Sebagai Perwujudan Sikap dan Pegangan Hidup Sebagai Gambaran Cara Hidup

99

5.2.9 Sebagai Perwujudan Sikap dan Pegangan Hidup

Dalam hal ini, cerita Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin berperan sebagai nilai-nilai perwujudan sikap dan pegangan hidup masyarakat Nagari Ulakan. Membicarakan sikap dan pegangan hidup Nagari Ulakan, maka tidak akan lepas dari membicarakan adat-istiadat yang terdapat pada masyarakat tersebut. Sikap dan pegangan hidup adalah wujud dari pelaksanaan adat-istiadat, sedangkan adat-istiadat itu merupakan wujud dari pelaksanaan kepercayaan dan keagamaan yang dianut oleh sebuah masyarakat. Oleh karena itu, sikap dan pegangan hidup selalu tidak terlepas dari kepercayaan yang terdapat dalam suatu masyarakat. Cerita sejarah masyarakat Nagari Ulakan ini sangat erat hubungannya dengan lingkungan masyarakat dan alamnya sebab keadaan alam sekitar mereka selalu tersirat dalam cerita sejarah mereka. Bahkan terkadang cerita sejarah meraka mengacu pada norma dat yang berlaku dan berasal dari leluhur mereka. Hal inilah yang terkadang menjadi daya pikat dari cerita sejarah tersebut. Cerita Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin pada umumnya diketahui oleh seluruh anggota masyarakat Nagari Ulakan. Gejala ini merupakan gambaran bahwa masyarakat Nagari Ulakan dengan sadar telah mewariskan cerita tersebut kepada generasi mudanya. Timbulan kesadaran akan pentingnya mewariskan cerita sejarah ini karena masyarakat Nagari Ulakan percaya benar bahwa Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin memiliki keramat yang dapat memenuhi keinginan mereka.

5.2.10 Sebagai Gambaran Cara Hidup

Berdasarkan kedua uraian subbab di atas terlihat bahwa cerita Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin merupakan gambaran cara hidup masyarakat Nagari Ulakan. Mereka percaya bahwa mereka harus selalu berhubungan dengan alam sekitar mereka, baik itu hubungan dengan alam nyata maupun dengan alam gaib. Mereka beranggapan Universitas Sumatera Utara 100 bahwa membina hubungan baik dengan kedua unsur alam tersebut adalah jalan terbaik untuk mencapai tujuan dan cita-cita hidup, terutama hubungan dengan alam gaib. Masyarakat Nagari Ulakan beranggapan bahwa alam gaib itu merupakan alam yang memilki kekuatan yang luar biasa, apalagi terhadap keberadaan manusia dipermukaan bumi ini. Dengan kepercayaan dan keyakinan seperti ini maka timbul rasa takut, ngeru, hormat dan cinta terhadap kekuasaan alam gaib dalam diri mereka. Sehubungan dengan hal ini, untuk meenciptakan hubungan yang baik dengan alam, alam nyata dan alam gaib, maka mereka terus menghormati cerita sejarah tersebut dan melestarikannya serta mewariskannya kepada generasi muda mereka. Bagi masyarakat Nagari Ulakan, penghormatan terhadap Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin sudah merupakan cara hidup mereka. Hal ini didasarkan pada pemikiran mereka bahwa dalam kehidupan seseorang, pasti akan mengalami transisi mulai dari bayi hingga dewasa. Pada saat transisi tersebut selalu ada saja marabahaya yang ditimbulkan oleh kedua unsur alam tadi. Oleh karena itu, pada setiap masa transisi tersebut seseorang diajarkan peraturan, kebiasaan dan norma-norma yang berlaku pada masyarakat mereka sehingga mereka dapatmelewati setiap masa transisi tersebut dengan baik. Dala hal membina hubungan antara manusia dengan alam nyata dan alam gaib, Masyarakat Nagari Ulakan mengatur tingkah laku masyarakatnya dengan cara mengamalkan adatnya :”Adaik basandikan syara’, syarak basandikan kitabullah:. Artinya bahwa setiap tindakan adat tersebut haruslah beropedoman pada hukum syariat Islam, sedangkan syariat harus berpedoman pada Kitabullah Al-Quran. Oleh karena itu, setiap tindakan dan prilaku masyarakat Nagari Ulakan tidak boleh lari dari hukum Islam, baik dalam adat maupun dalam tingkah laku sehari-hari. Berdasarkan uraian-uraian diatas dapat diketahui bahwa cerita Tuanku Keramat Syekh Burhanuddin memilki nilai-nilai kepahlawnan yang sangat penting dalam Universitas Sumatera Utara 101 kehidupan masyarakat di Nagari Ulakan. Nilai-nilai kepahlawanan itu adalah sebagai pernyataan etos kemasyarakatan, sebagai gambaran sikap dan pegangan hidup, serta sebagai cara hidup masyarakat di Nagari Ulakan. Universitas Sumatera Utara 102 BAB VI PENUTUP

6.1. Kesimpulan