Kesimpulan Nilai-nilai kepahlawanan Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin di Nagari Ulakan

102 BAB VI PENUTUP

6.1. Kesimpulan

Kehidupan masyarakat di Nagari ulakan tidak terlepas dari ajaran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin yang menjadi acuan dalam menjalankan kehidupan sehari- hari. Penulis menyimpulakan dari hasil penelitian bahwa benar adanya semua kehidupan masyarakat di Nagari Ulakan tidak terlepas dari ajaran Tuanku keramat Syekh Burhanuddin. Masyarakat di Nagari Ulakan mengamalkan ajaran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Syekh Burhanuddin Menjadi panutan dalam masyarakat tersebut. Masyarakat mengerti akan fenomena alam yang terjadi pada lingkungan mereka bijak sana berinteraksi didalam hidup bermasyarakat, mematuhi adat yang berlaku, masyarakat mengkaitan ajaran Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin dengan amal dan ketakwaan. Bahasa yang digunakan dalam cerita Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin lebih banyak menggunakan bahasa masyarakat Nagari Ulakan. Seperti pada penamaan tokoh dalam cerita, nama bangunan dalam cerita banyak menggunakan bahasa daerah. Seperti kata Surau yang artinya temapt ibadah. Tema dalam cerita Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin digunakan pendapat Atar Semi yang mengatakan bahwa untuk melihat tema sebuah cerita, ada faktor penting yang harus dikaji, yaitu : 4. Melihat persoalan yang paling menonjol 5. Melihat persoalan yang paling banyak melahirkan konflik Universitas Sumatera Utara 103 6. Menghitung waktu penceritaan sebuah persoalan Persoalan yang paling menonjol dalam cerita Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin adalah tentang perjuangannya mengislamisasikan masyarakat Nagari Ulakan. Persoalan perjuangannya itu sangat banyak dijelaskan dalam cerita ini. tokoh yang diceritakan adalah orang-orang yang berjuang dalam mengislamisasikan masyarakat Nagari Ulakan. Persoalan yang menimbulkan konflik adalah persoalan tentang Syekh Burhanuddin mulai mengislamisasikan masyarakat tetapi mendapat ancaman dari tokoh adat dan masyarakat lainnya tetapi Syekh Burhanuddin tetap saja berjuang untuk mengislamisasikan masyarakat. Perlahan-lahan akhirnya masyarakat dan tokoh adat mulai menerima keberadaan Syekh Burhanuddin dan ajaran yang dibawanya. Persoalan yang paling lama diceritakan adalah persoalan Syekh Burhanuddin menuntut ilmu agamanya, mulai berguru kepada Tuanku Madinah hingga Ia wafat lalu Syekh burhanuddin berguru kepada Syekh Abdurrauf, dalam perjalanannya berguru ini lah sangat lama diceritakan sehingga dia kembali ke Nagari Ulakan. Berdasarkan ketiga unsur tema diatas dapat diketahui bahwa tema dari cerita Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin adalah sikap kepahlawanannya dalam mengislamisasikan masyarakat Nagari Ulakan. Latar tempat yang terdapat di dalam cerita Tuanku Keramat syekh Burhanuddin adalah di Kuawek Galundi Nan Baselo Pariangan Padang Panjang, Tapakis Ulakan, Nagari Malalo, Nagari Asam Pulau, Batang Anai, Sintuk Lubuk Alung, Tanjung Medan, Nagari Ulakan, Pulau Angso, Aceh dan Gunung Sitoli. Latar waktu adalah latar yang mengungkapkan kapan sebuah peristiwa itu berlangsung atau terjadi. Adapun latar waktu yang terdapat di dalam cerita Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin adalah sebagai berikut: Pada saat usia antara 9 sampai 11 tahun : Syekh Burhanuddin melawan Universitas Sumatera Utara 104 seekor harimau untuk melindungi teman sepermainannya. Sejak usia dini : Syekh Burhanuddin telah mendapatkan pendidikan akhlak dan budi pekerti yang baik. Ketika Ia berumur 7 tahun : Syekh Burhanuddin telah dibawa orang tuannya untuk belajar kepada seorang gurajat. Setiap hari : Syekh Burhanuddin mengembalakan kerbau. Sesampainya Syekh Burhanuddin di Aceh : untuk menuntut dan melanjutkan ilmunya kepada syekh Abdurrauf. Pemikiran di dalam cerita Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin adalah pemikiran beliau untuk mengislamisasikan masyarakat di Nagari Ulakan pada umumnya. Yang pada masa itu masyarakat di Nagari Ulakan masih menganut Animisme. Di dalam cerita Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin. Syekh Burhanuddin dapat dikategorikan sebagai tokoh utama cerita, serta Idris Khatib Majolelo, Syekh Abdulah Arif Tuanku Madinah, Syekh Abdurrauf Syekh kuala, Khatib Sangko, Kalik-kalik Jantan, Gaga Tangah Padang, Si Hujan Paneh, dan Si Waman sebagai tokoh pembantu. Nilai kepahlawanan yang terdapat dalam cerita Taunku Keramat Syekh Burhanuddin adalah sebagai berikut : 1. Mampu mengalahkan seekor harimau 2. Melanjutkan perjuangan gurunya walaupun mendapat tantangan dari masyarakat 3. Memiliki tanda-tanda untuk menjadi khalifah 4. Kepatuhan seorang murid pada gurunya 5. Mampu menjaga amanah dari gurunya 6. Menyebrangi laut dengan sehelai tikar pandan Universitas Sumatera Utara 105 7. Membentuk gelar-gelar pada masyarakat Nagari Ulakan 8. Pernyataan etos masyarakat 9. Sebagai perwujudan sikap dan pegangan hidup 10. Sebagai gambaran cara hidup

6.2 Saran