kimia tanah merupakan alternatif utama dalam meningkatkan produksi jagung.
Curah hujan yang tinggi dan suhu udara tinggi sepanjang tahun merupakan akar
masalah rendahnya produktivitas jagung di Indonesia. Curah hujan dan suhu yang
tinggi menyebabkan reaksi kimia berjalan cepat sehingga proses pembentukkan
tanah berjalan cepat, akibatnya kandungan unsur hara dalam tanah menjadi rendah
akibat pencucian (Hardjowigeno 2007). Untuk itu, diperlukan perbaikan sifat
kimia tanah untuk mengembalikan produktivitasnya akibat proses pelapukan dan
pencucian tersebut. Salah satu jenis tanah dengan sebaran yang luas dan perlu
dilakukan perbaikan sifat kimia tanah adalah latosol.
Menurut Soepardi (1983), Latosol mempunyai sifat kimia kurang baik
dengan kadar bahan organik rendah, kemasaman tanah tinggi, kapasitas tukar
kation dan kandungan basa-basa yang rendah. Pemberian pupuk anorganik
sebagian besar hanya mengembalikan hara makro ke dalam tanah. Selain itu
apabila pupuk anorganik diberikan dengan dosis berlebih dan dilakukan secara
terus menerus akan menurunkan produktivitas tanah. Untuk meningkatkan
produktivitas tanah, saat ini banyak dilakukan pemberian kombinasi pupuk
anorganik dan pupuk organik ke dalam tanah.
Pupuk organik dapat berasal dari kotoran hewan dan sisa-sisa tanaman.
Kandungan unsur hara dalam pupuk organik (kotoran sapi) relatif rendah
dibandingkan kadar hara dalam pupuk anorganik, tetapi memiliki potensi untuk
memperbaiki sifat-sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Manfaat bahan organik
secara fisik diantaranya dapat memperbaiki struktur tanah, meningkatkan
porositas, dan dapat meningkatkan kemampuan tanah dalam menyimpan air.
Secara kimiawi bahan organik diantaranya dapat meningkatkan pH, kapasitas
tukar kation, dan penyedia unsur hara mikro. Secara biologi merupakan sumber

2

energi bagi mikroorganisme tanah yang berperan penting dalam proses
dekomposisi.
Dalam penelitian ini digunakan pupuk daun yang mengandung silika
sebagai perlakuan. Silika merupakan unsur yang bermanfaat bagi tanaman karena
dapat melindungi tanaman dari cekaman biotik dan abiotik (Ma 2004; Mitani dan
Ma 2005; Ma dan Yamaji 2006). Manfaat lain dari silika adalah dapat
miningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit yang diakibatkan oleh jamur
dan bakteri seperti blast, hawar, bercak daun, karat dan embun tepung (Fauteux et
al. 2005). Silika juga menekan hama serangga seperti penggerek batang dan
wereng coklat (Ma dan Yamaji 2008). Mekanisme silika meningkatkan ketahanan
terhadap serangan hama adalah silika dapat menjadi penghalang fisik. Silika
diendapkan dibawah kutikula untuk membentuk lapisan ganda kutikula-Si (Ma
dan Yamaji 2006). Pengendapan silika menyebabkan sel epidermis daun menjadi
tebal dan keras sehingga daun tanaman sulit ditembus oleh hama misalnya ulat.
Pestisida digunakan sebagai pembanding pemberian pupuk daun silika terhadap
efektifitas ketahanan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit. Selain
ketahanan terhadap serangan hama, penebalan sel epidermis karena pemberian
silika dapat juga menyebabkan daun tumbuh lebih tegak dan bisa merentang
dengan baik. Menurut Roesmarkam dan Yuwono (2002), produksi tanaman akan
meningkat dengan menguatnya batang dan akar serta lebih efektifnya fotosintesis
karena posisi daun menjadi tegak sehingga daun dapat menyerap cahaya matahari
lebih banyak.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi kotoran sapi,
pupuk NPK, pupuk daun silika dan pestisida terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman jagung (Zea mays) serta sifat kimia Latosol, Dramaga.

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Percobaan ini dilaksanakan di kebun percobaan University Farm Institut
Pertanian Bogor, sedangkan analisis kimia tanah dan tanaman dilakukan di
Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan
Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Percobaan ini
dilaksanakan sejak bulan Februari hingga bulan Agustus 2014.
Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa Latosol Cikabayan,
kotoran sapi, urea, SP-36, KCl, benih jagung hibrida varietas Pertiwi III, pupuk
daun silika, pestisida dengan bahan aktif Deltametrin, kapur sebagai perlakuan
dasar serta serangkaian bahan kimia untuk analisis tanah dan tanaman. Alat-alat
yang digunakan yaitu cangkul, tugal, meteran dan alat-alat yang diperlukan di
lapang. Selain itu digunakan alat laboratorium untuk analisis tanah dan tanaman

3

seperti oven, pipet, erlenmeyer, labu ukur, kertas saring, labu kjeldahl,
spectrophotometer, atomic absorption spectrophotometer (AAS).
Metode Penelitian
Rancangan Perlakuan
Percobaan terdiri dari 9 perlakuan, yaitu : T0 (Kontrol), T1 (NPK), T2 (NPK
+ Pupuk Daun Silika), T3 (NPK + Pestisida), T4 (NPK + Pupuk Daun Silika + ½
Pestisida), T5 (Kotoran Sapi + ½ NPK), T6 (Kotoran Sapi + ½ NPK + Pupuk
Daun Silika), T7 (Kotoran Sapi + ½ NPK + Pestisida), dan T8 (Kotoran Sapi + ½
NPK + Pupuk Daun Silika + ½ Pestisida). Seluruh perlakuan yang diuji diulang
sebanyak 3 kali sehingga terdapat 27 satuan percobaan. Rancangan perlakuan
yang dicobakan disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Rancangan Perlakuan yang dicobakan
Dosis per Petak
Perlakuan
T0
T1
T2
T3
T4
T5
T6
T7
T8

Urea KCl

SP-36

.....gram/petak.....
0
0
0
300 180
180
300 180
180
300 180
180
300 180
180
150 90
90
150 90
90
150 90
90
150 90
90

Kotoran Sapi
....kg/petak....
0
0
0
0
0
30
30
30
30

Pupuk Daun
Pestisida
Silika
......ml/liter/petak......
0
0
0
0
6
0
0
3
6
1.5
0
0
6
0
0
3
6
1.5

Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok
(RAK). Model persamaan matematikanya adalah sebagai berikut :
Yij = μ + Ti + Pj + Eij ; (i: 1, 2,3; j: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9)
Keterangan :
Yij = respon jagung akibat pengaruh T ke-i dan P ke-j
μ = rataan umum
Ti = pengaruh kelompok/ ulangan ke-i
Pj = pengaruh jenis perlakuan ke-j
Eij = galat
Data hasil percobaan selanjutnya akan dianalisis ragam untuk mengetahui
pengaruh perlakuan terhadap variabel yang diamati. Perlakuan yang memberi
pengaruh nyata akan dilakukan uji lanjut dengan DMRT (Duncan Multiple Range
Test) dengan taraf 5 % menggunakan program (SAS 9.1).
Persiapan Lahan
Tanah diolah menggunakan traktor tangan, kemudian dibuat petakan
dengan ukuran 3x4 m2 sebanyak 27 petak. Tanah diberi kapur sebagai perlakuan

4

dasar sebanyak 2.5 ton/ha. Pada petak perlakuan kotoran sapi, kotoran sapi
dibenamkan sepanjang baris tanam sebanyak 25 ton/ha. Selanjutnya tanah
diinkubasi selama dua minggu sebelum dilakukan penanaman.
Penanaman
Tanaman jagung yang digunakan adalah varietas Pertiwi III yang ditanam
dengan cara ditugal. Setiap lubang ditanami dua benih, dengan jarak tanam 70 cm
x 30 cm.
Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan membuat dua lubang diantara lubang benih.
Lubang pertama untuk pemupukan SP-36 dan lubang kedua untuk pemupukan
Urea dan KCl. Pemupukan Urea dan KCl dilakukan sebanyak tiga kali, sedangkan
pemupukan SP-36 dilakukan hanya pada saat tanam. Pemupukan pertama
dilakukan pada saat awal penanaman, pemupukan kedua di lakukan saat umur 25
HST, dan pemupukan ketiga dilakukan saat umur 40 HST. Penyemprotan pupuk
daun silikat dan pestisida di lakukan sebanyak tiga kali yaitu pada saat umur 25
HST, 45 HST, dan 65 HST.
Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyiraman, penyulaman yang
dilakukan pada umur 7 hari, penjarangan pada umur 12-14 hari untuk disisakan
satu tanaman per lubang, dan penyiangan dari gulma.
Pengamatan
Variabel yang diamati dalam percobaan ini adalah pertumbuhan vegetatif
dan produksi. Pertumbuhan vegetatif yang diamati meliputi tinggi tanaman dan
lingkar batang tanaman pada umur 4, 6, 8, dan 10 MST. Pengukuran tinggi dan
lingkar batang tanaman dilakukan dengan memilih secara acak 10 contoh tanaman
dari setiap petak perlakuan. Pada saat tanaman akan memasuki masa pertumbuhan
generatif dilakukan pengambilan contoh daun untuk analisis kadar hara tanaman
(N, P, dan K). Variabel produksi yang diamati adalah bobot tongkol dengan
kelobot dan bobot tongkol tanpa kelobot.
Pemanenan
Panen dilakukan pada saat tanaman jagung berumur 12 MST. Tongkol
jagung ditimbang dengan kelobot dan tanpa kelobot. Contoh tanaman ditimbang
untuk menghitung bobot kering tanaman dan daunnya digunakan untuk analisis
silika di laboratorium. Setelah panen, contoh tanah komposit diambil pada setiap
petak untuk analisis tanah.
Analisis Laboratorium
Tahap awal sebelum melakukan analisis, contoh tanah dikering-udarakan
kemudian dihaluskan hingga lolos saringan 2 mm. Analasis tanah yang dilakukan
meliputi pH H2O (1:1), N-total tanah (metode Kjeldahl), P tersedia tanah (metode
Bray-1), C-organik (metode Walkley and Black), Basa-basa (Pengekstrak
NH4OAc 1N pH 7), Si tersedia (pengekstrak NH4OAc 1N pH 4.8,
spectrophotometer). Analisis daun meliputi Si (metode Gravimetri), penetapan

5

kadar Nitrogen (%), Fosfor (%), dan Kalium (%) yang menggunakan metode
pengabuan basah dengan larutan H2SO4 dan H2O2. Sebelum dilakukan analisis,
contoh daun dioven pada suhu 65 0C selama tiga hari kemudian digiling sampai
halus.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Latosol Dramaga
Sifat fisik dan kimia Latosol Dramaga yang digunakan sebelum percobaan
disajikan pada Tabel 2. Berdasarkan kriteria sifat kimia tanah menurut Balai
Penelitian Tanah (2005), Latosol Dramaga yang digunakan termasuk tanah yang
masam dengan kadar N-total, C-organik, dan KTK sedang, kadar basa-basa
rendah dan kadar P tersedia sangat rendah. Hancuran iklim yang intensif
mengakibatkan kurang baiknya sifat kimia dari Latosol dalam memberi dukungan
terhadap pertumbuhan tanaman (Soepardi 1983).
Tabel 2 Sifat Kimia dan Fisik Latosol Dramaga sebelum Percobaan
Sifat Tanah
Nilai
Kelas
pH (H2O) 1:1
5.27
Masam
C-Organik (%)
2.15
Sedang
N-total (%)
0.23
Sedang
P Bray-1 (ppm)
6.46
Rendah
Ca-dd (me/100g)
4.74
Rendah
Mg-dd (me/100g)
0.65
Rendah
K-dd (me/100g)
0.15
Rendah
Na-dd (me/100g)
0.24
Rendah
KTK (me/100g)
18.61
Sedang
KB (%)
31.07
Rendah
Si tersedia (ppm)
80.32
Pasir (%)
10.16
Debu (%)
16.11
Klei
Klei (%)
73.73
Keterangan: Kelas didasarkan pada Kriteria Penilaian Status Sifat Kimia Tanah (Balai
Penelitian Tanah 2005).

Soepardi (1983) menyatakan bahwa, reaksi tanah masam hingga agak
masam dan kadar hara rendah sampai sedang mempunyai respon yang baik
terhadap pengapuran dan pemupukan. Oleh karen itu, pada percobaan ini
dilakukan pemberian kapur dan pupuk (organik dan anorganik) untuk mendukung
pertumbuhan tanaman jagung. Berdasarkan sifat kimia tanah pada Tabel 2, status
kesuburan di lahan percobaan tergolong sangat rendah.
Karakteristik Kotoran Sapi
Kotoran sapi merupakan salah satu jenis pupuk organik atau bisa disebut
juga pupuk kandang yang memiliki kemampuan dalam memperbaiki sifat fisik,

6

kimia, dan biologi tanah. Setiap jenis hewan menghasilkan pupuk kandang dengan
sifat yang berbeda pula. Menurut Hardjowigeno (2007), Kandungan hara dalam
pupuk kandang tergantung dari jenis makanan yang diberikan. Selain jenis
makanan jenis tanaman dan umur tanaman juga mempengaruhi unsur hara yang
terkandung. Hasil analisis kotoran sapi disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Hasil Analisis Kotoran Sapi
Kadar
Kadar air (%)
C-organik (%)
N-total (%)
C/N
P Tersedia (%)
K (%)
Na (%)
Ca (%)
Mg (%)
Si total (% SiO2)

Nilai
227
41.44
1.47
28.19
0.16
0.30
0.21
0.43
0.12
2.35

Pertumbuhan Tanaman Jagung
Tinggi dan lingkar batang jagung adalah dua variabel pertumbuhan
tanaman yang paling mudah dilihat. Sebagai pengukur peubah pertumbuhan,
tinggi tanaman sensitif terhadap faktor lingkungan tertentu (Robiatul 2004). Hasil
uji Duncan kombinasi kotoran sapi, pupuk NPK, pupuk daun silika, dan pestisida
terhadap tinggi dan lingkar batang jagung pada umur 4, 6, 8, dan 10 MST masingmasing disajikan pada Tabel 4 dan Tabel 5.
Tabel 4 Kombinasi Perlakuan terhadap Rataan Tinggi Tanaman Jagung
Tinggi Tanaman (cm)
Perlakuan
4 MST
6 MST
8 MST
10 MST
T0
38.56 e
64.13 d
78.33 e
101.75 d
T1
58.07 cd
92.07 cd 114.52 cd
131.87 bcd
T2
62.03 bc
101.93 bc 130.12 bc
152.53 b
T3
45.36 de
67.94 d
84.59 de
105.37 cd
T4
55.34 cd
91.75 cd 119.32 c
139.32 bc
T5
78.48 ab
144.40 a
181.83 a
189.15 a
T6
68.37 abc 124.60 ab 154.62 ab
164.40 ab
T7
81.66 a
146.53 a
186.65 a
195.32 a
T8
76.80 ab
139.42 a
182.13 a
190.57 a
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada
taraf α = 5% dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT).

Hasil sidik ragam (Lampiran 2, 3, 4, dan 5) menunjukkan bahwa
kombinasi kotoran sapi, NPK, pupuk daun silika, dan pestisida berpengaruh nyata
terhadap rataan tinggi tanaman jagung pada umur 4, 6, 8, dan 10 MST, sedangkan

7

hasil sidik ragam (Lampiran 6, 7, 8, dam 9) menunjukkan kombinasi kotoran sapi,
NPK, pupuk daun silika, dan pestisida berpengaruh nyata terhadap rataan lingkar
batang jagung. Tinggi tanaman saat umur 6 MST mengalami peningkatan hampir
dua kali tinggi tanaman pada saat 4 MST. Secara umum, perlakuan kotoran sapi +
½ NPK (T5-T8) menunjukan peningkatan tinggi tanaman yang lebih tinggi
dibandingkan perlakuan NPK (T1-T4). Hal tersebut terjadi pada saat pertumbuhan
tinggi 4, 6, 8, dan 10 MST.
Tabel 5 Kombinasi Perlakuan terhadap Rataan Lingkar Batang Jagung
Lingkar Batang Jagung (cm)
Perlakuan
4 MST
6 MST
8 MST
10 MST
T0
1.64 d
3.02 d
3.37 c
3.76 c
T1
2.68 bc
3.98 bc
4.22 bc
4.56 bc
T2
2.86 bc
4.52 b
4.81 b
5.20 b
T3
2.16 cd
3.20 cd
3.56 c
3.81 c
T4
2.54 bc
4.30 b
4.60 b
4.94 b
T5
3.90 a
6.02 a
6.44 a
6.69 a
T6
3.29 ab
5.76 a
6.01 a
6.18 a
T7
4.15 a
6.08 a
6.44 a
6.75 a
T8
3.82 a
5.92 a
6.20 a
6.50 a
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada
taraf α = 5% dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT).

Peningkatan pertumbuhan lingkar batang jagung memiliki pola yang sama
seperti pertumbuhan tinggi tanaman. Peningkatan lingkar batang jagung pada
kombinasi kotoran sapi + ½ NPK (T5, T6, T7, dan T8) lebih tinggi dibandingkan
dengan kombinasi perlakuan NPK (T1, T2, T3, dan T4). Seluruh perlakuan
cenderung memiliki lingkar batang jagung lebih besar dibandingkan kontrol (T0).
Pada saat umur 10 MST, perlakuan T5 memiliki lingkar batang jagung lebih besar
dibandingkan T1 dengan selisih 2.13 cm. Perlakuan T6 memiliki lingkar batang
jagung lebih besar dibandingkan T2 dengan selisih 0.98 cm. Perlakuan T7
memiliki lingkar batang jagung lebih besar dibandingkan T3 dengan selisih 2.94
cm. Lingkar batang jagung perlakuan T8 lebih besar dibandingkan perlakuan T4
dengan selisih 1.56 cm.
Kotoran sapi mampu memperbaiki kondisi fisik tanah, sehingga baik
untuk perkembangan perakaran dan penyerapan hara. Selain itu pada kotoran sapi
mengandung hara makro dan hara mikro yang dibutuhkan dalam pertumbuhan
tanaman, namun kandungan hara makro terdapat dalam jumlah yang sedikit.
Penambahan pupuk anorganik dalam dosis ½ NPK mampu memenuhi kebutuhan
hara makro yang dibutuhkan tumbuhan sehinga kebutuhan tanaman terhadap hara
makro dan hara mikro tercukupi untuk medukung pertumbuhan dengan baik. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Martin et al. (2006) bahwa pupuk kandang dapat
meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk kimia.

8

Produksi Tanaman Jagung
Komponen produksi yang digunakan sebagai variabel adalah bobot kering
tanaman, bobot tongkol dengan kelobot dan bobot tongkol tanpa kelobot. Hasil
sidik ragam (Lampiran 10, 11, dan 12) menunjukkan bahwa kombinasi kotoran
sapi, NPK, pupuk daun silika, dan pestisida berpengaruh nyata terhadap produksi
jagung baik dengan kelobot maupun tanpa kelobot dan bobot kering tanaman
setelah panen. Hasil uji Duncan dari kombinasi perlakuan kotoran sapi, pupuk
NPK, pupuk daun silika, dan pestisida disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6 Kombinasi Perlakuan terhadap Bobot Tongkol dengan Kelobot dan
Bobot Tongkol tanpa Kelobot
Bobot kering
Bobot
Bobot tongkol
tanaman
tongkol+kelobot
tanpa kelobot
Perlakuan
gram
..........kg/petak.........
T0
1.8 d
1.1 e
13.9 c
T1
3.4 d
2.4 de
21.7 bc
T2
4.7 cd
3.2 cd
53.4 a
T3
2.0 d
1.3 e
16.1 c
T4
4.9 cd
3.3 cd
26.7 bc
T5
8.4 ab
5.9 bc
61.7 a
T6
6.8 bc
4.9 bc
44.8 ab
T7
10.4 a
7.7 a
55.1 a
T8
9.7 ab
7.1 a
52.0 a
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada
taraf α = 5% dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT).

Bobot kering tanaman pada perlakuan kotoran sapi + ½ NPK (T5, T6, T7,
da T8) lebih besar dibandingkan dengan perlakuan NPK ( T1, T2, T3, danT4).
Jika membandingkan produksi bobot tongkol dengan kelobot antara perlakuan T1
dengan T5, T2 dengan T6, T3 dengan T7, dan T4 dengan T8 maka perlakuan
kotoran sapi + ½ NPK (T5-T8) memiliki produksi yang lebih tinggi dibandingkan
dengan perlakuan NPK (T1-T4). Produksi bobot tongkol jagung tanpa kelobot
memiliki pola serupa dengan produksi bobot tongkol dengan kelobot. Selisih
produksi dari perbandingan perlakuan T1 dengan T5, T2 dengan T6, T3 dengan
T7, dan T4 dengan T8 adalah 3.5 kg/petak, 1.7 kg/petak, 6.4 kg/petak, dan 3.8
kg/petak.
Pemberian silika tidak terlalu berpengaruh terhadap produksi jagung. Hal
ini disebabkan kurang efektifnya pada saat aplikasi pupuk daun silika di lapangan.
Faktor yang mempengaruhi efektifitas pemupukan melalui daun diantaranya suhu
dan kelembaban. Kondisi cuaca pada saat penyemprotan pupuk daun silika adalah
hujan pada saat pagi dan sore hari sehingga penyerapan pupuk daun oleh tanaman
menjadi kurang efektif. Menurut Lingga dan Marsono (2003), pemberian pupuk
daun yang tepat adalah antara jam 7-9 pagi atau 3-5 sore dengan catatan tidak
terjadi hujan paling cepat 2 jam setelah pupuk daun diaplikasikan. Menurut
Harjadi (1996) pemberian pupuk daun juga tidak dianjurkan saat terik matahari,
karena cahaya matahari pada siang hari meningkatkan proses transpirasi

9

tumbuhan dan menurukan tekanan turgor sehingga stomata tumbuhan tertutup
akibatnya pupuk daun tidak dapat diserap dengan baik.
Kotoran sapi secara umum dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan
biologi tanah. Kotoran sapi memperbaiki struktur dan agregat tanah, sehingga
perkembangan akar dan penyerapan hara menjadi lebih baik. Selain itu kotoran
sapi dapat miningkatkan KTK tanah sehingga mampu mengikat hara dan
menyediakan unsur hara sesuai kebutuhan tanaman. Menurut Djuniwati et al.
(2003), pemberian bahan organik yang dikombinasikan dengan pupuk anorganik
dapat meningkatkan kadar dan serapan hara N, P, dan K tanaman sehingga
meningkatkan produksi tanaman jagung.
Menurut Purwono dan Hartono (2008), pada lahan yang tidak beririgasi
pertumbuhan tanaman memerlukan curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan
selama masa pertumbuhan dan suhu antara 27-32 oC. Kondisi curah hujan dan
suhu pada saat penelitian disajikan pada Gambar 1. Tingginya curah hujan yang
terjadi serta rendahnya suhu selama masa penanaman menyebabkan timbulnya
penyakit seperti jamur.
1600

26,5
26,0

1200
25,5

1000

800

25,0

600

Suhu

Curah hujan di Bogor

1400

24,5

Curah Hujan (mm)
Suhu Rata-Rata (C)

400
24,0

200
0

23,5
Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Bulan

Gambar 1 Grafik Curah Hujan dan Suhu Rata-Rata Bulan Januari-Mei 2014
Serapan Hara Tanaman Jagung
Hasil sidik ragam (Lampiran 13, 14, 15, dan 16 ) menunjukkan kombinasi
perlakuan pupuk NPK, kotoran sapi, pupuk daun silika, dan pestisida berpengaruh
nyata terhadap serapan Nitrogen, Phospor, Kalium, dan Silika pada tanaman
jagung. Hasil uji Duncan ditampilkan pada Tabel 7.
Secara umum kombinasi perlakuan kotoran sapi + ½ NPK (T5-T8)
memiliki serapan N, P, K, dan Si yang lebih tinggi dibandingkan kombinasi
perlakuan NPK (T1-T4). Pada perlakuan kombinasi kotoran sapi + ½ NPK ratarata serapan N sebesar 1.62 mg/tanaman, lebih tinggi 226 % dari rata-rata serapan
N pada kombinasi perlakuan NPK dengan kadar 0.50 mg/tanaman. Pola yang
sama ditunjukkan pada serapan P, K, dan Si tanaman jagung. Pada perlakuan

10

kombinasi kotoran sapi + ½ NPK rata-rata serapan P lebih tinggi 228 % dari ratarata serapan P pada kombinasi perlakuan NPK, sementara serapan K perlakuan
kotoran sapi + ½ NPK lebih tinggi 322 % dibandingkan perlakuan NPK, dan
serapan Si pada perlakuan kotoran sapi + ½ NPK lebih tinggi 88 % dari
perlakuan NPK. Tingkat serapan pada perlakuan kotoran sapi + ½ NPK lebih
tinggi dikarenakan kondisi fisik tanah yang memungkinkan akar lebih efektif
dalam menyerap hara. Menurut Lal (2009), penggunaan pupuk organik
merupakan cara yang efektif dalam meningkatkan penyerapan hara tanaman
dibandingkan dengan pupuk mineral saja.
Table 7 Kombinasi Perlakuan terhadap Serapan Hara Tanaman Jagung
Perlakuan
T0
T1
T2
T3
T4
T5
T6
T7
T8

N
0.14 c
0.29 c
0.70 bc
0.32 c
0.68 bc
1.61 a
1.39 ab
1.76 a
1.72 a

P
K
.........mg/tanaman.........
0.01 b
0.04 c
0.03 b
0.11 bc
0.06 b
0.19 bc
0.03 b
0.08 c
0.06 b
0.21 bc
0.14 a
0.61 a
0.13 a
0.46 ab
0.15 a
0.70 a
0.14 a
0.73 a

Si
1.14 c
1.86 c
4.76 ab
1.26 c
2.55 bc
5.19 a
4.28 ab
5.14 a
4.94 ab

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada
taraf α = 5% dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT).

Sifat Kimia Tanah Setelah Percobaan
Hasil uji Duncan kombinasi perlakuan terhadap N total, C-organik, K
dapat dipertukarkan, P tersedia, dan Si tersedia pada tanah disajikan pada Tabel 8.

Perlakuan
T0
T1
T2
T3
T4
T5
T6
T7
T8

Tabel 8 Kombinasi Perlakuan terhadap Sifat Kimia Tanah
CP
Si
N-total
K-dd
KTK
Organik
tersedia
tersedia
pH
......%......
...me/100g...
......ppm......
5.58 c
0.21 c
2.38 c
0.20 abc 19.40 a
9.16 a 79.24 a
5.89 abc 0.27 ab 2.40 c
0.21 a
19.84 a 13.90 a 79.84 a
6.07 ab
0.24 abc 2.44 c
0.20 ab
19.40 a
9.59 a 86.49 a
6.10 a
0.23 bc 2.50 bc
0.19 bc
19.54 a 10.55 a 79.87 a
5.61 bc
0.25 abc 2.49 bc
0.19 bc
19.78 a 10.21 a 80.23 a
5.73 abc 0.27 ab 2.65 abc 0.19 c
21.62 a
9.79 a 80.62 a
5.70 abc 0.27 ab 2.94 a
0.19 c
19.67 a 12.31 a 84.06 a
5.74 abc 0.26 ab 2.86 ab
0.17 d
21.48 a 13.80 a 84.28 a
5.72 abc 0.28 a
2.92 a
0.17 d
21.05 a 13.10 a 84.89 a

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda pada
taraf α = 5% dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (DMRT).

11

Hasil sidik ragam (Lampiran 18, 21, 22, dan 23) menunjukkan kombinasi
perlakuan pupuk NPK, kotoran sapi, pupuk daun silika, dan pestisida tidak
berpengaruh nyata terhadap N total, KTK tanah, P tersedia, dan Si tersedia dalam
tanah, namun kombinasi perlakuan tersebut berpengaruh nyata terhadap C-organik
dan Kalium dapat dipertukarkan dalam tanah (Lampiran 19 dan 20).
Kombinasi perlakuan NPK lebih tinggi dalam meningkatkan kadar Kalium
dapat dipertukarkan dalam tanah dibandingkan dengan kombinasi kotoran sapi +
½ NPK. Pada perlakuan kombinasi NPK rata-rata Kalium dapat dipertukarkan
dalam tanah sebesar 0.20 me/100 gram, atau lebih besar 12 % dari rata-rata
Kalium dapat dipertukarkan dalam tanah pada kombinasi perlakuan kotoran sapi +
½ NPK dengan kandungan 0.18 me/100 gram. Hal ini karena penyerapan Kalium
oleh tanaman pada perlakuan kotoran sapi + ½ NPK lebih tinggi dibandingkan
perlakuan NPK. Kadar C-organik tanah seluruh perlakuan (T1-T8) lebih tinggi
dibandingkan kontrol (T0). Pemberian kotoran sapi pada perlakuan kotoran sapi
(T5, T6, T7, dan T8) nyata meningkatkan kadar C-organik dalam tanah jika
dibandingkan dengan perlakuan NPK (T1, T2, T3, dam T4). Penambahan kotoran
sapi dapat meningkatkan kadar silika tersedia tanah, namun tidak nyata secara
statistik.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Secara umum kombinasi perlakuan kotoran sapi + ½ NPK (T5, T6, T7,
dan T8) lebih tinggi dalam meningkatkan pertumbuhan (tinggi dan lingkar batang),
serapan hara (N, P, K, dan Si) dan produksi (bobot kering tanaman, bobot tongkol
dengan kelobot, dan bobot tongkol tanpa kelobot) dibandingkan dengan
kombinasi perlakuan NPK (T1, T2, T3, dan T4). Secara statistik pengaruh
kombinasi perlakuan pupuk NPK, kotoran sapi, pupuk daun silika, dan pestisida
tidak nyata terhadap N total, P tersedia, dan Si tersedia tanah. Kalium yang dapat
dipertukarkan dalam tanah kombinasi perlakuan NPK (T1, T2, T3, dan T4) lebih
tinggi dibandingkan kombinasi perlakuan kotoran sapi + ½ NPK (T5, T6, T7, dan
T8). Kadar C-organik tanah kombinasi perlakuan kotoran sapi + ½ NPK (T5, T6,
T7, dan T8) lebih tinggi dibandingkan dengan kombinasi perlakuan NPK (T1, T2,
T3, dan T4).
Saran
Pemberian pestisida perlu dilakukan pada setiap petak agar tanaman lebih
terjaga dari serangan hama dan penyakit. Perlu dilakukan percobaan pupuk daun
silika dengan dosis yang berbeda agar melihat tingkat efisiensi penyerapan pupuk.
Perlu adanya upaya agar setiap tanaman mendapatkan volume yang sama pada
saat penyemprotan.

12

DAFTAR PUSTAKA
Akhyar. 2009. Pengaruh Proses Pratanak terhadap Mutu Gizi dan Indeks
Glikemik Berbagai Varietas Beras Indonesia [tesis]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
[Balittan] Balai Penelitian Tanah. 2005. Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air, dan
Pupuk. Bogor (ID): Balai Penelitian Tanah.
Djuniwati S, Hartono A, Indriyati LT. 2003. Pengaruh bahan organik (Pueraria
javanica) dan fosfat alam terhadap pertumbuhan dan serapan P tanaman
jagung (Zea mays) pada Andosol Pasir Sarongge. J. Tanah dan
Lingkungan. 5: 16-22.
Ekafitri R. 2009. Karakteristik Tepung Lima Varietas Jagung Kuning Hibrida dan
Potensinya untuk Dibuat Mie Jagung [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Fauteux F, Remus-borel W, Manzies JG, Belanger RR. 2005. Silicon and plant
disease resistence against pathogenic fungi. FEMS Microbiol. Lett. 249:
1-6.
Hardjowigeno S. 2007. Ilmu Tanah. Jakarta (ID): Akademik Pressindo.
Harjadi SS. 1996. Pengantar Agronomi. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.
Lal R. 2009. Challenges and opportunities in soil organic matter research.
Europian Jurnal of Soil Sci. 60: 158-169.
Lingga P, Marsono. 2003. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarata (ID): Penebar
Swadaya.
Ma JF. 2004. Role of silicon in enhancing the resistence of plant to biotic and
abiotic stresses. Soil Sci. Plant Nutr. 50: 11-18.
Ma JF, Yamaji N. 2006. Silicon uptake and accumulation in higher plant. Trends
Plant Sci. 11: 392-397.
Ma JF, Yamaji, N. 2008. Function and transport of silicon in plants. Cell. Mol.
Life Sci. 65: 3049-3057.
Martin EC, Slack DC, Tanksley KA, Basso B. 2006. Effect of fresh and
composted dairy manure aplication on alfafa yield and the environment in
Arizona. Agron. J. 98: 80-84.
Mitani N, Ma JF. 2005. Uptake system of silicon in different plant species.
Journal of Experimental Botany. 56: 1255-1261.
Purwono, Hartono R. 2008. Bertanam Jagung Unggul. Jakarta (ID): Penerbit
Swadaya.
Robiatul A. 2004. Pengaruh Penanaman Bengkuang, Sentro dan Pengembalian
Biomassanya serta Pupuk N terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung
[tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Roesmarkam, Yuwono NW. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta (ID):
Kanisius.
Soepardi G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor (ID): IPB Pr.
Yukamgo E, Yuwono NW. 2007. Peran Silikon Sebagai Unsur Bermanfaat pada
Tanaman Tebu. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. 7(2): 103-116.

13

LAMPIRAN
Lampiran 1 Kriteria Penilaian Status Sifat KimiaTanah (Balittan 2005)
Nilai
Parameter tanah
Sangat
Rendah Sedang Tinggi
rendah
C (%)
F

5.55
8.67

0.0148*
0.0001*

Keterangan : (*) = berpengaruh nyata pada taraf α = 5%

Lampiran 3 Hasil Sidik Ragam Kombinasi
MST
Sumber
Derajat
Jumlah
Keragaman
Bebas
Kuadrat
Blok
2
544.74
Perlakuan
8
24467.18
Galat
16
3968.58
Total
26
28980.50

Perlakuan Terhadap Rataan Tinggi 6
Derajat
Tengah
272.37
3058.40
248.04

Keterangan : (*) = berpengaruh nyata pada taraf α = 5%

F-Hitung

Pr>F

1.10
12.33

0.3574
8.5

14

Lampiran 4 Hasil Sidik Ragam Kombinasi
MST
Sumber
Derajat
Jumlah
Keragaman
Bebas
Kuadrat
Blok
2
312.73
Perlakuan
8
41630.83
Galat
16
5507.85
Total
26
47451.41

Perlakuan Terhadap Rataan Tinggi 8
Derajat
Tengah
156.37
5203.85
344.24

F-Hitung

Pr>F

0.45
15.12

0.6429
F
Keragaman
Bebas
Kuadrat
Tengah
Blok
2
150.43
75.22
0.20
0.8195
Perlakuan
8
30489.80
3811.22
10.21
F
Keragaman
Bebas
Kuadrat
Tengah
Blok
2
1.01
0.50
2.22
0.1413
Perlakuan
8
17.37
2.17
9.56
F
Keragaman
Bebas
Kuadrat
Tengah
Blok
2
0.51
0.25
0.92
0.4173
Perlakuan
8
36.07
4.51
16.38
F
Keragaman
Bebas
Kuadrat
Tengah
Blok
2
0.38
0.19
0.70
0.5113
Perlakuan
8
36.23
4.53
16.52
F
Keragaman
Bebas
Kuadrat
Tengah
Blok
2
0.18
0.09
0.33
0.7212
Perlakuan
8
34.45
4.31
16.10
F
Keragaman
Bebas
Kuadrat
Tengah
Blok
2
92.12
46.06
0.27
0.7692
Perlakuan
8
8358.63
1044.83
6.05
0.0011*
Galat
16
2762.23
172.64
Total
26
11212.98
Keterangan : (*) = berpengaruh nyata pada taraf α = 5%

Lampiran 11 Hasil Sidik Ragam Kombinasi
dengan Kelobot
Sumber
Derajat
Jumlah
Keragaman
Bebas
Kuadrat
Blok
2
8.43
Perlakuan
8
247.23
Galat
16
43.03
Total
26
298.69

Perlakuan Terhadap Bobot Tongkol
Derajat
Tengah
4.21
30.90
2.69

Keterangan : (*) = berpengaruh nyata pada taraf α = 5%

F-Hitung

Pr>F

1.57
11.49

0.2391
F

1.44
16.34

0.2665
F
Keragaman
Bebas
Kuadrat
Tengah
Blok
2
0.01
0.00
0.03
0.9736
Perlakuan
8
10.50
1.31
7.86
0.0003*
Galat
16
2.67
0.17
Total
26
13.18
Keterangan : (*) = berpengaruh nyata pada taraf α = 5%

Lampiran 14 Hasil Sidik Ragam Kombinasi Perlakuan Terhadap Serapan P
Tanaman
Sumber
Derajat
Jumlah
Derajat
F-Hitung
Pr>F
Keragaman
Bebas
Kuadrat
Tengah
Blok
2
0.00
0.00
0.09
0.9179
Perlakuan
8
0.08
0.01
8.25
0.0002*
Galat
16
0.02
0.00
Total
26
0.10
Keterangan : (*) = berpengaruh nyata pada taraf α = 5%

Lampiran 15 Hasil Sidik Ragam Kombinasi Perlakuan Terhadap Serapan K
Tanaman
Sumber
Derajat
Jumlah
Derajat
F-Hitung
Pr>F
Keragaman
Bebas
Kuadrat
Tengah
Blok
2
0.00
0.00
0.00
0.9963
Perlakuan
8
1.83
0.23
6.24
0.0010*
Galat
16
0.59
0.04
Total
26
2.42
Keterangan : (*) = berpengaruh nyata pada taraf α = 5%

17

Lampiran 16 Hasil Sidik Ragam Kombinasi Perlakuan Terhadap Serapan Si
Tanaman
Sumber
Derajat
Jumlah
Derajat
F-Hitung
Pr>F
Keragaman
Bebas
Kuadrat
Tengah
Blok
2
1.05
0.52
0.31
0.7367
Perlakuan
8
71.94
8.99
5.35
0.0022*
Galat
16
26.87
1.68
Total
26
99.86
Keterangan : (*) = berpengaruh nyata pada taraf α = 5%

Lampiran 17 Hasil Sidik Ragam Kombinasi Perlakuan Terhadap pH Tanah
Sumber
Derajat
Jumlah
Derajat
F-Hitung
Pr>F
Keragaman
Bebas
Kuadrat
Tengah
Blok
2
0.12
0.06
1.00
0.3905
Perlakuan
8
0.85
0.11
1.82
0.1470
Galat
16
0.94
0.06
Total
26
1.91
Lampiran 18 Hasil Sidik Ragam Kombinasi Perlakuan Terhadap N Total Tanah
Sumber
Derajat
Jumlah
Derajat
F-Hitung
Pr>F
Keragaman
Bebas
Kuadrat
Tengah
Blok
2
0.00
0.00
1.04
0.3747
Perlakuan
8
0.01
0.00
2.56
0.0520
Galat
16
0.01
0.00
Total
26
0.02
Lampiran 19 Hasil Sidik Ragam Kombinasi Perlakuan Terhadap C-Organik
Tanah
Sumber
Derajat
Jumlah
Derajat
F-Hitung
Pr>F
Keragaman
Bebas
Kuadrat
Tengah
Blok
2
0.02
0.02
0.23
0.8005
Perlakuan
8
1.26
0.16
3.55
0.015*
Galat
16
0.71
0.04
Total
26
1.99
Keterangan : (*) = berpengaruh nyata pada taraf α = 5%

Lampiran 20 Hasil Sidik Ragam Kombinasi Perlakuan Terhadap K-dd Tanah
Sumber
Derajat
Jumlah
Derajat
F-Hitung
Pr>F
Keragaman
Bebas
Kuadrat
Tengah
Blok
2
0.00
0.00
0.67
0.5232
Perlakuan
8
0.00
0.00
13.11
F
Keragaman
Bebas
Kuadrat
Tengah
Blok
2
12.48
6.24
1.82
0.1945
Perlakuan
8
18.32
2.29
0.67
0.7132
Galat
16
54.95
3.43
Total
26
85.75
Lampiran 22 Hasil Sidik Ragam Kombinasi Perlakuan Terhadap P Tersedia
Tanah
Sumber
Derajat
Jumlah
Derajat
F-Hitung
Pr>F
Keragaman
Bebas
Kuadrat
Tengah
Blok
2
8.37
4.19
0.33
0.7283
Perlakuan
8
86.33
10.79
0.84
0.5785
Galat
16
204.39
12.77
Total
26
299.09
Lampiran 23 Hasil Sidik Ragam Kombinasi Perlakuan Terhadap Si Tersedia
Tanah
Sumber
Derajat
Jumlah
Derajat
F-Hitung
Pr>F
Keragaman
Bebas
Kuadrat
Tengah
Blok
2
176.42
88.21
1.87
0.1859
Perlakuan
8
172.30
21.54
0.46
0.8683
Galat
16
753.59
47.10
Total
26
1102.31

19

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bekasi pada tanggal 6 Januari 1992 sebagai anak
pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Supriyanto dan Een Nuraeni. Penulis
menyelesaikan pendidikan dasar pada tahun 2004 di SDN Puspanegara 03, Pada
tahun 2007 di SMPN 1 Citeureup, dan pada tahun 2010 di SMAN 1 Cibinong.
Tahun 2010 penulis diterima di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, melalui jalur Ujian Talenta Mandiri
IPB (UTMI).
Selama menjadi mahasiswa, penulis berkesempatan menjadi asisten
praktikum untuk mata kuliah Kesuburan Tanah pada Program Studi Teknologi
Manajemen Perkebunan, Program Diploma IPB.