Nilai-nilai kepahlawanan Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin di Nagari Ulakan

(1)

LAMPIRAN I

DAFTAR TANYA

Daftar tanya penelitian skripsi

Nilai-nilai Kepahlawanan Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin di Nagari Ulakan Responden No.

A. LATAR BELAKANG RESPONDEN 1. Umur

1. 15 – 19 tahun 2. 20 – 29 tahun 3. 30 – 39 tahun 4. 40 – 49 tahun 5. 50 – 59 tahun 6. 60 tahun ke atas

2. Jenis Kelamin 1. Laki-laki 2. Perempuan


(2)

3. Tingkat Pendidikan 1. Tidak Bersekolah 2. Sekolah Dasar (SD)

3. Sekolah Menengah Pertama (SMP) 4. Sekolah Menengah Atas (SMA) 5. Perguruan Tinggi

4. Suku/etnik 1. Minangkabau 2. Jawa

3. Batak 4. Nias 5. Lain-lain

5. Pekerjaan

1. Petani

2. Nelayan

3. Buruh

4. Pedagang

5. Pegawai Negri


(3)

6. Sudah berapa lama tinggal di sini 1. < 2 tahun

2. 3-4 tahun 3. 5-6 tahun 4. 7-8 tahun 5. 9 tahun ke atas 6. Sejak lahir

B. TUANKU KERAMAT SYEKH BURHANUDDIN

7. Apakah anda mengetahui Tuanku Keramat syekh Burhanuddin 1. Ya

2. Tidak 3. Ragu-ragu

(Jika Ya, teruskan dengan soal selanjutnya)

8. Sudah berapa lama anda mengetahui tentang Tuanku Keramat syekh Burhanuddin

1. 1-5 tahun yang lalu 2. 6-10 tahun yang lalu 3. 11-15 tahun yang lalu 4. 16-20 tahun yang lalu 5. 21-25 tahun yang lalu


(4)

9. Dari siapakah pertama kalinya anda mengetahui Tuanku Keramat syekh Burhanuddin

1. Keluarga (ayah, ibu, kakak)

2. Tokoh masyarakat (ketua adat, ustadz) 3. Guru sekolah

4. Tetangga

10.Apakah anda berminat terhadap Tuanku Keramat syekh Burhanuddin 1. Sangat berminat

2. Berminat

3. Kurang berminat 4. Tidak berminat

11.Pada umur berapa pertama kali anda mengetahui Tuanku Keramat syekh Burhanuddin

1. 6 – 10 tahun 2. 11 – 15 tahun 3. 16 – 20 tahun 4. 20 – 25 tahun 5. 26 tahun ke atas


(5)

12.Apakah anda memperoleh pengetahuan tentang Tuanku Keramat syekh Burhanuddin melalui pembelajaran yang khusus

1. Ya 2. Tidak 3. Ragu-ragu

C. PERSEPSI PERIHAL HAKIKAT HIDUP

13.Apakah Tuanku Keramat syekh Burhanuddin berkaitan dengan kehidupan anda

1. Ya 2. Tidak 3. Ragu-ragu

14.Apakah ajaran yang diberikan Tuanku Keramat syekh Burhanuddin berguna untuk menghadapi kesusahan dalam hidup

1. Ya 2. Tidak 3. Ragu-ragu

15.Apakah anda mengamalkan ajaran dari Tuanku Keramat syekh Burhanuddin 1. Ya

2. Tidak 3. Ragu-ragu


(6)

16.Apakah Tuanku Keramat syekh Burhanuddin mempunyai kaitan dengan keridhoan Allah

1. Ya 2. Tidak 3. Ragu-ragu

17.Apakah ajaran Tuanku Keramat syekh Burhanuddin bisa mewujudkan keahlian tertentu

1. Ya 2. Tidak 3. Ragu-ragu

18.Apakah ajaran dari Tuanku Keramat syekh Burhanuddin dapat merubah kehidupan ke arah yang lebih baik

1. Ya 2. Tidak 3. Ragu-ragu

19.Apakah ajaran dari Tuanku Keramat syekh Burhanuddin dapat merubah kehidupan ke arah yang buruk

1. Ya 2. Tidak 3. Ragu-ragu


(7)

20.Apakah ajaran Tuanku Keramat syekh Burhanuddin berkaitan dengan kedinamisan hidup

1. Ya 2. Tidak 3. Ragu-ragu

21.Apakah ajaran Tuanku Keramat syekh Burhanuddin menjadikan kesejahterahan masyarakat di nagari Ulakan

1. Ya 2. Tidak 3. Ragu-ragu

22.Apakah anda berminat menjaga dan mengajarkan ajaran Tuanku Keramat syekh Burhanuddin kepada masyarakat di nagari Ulakan

1. Sangat berminat 2. Berminar

3. Kurang berminat 4. Tidak berminat

D. PERSEPSI PERIHAL HAKIKAT KERJA

23.Dalam menjalankan aktivitas menggunakan akal, fikian dan kepandaian 1. Sangat setuju

2. Setuju

3. Kurang setuju 4. Tidak setuju


(8)

24.Dalam menjalankan aktivitas harus mahir dalam bidang yang ditekuni 1. Sangat setuju

2. Setuju

3. Kurang setuju 4. Tidak setuju

25.Dalam menjalankan aktivitas harian harus bijak sana berinteraksi terhadap isu dan fenomena yang berlaku

1. Sangat setuju 2. Setuju

3. Kurang setuju 4. Tidak setuju

26.Dalam menjalankan aktivitas harian seharusnya memahami dan mengetahui adat yang berlaku

1. Sangat setuju 2. Setuju

3. Kurang setuju 4. Tidak setuju

27.Menjalankan aktivitas seharusnya bisa menggunakan teknologi canggih 1. Sangat setuju

2. Setuju


(9)

4. Tidak setuju

28.Diperlukan ahklak yang baik di dalam bekeluarga dan lingkungan sekitarnya 1. Sangat setuju

2. Setuju

3. Kurang setuju 4. Tidak setuju

29.Diperlukan ahklak baik seseorang dalam linkungan sosial 1. Sangat setuju

2. Setuju

3. Kurang setuju 4. Tidak setuju

30.Menjalankan aktivitas diperlukan ajaran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin

1. Sangat setuju 2. Setuju

3. Kurang setuju 4. Tidak setuju

31.Apakah Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin berhubungan dengan amal dan ketakwaan

1. Sangat setuju 2. Setuju


(10)

4. Tidak setuju

32.Berbagai ajaran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin diantaranya membawa kejayaan didalam kehidupan

1. Sangat setuju 2. Setuju

3. Kurang setuju 4. Tidak setuju

33.Ajaran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin mewujudkan ketenangan dan keselamatan

1. Sangat setuju 2. Setuju

3. Kurang setuju 4. Tidak setuju

34.Ajaran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin menambah ketenangan lahir dan batin

1. Sangat setuju 2. Setuju

3. Kurang setuju 4. Tidak setuju

35.Ajaran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin mempunyai pengaruh terhadap aktivitas


(11)

1. Sangat setuju 2. Setuju

3. Kurang setuju 4. Tidak setuju

36.Ajaran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin bisa menambah keahlian bekerja

1. Sangat setuju 2. Setuju

3. Kurang setuju 4. Tidak setuju

37.Ajaran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin dengan ketenangan fisik dan mental

1. Sangat setuju 2. Setuju

3. Kurang setuju 4. Tidak setuju

E. PERSEPSI PERIHAL WAKTU

38.Ajaran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin masih relevan dengan zaman sekarang

1. Sangat setuju 2. Setuju


(12)

4. Tidak setuju

39.Banyak aktivitas masyarakat melibatkan ajaran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin

1. Sangat setuju 2. Setuju

3. Kurang setuju 4. Tidak setuju

40.Ajaran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin kekal sepanjang zaman 1. Sangat setuju

2. Setuju

3. Kurang setuju 4. Tidak setuju

41.Ajaran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin tidak pernah penting dalam kehidupan

1. Sangat setuju 2. Setuju

3. Kurang setuju 4. Tidak setuju


(13)

F. PERSEPSI TERHADAP ALAM

42.Apakah kedasyatan bencana alam akibat dari prilaku masyarakat 1. Sangat setuju

2. Setuju

3. Kurang setuju 4. Tidak setuju

43.Fenomena alam karena menipisnya kepercayaan terhadap ajarn Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin

1. Sangat setuju 2. Setuju

3. Kurang setuju 4. Tidak setuju

44.Apakah ada peranan ajaran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin terhadap fenomena alam

1. Sangat setuju 2. Setuju

3. Kurang setuju 4. Tidak setuju

45.Apakah ajaran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin menjaga keseimbangan di antara makhluk dengan alam

1. Sangat setuju 2. Setuju


(14)

3. Kurang setuju 4. Tidak setuju

46.Apakah ajaran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin berhubungan dengan kejadian alam sekitar

1. Sangat setuju 2. Setuju

3. Kurang setuju 4. Tidak setuju

47.Apakah ajaran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin dapat mengurangi bencana alam

1. Sangat setuju 2. Setuju

3. Kurang setuju 4. Tidak setuju

48.Apakah ajaran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin dapat menghindari marabahaya

1. Sangat setuju 2. Setuju

3. Kurang setuju 4. Tidak setuju


(15)

49.Apakah ajaran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin sebagai kelangsungan harmonisasi manusia dan alam

1. Sangat setuju 2. Setuju

3. Kurang setuju 4. Tidak setuju

G. PERSEPSI HAKIKAT HUBUNGAN SESAMA MANUSIA

50.Apakah ajaran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin dapat menimbulkan semangat bagi masyarakat

1. Sangat setuju 2. Setuju

3. Kurang setuju 4. Tidak setuju

51.Apakah ajaran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin berhubungan dengan keridhoan Allah

1. Sangat setuju 2. Setuju

3. Kurang setuju 4. Tidak setuju

52.Apakah ajaran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin berperan untuk kerukunan sesama


(16)

2. Setuju

3. Kurang setuju 4. Tidak setuju

53.Apakah media teknologi lebih berperan dalam kehidupan 1. Sangat setuju

2. Setuju

3. Kurang setuju 4. Tidak setuju

54.Apakah ajaran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin sama dengan media teknologi

1. Sangat setuju 2. Setuju

3. Kurang setuju 4. Tidak setuju

55.Apakah ajaran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin mengeratkan hubungan adat dengan individu

1. Sangat setuju 2. Setuju

3. Kurang setuju 4. Tidak setuju


(17)

56.Apakah ajaran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin mewujudkan kebersamaan sesama masyarakat

1. Sangat setuju 2. Setuju

3. Kurang setuju 4. Tidak setuju

57.Apakan ajaran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin diperlukan bagi mewujudkan rasa kerukunan sesama makhluk ciptaan allah

1. Sangat setuju 2. Setuju

3. Kurang setuju 4. Tidak setuju

58.Apakah ajaran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin diperlukan dalam mempersatukan pikiran masyarakat

1. Sangat setuju 2. Setuju

3. Kurang setuju 4. Tidak setuju


(18)

LAMPIRAN II

GAMBAR

Bangunan makan Syekh Burhanuddin tampak dari depan


(19)

Para pemuka agama berdoa didepan makan Syekh Burhanuddin


(20)

Surau pertama yang dibangun Syekh Burhanuddi di Tanjung Medan


(21)

Berdoa tulak bala di makan Syekh Burhanuddin


(22)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto Suharsimi, 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

...2000. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Bungin, 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta : Kencana Pranata Media Grup. Esten Mursal, 1986. Sastra dan Tradisi Subkultur. Bandung : Angkasa.

Gubah dan Lincoln. 1981. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Pt. Remaja Posda Karya.

Kartono, 1980. Pengantar Metodelogi Riset sosial. Bandung : Alumni.

Nurgiantoro Burhan, 1995. Pengkajian Fiksi. Bandung : Gajah Mada Universiti Press.

Miyon, Bambang Irawan, 1995. Sejarah Nasional dan Umum Program Inti. Solo : Pt. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri

Milles, M.B and Huberman, M.A.1994. Qualitative Data Analysis. London : Sage Publication.

Rendi Novrizal, S.s, 2014. Jati Diri Masyarakat Melayu Serdang Dalam Tradisi Bela Diri Silat Lintau di Kedatukan Batang Kuis: Kajian Antropologi Sastra.

Samad Duski, 2002. Syekh Burhanuddin dan Islamisasi Minangkabau. Jakarta : The Minangkabau Foundation.

Semi Atar, 1987. Anatomi Sastra. Padang : Angkasa.

Sujiman Panuti, 1988. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta : Rajawali Press.


(23)

...2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta. Syaifuddin, 1999. Prespektif Tradisionalisme Melayu. Medan : USU Press.

Teeuw, A. 1988. Sastra dan Ilmu Sastra, Pengantar Teori Sastra. Cetakan Kedua. Jakarta: Pustaka Jaya.


(24)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Disain Penelitian

Disain penelitian atau dapat juga disebut metode penelitian adalah cara ilmiah untuk memperoleh data dengan kegunaan dan tujuan tertentu. Jadi setiap penelitian yang dilakukan itu memiliki kegunaan serta tujuan tertentu. metode penelitian adalah cara-cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid, dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah. 7

Metode penelitian adalah strategi umum yang dianut dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlukan guna menjawab persoalan yang dihadapi. Hal ini menyimpulkan bahwa metode penelitian adalah suatu cara untuk mencapai kebenaran dengan mengumpulkan dan menganalisis data yang diperlukan guna mencapai tujuan.8 Dengan demikian penelitian ini menggunakan metode Kualitatif Naturalistik.

7 Sugiono, 2009, Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif, Alfa Beta, hal. 6. 8 Arikunto Suharsimi, 2006, Manajemen Penelitian, Jakarta , Rineka Cipta, hal. 50.


(25)

3.2 Sumber Data

Sumber data penelitian ini terdiri dari data primer dan data skunder. Data primer: pertama, sumber data berupa manusia yaitu masyarakat nagari Ulakan kecamatan Ulakan Tapakis kabupaten Padang Pariaman. Kedua, sumber data berupa suasana mencakup kehidupan sehari-hari, balai masyarakat, interaksi antara masyarakat sekitar dan tempat berkumpul/kerumunan yang berpotensi akan informasi tantang penelitian. Data skunder terdiri dari pertama, hasil penelitian dan tugas akhir mahasiswa. Kedua, buku yang diterbitkan dan berkaitan dengan objek penelitian.

3.3 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah semua alat yang digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah, atau mengumpulkan, mengolah, menganalisa dan menyajikan data-data secara sistematis serta objektif dengan tujuan memecahkan suatu persoalan. Jadi semua alat yang bisa mendukung suatu penelitian bisa disebut instrumen penelitian. Dalam suatu penelitian instrumen sangat memegang peranan yang penting.9

Berhasil atau tidak suatu penelitian ditentukan oleh instrumen yang digunakan dalam penelitian. Adapun instrumen dalam penelitian ini adalah kuisioner berupa pertanyaan. pertanyaan diberikan kepada masyarakat yang terkait seputar mengenai nilai-nilai kepahlawanan Tuanku Keramat Syehk Burhanuddin di Nagari Ulakan yang ada di kecamatan Ulakan Tapakis tersebut, pertanyaan ini berisi tentang pemaparan

9 Rendi Novrizal, S.s. 2014, Jati Diri Masyarakat Melayu Serdang Dalam Tradisi Bela Diri Silat Lintau di


(26)

secara deskriptif Tuanku Keramat Syehk Burhanuddin tersebut, sedangkan angket digunakan agar peneliti memperoleh tanggapan masyarakat.

Sugiono (2007 :26), menyebutkan peneliti dapat menjadi instrumen penelitian jika memiliki wawasan yg luas tentang yang diteliti dan mampu pula menciptakan rapport kepada setiap orang yang ada pada konteks sosial yang diteliti. Sugiono juga menyatakan peneliti juga dapat memilih cara memperoleh kejelasan data atau objek penenlitian dengan caranya sendiri, seperti membuat daftar tanya. Namun, dalam menafasir jawaban harus berorientasi kepada kejujuran dan keilmuannya. Artinya, dengan membuat daftar tanya bukan mengacu pada penelitian kuantitatif. Melainkan hanya untuk membuat opini dari informasi yang diperoleh melalui taburan jawaban.10

Selain itu, cara lain dapat juga dilakukan dengan menciptakan sesuatu untuk membangun hubungan yang akrab dengan setiap orang yang ada pada konteks sosial. Dalam penelitian ini peneliti di samping menciptakan hubungan yang akrab juga menyediakan daftar tanya kepada masyarakat yang dianggab mempunyai pemahamam terhadap objek kajian.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian sesuai dengan maksud tujuan teknik ini digunakan untuk mendapat informasi yang diharapkan, lalu pengumpulan data dilakukan melalui teknik sebagai berikut:

10 Arikunto Suharsimi, 2000, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktis, Jakarta, Rineka Cipta, hal.


(27)

3.4.1 Teknik Observasi

observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang sangat lazim dalam metode penelitian kualitatif. Observasi hakikatnya merupakan kegiatan dengan menggunakan pancaindera, bisa penglihatan, penciuman, pendengaran, untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk menjawab masalah penelitian. Hasil observasi berupa aktivitas, kejadian, peristiwa, objek, kondisi atau suasana tertentu, dan perasaan emosi seseorang. Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran riil suatu peristiwa atau kejadian untuk menjawab pertanyaan penelitian.11

Beberapa bentuk observasi, yaitu: 1). Observasi partisipasi, 2). observasi tidak terstruktur, dan 3).observasi kelompok.12 Berikut penjelasannya:

1. Observasi partisipasi adalah (participant observation) adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan di mana peneliti terlibat dalam keseharian informan.

2. Observasi tidak terstruktur ialah pengamatan yang dilakukan tanpa menggunakan pedoman observasi, sehingga peneliti mengembangkan pengamatannya berdasarkan perkembangan yang terjadi di lapangan.

3. Observasi kelompok ialah pengamatan yang dilakukan oleh sekelompok tim peneliti terhadap sebuah isu yang diangkat menjadi objek penelitian.

Observasi adalah studi yang sengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala alam dengan jalan pengamatan dan pencatatan. Teknik observasi yang

11 Gubah dan Lincoln, 1981, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung, Pt. Remaja Posda Karya, hal.

191-193.


(28)

digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi dengan menerapkan pencatatan berkala atau insidental record dimana pencatatan dilakukan menurut urutan kejadian dan urutan waktu yang tidak dilakukan secara terus menerus melainkan pada waktu tertentu dan mempunyai batas pula, pada jangka waktu yang ditetapkan untuk tiap-tiap kali pengamatan.13

Peneliti menggunakan teknik observasi baik langsung maupun yang tidak langsung yang didasari beberapa alasan sebagai berikut:

1. Banyak gejala yang dapat diselidiki dengan observasi sehingga hasilnya akurat sulit dibantah.

2. Banyak objek yang hanya bersedia diambil datanya dengan cara observasi.

3. Kejadian yang serempak hanya dapat diamati dan dicatat secara serempak pula dengan memperbanyak observer.

4. Banyak kejadian yang dipandang kecil yang tidak dapat ditangkap oleh alat pengumpul data yang lain.

Berkaitan dengan jenis observasi yang digunakan peneliti menggunakan metode observasi langsung yaitu di nagari Ulakan kecamatan Ulakan Tapakis kabupaten Padang Pariaman, sedangkan yang dijadikan fokus observasi dalam penelitian ini adalah nilai-nilai kepahlawanan Tuanku Keramat Syehk Burhanuddin di Nagari Ulakan.


(29)

3.4.2 Teknik Kuesioner

Daftar tanya berisi beberapa soal untuk masyarakat sebagai responden. Pertanyaan-pertanyaan yang ada bertujuan memperoleh data tentang pandangan mereka pada cerita dan nilai-nilai kepahlawanan Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin dalam kehidupan sehari-hari.

3.4.3 Teknik Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara memperoleh informasi dari bermacam-macam sumber tertulis atau dokumen yang ada pada responden atau tempat, dimana responden bertempat tinggal atau melakukan kegiatan sehari-harinya.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih kredibel/dapat dipercaya.14

Dalam penelitian ini, metode dokumentasi dilakukan dengan cara peneliti mengumpulkan data-data melalui pencatatan atau data-data tertulis yang ada di nagari Ulakan kecamatan Ulakan Tapakis.


(30)

3.5 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif memungkinkan dilakukan analisis data pada waktu peneliti berada di lapangan maupun setelah kembali dari lapangan baru dilakukan analisis. Pada penelitian ini analisis data telah dilaksanakan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Alur analisis mengikuti model analisis interaktif.15 Teknis yang digunakan dalam menganalisis data meliputi empat komponen, yaitu 1) pengumpulan data; 2) reduksi data; 3) sajian data; 4) penarikan simpulan (Verifikasi). Penjelasannya sebagai berikut.

3.5.1 Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dicatat dalam catatan lapangan yang terdiri dari dua bagian yaitu deskriptif dan reflektif. Catatan deskriptif adalah catatan alami, (catatan tentang apa yang dilihat, didengar, disaksikan dan dialami sendiri oleh peneliti tanpa adanya pendapat dan penafsiran dari peneliti terhadap fenomena yang dialami). Catatan reflektif adalah catatan yang berisi kesan, komentar, pendapat, dan tafsiran peneliti tentang temuan yang dijumpai, dan merupakan bahan rencana pengumpulan data untuk tahap berikutnya.

15Milles, M.B and Huberman, M.A, 1994, Qualitative Data Analysis, London, Sage Publication, 184,


(31)

3.5.2 Reduksi Data

Setelah data terkumpul, selanjutnya dibuat reduksi data, guna memilih data yang relevan dan bermakna, memfokuskan data yang mengarah untuk memecahkan masalah, penemuan, pemaknaan atau untuk menjawab pertanyaan penelitian. Kemudian menyederhanakan dan menyusun secara sistematis dan menjabarkan hal-hal penting tentang hasil temuan dan maknanya.

Pada proses reduksi data, hanya temuan data atau temuan yang berkenaan dengan permasalahan penelitian saja yang direduksi. Sedangkan data yang tidak berkaitan dengan masalah penelitian dibuang. Dengan kata lain reduksi data digunakan untuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan dan membuang yang tidak penting, serta mengorganisasikan data, sehingga memudahkan peneliti untuk menarik kesimpulan.

3.5.3 Sajian Data

Penyajian data dapat berupa bentuk tulisan atau kata-kata, gambar, grafik dan tabel. Tujuan sajian data adalah untuk menggabungkan informasi sehingga dapat menggambarkan keadaan yang terjadi. Dalam hal ini, agar peneliti tidak kesulitan dalam penguasaan informasi baik secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari hasil penelitian, maka peneliti harus membuat naratif, matrik atau grafik untuk memudahkan penguasaaninformasi atau data tersebut.

Dengan demikian peneliti dapat tetap menguasai data dan tidak tenggelam dalam kesimpulan informasi yang dapat membosankan. Hal ini dilakukan karena data yang terpencar-pencar dan kurang tersusun dengan baik dapat mempengaruhi peneliti dalam


(32)

bertindak secara ceroboh dan mengambil kesimpulan yang memihak, tersekat-sekat dan tidak mendasar. Untuk display data harus disadari sebagai bagian dalam analisis data.

3.5.4 Penarikan Kesimpulan (Verifikasi)

Penarikan kesimpulan dilakukan selama proses penelitian berlangsung seperti halnya proses reduksi data, setelah data terkumpul cukup memadai maka selanjutnya diambil kesimpulan sementara, dan setelah data benar-benar lengkap maka diambil kesimpulan akhir. Kesimpulan dari ini masih memerlukan adanya verifikasi (penelitian kembali tentang kebenaran laporan) sehingga hasil yang diperoleh benar-benar valid. Keempat komponen tersebut saling berkaitan dan dilakukan secara terus-menerus mulai dan awal, saat penelitian berlangsung, sampai akhir penelitian.


(33)

BAB IV

SIKAP MASYARAKAT DI NAGARI ULAKAN TERHADAP CERITA TUANKU KERAMAT SYEKH BURHANUDDIN

4.1 Hasil Taburan dan Jawaban

4.1.1 Latar Belakang Responden

Responden terdiri dari berbagai lapisan masyarakat dilihat dari jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, suku, dan lamanya tinggal di daerah tersebut. Sampel kajian terdiri dari 20 sampel dan jumlah soal yang diutarakan terdiri dari 59 soal.

Latar Belakang responden

Umur responden 15 – 19 tahun

20 – 29 tahun

30 – 39 tahun

40 – 49 tahun

50 – 59 tahun

60 tahun keatas

sebanyak 3 orang

sebanyak 1 orang

sebanyak 5 orang

sebanyak 5 orang

sebanyak 3 orang

sebanyak 2 orang

Jenis kelamin responden Laki-laki

Perempuan

sebanyak 11 orang


(34)

Tingkat Pendidikan responden Sekolah dasar (SD)

Sekolah menengah pertama (SMP)

Sekolah menengah atas (SMA)

Perguruan tinggi

sebanyak 4 orang

sebanyak 3 orang

sebanyak 9 orang

sebanyak 4 orang

Suku/etnik reponden Minangkabau sebanyak 20 orang

Pekerjaan responden Petani

Nelayan

Buruh

Pedagang

Pegawai negri

Lain-lain

sebanyak 1 orang

sebanyak 1 orang

sebanyak 2 orang

sebanyak 4 orang

sebanyak 4 orang

sebanyak 8 orang


(35)

4.1.2 Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin

Soal

Taburan jawaban

Ya Tidak Ragu-ragu

Lain-lain

1. Apakah anda mengetahui Tuanku Keramat syekh Burhanuddin

20 0 0 -

2. Sudah berapa lama anda mengetahui tentang Tuanku Keramat syekh Burhanuddin

- - - 6-10 tahun lalu = 4 orang

11-15 tahun lalu = 2 orang

16-20 tahun lalu = 1 orang

21-25 ahun lalu = 13 orang

3. Dari siapakah

pertama kalinya anda mengetahui Tuanku Keramat syekh Burhanuddin

- - - Keluarga (ayah, ibu,

kakak) = 19 orang

Tokoh masyarakat (ketua adat, ustadz) = 1 orang 4. Apakah anda

berminat terhadap Tuanku Keramat

- - - Sangat berminat = 16 orang


(36)

syekh Burhanuddin

Berminat = 4 orang 5. Pada umur berapa

pertama kali anda mengetahui Tuanku Keramat syekh Burhanuddin

- - - 6-10 ahun = 20 orang

6. Apakah anda memperoleh

pengetahuan tentang Tuanku Keramat syekh Burhanuddin melalui pembelajaran yang khusus

0 20 0 -

4.1.3 Persepsi Perihal Hakikat Hidup

Soal

Taburan jawaban

Ya Tidak Ragu-ragu

Lain-lain

1. Apakah Tuanku Keramat syekh Burhanuddin berkaitan dengan kehidupan anda


(37)

2. Apakah ajaran yang diberikan Tuanku Keramat syekh Burhanuddin berguna untuk menghadapi kesusahan dalam hidup

20 0 0 -

3. Apakah anda

mengamalkan ajaran dari Tuanku Keramat syekh Burhanuddin

20 0 0 -

4. Apakah Tuanku Keramat syekh Burhanuddin mempunyai kaitan dengan keridhoan Allah

17 0 3 -

5. Apakah ajaran Tuanku Keramat syekh Burhanuddin bisa mewujudkan keahlian tertentu

6 3 11 -

6. Apakah ajaran dari Tuanku Keramat


(38)

syekh Burhanuddin dapat merubah kehidupan ke arah yang lebih baik 7. Apakah ajaran dari

Tuanku Keramat syekh Burhanuddin dapat merubah kehidupan ke arah yang buruk

1 19 0 -

8. Apakah ajaran Tuanku Keramat syekh Burhanuddin berkaitan dengan kedinamisan hidup

19 0 3 -

9. Apakah ajaran Tuanku Keramat syekh Burhanuddin menjadikan

kesejahterahan masyarakat di nagari Ulakan

20 0 0 -

10.Apakah anda

berminat menjaga dan

- - - Sangat berminat = 14


(39)

mengajarkan ajaran Tuanku Keramat syekh Burhanuddin kepada masyarakat di nagari Ulakan

Berminat = 6 orang

4.1.4 Persepsi Perihal Hakikat Kerja

Soal

Taburan jawaban

Sangat setuju Setuju Kurang setuju Tidak setuju 1. Dalam menjalankan

aktivitas

menggunakan akal, fikian dan kepandaian

14 6 0 0

2. Dalam menjalankan aktivitas harus mahir dalam bidang yang ditekuni

13 7 0 0

3. Dalam menjalankan aktivitas harian harus bijak sana berinteraksi terhadap isu dan fenomena yang berlaku


(40)

4. Dalam menjalankan aktivitas harian seharusnya memahami dan mengetahui adat yang berlaku

19 1 0 0

5. Menjalankan aktivitas seharusnya bisa menggunakan teknologi canggih

3 10 6 1

6. Diperlukan ahklak yang baik di dalam bekeluarga dan lingkungan sekitarnya

14 6 0 0

7. Diperlukan ahklak baik seseorang dalam linkungan sosial

15 5 0 0

8. Menjalankan aktivitas diperlukan ajaran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin

3 17 0 0

9. Apakah Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin


(41)

berhubungan dengan amal dan ketakwaan 10.Berbagai ajaran

Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin diantaranya membawa kejayaan didalam kehidupan

9 11 0 0

11.Ajaran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin mewujudkan ketenangan dan keselamatan

6 14 0 0

12.Ajaran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin menambah

ketenangan lahir dan batin

4 16 0 0

13.Ajaran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin

mempunyai pengaruh


(42)

terhadap aktivitas 14.Ajaran Tuanku

Keramat Syekh Burhanuddin bisa menambah keahlian bekerja

0 10 10 0

15.Ajaran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin dengan ketenangan fisik dan mental

1 14 5 0

4.1.5 Persepsi Perihal Waktu

Soal

Taburan jawaban

Sangat setuju Setuju Kurang setuju Tidak setu

ju 1. Ajaran Tuanku

Keramat Syekh Burhanuddin masih relevan dengan zaman sekarang

18 2 0 0

2. Banyak aktivitas


(43)

masyarakat melibatkan ajaran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin 3. Ajaran Tuanku

Keramat Syekh Burhanuddin kekal sepanjang zaman

19 1 0 0

4. Ajaran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin tidak pernah penting dalam kehidupan

20 0 0 0

4.1.6 Persepsi Terhadap Alam

Soal

Taburan jawaban

Sangat setuju setuju Kurang setuju Tidak setuju 1. Apakah kedasyatan

bencana alam akibat dari prilaku

masyarakat

0 16 4 0

2. Fenomena alam


(44)

karena menipisnya kepercayaan terhadap ajarn Tuanku

Keramat Syekh Burhanuddin

3. Apakah ada peranan ajaran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin terhadap fenomena alam

0 13 7 0

4. Apakah ajaran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin menjaga

keseimbangan di antara makhluk dengan alam

2 18 0 0

5. Apakah ajaran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin berhubungan dengan kejadian alam sekitar

2 14 4 0

6. Apakah ajaran Tuanku Keramat


(45)

Syekh Burhanuddin dapat mengurangi bencana alam 7. Apakah ajaran

Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin dapat menghindari marabahaya

0 16 4 0

8. Apakah ajaran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin sebagai kelangsungan harmonisasi manusia dan alam

2 18 0 0

4.1.7 Persepsi Hakikat Hubungan Hubungan Sesama Manusia

Soal

Taburan jawaban

Sangat setuju setuju Kurang setuju Tidak setuju 1. Apakah ajaran

Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin dapat menimbulkan semangat bagi


(46)

masyarakat 2. Apakah ajaran

Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin berhubungan dengan keridhoan Allah

13 7 0 0

3. Apakah ajaran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin berperan untuk kerukunan sesama

3 17 0 0

4. Apakah media teknologi lebih berperan dalam kehidupan

0 4 10 6

5. Apakah ajaran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin sama dengan media teknologi

0 3 7 10

6. Apakah ajaran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin mengeratkan


(47)

hubungan adat dengan individu 7. Apakah ajaran

Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin mewujudkan

kebersamaan sesama masyarakat

4 16 0 0

8. Apakan ajaran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin diperlukan bagi mewujudkan rasa kerukunan sesama makhluk ciptaan allah

7 13 0 0

9. Apakah ajaran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin diperlukan dalam mempersatukan pikiran masyarakat


(48)

Pandangan penulis berdasarkan taburan jawaban :

Dari 20 sample yang dibagikan kepada masyarakat berbagai latar balakang usia, umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan yang berbeda mereka semua mengetahui tentang Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin, masyarakat mengetahuinya semenjak mereka kanak-kanak umumnya masyarakat mengetahui tentang Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin dari keluarga dan sebagian kecil mengatakan mereka mengetahui dari tokoh masyarakat (pengetua adat). Masyarakat di Nagari Ulakan tersebut sangat berminat untuk meneruskan ilmu yang diwarisi Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin, masyarakat tidak memperoleh pengetahuan tentang Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin melalui pembelajaran yang khusus.

Ajaran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin sangat berkaitan dengan kehidupan masyarakat di Nagari Ulakan berguna terhadap menjalankan kehidupan sehari-hari termasuk dalam mengahadapi kesusahan hidup mereka mengamalkan ajaran-ajaran dari Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin ajarannya juga berkaitan dengan keridhoan Allah, masayarakat Nagari Ulakan menyebutkan ajaran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin bisa mewujudkan keahlian tertentu, tetapi sebagian masyarakat antara mempercayai dan tidak mempercayai keahlian tertentu tersebut. Masyarakat meyakini bahwa ajaran beliau membawa kehidupan kearah yang lebih baik, menjadikan hidup lebih dinamis, dan membawa kesejahterhana masyarakat di Nagari Ulakan bahkan masyarakat sangat berminat menjaga dan mengajarkan ajaran beliau kepada masyarakat luas, khususnya di Nagari Ulakan tersebut.


(49)

Masyarakat di Nagari Ulakan mengamalkan ajaran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, Syekh Burhanuddin Menjadi panutan dalam masyarakat tersebut. masyarakat mengerti akan fenomena alam yang terjadi pada lingkungan mereka bejak sana berinteraksi didalam hidup bermasyarakat, mematuhi adat yang berlaku, masyarakat mengkaitan ajaran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin dengan amal dan ketakwaan disebabkan beliau lah pejuang agama ditengah-tengah masyarakat tersebut, selain itu ajaran beliau mewujudkan ketenangan dan keselamatan masyarakat di Nagari Ulakan.

Masyarakat mengatakan ajaran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin masih relevan dengan zaman sekarang dan kekal sepanjaang zaman. banyak aktivitas masyarakat melibatkan ajaran dari beliau, masyarakat melibatkan semua kegiatannya dengan ajaran beliau dan selalu menganggap ajaran dari beliau sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.

Tuanku Keramat Syekh burhanuddin berperan terhadap fenomena alam, Fenomena alam terjadi karena menipisnya kepercayaan masyarakat terhadap ajaran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin, fenome alam terjadi karena ulah prilaku manusia. Ajaran beliau menjaga keseimbangan antar mahkluk dan alam, ajaran beliau dapat mengurangi bencana alam, terhindar dari marabahaya, menjaga kelangsungsungan harmonisasi manusia dan alam.

Masyarakat berpendapat ajaran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin dapat mengerakat hubungan sesama masyarakat, menimbulkan semangat didalam hidup bermasyarakat dan juga ajaran beliau memperoleh keridhoan allah. Masyarakat berpendapat bahwa teknologi tidak terlalu berperan dalam kehidupan mereka, ajaran Tuanku keramat Syekh Burhanuddin tidak bisa disamakan dengan media teknologi,


(50)

tetapi ajaran beliau dapat mewujudkan kebersamaan sesama masyrakata dan kerukunan di antara masyarakat tersebut.

Persepsi Masyarakat

Konsep dasar

Orientasi nilai budaya masyarakat

Pandangan penulis

Persepsi perihal hakikat hidup

Kehidupan masyarakat di Nagari ulakan tidak terlepas dari ajaran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin yang menjadi acuan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.

Penulis menyimpulakan dari hasil penelitian bahwa benar adanya semua kehidupan masyarakat di Nagari Ulakan tidak terlepas dari ajaran Tuanku

keramat Syekh

Burhanuddin.

persepsi perihal hakikat kerja

Masyarakat di Nagari Ulakan mengamalkan ajaran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.

Syekh Burhanuddin Menjadi panutan dalam masyarakat tersebut.

Masyarakat mengerti akan fenomena alam yang terjadi

Didalam bekerja

masyarakat mengamalkan ajaran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin seperti bagi para nelayan ada kala waktu yang tidak baik untuk melaut, bagi petani ada pantangan dalam mengambil air pada waktu


(51)

pada lingkungan mereka bejak sana berinteraksi didalam hidup bermasyarakat, mematuhi adat yang berlaku, masyarakat mengkaitan ajaran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin dengan amal dan ketakwaan.

waktu tertentu yang sampai sekarang masih dijalankan masyarakat di Nagari Ulakan.

Persepsi perihal waktu Masyarakat mengatakan ajaran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin masih relevan dengan zaman sekarang dan kekal sepanjaang zaman. banyak aktivitas masyarakat melibatkan ajaran dari beliau.

Ajaran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin sampai sekarang masih dipakai seperti dalam tradisi

mancaliak bulan dalam

menetukan hari pertama puasa dan hari raya, masih adanya tradisi basapa didalam masyarakat pendukungnya.

Persepsi terhadap alam Masyarakat di Nagari Ulakan mempercayai terjadinya fenomena alam karena menipisnya kepercayaan masyarakat terhadap ajaran

Didalam adanya bencana masyarakat melakukan tradisi bagatik untuk menghindari masyarakat dari bencana alam. Bagatik


(52)

Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin.

ini merupakan ajaran dari Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin agar terhindar dari bencana alam.

Persepsi perihal hakikat hubungan sesama manusia

ajaran Tuanku Keramat Syekh

Burhanuddin dapat

menggerakat hubungan sesama masyarakat, menimbulkan semangat didalam hidup bermasyarakat dan juga ajaran beliau memperoleh keridhoan allah.

Adanya nilai gotong royong ditengah-tengah masyarakat seperti didalam upacara adat, dalam pesta perkawinan semua anggota masyarakat bahu membahu didalam acara tersebut, ini meurupakan contoh nyata dalam hakikat hubungan sesama manusia di Nagari Ulakan.

Kesimpulan Dari Persepsi Masyarakat

Kehidupan masyarakat di Nagari ulakan tidak terlepas dari ajaran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin yang menjadi acuan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Penulis menyimpulakan dari hasil penelitian bahwa benar adanya semua kehidupan masyarakat di Nagari Ulakan tidak terlepas dari ajaran Tuanku keramat Syekh Burhanuddin. Masyarakat di Nagari Ulakan mengamalkan ajaran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Syekh Burhanuddin Menjadi panutan dalam masyarakat tersebut. Masyarakat mengerti akan fenomena alam yang terjadi pada lingkungan mereka bijak sana berinteraksi didalam


(53)

hidup bermasyarakat, mematuhi adat yang berlaku, masyarakat mengkaitan ajaran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin dengan amal dan ketakwaan.

Dalam bekerja masyarakat mengamalkan ajaran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin seperti bagi para nelayan ada kala waktu yang tidak baik untuk melaut, bagi petani ada pantangan dalam mengambil air pada waktu waktu tertentu yang sampai sekarang masih dijalankan masyarakat di Nagari Ulakan. Masyarakat mengatakan ajaran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin masih relevan dengan zaman sekarang dan kekal sepanjaang zaman. banyak aktivitas masyarakat melibatkan ajaran dari beliau.

Ajaran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin sampai sekarang masih dipakai seperti dalam tradisi mancaliak bulan dalam menetukan hari pertama puasa dan hari raya, masih adanya tradisi basapa didalam masyarakat pendukungnya.

Masyarakat di Nagari Ulakan mempercayai terjadinya fenomena alam karena menipisnya kepercayaan masyarakat terhadap ajaran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin. Didalam adanya bencana masyarakat melakukan tradisi bagatik untuk menghindari masyarakat dari bencana alam. Bagatik ini merupakan ajaran dari Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin agar terhindar dari bencana alam. ajaran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin dapat menggerakat hubungan sesama masyarakat, menimbulkan semangat didalam hidup bermasyarakat dan juga ajaran beliau memperoleh keridhoan Allah. Adanya nilai gotong royong ditengah-tengah masyarakat seperti didalam upacara adat, dalam pesta perkawinan semua anggota masyarakat bahu membahu didalam acara tersebut, ini meurupakan contoh nyata dalam hakikat hubungan sesama manusia di Nagari Ulakan.


(54)

4.2. Teks Cerita Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin

Cerita ini merupakan cerita lisan yang telah dicetak kemudian dilisankan kembali dalam pentranslitanya tidak terlepas dari kata-kata peneliti sendiri adapun cerita Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin ini pada penamaan tokoh cerita dalam cerita, nama bangunan dalam cerita dan kata-katanya bersifat religius. Selain karena ini sifat kelisananya tidak didapat karena dalam teks tulis maka dalam penelitian bahasa yang digunakan bahasa ragam lisan yang dicetak tidak terlepas dari bahsa daerah. Adapun ceritanya sebagai berikut :

Lazim sekali, sejarah tokoh-tokoh besar sering kali dikaitkan dengan peristiwa alam yang merupakan kebanggaan bagi orang yang hidup di sekitarnya. Tak terkecuali, sejarah Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin juga ditempatkan oleh penutur sejarah dibelakangnya, khususnya oleh pengikut dan pengagumnya seperti itu. Nenek moyangnya berasal dari Guguk Sikaladi Pariangan Padang Panjang Kabupaten Tanah Datar Sumatera Barat. Neneknya bernama “Puteri Aka Lundang” seorang keturunan berbangsa dengan gelar “Puteri” dan kakeknya dikenal dengan panggilan “Tantejo Guruhano” dari dua orang nenek dan kakek ini lahirlah ayahnya yang bernama “Pampak Sati Karimun Merah” seorang pertapa sakti yang dikenal luas dalam masyarakatnya sekaligus juga sebagai “Datu” (Pemberi obat) bagi masyarakat sekitarnya. Sedangkan ibunya juga seorang Puteri yang disebut dengan panggilan “Puteri Cukep Bilang Pandai”.

Secara pasti waktu kelahiran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin belum dapat ditegaskan, namun dari beberapa penulis sejarah diketahui bahwa Ia diperkirakan lahir awal abad ke-17 M. Ia hidup 1056-1104 H/1646-92 M. Nama kecil yang diberikan terhadap Syekh Burhaniddin ada beberapa versi, pertama, menyebut dia itu digelari


(55)

dengan Buyung Panuah artinya anak laki-laki yang sudah mapan (kuat dan bisa dipercaya). Kedua, menyebut nama kecilnya Buyung Pono yang diambil dari gelarnya samparono” artinya sempurna. Kedua gelar ini bisa saja diterima karena keduanya mengindikasikan sempurna. Panuah artinya sempurna demikian juga samparono atau disingkat Pono juga berarti sempurna, (selanjutnya penulis akan menggunakan nama Pono untuk Syekh Burhanuddin).

Pono menghabiskan masa kecilnya dibawah bimbingan orang tua didaerah asalnya sebagai mana juga anak-anak lain ketika itu. Dunia anak-anak yang tidak luput dari berbagai cerita unik dan menarik juga dialami oleh Pono. Pada saat usia antara 9 sampai 11 tahun terjadi suatu peristiwa yang menarik, yaitu ketika pada suatu hari Dia sedang bersanda gurau sesama teman sepermainan disebuah tempat ketinggian yang bernama Kuweak Gulandi Nan Baselo. Tanpa disadari harimau datang menerkam dari belakang dan dengan sigap Ia mengadakan perlawanan terhadap harimau yang hampir saja menerkam itu. Akhir dari perlawanan tersebut harimau kalah dan melarikan diri masuk hutan, sedangkan Pono ditinggalkan dalam keadaan terluka pada paha sebelah kiri. Luka tersebut ternyata membuat putus urat kakinya yang berakibat pincang pada dirinya sampai akhir hayat. Karena pincang itulah teman-teman sepermainan memperolok-oloknya dengan panggilan sipicang.

Sejak usia dini, Pono telah didik oleh orang tua dengan pendidikan akhlak dan budi pekerti yang baik. Bukti adanya pendidikan oleh orang tua terhadap Pono adalah ketika Ia berumur 7 tahun telah dibawa orang tuanya untuk belajar pada seorang Gujarat yang disebut dengan “Illapai” yaitu pedagang gujarat yang melakukan perdagangan dari arah Timur ke Batang Bengkaweh (Pekan Tuo Batang Bengkaweh), sebelumnya merupakan salah satu jalur perdagangan. Sebutan Illapai ini kemudian dijadikan gelar


(56)

kehormatan bagi pengembang Islam di Nagari Ulakan dengan peralihan bahasa menjadi “Labai”.

Lama masa belajar dengan Illapai tidak diketahui secara pasti, tetapi kamudian ia mendengar bahwa di negeri rantau, tepatnya di daerah Tapakis Ulakan ada seorang ulama yang berasal dari Mekkah yang terkenal dengan panggilan Tuanku Madinah tengah mengajarkan agama Islam. Mendengar nama ulama ini Pono ingin sekali belajar kepadanya. Keinginan itu diutarakan kepada orang tuanya dan orang tuanya pun menyambut baik niat dan minatnya untuk belajar, maka Pono dibawa pindah kedaerah tersebut. Riwayat lain menceritakan bahwa kepindahan Pono ke daerah rantau Tapakis Ulakan adalah faktor ekonomi orang tuanya yang kurang memungkinkan di Pariangan Padang Panjang. Disisi lain, Pono juga sering diperolok-olok oleh teman-teman sebayanya karena pincang kaki yang dialaminya.

Perjalanan keluarga pono dari kampung halaman Pariangan Padang Panjang ditempuh dengan menelusuri hutan melewati Nagari Malalo turun gunung sampai ke Nagari Asam Pulau terus menghiliri anak sungai Batang Anai, maka sampai lah mereka di Nagari Sintuk Lubuk Alung. Nagari Sintuk Lubuk Alung adalah tempat mereka menetap pertama kali menetap diperantauan. Kehadirannya ditempat ini bisa diterima dimasyarakat, dia memulai kehidupan dengan mengembalakan kerbau. Setiap hari mengembalakan kerbau membuatnya selalu mengasingkan diri. Hal ini mungkin karena ia orang asing atau juga karena takut dihina oleh teman sesama besar karena pincangnya itu. Usianya pada waktu itu baru berumur 11 tahun.

Padang pengembalaannya tidak terbatas di Sintuk saja, tetapi Ia juga mengembala sampai ke daerah Tapakis, daerah yang terletak antara Sintuk dan Ulakan. Di Pengembalaan di Tapakis ini Pono bertemu dengan seseorang orang Ulakan yang


(57)

berasala dari Tanjung Medan yang Bernama Idris. Kelak Idris yang diberi gelar dengan Khatib Majolelo inilah yang menjadi teman setianya ketika kembali dari Aceh dan menjadi tulang punggung penyiaran Islam di Ulakan. Di sini, Pono mendapatkan informasi yang lebih luas tentang Tuanku Madinah di Tapakis. Sejak masa itu pula Ia mulai belajar agama sekaligus mengembalakan ternaknya. Pada masa itu penduduk masih mempunyai kepercayaan animisme dan belum meyakini adanya Tuhan. Ketika Idris Majolelo mengenalkan Pono dengan seorang ulama/Syekh yang berasal dari Aceh yang Bernama Syekh Abdullah Arif gelar Tuanku Madina, maka dengan segera pula Pono langsung menerima agama Islam dengan mengucapkan dau kalimah syahadat dihadapan Tuanku Madinah. Sementara anak-anak lain di daerah itu memegang kepercayaan lama.

Tuanku Madinah atau Syekh Abdullah Arief diduga sebagai pengembang Islam pertama di daerah ini. Kehadiran Tuanku Madinah di Air Sirah tidak semuanya dapat diterima oleh penduduk negeri itu, terutama oleh kaum adatnya yang memegang kuat adat dan tradisi yang mereka miliki. Namun ada beberapa orang yang menerimanya, sehingga banyaklah orang belajar agama Islam pada Tuanku Madinah tersebut. Diantara muridnya kelak yang menjadi pilar penyebar Islam di Nagari itu adalah Pono. Pertemuan dan bergurunya Pono pada Tuanku Madinah merupakan babak baru kehidupan Pono pribadi. Ia belajar dengan tekun dan cepat sekali mengerti setiap pelajaran yang diberikan gurunya. Guru yang mengajarpun sangat senang pada pribadi muridnya ini karena kecerdasan dan kepatuhannya. Sinar mata kecerdasan dan kearifan yang dimiliki Pono menjadikan gurunya Tuanku Madinah menyayangi dan memberikan pelajaran padanya dengan baik dan sungguh. Tetapi amat disayangkan, Pono tidak sempat belajar dalam waktu yang cukup panjang pada Syekh Madinah, karena hanya


(58)

dalam jangka waktu tiga tahun Pono mengaji Syekh Madinah kemudian telah meninggal dunia. Kepergian guru yang amat dicintainya menjadikan Ia selalu bersedih dan kembali ketempat orang tuanya di Sintuk.

Syekh Madinah meninggal dunia pada tahun 1039 H/1619 M di Tapakis. Pupusnya harapan Pono untuk belajar agama yang baru sering menjadikannya sering menyendiri dan memencilkan diri dari kehidupan ramai. Meskipun demikian dengan cara sembunyi dan berbisik-bisik Ia mulai menyampaikan (da’wah) Islam kepada orang tua, keluarga, kerabat, serta teman dekatnya perlahan-lahan agama Islam mulai diterima oleh orang Sintuk. Namun, kehadiran agama baru ini membawa ketidak puasan bagi sebagian orang, terutama pihak penghulu adat. Akibatnya, Pono mendapat tantangan dari Sebagian besar masyarakat Sintuk, mereka bahkan meminta agar Pono bersedia meninggalkan kegiatan da’wahnya, namum Pono tetap saja melakukannnya. Dampak dari aktivitas da’wah yang dilakukan Pono menjadikan beliau terisolasi dari masyarakat dan malah mendapat ancaman akan dibunuh, demikian juga orang tuanya yang dianiaya oleh penduduk setempat. Saat kritis yang dialami Pono itu menjadikannya kuat dan keinginannya kokoh untuk mendalami ilmu agama. Disaat itu pulalah Ia ingat pesan gurunya ketika masih hidup bahwa ketika keadaan sudah memungkinkan gurunya menyarankan agar Ia melanjutkan menuntut ilmu kepada Syekh Abdurrauf di Sinkil Aceh, seorang Ulama besar yang sangat terkenal pada masa itu.


(59)

Seperti yang dijelaskan diatas, setelah mendapat pendidikan dasar keagamaan di daerah perantauannya di Tapakis dengan Tuanku Madinah, Pono dihadapatkan pada kesulitan mencari guru untuk melanjutkan pendidikannya. Masa belajar selama tiga tahun belumlah cukup karena baru mengenal dasar-dasar keagamaan. Muncullah keinginan untuk melanjutkan pelajaran ke Aceh pada Syekh Abdurrauf yang saat itu sedang menjadi ulama dan mufti pada kerajaan Aceh, sesuai dengan nasehat dan ajaran gurunya ketika masih hidup. Pemilihan Syekh Abdurrauf disebabkan karena Ia masih memiliki hubungan keilmuan dengan gurunya Tuanku Madinah, sebab sama-sama belajar dengan Syekh Ahmad Qusyasi di Madinah dulunya. Melihat jaringan intelektual gurunya dapat dikatakan bahwa guru Syekh Burhanuddin adalah ulama yang dengan gigih mempertahankan ortodoksi Islam, Yaitu penguatan syariat diatas jalan tarekat dan hakikat atau atas jalan tasawuf.

Syekh Abdurrauf pulang belajar dari Madinah tahun 1039 H/1619 M dan menetap di Sinkil. Selama dua tahun, dari tahun 1039-1041 H/1619-1621 M Pono belajar dengan Syekh Abdurrauf di Sinkil sebelum Ia pindah ke Banda Aceh menduduki jabatan ulama dan mufti kerajaan Aceh. Sejak masa itu Syekh Abdurrauf lebih dikenal dengan panggilan Syekh Kuala di Aceh. Kepergian Pono ke Aceh diceritakan oleh para ulama dilukiskan sebagai suatu yang berat dan penuh keistimewaan. Melalui hutan belantara dengan berjalan kaki guru muda ini menempuh kesulitan dan gelapnya malam dengan penuh tawakal dan sabar. Ketika perjalanannya sudah jauh di tengah hutan belantara, guru ini berjumpa dengan empat orang pemuda. Setelah dilakukan komunikasi antara yang satu dengan yang lain rupanya mereka juga bermaksud sama-sama pergi ke Aceh. Empat orang yang sama-sama belajar dengan Pono itu adalah pertama Datuk Maruhun Panjang dari Padang Ganting Batu Sangkar, kedua bernama Si


(60)

Tarapang berasal dari Kubung Tigo Baleh Solok, ketiga Muhamad Nasir dari Koto Tangah Padang, dan keempat Buyung Mudo dari Pulut-Pulut Bandar Sepuluh Pesisir selatan. Persahabatan Pono dengan empat sekawan itu berlanjut sampai mereka sama sama belajar di Aceh.

Sesampai Pono di Aceh sekitar tahun 1043 H, Ia langsung memperkenalkan diri dan menghadap Syekh Abdurrauf serta menyampaikan niatnya untuk belajar ilmu agama Islam. Dengan segala senang hati Syekh Abdurrauf menerimanya dan menjadikan Pono sebagai murid. Sebagaimana lazimnya seorang guru menerima murid untuk mempelajari ilmu pengetahuan agama, disediakan suatu tempat yang khusus (surau). Namun lain halnya dengan Pono, Ia tidak tinggal di Surau yang telah disediakan melainkan dibawa oleh Syekh Abdurrauf ke rumahnya karena selain mengaji Dia juga membantu gurunya mengerjakan pekerjaan rumah, seperti mengembalakn ternak dan membuat kolam ikan sebagai sebagian dari kegiatan pesantren di masa itu.

Berbeda dengan murid-murid yang lain, Pono mendapat perlakuan khusus dari gurunya, baik dari segi tempat belajar begitu juga dalam biaya kehidupan sehari-hari yang berada dalam tanggungan gurunya. Boleh jadi ini disebabkan karena Ia tidak punya bekal apa-apa ke Aceh selain kepatuhan dan tekad yang kuat untuk belajar agama Islam. Dan oleh pengagumnya hal ini diartikan bahwa ia telah dipilih khusus oleh gurunya karena memang sudah ada tanda-tanda diwajahnya yang dapat dipahami oleh Syekh Abdurrauf sebagai orang yang akan dipilih menjadi khalifahnya kelak. Demikian juga halnya dengan materi pelajaran yang diterima Pono, Ia dapat perlakuan istimewa tidak seperti lazimnya murid-murid lain ysng mempelajari bermacam disiplin ilmu yang berkembang, seperti: Tafsir, Hadits, Mantiq, Ma’ani, Bayan dan ilmu lainnya. Berbeda dengan teman-temannya yang sibuk belajar ilmu keagamaan, Pono lebih banyak


(61)

mengabiskan waktunya untuk melayani guru dan pekerjaan rumah dengan penuh hormat serta patuh pada gurunya. Hampir saja hari-hari yang dijalani hanya mengabdi pada sang guru. Pono hanya belajar surat al-Baqarah sejak awal datangnya sampai Ia mau pulang tidak ditambah pelajarannya. Ketika saat pulang, Syekh Abdurrauf memanggilnya naik ke Surau besar tempat syekh Abdurrauf mengajar. Ia kemudian menyuruh Pono membuka lembaran kitab dan mengajarkan satu kali, tetapi selanjutnya semua kitab yang ada pada Syekh Abdurrauf dapat dipahami oleh Pono berkah hidayah Alllah.

Lebih jauh diceritakan bahwa saat Pono belajar dengan Syekh Abdurrauf ia mengalami berbagai ujian berat dari gurunya itu. Ada dua kisah menarik yang selalu menjadi cerita berulang serta diulas dengan beragam cara seakan-akan telah melegenda ditengah pengikut dan ulama Syatariyah saat beliau belajar. Pertama, kisah tentang kepatuhan Pono terhadap gurunya. Pada suatu ketika Syekh Abdurrauf menguji murid-muridnya dengan menyuruh mereka menyelami WC yang penuh dengan kotoran untuk mengambil bejana berharga yang jatuh kedalamnya. Tidak seorangpun murid-murid Syekh Abdurrauf mematuhi anjuran tersebut, lain halnya dengan pono tanpa memperhitungan busuk dan kotor seta demi ketaatannya pada guru ia selami WC itu dan kemudian Ia ambil bejana itu lalu diserahkan kepada gurunya sertalah dibersihkan terlebih dahulu. Kisah yang melegenda ini bagi kaum Syatariyah untuk memberikan gambaran betapa patuhnya Pono pada gurunya dan memang dalam tarekat kepatuhan pada guru adalah salah satu syarat mutlak yang tidak bisa ditawar sedikitpun. Ada anggapan dalam tarekat “Murid dihapadan guru laksana mayat ditangan yang


(62)

Kisah kedua, ketika Pono diberi amanah untuk menemani anak gadis sang guru pada Ia dan keluarga lain tidak ada dirumah. Pada waktu itu nafsu birahinya sedang memuncak dan Ia tidak sanggup lagi mengendalikannya, sehingga Ia pergi keluar rumah mencari batu dan memukul kemaluannya sendiri sampai luka dan berdarah. Peristiwa ini punya bukti seperti yang ditunjukan oleh penjaga tempat kuburan beliau dengan batu landasan yabg didalamnya ada warna merah, lebih ironis sekali hal itu seolah-olah dikeramatkan sehingga batu itu dicuci dan air cuciannya dijadikan obat. Hampir semua peziarah diperkenalkan dengan batu itu dan disini ada penjaga yang menceritakan kisah itu. Kisah kedua ini diterima oleh penganut Tarekat Syatariyah di Ulakan sekitarnya dan meskipun itu sulit sekali untuk diterima oleh orang-orang kemudian yang lebih rasional, tetapi itu adalah fakta riil dilapangan yang selalu ramai dikunjungi setiap acara bersyafar. Dan akan menjadi tidak lengkap ziarah kalau tidak melihat batu landasan ini.

Pono belajar agama selama 2 tahun di Sinkil dan 28 tahun di Banda Aceh yang semuanya 30 tahun kemudian mengajarkan agama di Ulakan dan membuka Madrasah (surau) tempat pendidikan dalam mengajarkan agama Islam. Sedangkan ilmu yang dipelajarinya boleh dikatakan semua ilmu yang ada pada gurunya, yaitu “Figh, Tauhid, Hadits, Tasawuf dengan jalan tarekat Syatariyah, ilmu Taqwim dan ilmu Firasat”. Setelah Pono selesai mempelajari ilmu yang dirasanya perlu dalam agama Islam, maka pada suatu hari diadakanlah perpisahan antara guru dengan murid. Kata perpisahan itu berbunyi sebagai berikut: “Malam ini berakhirlah ketabahan dan kesungguhan hatimu menuntut ilmu tiada taranya. Suka duka belajar telah engkau lalui, sekarang pulanglah engkau ketanah Ulakan untuk mengembangkan agama Islam”. Di waktu hari keberangkatan Pono pulang ke Ulakan juga diberi nama baru oleh gurunya Syekh Abdurrauf dengan Burhanuddin (Pembela agama). Sejak masa itu resmilah nama Pono


(63)

menjadi Burhanuddin. Burhanuddin dilepas pulang ke Ulakan dengan disaksikan oleh gurunya, teman-teman sama belajar, dan beberapa pembesar Aceh karena Syekh Abdurrauf ketika itu adalah mufti kerajaan Aceh.

Dalam penuturan yang berkembang ditengah masyarakat pengagumnya masih saja segar dalam pikiran mereka bahwa kepulangan Burhanuddin ketika itu tidaklah sama dengan pulangnya orang biasa dari Aceh, yang pada saat itu melalui perhubungan laut adalah suatu sarana yang paling mudah dan cepat. Burhanuddin pulang bukan dengan perahu atau kapal biasa, Ia pulang dengan berbekal sehelai tikar pandan pendek dan berkah qudrah dan iradah Allah serta keistimewaan yang dimiliki Burhanuddin, Ia dapat melayari lautan Hindia dan mendara di pulau Angso dekat pantai Pariaman. Kepulangan ulama ini tidak begitu saja diterima oleh masyarakat Ulakan, utusan pertama yang dibawa menemaninya sejak dari Aceh dulu mendapat perlawanan, kemudian setelah beberapa hari tidak kembali maka Ia pun merapat ke tepi. Kemudian karena seorang teman lama Burhanuddin yaitu Idris Majolelo tahu bahwa yang datang bukan tentara Aceh yang akan menguasai mereka, tetapi adalah Burhanuddin yang dulu sama-sama belajar dengannya di Tapakis, maka kemudian Burhanuddin diterima oleh masyarakat Ulakan. Setelah itu Idris Majolelo bersama masyarakat ditanah ulayat Idris Majolelo di Tanjung Medan Ulakan membuatkan surau untuknya.

Kepulangan Syekh Burhanuddin ke Ulakan diceritakan begitu dramatis, seolah-olah ia dipersiapkan dengan pengawal dan dukungan pasukan yang kuat dan menunjukan adanya campur tangan kuasa Aceh terhadap Ulakan. Syekh Burhanuddin pulang ke Ulakan tahun 1020 H/1611 M dengan diberi pengawal 70 orang pasukan yang berani tahan terhadap sihir dan senjata tajam dibawah pimmpinan pang lima perang yang bernama Khatib Sangko. Khatib Sangko adalah orang ulakan juga yang


(64)

dulu dibawa orang Hindu ke Aceh kemudian Islam dan mengabdi untuk kerajaan Aceh. Ia berasal dari Nagari Gunung Tigo Tandikat Kecamatan VII Koto Sungai Sarik Kabupaten Padang Pariaman. Ketika dalam pelayaran pulang rombongan Syekh burhanuddin pernah merapat di Gunung Sitoli di sebuah pulau untuk menambah perbekalan air bersih. Setelah sumur digali di pualau lalu airnya diambil dan kemudian mereka melanjutkan perjalanan, sumur itu kelak dinamankan sumur niyah¸ kemudian berubah menjadi Nias, itulah asal nama pulau Nias itu.

Setibanya di Pulau Angso Pariaman, rombongan beristirahat untuk mempersiapkan pendaratan keesokan harinya, kabar kedatangan rombongan dari Aceh ini telah mashur di Pariaman dan sekitarnya. Berita ini tidak direspon dengan baik malah mendapat tantangan dari pemuka orang nan barampek di VII Koto Sungai Sarik Pariaman, yaitu Kalik-Kalik Jantan, Gaga Tangah Padang, Sihujan Paneh, dan Siwaman. Empat orang ini adalah panglima dan orang berani di Pariaman sekitarnya, Ia juga ahli sihir. Mereka menolak kedatangan rombongan dari Aceh yang mereka anggap akan mengalihkan kewibawaan dan agama mereka, akhirnya Khatib Sangko tetap bersikeras untuk mendarat walaupun mereka ditolak oleh orang Tepi (Darat). Ujung dari perbedaan menimbulkan perperangan antara rombongan dari Aceh dibawah Pimpinan Khatib Sangko dan masyarakat Pariaman sekitarnya dengan panglimanya empat orang besar yang tersebut diatas. Akibat peperangan ini menimbulkan korban yang besar dikedua belah pihak. Rombongan dari Aceh semua pasukan tewa kecuali Khatib Sangko saja sedangkan dari masyarakat Pariaman tiga orang pmpinannya tewas dan satu orang yaitu Kalik-Kalik Jantan masih dapat bertahan.

Melihat keadaan yang tidak memungkinkan itu Khatib Sangko kembali ke Pulau Angso memberitahukan pada Syekh Burhanuddin akan kejadian di daratan. Mendengar


(65)

keadaan demikian Khatib Sangko disuruh kembali ke Aceh memintak tambahan bantuan, akhirnya sultanah Aceh melalui mufti Aceh Syekh Abdurrauf mengirim pasukan 150 orang untuk membantu penyebaran Islam di Ulakan. Kedatangan rombongan kedua juga menimbulkan perang besar, namun perang ini dapat dimenangkan oleh kaum Khatib Sangko, sehingga Kalik-Kalik Jantan panglima perang masyarakat Pariaman tewas pada perang tanding dengan Khatib Sangko. Kemudian Khatib Sangko menjadi pimpinan masyarakat khususnya dikampung halamannnya di Gunung Tigo Tandikat untuk menyebarkan agama Islam. Sementara itu, setelah perang usai Syekh Burhanuddin dijemput pula oleh temannya Idris Khatib Majolelo Orang Tanjung Medan Ulakan untuk mengajarkan agama Islam di sana. Kedangan Idris Khatib Majolelo bersama masyarakat Ulakan disambut baik oleh Syekh Burhanuddin, sebab kedua orang itu memang sudah berteman juga jauh sebelum Burhanuddin belajar ke Aceh, yakni sama-sama belajar dengan Tuanku Madinah di Tapakis dulunya. Setelah Ia menetap di Tanjung Medan Ulakan lalu dibuatkan surau oleh Khaitib Majolelo untuk tempat tinggal sekaligus tempat mengajar bagi Syekh Burhanuddin di tanah ulayat Khatib Majolelo sendiri. Surau Tanjung Medan juga menjadi pesantren yang disekitarnya didirikan surau-surau kecil yang dihuni oleh pelajar dari berbagai daerah di Sumatera Barat, Riau dan Jambi.

Tentang seberapa jauh peran surau Tanjung Medan dalam penyiaran Islam di Ulakan pada masa Syekh Burhanuddin diceritakan oleh Khalifah Tuanku Kuning Syahril Luthan bahwa disekitar surau induk Tanjung Medan sampai sekarang masih terjaga keasliannya berdiri puluhan surau-surau kecil tempat tinggal anak-anak mengaji kitab dari berbagai daerah di Sumatera Barat, Riau, Jambi. Sehingga Ulakan pernah dijuluki negeri seratus surau. Di Tanjung Medan Ulakan ini juga belajar orang-orang


(66)

dari Siak Indragiri Riau, mereka ini biasanya sering berjalan-jalan setiap hari kamis dan jumat meminta sedekah kerumah-rumah penduduk ketika mereka berkekurangan atau kehabisan bekal sambil menunggu kiriman dari kampung. Masyarakat kampung biasa dengan senang hati memberi mereka dan masyarakat sering juga mengundang mereka mendo’a selamat, sehingga jika orang mau selamatan sering diundang itu orang yang berasal dari Siak Indragiri tadi. Maka kemudian menjadi bahasa sehari-hari dalam masyarakat bahwa orang-orang yang belajar agama (kitab) di surau disebut orang siak. Sebutan orang Siak telah menjadi cap permanen dalam masyarakat Ulakan yang digunakan untuk semua orang yang mengaji kitab di surau, sedangkan tradisi meminta sedekah pada hari kamis dan jumat sering disebut dengan Pakiah.

Dari paparan sejarah pendidikan, guru, serta sahabat-sahabat Syekh Burhanuddin dalam menuntut ilmu di Aceh selama 30 tahun diatas dapat dipastikan bahwa corak pemikirannya jelas mengikuti corak pemikiran yang dikembangkan gurunya Syekh Abdurrauf. Patut dicatat, suasana perkembangan pemikiran Islam pada masa Syekh Abdurrauf Al-Sinkil baru saja mereda dari pertentangan antara pengikut wujudiah Hamzah Fansuri dengan golongan ortodoksi Islam dibawah mufti Nur al-Din al-Raniri. Kehadiran Syekh Abdurrauf Al-Sinkil sebagai tokoh yang mengakomodasi kedua pendapat tersebut sangat berarti dalam meredam konflik keagamaan yang memakan korban cukup luas dikalangan masyarakat awam. Sikap menerima wujudiah dan syahudiah yang ditunjukan Syekh Abdurrauf juga membias pada pola kerja dan sikap keagamaan Syekh Burhanuddin dalam mengembangkan Islam kelak. Paham keagamaan yang Ia pelajari dan kemudian dikembangkan di Sumatera Barat melalui pusat pendidikan di surau Tanjung Medan Ulakan dalam tarekat Ia jelas memakai tarekat Syatariyah yang memang dalam sejarah intelektual Syekh Abdurrauf, Ia adalah


(67)

seorang khalifah tarekat Syatariah yang diterima dari gurunya Syekh Ahmad Qusyasi di Madinah.

Syekh Burhanuddin memulai perjuangannya menegakan Islam melalui pendekatan persuasif dengan menggunakan lembaga surau yang didirikan oleh sahabatnya Idris Khatib Majolelo di Tanjung Medan. Perjuangan Syekh Burhanuddin dalam mengembangkan Islam melalui surau dibantu oleh empat orang teman dekatnya yang dulu sama-sama belajar dengannya di Aceh. Keempat orang inipun dibuatkan pula surau untuk mempercepat proses pendidikan dan penyebaran Islam bagi masyarakat sekitarnya. Keempat orang ini disamping menambah pelajaran dengan Syekh Burhanuddin juga sekaligus menjadi da’i ditengah-tengah masyarakat dan mengajari masyarakat dalam bidang ilmu tidak hanya sebatas agama. Mereka ini lalu dinobatkan oleh Syekh Burhanuddin dengan kesepakan maka menjadi tuanku. Tuanku adalah gelar kehormatan yang diberikan pada orang-orang yang dipandang mampu dan bijak dalam menyampaikan agama. Kata tuanku berasal dari kata “Tengku” gelar kebangsawanan Aceh yang alim, arif, memiliki wawasan keagamaan dan intelektual di masanya. Hal ini didasarkan karena pengaruh budaya Aceh terhadap Syekh Burhanuddin di masa itu.

Disamping gelar tuanku, Syekh Burhanuddin juga menobatkan tiga gelar ulama yang punya kaitan erat dengan adat, khususnya didaerah rantau, gelar itu adalah Imam, Khatib dan Labai. Imam sebagai sebuah istilah yang biasanya diartikan dengan pemmimpin muslim taat dan punya ilmu pengetahuan mumpuni tentang tentang Islam. Akan tetapi, dalam gelar yang dipakaikan oleh Syekh burhanuddin terhadap Imam adalah merupakan orang yang menjadikan perantara antara Ulama (Tuanku) dengan Raja dan Penghulu dalam mengembangkan Islam di Pariaman, khususnya di daerah Ulakan sekitarnya. Untuk mendukung perjuangannya menegakan Islam melalui


(68)

kekuasaan Raja dan Penghulu dengan menggunakan instrumen Imam ini maka Syekh Burhanuddin mengangkat empat orang Imam di Ulakan sesuai dengan Raja yang berdaulat atau memiliki wilayah Ulakan sekitarnya.

Imam-imam tersebut memiliki kewenangan dalam bidang agama, khususnya diwilayah kekuasaan Raja atau Penghulu masing-masing Imam tersebut dinobatkan dan diangkat oleh Syekh Burhanuddin melalui kesepakatan dengan pemimpin suku dan kemudian gelar itu diturunkan secara turun-temurun kepada kemenakan yang bersangkutan, karena sifatnya gelar adat. Kekuasaan dan fungsi yang dijalankan oleh Imam adat ini antara lain: (1). Memberikan izin Nikah kepada anggota suku baik yang akan kawin dalam Nagari Ulakan maupun diluar dari daerah Ulakan. (2). Menetapkan petugas keagamaan di mesjid, pegawai mesjid dan petugas lainnya. (3). Menjadi tempat bertanya dan mengadukan masalah-masalah agama yang dihadapi oleh anak kemenakan dalam sukunya. Imamlah yang akan meminta fatwa kepada Syekh Burhanuddin jika ada masalah yang tidak dapat dijawab atau dijelaskannya. (4). Sebagai medai (penghubung) antara raja dengan Syekh Burhanuddin dalam menggerakan kehidupan keagamaan masyarakat. Maka dalam adat Imam dikenal dengan sebutan “Tepian Adat Halaman Syarak”.

Perangkat kedau yang dinobatkan oleh Syekh Burhanuddin adalah Khatib adalah satu ulama adat yang dinobatkan Syekh Burhanuddin dengan dukungan oleh pemuka adat untuk memberikan dukungan perjuangannya dalam mengislamisasikan masyarakat di masa itu. Khatib pertama yang dinobatkan Syekh Burhanuddin adalah Idris Majolelo teman seperjuangannya ketika belajar dengan Tuanku Madinah sebelum beliau ke Aceh dulunya. Tugas dan fungsi Khatib tersebut antara lain: (1). Sebagai pelindung dalam menyebarkan dakwah ditengah-tengah masyarakat. (2). Sebagai orang yang dituakan


(69)

dan tempat bertanya bagi anggota sukunya dalam urusan agama dan sekaligus sebagai pelaksanan masalah keagamaan misalnya kematian, pesta, dan acara adat lainnya. (4). Sekaligus juga salah satu mediator (perantara) antara Raja dengan Syekh.

Perangkat keagamaan yang ketiga yang dinobatkan Syekh Burhanuddin sebagai salah satu strategi perjuangannya adalah Labai. Dalam bahasa Melayu “labai” berasal darikata labbai dan lebai yang berarti orang yang ahli dalam ilmu agama. Lebai berasal dari kata Illapai dari bahasa Tamil karena memang orang-orang (saudagar-saudagar) Tamil inilah yang pertama kali menyebarkan Islam kepantai Sumatera dan Melayu. Mereka datang atau berlayar Kemalaya dan Sumatera sebagai pedagang permata dan sekaligus menyebarkan agama Islam. Labai diangkat oleh Syekh Burhanuddin pada setiap surau, mereka memiliki tanggung jawab penuh untuk memakmurkan dan menjalankan kegiatan keagamaan di surau yang dipimpinnya. Kemudain labai juga meluas kepada perangkat penghulu yang menjadi jembatan antara penghulu dengan kalangan pemuka agama, sehingga labai juga ada yang masuk dalam struktur adat di Ulakan. Labai-labai baik yang diangkat oleh nagari sebagai pemimpin surau maupun yang dinobatkan oleh penghulu sebagai perpanjangan tangannya memiliki fungsi yang sama.

Ketiga jabatan diatas dipikul oleh orang-orang yang terpilih disukunya dan oleh Syekh Burhanuddin dulunya jabatan fungsionaris keagamaan itu diemban oleh orang-orang yang benar siap untuk itu, sehingga perjuangannya berjalan dengan cepat dan mudah diterima oleh semua lapisan masyarakat. Misalnya peran yang dimainkan oleh teman denkatnya Idris Khatib Majolelo disamping menjadi guru bicara beliau dengan pihak penghulu dan juga Idris Majolelo lah yang mensponsori pertemuan Syekh Burhanuddin dengan Basa Ampek Balai dipusat kekuasaan Raja pada masa itu. Lebih


(70)

dari itu Khatib Majolelo memberikan dukungan material yang tidak sedikit bagi suksesnya perjuangan Syekh Burhanuddin, seperti mendirikan surau di tanah Ulayatnya di Tanjung Medan Ulakan. Melalui penobatan gelar tuanku, imam, khatib dan labai sebagai pemegang ahli agama, Syekh Burhanuddin bahu-membahu bersama mudridnya mengajak masyarakat dengan cara-cara yang akomodatif dan persuasif. Kebiasaan dan tradisi masyarakat yang masih jahiliyah dan tidak sesuai dengan agama Islam dirubahnya dengan cara bijaksana. Pemuka agama dan adat di Ulakan menceritakan bahwa di Ulakan ada makanan lemang ketika memperingati hari besar Islam, khususnya dalam perayaan Maulid Nabi, sebuah tradisi yang dikembangkan oleh Syekh Burhanuddin. Pada saat itu Syekh Burhanuddin tidak mau makan dengan bejana (piring dan peralatan makan) masyrakat yang belum Islam karena bercampur dengan makan babi dan anjing. Lalu Ia menganjurkan agar masyarakat memasak pada seruas bambu dan makanan itulah yang dimakannya, sebab sudah dijamin tidak terkena pengaruh bejana lain yang belum dicuci menurut cara dalam Islam.

Kegigihan Syekh Burhanuddin dalam menyebarkan Islam di tengah masyarakat yang masih buta agama menjadi buah bibir buah bibir dan catatan sejarah bagi pengikutnya kemudian hari. Ada beberapa cara yang ditempuh Syekh Burhanuddin dalam meneruskan perjuangan agama bagi masyarakat, yaitu:

Pertama, mengislamkan anak-anak dan remaja melalui permainan anak nagari yang masyhur dikala itu, antara lain main kelereng, gundu, main patuk lele (terbuat dari kayu yang dipukul dalam sebuah lubang, kemudian dilempar lagi untuk masuk ke lubang tesebut), dan mainan layang-layang. Setiap kali main Syekh Burhanuddin menang, akhirnya pemuda bertanya bagaimana cara beliaumain sehingga selalu menang. Syekh Burhanuddin menjelaskan dengan membaca Bismillah setiap akan main.


(71)

Melalui permainan ini Ia diterima oleh anak-anak dan remaja atau pemuda dan pada gilirannya mereka inilah yang mengajak orang tuanya masing-masing untuk belajar ke surau, karena memang surau dalam tradisi di Ulakan, bahkan sampai saat ini masih berfungsi utuh sebagai pusat pembinanaan pemuda sekaligus tempat tidur mereka

Kedua, mengikuti permainan anak nagari, seperti main layang-layang dan lainnya dengan tidak merusak nilai-nilai agama yang dimilikinya. Melalui permainan itu ia dapat memasuki semua lapisan masyarakat tanpa mengalami kesulitan yang berarti. Banyak kisah menarik yang dituturkan oleh pengikutnya tentang kemampuan beliau berinteraksi dalam suatu pergaulan yang memuaskan semua lapisan masyarakat tanpa canggung. Pendekatan sosial yang diterapkan sosial yang diterapkan beliau sangat efektif bagi masyarakat yang memang sudah mengalami kemajuan berfikis yang baik dan memadai dengan adat dan budaya yang dimiliki setiap orang pada masa itu.

Ketiga, menyampaikan Islam secara perlahan-lahan dan mencari persesuaian antara norma-norma agama dan kultur masyarakat. Gerakannnya dalam penobatan gelar setiap pemegang kekuasaan agama dalam masyarakat adalah bentuk nyata dari usaha beliau kearah harmonisasi hubungan didalam masyarakat, bahkan sampai sekarang kesan positifnya masih dirasakan. Hasil dari gerakan tersebut terlihat dari tumbuhnya ratusan ulama (tuanku, imam, khatib dan labai) yang akhirnya memberikan corak tersendiri bagi struktur budaya dan kultural serta nuansa Islam di Ulakan dan sekitarnya. Gerakan ini sekaligus mendorng timbulnya beratus-ratus surau, mesjid dan rumah ibadah. Dan kemudain istitusi ini menjadi cikal bakal dari lembaga pendidikan Islam dan kajian-kajian keislaman lainnya dibawah pimpinan ulama.hampir setiap Jorong (sekarang dusun), Korong, dan Nagari memiliki surau berikut dengan ulama yang memimpinnya.


(72)

BAB V

ANALISIS DAN HASIL PEMBAHASAN

5.1 Struktur Umum Cerita 5.1.1 Bahasa

Bahasa yang digunakan dalam cerita Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin lebih banyak menggunakan bahasa masyarakat Nagari Ulakan. Seperti pada penamaan tokoh dalam cerita, nama bangunan dalam cerita banyak menggunakan bahasa daerah. Seperti kata Surau yang artinya tempat ibadah. Dapat dilihat dalam kutipan cerita sebagai berikit:

Neneknya bernama “Puteri Aka Lundang” seorang keturunan berbangsa dengan gelar “Puteri” dan kakeknya dikenal dengan panggilan “Tantejo Guruhano” dari dua orang nenek dan kakek ini lahirlah ayahnya yang bernama “Pampak Sati Karimun Merah” seorang pertapa sakti yang dikenal luas dalam masyarakatnya sekaligus juga sebagai “Datu” (Pembneri obat) bagi masyarakat sekitarnya. Sedangkan ibunya juga seorang Puteri yang disebut dengan panggilan “Puteri Cukep Bilang Pandai”.

5.1.2 Tema

Tema adalah gagasan dasar yang menopang dan menjadi rangka sebuah karya satra. Keberadaan tema sentral dapat disaring dari motif-motif yang yang dalam keseluruhan teks berfungsi sebagai alasan tindak tokoh (Hartoko dan Rahmanto, 1986:142). Apabila dilihat dari aspek lain, tema dapat dipergunakan dengan makna yang sama dengan yang digunakan dalam komposisi musik, yaitu untuk “unsur-unsur yang berulang”. Dalam hal ini, tema adalah iso kompleks yang terbentuk dari beberapa motif. (Schmitt dan Viala dalam Zaimar, 1990: 136).


(73)

“unsur-unsur yang berulang-ulang” atau pengulagan yang diiidentifakasikan sebagai tema suatu cerita cendrung mendekatkan unsur-unsur yang berjauhan. Pemunculan itu memberikan irama sepanjang teks, sehingga kronologi yang menyebarkan gagasan dasar dapat dipadukan dalam kesatuan gagasan sentral. Penelusuran tema tersebut sesuai dengan metode tematik Mursal Esten yang menyatakan bahwa tema dapat ditelusuri dari persoalan yang paling menonjo, yang palik banyak menimbulkan konflik, dan memerlukan waktu penceritaan yang panjang atau lama.16 Keberadaan tema dalam karya sastra memang sangat penting, dan keberadaannya ini tidak terlepas dari unsur-unsur pembentiuk karya sastra lainnya seperti alur, latar, dan perwatakan. Oleh karena itu, tema yang baik selalu didukung oleh pelukisan alur, latar, dan lakuan tokoh (perwatakan ). Bukan tema dapat menjadi faktor yang mengikat peristiwa-peristiwa dalam satu alur.

Selanjutnya untuk mengetahui tema dalam cerita Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin digunakan pendapat Atar Semi yang mengatakan bahwa untuk melihat tema sebuah cerita, ada faktor penting yang harus dikaji, yaitu :

1. Melihat persoalan yang paling menonjol

2. Melihat persoalan yang paling banyak melahirkan konflik 3. Menghitung waktu penceritaan sebuah persoalan.17

Berikut penjelasan dari tiga unsur tema diatas didalam cerita Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin.

Persoalan yang paling menonjol dalam cerita Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin adalah tentang perjuangannya mengislamisasikan masyarakat Nagari

16 Mursal Esten. Sastra dan Tradisi Subkultur, Bandung, Angkasa. 1986, hal 94 17 Atar Semi, op.cit. hal. 65


(74)

Ulakan. Persoalan perjuangannya itu sangat banyak dijelaskan dalam cerita ini. tokoh yang diceritakan adalah orang-orang yang berjuang dalam mengislamisasikan masyarakat Nagari Ulakan. Dapat dilihat dari cerita sebagai berikut:

Meskipun demikian dengan cara sembunyi dan berbisik-bisik Ia mulai menyampaikan (da’wah) Islam kepada orang tua, keluarga, kerabat, serta teman dekatnya perlahan-lahan agama Islam mulai diterima oleh orang Sintuk. Namun, kehadiran agama baru ini membawa ketidak puasan bagi sebagian orang, terutama pihak penghulu adat. Akibatnya, Pono mendapat tantangan dari Sebagian besar masyarakat Sintuk, mereka bahkan meminta agar Pono bersedia meninggalkan kegiatan da’wahnya, namum Pono tetap saja melakukannnya.

Persoalan yang menimbulkan konflik adalah persoalan tentang Syekh Burhanuddin mulai mengislamisasikan masyarakat tetapi mendapat ancaman dari tokoh adat dan masyarakat lainnya tetapi Syekh Burhanuddin tetap saja berjuang untuk mengislamisasikan masyarakat. Perlahan-lahan akhirnya masyarakat dan tokoh adat mulai menerima keberadaan Syekh Burhanuddin dan ajaran yang dibawanya. Dapat dilihat dari cerita sebagai berikut:

Mereka menolak kedatangan rombongan dari Aceh yang mereka anggap akan mengalihkan kewibawaan dan agama mereka, akhirnya Khatib Sangko tetap bersikeras untuk mendarat walaupun mereka ditolak oleh orang Tepi (Darat). Ujung dari perbedaan menimbulkan perperangan antara rombongan dari Aceh dibawah Pimpinan Khatib Sangko dan masyarakat Pariaman sekitarnya dengan panglimanya empat orang besar yang tersebut diatas. Akibat peperangan ini menimbulkan korban yang besar dikedua belah pihak. Rombongan dari Aceh semua pasukan tewa kecuali Khatib Sangko saja sedangkan dari masyarakat Pariaman tiga orang pmpinannya tewas dan satu orang yaitu Kalik-Kalik Jantan masih dapat bertahan.


(1)

NILAI-NILAI KEPAHLAWANAN DALAM CERITA TUANKU KERAMAT SYEKH BURHANUDDIN DI NAGARI ULAKAN

SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O

L E H

NAMA : RAMLI RAHMAT EFENDI

NIM : 110702001

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA

DEPARTEMEN SASTRA DAERAH

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA MELAYU MEDAN


(2)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Nilai-nilai Kepahlawanan Dalam Cerita Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin di Nagari Ulakan. Adapun latar belakang dari penelitian ini adalah untuk mengkaji nilai kepahlawanan dari seorang ulama besar di Nagari Ulakan yaitu Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin dan melestarikan cerita sastra dalam bentuk sejarah tersebut. Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui sikap masyarakat terhapat cerita sastra dalam bentuk sejarah tersebut, juga memperkenalkan struktur cerita dan menjelaskan nilai kepahlawannya. Adapun penelitian ini menggunakan metode penelitian pendekatan kualitatif naturalistik, yaitu penelitian yang melakukan interaksi dengan subjek atau responden yang diteliti dengan kondisi apa adanya dan tidak ada rekayasa agar data yang diperoleh merupakan fenomena yang asli dan alamiah (natural). Pendekatan ini menggunakan teknik pengumpulan data seperti observasi, daftar tanya dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan sejarah sastra, yaitu kegiatan penelitian yang dilakukan secara sistematik untuk menginterprestasikan masa lampau, walaupun datanya sudah lewat namun hasilnya dapat dimanfaatkan untuk menginterprestasikan atau memprediksikan kejadian sekarang. Hasil penelitian, masyarakat masih mengagung-agungkan tokoh cerita semua kehidupan masyarakat tidak bisa terlepas dari ajaran yang telah diberikan oleh tokoh cerita yaitu Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin.


(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dipanjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Shalawat beserta salam semoga terlimpah kepada Baginda Rasulullah SAW, sang pencerah seluruh semesta, pembawa ajaran kebenaran di atas muka bumi ini.

Skripsi ini berjudul “Nilai-nilai kepahlawanan Tuanku Keramat Syekh

Burhanuddin di Nagari Ulakan.” Penulis berharap penelitian ini dapat menambah

wawasan dan pengetahuan terhadap pengkajian sastra khasnya kajian budaya. Berdasarkan dengan harapan semoga dapat memperkaya apresiasi dan kritik sastra daerah yang ada di indonesia, khususnya daerah Melayu.

Dalam proses penulisan skripsi ini, ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Penulis menyadari tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, banyak kekurangan-kekurangan yang terjadi didalamnya. Oleh karena itu, jika penulisan skripsi ini akhirnya dinyatakan selesai, melainkan atas bantuan semangat dari berbagai pihak.

Medan, Mai 2015 Penulis

Ramli Rahmat Efendi Nim : 110702001


(4)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 kajian Yang Relevan ... 5

2.2 Kosmologi Masyarakat Nagari Ulakan ... 6

2.2.1 Sistem Kepercayaan dan Agama ... 6

2.2.2 Adat Istiadat Masyarakat Nagari Ulakan ... 7

2.2.3 Sosial Budaya Masyarakat Nagari Ulakan ... 11

2.3 Letak Geografis nagari Ulakan ... 16

2.4 Intelektual Kesusastraan Tradisi Melayu ... 17

2.5 Pendekatan Sejarah Sastra ... 19

BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Disain Penelitian ... 21


(5)

3.3 Instrumen Penelitian ... 22

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 23

3.4.1 Teknik Observasi ... 24

3.4.2 Teknik Kuesioner ... 26

3.4.3 Teknik Dokumentasi ... 26

3.5 Teknik Analisis Data ... 27

3.5.1 Pengumpulan Data ... 27

3.5.2 Reduksi Data ... 27

3.5.3 Sajian Data ... 28

3.5.4 Penarikan Kesimpulan ... 29

BAB IV PERSEPSI MASYARAKAT DI NAGARI ULAKAN TERHADAP CERITA TUANKU KERAMAT SYEKH BURHANUDDIN 4.1 Hasil Taburan dan Jawaban ... 30

4.1.1 Latar Belakang Responden ... 30

4.1.2 Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin ... 32

4.1.3 Persepsi Perihal Hakikat Hidup ... 33

4.1.4 Persepsi Perihal Hakikat Kerja ... 36

4.1.5 Persepsi Perihal Waktu ... 39

4.1.6 Persepsi Terhadap Alam ... 40

4.1.7 Persepsi Hakikat Hubungan Hubungan Sesama Manusia ... 42

4.2. Teks Cerita Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin ... 51


(6)

5.1.1 Bahasa ... 69

5.1.2 Tema ... 69

5.1.3 Latar ... 72

5.2 Nilai-nilai Kepahlawanan Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin ... 82

5.2.1 Mampu mengalahkan seekor harimau ... 85

5.2.2 Melanjutkan Perjuangan Gurunya Walaupun Mendapat Tantangan Dari Masyarakat ... 86

5.2.3 Memiliki Tanda-tanda Untuk Menjadi Khalifah ... 88

5.2.4 Kepatuhan Seorang Murid Pada Gurunya ... 89

5.2.5 Mampu Menjaga Amanah Dari Gurunya ... 89

5.2.6 Menyebrangi Laut dengan Sehelai Tikar Pandan ... 90

5.2.7 Membentuk Gelar-gelar Pada Masyarakat Nagari Ulakan ... 91

5.2.8 Pernyataan Etos Masyarakat ... 96

5.2.9 Sebagai Perwujudan Sikap dan Pegangan Hidup ... 99

5.2.10 Sebagai gambaran Cara hidup ... 99

BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan ... 102

6.2 Saran ... 105

DAFTAR PUSTAKA ... 106

LAMPIRAN I Daftar Tanya ... 108

LAMPIRAN II Gambar ... 125